Tugas Ta Summary 9 Paper

  • Uploaded by: Danish Akbar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Ta Summary 9 Paper as PDF for free.

More details

  • Words: 11,317
  • Pages: 39
Summary Paper 1 An “Events” Approach to Basic Accounting Theory George H. Sorter Inti permasalahan yang dibahas dalam paper ini adalah membahas dua pandangan yang berbeda dalam dasar teori akuntansi, yaitu “the value theory” dan “the events theory”. “The value theory” yang biasa diistilahkan dengan “user need” beranggapan bahwa kebutuhan pengguna informasi akuntansi adalah sudah pasti diketahui dan sudah dapat diklasifikasikan secara baik, sehingga teori akuntansi sudah pasti dapat diimplikasikan serta dapat memberikan hasil yang optimal bagi para pengambil keputusan. Beberapa kritik ditujukan kepada teori nilai penggunaan ini, antara lain : • Terdapat banyak variasi dalam penggunaan data akuntansi, sehingga tidak mungkin untuk dapat mengklasifikasikan nilai tersebut secara optimal dalam semua hal. • Pengguna data informasi akuntansi tidak selalu sama, sehingga tidak akan sama pula cara mereka dalam menjelaskan, mendefinisikan, atau menspesifikasikannya, sehingga sulit untuk mengembangkan model ini dengan benar secara teoritis. • Teori ini terbatas cenderung, sehingga cenderung tersingkirkan dari dunia akuntansi global. Sebagai contohnya adalah karena teori ini tidak menyinggung permasalahan “income” dan nilai aktiva bersih. • Teori ini tidak dapat menjelaskan perkembangan dunia akuntansi yang terjadi saat ini. ”The events theory” beranggapan bahwa tujuan penggunaan akuntansi adalah untuk menyediakan informasi, yaitu informasi yang relevan secara ekonomis, yang dapat digunakan dalam berbagai model keputusan. Teori ini melihat bahwa fungsi akuntansi dapat berubah dalam satu tingkatan tertentu dalam proses pembuatan keputusan. Selain dapat menghasilkan nilai masukan terhadap model keputusan secara langsung, akuntansi juga dapat menyediakan informasi yang memiliki nilai ekonomis yang akan dapat mengarahkan setiap penggunanya untuk dapat menyimpulkan model mereka masingmasing. Sangat mudah untuk dapat mendeskripsikan model keputusan yang konsisten terhadap penerapan teori ”events” dan teori ”value”. Sebagai contoh adalah seorang investor yang cenderung meramalkan nilai yang akan diperolehnya pada masa yang akan datang dengan menggunakan dua metode, yaitu (1) Dia dapat mendasarkan estimasi nilai tersebut berdasarkan trend, ukuran, serta variabilitas pendapatan saat ini, atau nilai yang lainnya, serta (2) Dia dapat menggunakan data akuntansi saat ini untuk memprediksikan kejadian spesifik di masa yang akan datang, dan kemudian mendasarkan estimasinya tersebut dengan kejadian yang sudah diprediksi pula. Atau dengan kata lain, dia dapat memprediksi ”income” atau pejualan, harga pokok penjualan, pajak, dll dengan 1

mendasarkan estimasimya tersebut dengan kejadian yang sudah diprediksi. Dari penjelasan tersebut, model yang pertama konsisten dengan teori ”value”, dan model yang kedua konsisten denga teori ”events”. Beberapa implikasi dalam penggunaan pendekatan ”event” adalah: • ”The balance sheet” Balance sheet akan kehilangan perannya. Balance sheet bukan lagi sebagai value statement, maupun statement lain yang mempengaruhi dalam laporan posisi keuangan, tetapi hanyalah sebagai alat komunikasi tidak langsung yang merekam kejadian-kejadian akuntansi yang telah terjadi. • ”The income statement” Dalam teori ”value”, tujuan income statement secara sederhana adalah untuk melaporkan posisi nilai income yang diperoleh. Melalui penggunaan teori ”events”, tujuan income statement adalah sebagai alat komunikasi langsung yang menitikberatkan pada pelaporan kegiatan maupun aktivitas operasional pada perusahaan. Fokus pada teori ”events” adalah bukan pada income yang diterima perusahaan, melainkan pada kegiatan aktivitas operasionalnya. • ”The funds statement” Teori ”events” mempunyai anggapan terhadap statement ini, yaitu sebagai ”A statement of finacial and invenstment events”. Dalam hal ini, modal adalah sebagai alat yang mewakili teknik penggunaan dalam hal mengumpulkan ”events” dan mempersiapkan statement. Pentingnya pembedaan teori ini akan dapat berubah dari periode yang satu ke periode yang lain seiring berjalannya waktu. Seorang investor dapat memprediksikan adanya stabilitas harga pada saat perubahan lingkungan dari luar dengan seminimal mungkin, sehingga diharapkan perubahan lingkungan dari luar ini dapat dipisahkan dari proses pembuatan keputusan yang dibutuhkan dalam transaksi pasar. Karena pentingnya pembedaan jenis kejadian yang digunakan, yang tergantung pada estimasi kejadian pada masa yang akan datang, maka hal ini akan sangat berdampak pada pembedaan jenis kejadian yang akan terjadi. Kesimpulan dari penjelasan di atas hanyalah mewakili sedikit pendekatan yang belum sempurna yang telah dikembangkan untuk menghadapi cakrawala baru dalam perkembangan teori akuntansi. Masih banyak lagi hal-hal yang dapat dikembangkan, serta kesempatan bagi penelitian-penelitian lain yang dapat menggunakan pendekatan teori “events”. Hal-hal berikut ini merupakan penelitian yang dapat dikembangkan di kemudian hari: • Menguji apakah prediksi “events” secara line by line adalah lebih efisien dalam menjelaskan nilai masa depan perusahaan. • Melakukan investigasi dengan model yang ada saat ini dalam pelaporan akuntansi untuk menguji seberapa bergunanya model ini.

2



Mencoba mengembangkan model yang lebih canggih untuk menjelaskan arus kas masuk dan arus kas keluar. • Melakukan investigasi dalam hal hilangnya informasi yang digunakan oleh para akuntan. • Mengembangkan pelaporan akuntansi berdasarkan teori ”events”. Penelitian-penelitian yang akan dikembangkan di kemudian hari diharapkan dapat merangsang diskusi yang lebih interaktif lagi, sehingga dapat merangsang adanya pendekatan baru dalam dunia akuntansi, serta dapat pula dilakukan dilakukan penelitian selanjutnya, sehingga akuntansi dapat lebih responsif lagi dalam kondisi saat ini.

Summary Paper 2 Financial Reporting at a Crossroads Michael H. Sutton Saat ini tanggung jawab perusahaan terhadap laporan keuangannya sedang menghadapi masalah dalam skala yang besar. Sebagai contohnya adalah kasus Enron dan WorldCom. Dalam lingkungan inilah, para investor dan masyarakat dapat menjadi skeptis terhadap sistem yang di luar kendali mereka. Inilah mengapa laporan keuangan sedang berada dalam persimpangan jalan. Kita mengakui bahwa kegagalan yang terjadi pada masa lalu bisa saja terulang kembali serta dapat mempengaruhi performa sistem laporan keuangan kita. Lebih jelas lagi, perubahan ini akan dapat merubah pandangan dunia terhadap sistem yang ada saat ini. Beberapa pertanyaan berikut ini membutuhkan jawaban yang berkaitan dengan keadaan saat ini: • Dapatkah kita mempercayai audit independent? • Dapatkah kita mempercayai standar akuntansi dan pelaporan keuangan akan memberikan transparansi yang dibutuhkan oleh para investor dan masyarakat? • Dapatkah kita mempercayai sistem pemerintahan kita untuk dapat meyakinkan kualitas audit dan dapat menjadi dasar bagi setiap standar performa yang ada? • Dapatkah kita mempercayai proses pemerintahan dan perusahaan untuk dapat meyakinkan kita bahwa auditor dapat menyelesaikan tugasnya? Sepertinya pernyataan di atas terlihat menakutkan. Lalu, dari manakah kita dapat memulai untuk menata ulang sistem yang sudah rapuh saat ini? Apa saja perubahanperubahan penting yang dapat kita lakukan? Berbagai tujuan dalam investasi pasar modal 3

Bila kita melihat permasalahan yang ada saat ini, seharusnya sudah terlihat jelas bahwa sebenarnya tidak ada tujuan yang lebih tinggi bagi pelaporan keuangan daripada untuk menyediakan informasi yang berguna dan dapat dipercaya yang dapat mempengaruhi keputusan investasi dan kepercayaan dalam sistem yang ada. Meningkatkan kepercayaan pada audit independen Pada masa yang lalu, profesi audit bertanggung jawab untuk dapat menunjukkan performanya dengan argumen yang ada, sehingga audit bisa menjadi efektif dan harapan masyarakat terhadap audit independen tersebut bisa menjadi tidak realistis. Saat ini, setelah semuanya terjadi, kita harus menemukan cara yang lebih substantif dan tahan lama. Sekarang adalah saatnya untuk menata dan mengimplementasikan perubahan yang penting, baik melalui proses pembuatan peraturan maupun melakukan pemeriksaan ulang. Apa yang harus dilakukan oleh profesi auditor? • Profesi auditor harus berperan serta aktif dan konsisten dengan harapan masyarakat. • Profesi auditor harus menghentikan kecurangan dalam pelaporan keuangan dengan jelas, hal ini tidak dapat ditolerir. • Profesi auditor harus menerima dan mendukung proses peraturan yang ada yang akan memberikan rasa nyaman bagi para investor dan juga masyarakat. Profesi auditor harus dapat mencegah kegagalan pelaporan keuangan di masa yang akan datang. Perubahan yang dibutuhkan dalam proses peraturan Untuk dapat membangun kepercayaan terhadap audit independen, proses peraturan harus pula independen. Mereka harus terbuka, berkaitan secara aktif, harus dapat diinformasikan dan diberikan kepada publik. Terdapat lima kritik bagi proses peraturan yang efektif yang dapat membangun kepercayaan publik, yaitu: • Investigasi menyeluruh dan tepat waktu bagi setiap kecurangan dalam pelaporan keuangan. • Tujuan dan assessment yang adil bagi peran dan performa auditor. • Sanksi tegas bagi para auditor dan perusahaan yang melanggar norma yang ada. • Pemeriksaan periodik dan berkala terhadap kebijaksanaan dan performa para auditor independen. • Perubahan yang bertanggung jawab dalam standar profesional dan pedoman saat perubahan tersebut dibutuhkan.

Beberapa pemikiran dalam perubahan standar akuntansi Salah satu hal yang penting dalam membentuk ulang sistem pelaporan keuangan adalah memperkuat fungsi audit independen. Kita juga membutuhkan pemeriksaan yang mendalam terhadap proses yang dikembangkan oleh standar akuntansi dan mengambil peran serta aktif dalam memperkuat proses ini. Seperti yang kita lihat, lemahnya standar 4

akuntansi dan pedomannya dapat pula melemahkan tujuan ini. Bisa saja hal ini menjadi sumber biaya bagi para investor dan masyarakat. Kita tidak dapat mentolerir standar laporan keuangan yang memungkinkan setiap orang untuk dapat menyembunyikan keadaan yang sesungguhnya dari pihak lain. Beberapa paksaan yang akan membentuk standar akuntansi • Para manajer bisnis menginginkan standar yang akan memberikan mereka fleksibilitas yang besar serta ruang untuk mandapatkan keadilan. • Para pembuat keputusan dan penyedia jasa keuangan menginginkan stadar yang akan memberikan struktur transaksi yang jelas untuk mendapatkan hasil laporan keuangan yang mereka inginkan. • Para auditor dipaksa utnuk mendukung standar yang klien mereka yakini benar dan tidak beresiko. • Hal lainnya, termasuk para legislator, juga sering menginnginkan perubahan fundamental pada proses pembuatan standar. • Para pembuat standar juga sering bertindak untuk mengelak dari solusi yang mereka yakini bahwa itu adalah yang terbaik. Kesimpulan paper menyatakan bahwa pelaporan keuangan saat ini sedang berada di persimpangan jalan. Setelah dilakukan pemeriksaan ulang terhadap perusahaan swasta dan perusahaan pemerintah yang menjadi dasar pada pasar modal kita, kita harus bertindak tegas dalam menghadapi masalah dan tantangan yang ada. Apakah kita mau secara terus-menerus, dengan komitmen dan semangat yang tinggi, untuk dapat mengemban tanggung jawab ini dan menginformasikannya kepada para investor dan masyarakat? Apakah kita mau untuk melakukan pendekatan terus-menerus untuk meyakinkan mereka bahwa kita secara sungguh-sungguh mengemban tugas tersebut? Apakah kita tetap berpartisipasi dengan semangat yang tinggi bahwa proses pemerintahan dan tata tertib peraturan yang ada adalah penting untuk meyakinkan para investor bahwa pasar modal kita dapat dipercaya? Hanyalah jawaban setuju yang dibutuhkan pada pertanyaan tersebut untuk dapat meyakinkan mereka bahwa hubungan kerja sama yang terjalin akan terus berkanjut dan berkembang. Kita harus tetap memusatkan perhatiaan kita pada ajaran fundamental terhadap tujuan pasar modal yang ada dan memperbaiki kepercayaan dunia terhadap pelaporan keuangan dan sistem pengungkapan kita. Hanyalah komitmen yang berkelanjutan yang akan menjamin kita bahwa kita akan terus menikmati pasar modal terbaik di dunia.

5

Summary Paper 3 ACCOUNTING CONSERVATISM, the QUALITY of EARNING, and STOCK RETURN Stephen H.Penman Columbia University Xiao-Jun Zhang University of California, Berkeley Ketika sebuah perusahaan mempraktekkan akuntansi konservatif, perubahan jumlah investasi dapat mempengaruhi kualitas pendapatan Pertumbuhan investasi mengurangi pendapatan dan menciptakan cadangan-cadangan. Jika perubahan investasi sementara, pendapatan saat ini turun sementara atau inflasi, ini merupakan indikasi yang tidak baik untuk pendapatan di masa yang akan datang. Paper ini memberi kontribusi pada penelitian bagaimana metode akuntansi mempengaruhi kualitas pendapatan. Kebanyakan penelitian kualitas pendapatan berfokus pada akibat perubahan dalam perkiraan-perkiraan akuntansi. Dengan akuntansi konservatif berarti kita memilih metode-metode akuntansi dan perkiraan-perkiraan yang menjaga nilai buku aset bersih secara relatif rendah. Akuntansi konservatif berpengaruh tidak hanya pada kualitas angka pelaporan di neraca, tetapi juga kualitas pelaporan pendapatan pada laporan laba rugi. Conservatism, Investment, Accounting Rates of Return, and the Quality of earning Definisi Konservatisme Ada beberapa definisi dari akuntansi konservatif yang telah diperkenalkan. Diantaranya Basu,mendefinisikan konservatisme sebagai praktek mengurangi pendapatan ( dan mencatat aset bersih) sebagai jawaban “berita buruk”,tetapi bukan meningkatkan pendapatan (melengkapi aset bersih) sebagai jawaban atas “berita baik”. Pengaruh-pengaruh Konservatisme dan Investasi pada Nilai Hasil Jika aktiva bersih tidak berubah dalam satu periode,akuntansi konservatif tidak memiliki pengaruh pada pendapatan dalam pembilang satu nilai hasil. Perhatian kita bukanlah pada pengaruh dari konservatisme dan pertumbuhan tingkat laba akuntansi, tetapi pada pengaruh dari interaksi antara konservatisme dan perubahanperubahan dalam pertumbuhan. Indeks-indeks dari konservatisme dan kualitas pendapatan Kita menggunakan informasi dari laporan keuangan untuk mengembangkan dua indeks kualitas hasil. Indeks yang pertama untuk perusahaan yang menerapkan akuntansi 6

konservatif. Indeks yang kedua dari kualitas pendapatan yang dihasilkan dari pengaruh hubungan konservatisme dan perubahan-perubahan aktivitas akuntansi. Conservatisme Index (C-Score) C- Score mengukur pengaruh dari akuntansi konservatif pada neraca.C-Score sebagai tingkat perkiraan cadangan yang diciptakan oleh konservatisme, ER,sehubungan dengan aset operasional bersih. C it = ER it NOA it I = perusahaan it=tanggal neraca NOA =nilai buku aset operasi dikurangi kewajiban Earning Quality Indicator ( Q-Scores) Q score mengukur pengaruh dari akuntansi konservatif pada pendapatan di dalam laporan rugi-laba. Q Score adalah kombinasi dari dua ukuran. 1. QA = ERit - ER it-1 2 . QA = ERit - Industri Median (ERit ) . NOAit NOAit-1 NOAit Kombinasi dari 2 ukuran tersebut = Q it=(0.5X QA) + (0.5 X QB)

NOA it

Pemilihan contoh dan uraian Kita menghitung C-Scores dan Q-Scores untuk NYSE dan AMEX perusahaan non keuangan Compustat Annual dan Research yang dikombinasikan (termasuk yang tidak bertahan) selama 1975-1997. Kita memperoleh saham bulanan kembali dari file-file CRSP 1997. Periode sampel kami mulai 1975 karena, sebelum tahun itu, data akuntansi yang diperlukan untuk membangun indek-indek itu hilang dari Compustat untuk cukup banyak perusahaan. Analisa Mutu Nilai Hasil Jika Q-score mengidentifikasi pengaruh sementara pendapatan, lalu secara relatif Q-score tinggi menunjukkan profitabilitas yang ada lebih rendah dibanding harapan Q-score di masa datang dan Q-score rendah secara relatif menunjukkan laba yang ada lebih tinggi dibanding harapan di masa datang .Kita menguji bagaimana Q-score meramalkan perubahan aset operasi dari tingkatan yang ada. Kita menggambarkan core return on net operating assets ( RNOA ) sebagai : Core RNOAit =(Core operating income it X (1-statutory tax rate it) / Average NOA it.

The Return to Quality Analysis 7

Kita sekarang menyelidiki apakah harga saham di bursa saham seperti menghargai kualitas hasil yang berbeda yang ditandai oleh Q-score kita. Kita mengambil posisi investasi dalam bursa saham dalam periode contoh berdasar pada Q-score mereka dan mengamati apakah posisi-posisi ini mendapatkan imbal hasil berbeda, sesuai untuk resiko berbeda-beda yang terduga. Penelitian ini dikaji melalui pendekatan empiris yang terlihat dari bahan teori yang digunakan dengan banyak memperbandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk mengetahui apa yang dihasilkan maupun kekurangan dari penelitian sebelumnya. Penulis mengumpulkan teori-teori yang ada untuk kemudian diuji dengan sampel yang telah dipilih untuk kemudian menciptakan hipotesisnya. Sedangkan teknik pengumpulan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang diambil beragam diantara berbagai sektor. Komentator kadangkala menyatakan praktek dari konservatisme dalam akuntansi adalah menghasilkan kualitas pendapatan yang lebih tinggi. Bagaimanapun,akuntansi konservatif dengan pertumbuhan investasi menekan pendapatan dan tingkat hasil akuntansi, dan menciptakan cadangan yang tidak tercatat. Perusahaan dengan investasi rendah melepaskan cadangan-cadangannya,menciptakan pendapatan dan tingkat hasil yang lebih tinggi. Investasi yang lambat membebaskan cadangan, menciptakan pendapatan dan hasil yang lebih tinggi. Jika perubahan dalam investasi adalah sementara,pengaruh pendapatan dan tingkat hasil adalah sementara, mendorong untuk menurunkan mutu atau lebih sedikit pendapatan berkelanjutan.

Summary Paper 4 8

RESTORING TRUST AFTER FRAUD : DOES CORPORATE GOVERNANCE MATTER David B. Farber Michigan State University

Tata kelola dan akuntansi mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak terpisahkan. Prinsip-prinsip dasar tata kelola yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran, adalah juga prinsip-prinsip dasar dalam akuntansi, khususnya laporan keuangan. Bila prinsip tata kelola tidak dilakukan dengan baik, dan terdapat didalamnya unsur kesengajaan maka yang tejadi adalah kecurangan dan manipulasi laporan keuangan yang bertujuan menyesatkan penggunanya hal itu dapat menjadi suatu tindakan kriminal dan di beberapa negara diancam hukuman pidana. Namun demikian, tidak dilaksanakannya prinsip tata kelola dalam suatu entitas tidak selamanya disebabkan unsur kesengajaan. Hal tersebut dapat pula terjadi karena faktor kurangnya pengawasan yang dilakukan elemen-elemen yang terkait. Guna mengoptimalkan pengawasan tersebut, sebenarnya telah distandarkan oleh SEC (di AS) atau BAPEPAM (di Indonesia) selaku regulator pasar modal sebagai salah satu jaminan terlaksananya prinsip tata kelola di suatu perusahaan. Bila suatu perusahaan terindikasi melakukan kecurangan dalam laporan keuangan yang disebabkan karena lemahnya tata kelola, mengakibatkan dampak yang sangat massive, dimana akibat yang paling merugikan adalah ketidakpercayaan investor terhadap perusahaan. Untuk memulihkan kepercayaan tersebut tidaklah mudah dan memerlukan biaya yang tidak sedikit pula. Hal inilah yang menjadi inti permasalahan yang diangkat oleh penulis. Penulis mencoba untuk menginvestigasi hubungan antara rahasia kecurangan dengan perbaikan setelahnya dalam kaitannya dengan kualitas tata kelola. Apakah setelah terkuaknya kecurangan tersebut, perbaikan dan komitmen pelaksanaan tata kelola yang dilaksanakan perusahaan mendapatkan apresiasi dari pasar berupa peningkatan nilai perusahaan? Dalam mengembangkan paper di atas, penulis menggunakan sampel 87 perusahaan yang diidentifikasi oleh SEC telah melakukan kecurangan dengan memanipulasi laporan keuangan mereka, sedangkan periode analisis adalah 3 tahun setelah pendeteksian kecurangan. Penulis melihat bahwa perusahaan yang curang memiliki kelemahan dalam struktut tata kelola yang terkait dengan pengawasan, dengan contoh spesifik antara lain persentase Direksi independen lebih sedikit, serta rapat komite audit dan ahli keuangan 9

dalam komite audit lebih sedikit pula. Dalam hal pengawasan dari luar, penulis melihat bahwa perusahaan yang curang di audit oleh auditor big four yang lebih sedikit. Hal selanjutnya yang coba dieveluasi penulis adalah upaya-upaya perbaikan oleh perusahaan yang melakukan kecurangan dalam rangka memulihkan kredibilitasnya dengan memperbaiki lemahnya kualitas kontrol mereka. Tindakan yang paling mungkin diambil adalah mengeluarkan pelaku kecurangan dari perusahaan, meski hal tersebut bukanlah suatu jaminan bahwa perusahaan telah melaksanakan tata kelola dengan baik. Terpetik benang merah bahwa meski struktur tata kelola perusahaan yang curang meski lemah pada awalnya namun pada akhir periode ketiga cenderung menambah independensi dewan Direksi serta peningkatan frekuensi pada rapat Komite Audit. Dalam melakukan penelitian penulis banyak menggunakan referensi berupa hasil studi oleh penulis lain sebelumnya yang sebagian besar mengupas pada keterkaitan kualitas dan perbaikan tata kelola dengan komposisi Direktur Independen, jumlah personil dan rapat komite audit, serta perputaran diantara pimpinan dan manajer senior setelah ditemukannya kecurangan. Kesamaaan dari hasil studi di atas adalah menitikberatkan pada personil inti sebagai penanggungjawab baik tidaknya tata kelola diaplikasikan dalam perusahaan. Dalam artian, elemen kunci dari efektif tidaknya pelaksanaan tata kelola dalam perusahaan adalah personil. Penelitian ini dikaji melalui pendekatan empiris yang terlihat dari bahan teori yang digunakan dengan banyak memperbandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk mengetahui apa yang dihasilkan maupun kekurangan dari penelitian sebelumnya. Penulis mengumpulkan teori-teori yang ada untuk kemudian diuji dengan sampel yang telah dipilih untuk kemudian menciptakan hipotesisnya. Sedangkan teknik pengumpulan sampel menggunakan teknik purposive sampling karena penulis memilih sampel berdasarkan kriteria-kriteria pelanggaran yang tercantum dalam aturan dari SEC AAEEs. Sampel yang diambil beragam diantara berbagai sektor. Kesimpulan yang dapat dipetik dari paper tersebut adalah bahwa tidak berbeda jauh dengan penelitian-penelitian yang ada sebelumnya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, perusahaan yang curang memang memiliki kelemahan dalam tata kelola dalam konteks pengendalian. Namun demikian, hasil penelitian menunjukkan perusahaan yang melakukan kecurangan melakukan tindakan dalam memperbaiki tata kelola meski dengan biaya yang tidak sedikit. Hal ini ditandai dengan : peningkatan Direktur Independen, serta peningkatan jumlah pertemuan anggota komite audit, serta peningkatan ahli keuangan dalam komite audit. Perusahaan yang melakukan kecurangan akan cenderung kesulitan untuk meningkatkan nilai perusahaannya karena investor melihat bahwa kredibilitas masih menjadi perhatian utama perusahaan. Dalam kasus besar di Indonesia hal ini bisa menjadi benar adanya bila 10

kita melihat kembali skandal PT Indofarma, Tbk yang sahamnya tidak pernah bisa bangkit semenjak kecurangannya terdeteksi. Skandal Indofarma juga menekankan penting control dari luar melalui penggunaan auditor big four (sebagai contoh) karena kasus ini terkuak oleh auditor tersebut. Meski hal tersebut tidaklah mutlak 100% jika melihat kasus Enron dimana akuntan tidak dapat mendeteksi kecurangan yang kemudian berbuntut bangkrutnya perusahaan serta ditutupnya auditor perusahaan Enron. Menurut kami, isu yang dibahas dalam paper terlalu menitikberatkan pada faktor personil sebagai penanggungjawab pelaksanaan tata kelola. Memang putusan komitmen atau tidaknya perusahaan dalam pelaksanaan tata kelola banyak tergantung pada personil. Dilain pihak, penulis kurang menyentuh masalah sistem dan hal itu terasa menggelitik bagi kami, karena dasar dari suatu entitas adalah personil dan sistem. Perlu kiranya sistem dalam perusahaan dikaji sebagai bagian dari pengendalian atas pelaksaan tata kelola. Begitu juga dengan sistem dan aturan yang dikeluarkan oleh regulator, apakah sudah tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada saat ini. Serta diadakan pengkajian apakah sistem yang ada saat ini cukup efektif sebagai dasar pelaksanaan tata kelola yang baik. Riset-riset atas pelaksanaan tata kelola setelah terjadinya kecurangan dalam perusahaan sudah cukup banyak dan telah menggambarkan situasi yang wajar atas apa yang terjadi di perusahaan untuk perbaikan tata kelolanya. Ke depannya, perlu diadakan riset dengan menitikberatkan pada kelayakan sistem sebagai fondasi pelaksanaan tata kelola perusahaan agar materi yang telah ada dapat lebih diperkaya dan kita dapat melihatnya dalam perspektif yang lebih luas lagi.

Summary Paper 5 MAPPING GAAP’s ROUTE 11

Untuk Hari Ibu tahun ini, istri saya ingin melihat dokumenter ”Enron: Orang-orang tercerdik di Ruangan.” Kami masuk ke Jacob Burns Theater di Pleasantville, New York, persis saat filmnya dimulai, dan saya mulai terhubung karena kisah Enron dimulai dengan skandal Valhalla Oil pada tahun 1986. Bukan Valhalla dari mitologi Norse, tetapi Valhalla, New York, sebuah komunitas kecil dekat White Plains, dimana kami tinggal, dan Pleasantville, dimana kami menonton film tersebut. Berita utama koran mengenai orang yang dituduh bersalah melintas di layar, berada di depan ruang pengadilan federal yang familiar di White Plains, membawa seluruh pengalaman yang sangat dekat ke rumah. Seri layar menunjukkan masalah fundamental prinsip akuntansi keuangan saat ini. Mark to Market Audiens dalam bioskop di sore ini bereaksi terhadap beberapa bagian film dengan geraman, cekikikan, dan tawa, tetapi dua scene terkait menciptakan suara bisik dan riuh. Setiap akuntan harus menyimpan ke hatinya scene dimana manajemen Enron mengumumpkan ke para karyawannya bahwa SEC telah memberi hak ke perusahaan tersebut untuk melakukan perdagangan pada ’mark to market’. Para karyawan bersukacita dan berdansa di kursinya, dan manajemen berdiri di depan mereka saling bergandengan tangan, semua merayakan perayaan Tahun Baru. Scene berikutnya adalah sebuah klip dari video yang dihasilkan oleh Enron, dimana Jeff Skilling memerankan dirinya sendiri dalam apa yang paling dimaksudkan untuk lucu, tetapi apa yang faktanya sangat prediktif terhadap akhir dari permainan ii, menjelaskan bagaimana ’mark to market’ akan memperkaya para trader dan manajemen Enron. Tentu saja, banyak dari para individu ini yang menjadi sangat makmur, tetapi banyak lagi karyawan, investor, dan kreditur Enron yang kehilangan jumlah yang sangat besar, termasuk tabungan seumur hidup dan pension, dalam apa yang menjadi salah satu skandal terbesar dalam bisnis Amerika. Meskipun Ed Jenkins yang kemudian mengetuai FASB berargumen dengan sangat meyakinkan selama dengar pendapat Kongres bahwa GAAP tidak berkontribusi pada masalah akuntansi di Enron, pergeseran paradigma dalam prinsip akuntansi dari sebuah model akuntabilitas ke sebuah model penilaian menciptakan sebuah lingkungan untuk ’akuntansi kreatif’ yang belum pernah ada sebelum PD II. Kegembiraan karyawan Enron berkaitan dengan akuntansi mark-to-market membuat saya merenungkan fakta bahwa standar akuntansi keuangan semakin menggambarkan orientasi yang cukup sempit terhadap penilaian aset dan kewajiban.

12

Pengukuran dan Perilaku Manager yang rasional secara ekonomis pada umumnya akan memberi perhatian besar pada apa yang sedang diukur. Jika nilai aset dan kewajiban adalah fokus dari pengakuan dan pengukuran, maka sebagaian besar manajer akan menghabiskan waktu dan upaya mereka untuk memastikan bahwa pengukuran mereka yang dilaporkan, merefleksikan secara positif perilaku mereka, karena keberhasilan ekonomi pribadi mereka tergantung padanya. Sesungguhnya, fokus seperti ini mungkin tepat pada perusahaan--perusahaan yang memiliki bisnis memperdagangka instrumen keuangan. Di sisi lain, orientasi seperti ini untuk perusahaan-perusahaan yang bisnis utamanya adalah menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa mungkin tidak memotivasi perhatian pada arah yang benar. Meskipun demikian, ironi dokumenter Enron yang menyakitkan, adalah pengingat yang perlu diwaspadai yang diberikannya, bahwa akuntansi harus lebih fundamental tentnag akuntabilitas dan ketimbang penilaian. Tanpa mempertimbangkan tipe atau ukuran entitas, tampaknya semua konstituen eksternal memiliki tujuan utama menghambat oran dalam untuk mengaalihkan nilai yang tidak diperoleh (unearned) atau tidak diotorisasi (unauthorized) pada diri mereka sendiri dengan mengorbankan orang luar yang kurang memiliki kuasa. Ini menjadi sangat sulit untuk mendemonstrasikan bagaimana tren standar akuntansi saat ini mendukung tujuan ini. Tujuan David Solomoms, seorang penggerak di belakang Pernyataan Konsep FASB 2, Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi, mengingatkan kita sesering mungkin bahwa relevansi dan kehandalan diperlukan tetapi bukan merupakan syarat yang memdai agar data bermanfaat karena ”bisa jadi tidak terkait dengan penggunaan di tangan.” Solomons juga merupakan pendukung pembandingan akuntansi ke kartografi, ilmu dan seni pembuatan peta. Para cartographer tidak memiliki kesulitan dalam merekonsiliasi representasi mereka atas berbagai fakta dalam berbagai cara. Mereka mencocokkan skala sebuah peta ke tujuannya, dan sebuah map hanya mewakili satu pemilihan apa yang bisa diwakilinya, karena menunjukkan pembagian politik, teras, pertanian, barang tambah, etnis, dan distribusi kemakmuran semua para peta yang sama akan membuatnya tidak intelligible. Standar akuntansi kontemporer harus (paling tidak) diarahkan para dua peta di GAAP. Yang pertama, akuntabilitas, akan bermanfaat untuk bisa dikatakan semua entitas. Yang kedua, penilaian, mungkin akan bermanfaat dalam situasi-situasi dimana ekuitas sebuah entitas terus diperdagangkan. Masalah kita saat ini adalah bahwa akuntabilitas telah diabaikan selama 25 tahun atau lebih, dan mereka yang lebih menyukai pengabaiannya, mengesampingkannya karena tidak relevan terhadap penilaian.

13

Summary Paper 6

ISLAM, ECONOMIC RASIONALISM, and ACCOUNTING Roger Willett Maliah Sulaiman Jika teori Baydoun dan Willett mengenai Pelaporan Perusahaan Islami adalah relevan pada level Desirable, dan bukan pada level Desired atau Aktual, maka validitas teori tersebut adalah sebuah pertanyaan mengenai alasan dari dasar-dasar prinsip Islami, bukan sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan aktual. Dari survei Sulaiman, tampaknya ada gap dan mungkin, bahkan ketegangan cara akuntansi dipraktekkan oleh para Muslim di Malaysia dan apa yang dipandang oleh mereka sebagai praktek yang tepat dibandingkan dengan jenis praktek akuntansi yang merupakan ”Desirable” dalam konteks konsisten dengan Islam. Analisis Baydoun dan Willet mengenai relevansi kultural mengenai sistem akuntansi menyatakan bahwa keyakinan normatif kemungkinan besar mempengaruhi aspek-aspek pengungkapan akuntansi dan bukan prosedur pengukuran akuntansi dasar. Thrust dari teori Baydoun dan Willett mengenai Laporan Perusahaan Islami adalah bahwa sistem akuntansi barat tidak konsisten dengan pengajaran Islami dan etos kapitalis atas mana sistem tersebut didasarkan. Akumulasi modal dalam sistem kapitalis memberikan pre-eminence terhadap laporan laba rugi. Di sisi lain, fokus perekonomian Islami yang konsisten dan sentral adalah bahwa pertumbuhan harus bermuara pada keadilan sosial dan distribusi kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil. Secara lebih spesifik, konsep kepemilikan dan barang privat dalam Islam memiliki interpretasi berbeda dibandingkan dengan yang diadopsi di dunia Barat. Akuntabilitas dalam Islam memiliki karakter etis lebih besar ketimbang yang ada di Barat, menekankan kewajiban ke masyarakat lebih ketimbang hak individu. Dengan demikian fokusnya adalah akuntabilitas sosial yang lebih luas dibandingkan dengan fokus akuntabilitas personal atas pemegang saham. Teori Baydoun dan Willet mengenai Laporan Perusahaan Islami berargumen bahwa kebutuhan akan kesadaran lebih besar mengenai dampak sosial aktivitas 14

perusahaan dalam Islam, yang mendukung VAS, juga mendukung CVBS. CVBS juga diargumen bukan hanya perlu untuk maksud spesifik menghitung bagian dalam kontrak mudaraba dan untuk mengenakan zakat (yaitu pengungkapan penuh), juga diargumenkan untuk memuat informasi yang relevan terhadap masyarakat sebagai satu kesatuan dan bukan hanya yang relevan kepada perusahaan tersebut. CVBS, yang disarankannya, bisa dipandang sebagai perluasan fokus akuntabilitas perusahaan lebih lanjut, terutama karena pelaporan informasi seperti ini mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan informasi ’lingkup perekonomian’ mengenai transaksi sebagai sumber obyektif, darimana nilai terkini bisa dihitung. Mengingat salah satu kebijakan spesifik yang terletak dalam Shariah adalah pembayaran zakat, dan karena zakat didasarkan pada kekayaaan, Gambling dan Karim berpendapat bahwa nilai terkini harus memuaskan konsep Islam mengenai keadilan, secara lebih memadai ketimbang biaya historis. Mereka beralasan bahwa ketaatan pada konsep konservatisme akan bermuara pada pelaporan terlalu rendah (understatement) kekayaan yang dikenakan zakat. Clarke et al berargumen bahwa dukungan untuk penggunaan nilai terkini dalam Islam bisa dibedakan dari denominator moneter umum yang digunakan dalam masa Nabi untuk menetapkan nisab (ambang minimum kekayaan diatas mana zakat menjadi terutang) untuk berbagai aset yang bisa dikenakan zakat. Baydoun dan Willet berargumen untuk dimasukkannya CVBS, tetapi sebagai informasi tambahan kepada HCBS, bukan sebagai pengganti, berdasarksn yang di sebut di atas (yakni pengungkapan dan akuntabilitas sosial). Menurut alasan mereka, HCBS tidak bisa dilepaskan karena memberikan informasi yang sifatnya sentral kepada semua perhitungan akuntansi lainnya. Ini mereka katakan merupakan jalan tengah antara tradisionalisme dan radikalisme. Gray et al mengusulkan sebuah proses dua tahap dalam discharge akuntabilitas sebuah perusahaan. Menurut pandangan ini, tiap masyarakat terlebih dulu harus menentukan satu cara agar secara unik mengidentifikasi tanggung jawab yang harus dipenuhi organisasi. Dengan melakukan itu, dengan demikian laporan harus disusun untuk mengidentifikasi sampai sejauh mana tanggung jawab ini telah dipenuhi. Hanya dengan fokus pada tanggung jawab dan akuntabilitas, kita bisa menetapkan sebuah dasar

15

yang diterima umum untuk pelaporan sosial. Dengan demikian, akuntansi adalah discharge akuntabilitas. Pendekatan radikal ini mempertentangkan kerangka kerja yang diaopsi oleh Financial Accounting Organizations for Islamic Banks and Financial Institutions (FAOIBF) saat mereka menyatakan bahwa laporan keuangan bank-bank Islam harus memasukkan laporan biaya historis posisi keuangan, laporan laba, laporan arus kas, laporan laba ditahan, laporan perubahan investasi dibatsi, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana Qard (keduanya diperlukan untuk merefleksikan peran bank dibidang layanan sosial). Laporan-laporan yang disebutkan di depan ini dianggap memadai untuk discharge akuntabilitas sebuah bank Islami di bawah sebuah prinsip yang disebut sebagai pengungkapan ’memadai’. Daftar ini tidak meliputi VAS ataupun CVBS. Kemungkinan manfaat VAS tampaknya tidak didiskusikan dalam literatus dalam konteks ini. Ini mungkin dikarenakan konservatism INNATE atas bagian FAOIBF dan juga kebutuhan pasar global. Pengungkapan penuh mensyaratkan sebuah laporan mengenai pengembangan sumber daya manusia dan hal tanggung jawab sosial lain seperti impor aktivitas perusahan

atas

lingkungan.

Selain

itu,

perusahaan

harus

diwajibkan

untuk

mengungkapkan informasi mengenai aktivitas yang secara spesifik dilarang dalam Islam, seperti keterlibatan transaksi usuious, terlibat dalam impor minuman keras, praktek monopoli, dan sejenisnya. Kecil kemungkinan bahwa pengungkapan seperti ini akan dilakukan secara sukarela, tetapi fakta ini bukan sebuah argumen terhadap pengungkapan per se. Pengungkapan penuh tidak boleh, dalam kasus apapun, menyebabkan dipermalukannya pihak manapun jika transaksi ini dilakukan untuk taat sepenuhnya pada prinsip Islami. Sebuah Laporan Perusahaan Islami tidak boleh dikaitkan dengan hal-hal EXPEDIENCY. Dalam analisis akhir, sebuah Laporan Perusahaan Islami harus meliputi bagaimana perusahaan (dan dengan demikian akuntan atas nama perusahaan) discharge tugas akuntabilitas sosial dan pengungkapan penuh di depan Tuhan. Kami terpaksa berkesimpulan bahwa teori Baydoun dan Willett mengenai Laporan Perusahaaan Islami harus dipahami sebagai sebuah teori normatif pada level ’Desirable’ jika harus ingin memiliki suatu validitas, dan bahwa para pengguna dan penyusunan laporan keuangan Muslim telah ACQUIESCED dalam pembagian bidang 16

keagamaan dan skuler dan persepsi mereka mengenai apa yang bermanfaat dan apa yang bisa diterima terhadap laporan. Ini bukan sesuai dengan prinsip-prinsip Islami, tetapi, sampai tingkat tertentu, merupakan konsekuensi tidak terelakkan dari modernisme. Gambling dan Karim berargumen bahwa alasan yang sama yang menyebabkan penurunan pengaruh etika Kristen di Eropa kemungkinan besar merupakan kegagalan menerapkan Syariah ke dunia bisnis dan ekonomi di masyarat Muslim. Kekayaan dan konsemuresime yang menyertainya memungkinkan satu tingkat kemewahan yang membuat sikap tidak perduli terhadap moralitas dan agama. Pandangan rasional bahwa keduanya TURTURED dan didorong oleh pengembangan pengetahuan ilmia telah, dalam konteks sejarah Eropa modern, terbukti mendorong pandangan materialis an pemisahan dari bidang kehidupan yang bisa menghasilkan logika (misalnya perekonomian) dari mereka yang tidak (misalnya keadilan dan perihal etika). Jadi, beberapa kepentingan untuk memeriksa lebih detail mengapa dan bagaimana perkembangan seperti ini terjadi, mengapa mereka IMPINGE pada keyakinan Muslim, dan dengan cara apa ini mempengaruhi masyarakat Muslim. Rasionalisme Perekonomian Pertumbuhan kapitalisme skala besar telah dihubungkan dengan penyebab kegagalan Gereja untuk memberlakukan disiplin keagamaan dalam niaga dan perdagangan dan akhirnya ke penyerahan etika bisnis ke semangat ekonomi sekuler. Istilah ’kapitalisme’ memiliki beberapa variasi arti. Istilah ini bisa dianggap sebagai sebuah moda produksi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Pemilik perusahaan membayar upah kepada parapekerjanya dan para pekerja menghasilkan komoditas, yang dijual oleh para pemilik untuk mendapat labanya sendiri. Alternatif lain, adalah mungkin untuk membicarakan ’sektor kapitalis’ untuk mengindikasikan semua perusahaan, dimana mode produksi kapitalis sifatnya operatif. Akhirnya, inilah apa yang diistilahkan Rodinson sebagai ’pembentukan sosio-ekonomi’. Ini mengacu pada sebuah sistem ekonomi khusus, dimana sektor kapitalis menduduki posisi dominan, disertai oleh sebuah superstruktur ideologis dan kelembagaan, melalui mana sistem itu didukung. Yang disebut terakhir adalah karakterisasi paling nyaman mengenai kapitalisme untuk tujuan kita. Kapitalisme per se bukan tidak-Islami. Meskipun demikian, fokus pada diri dalam hal tidak ada disiplin keagamaan menekankan maksimalisasi laba dan pengumpulan 17

kekayaan’ sasaran mana yang pada akhirnya diharapkan dilayani oleh laporan laba pada sistem akuntansi barat. Ini merupakan satu contoh (dan sebuah contoh yang sentral) mengenai tendensi kapitalisme modern menuju rasionalisasi perekonomian tindakan sosial. Sikap menuju tindakan sosial ini dimasukkan dalam teori-teori ekonomi neokasikal; manusia termotivasi oleh kepentingan-diri, yang terutama diekspresikan melalui pencarian keuntungan keuangan; tindakan-tindakanini yang menghasilkan hasil keuangan terbesar kepada seorang invididu juga adalah yang paling bermanfaat kepada masyaraakat (yaitu tradisi Benthamite). Perilaku kompetitif dengan demikian tampak lebih ’rasional’ untuk perilaku ketimbang perilaku, memberi sinyal bahwa masyarakat harus dibangun di sekitar motif kompetitif. Konsekuensi dari rasionalisme ekonomi adalah bahwa kemajuan manusia dianggap paling baik diukur oleh kenaikan nilai apa yang mampu dikonsumsi anggota masyarakat. Tingkat output material yang lebih tinggi diasumsikan mendahului kesejahteran masyarakat. Motif laba tentu saja merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari hidup perekonomian moneter modern kompleks dari jenis apapun. Adalah penetapan maksimalisasi laba kepada ’DETRIMENT apapun lainnya dan atas pengukuran ilmiah dan rasional sebagai determinan akhir tindakan pilihan sosial yang menyajikan masalah untuk masyarakat yang memiliki penjelasan lebih luas ketimbang gratifikasi material kebutuhan individu. Akuntansi, sebagai satu alat rasionalisme perekonomian, dengan demikian bisa dipandang sebagai satu ancaman potensial terhadap prinsip-prinsip Islami karena tipa informasi yang bisa untuk menyediakan. Meskipun demikian, masalah sejatinya bukan terletak pada kemungkinan pengukuran (yang ada dalam konteks tetap) tetapi pada kemungkinan pengungkapan informasi tersebut dan caranya menfokuskan pikiran pengguna. Penggunaan Uang dan Kondisi Struktural Akuntansi Penggunaan uang memungkinkan aktivitas bisa dihitung, hasil mana ketentuan kebutuhan diekspresikan oleh sejumlah angka. Uang adalah biasa untuk teknologi ekonomi dan akuntansi modern. Dalam bentuk yang diambilnya di masyarakat barat, ini merupakan satu komponen yang perlu dalam perkakas rasionalis perekonomian. Konsekuensinya, uang memainkan peran penting dalam membentu menyinambungkan fitur dasar masyarakat materialis. Uang dan kebutuhan untuk mempertanggung 18

jawabkannya tampaknya mensimbolisasi semangat ACQUISITIVENESS dan, beberapa orang akan memperdebatkan perhatian yang membingungkan atas detail. Bentuk akuntansi dan pelaporan barat menekankan karakteristik kelembagaan dasar tertentu. Pertama, bentuk ini menekankan ide hak milik privat. Neraca (balance sheet) memuat satu listing aset seperti tanah, bangunan, mesin, dan alat produksi fisik lain yang sesuai dengan barang yang dikuasai privat tanpa pembatasan atas perolehan, pelepasan, dan penggunaan barang tersebut. Yang kedua, menekankan pasar bebas, kemauan dan kemampuan untuk memperdagangkan hampir semua komoditas dan layanan untuk harga tertentu (biayanya). Yang ketiga, bentuk itu menekankan teknologi rasional, artinya, teknologi yang mengurangi hasil tindakan sosial terhadap kuantitas yang bisa dikauntifikasi. Yang keempat, bentuk ini menekankan undang-undang yang bisa diberlakukan, yang bisa direpdiksi, yang bisa diterapkan ke semua orang. Yang terakhir,

praktek

akuntansi

Barat

difokuskan

pada

komersialisasi

kehidupan

perekonomian dan penyediaan kebutuhan yang secara eksklusif didasarkan pada peluang pasar dan penawaran dan permintaan. Rasionalisme dan Pengukuran dan Pengungkapan Formal versus Substantif Weber CONTENDED bahwa ada dua manifestasi utama rasionalisme: rasionalisme formal dan rasionalisme substantif. Rasionalisme formal adalah keyakinan bahwa sebuah tindakan bisa dipertimbangkan netral-nilai. Ini bersifat teknis dan merujuk pada perihal fakta dan bermuara pada beberapa bentuk ’penghitungan benar’ pengaruh kejadian. Akuntansi dan teknik (engineering) merepresentasikan penerapan rasionalisme formal. Pertimbangan mengenai rasionalitas substantif bersifat evaluatif, dan didasarkan pada hubungan antara tindakan yang diambil dan nilai-nilai sebuah kelompok sosial tertentu. Ini menyatakan adanya perbedaan antara aturan dan pelaksanaan teknis di satu sisi dan penerapan normatif nilai-nilai untuk melaksanakan pelaksanaan tersebut di sisi lain. Perbedaan ini didapati paralel dalam teori Baydoun dan Willett (1995; 2000) yang berargumen pada perihal dampak budaya dan agama atas akuntansi lebih besar kemungkinan diperhatikan dalam bidang pengungkapan, ketimbang dalam bidang pengungkapan dari praktek akuntansi. Menurut pandangan ini, pencatatan dan pencocokan dasar faktur secara relatif menciptakan prosedur obyektif, dalam pengertian 19

bahwa akuntan yang berbeda di negara yang berbeda akan memberikan nilai yang sama kepada transaksi yang sama dalam konteks konsekuensi hutangnya. Oleh karena itu, negara maju dan negara berkembang cenderung memiliki prosedur pengukuran akuntansi dasar yang mirip, meskipun tingkat kompleksitas dan rentang transaksinya mungkin berbeda jauh. Prosedur pengukuran fundamental ini netral secara etis, dalam dirinya sendiri. Adalah penggunaan pengukuran

tersebut dan konsekuensi interpretasi yang

melibatkan pertimbangan etis. Jadi, meskipun akuntansi mungkin bisa dipandang netral dalam eksekusi teknis, namun tidak teknis netral dalam konsekuensinya. Mungkin bisa dikatakan jumlah kemungkinan praktek kemungkinan tidak terbatas, masing-masing bergantung pada dukungan atas standar nilai kelompok. Hubungan antara Akuntansi dan Masyarakat Kalkulasi yang didasarkan pada pengukuran fundamental (misal, ukuran tindakan akuntansi) mungkin ditafsirkan salah karena memiliki validitas absolut rasional bila, dalam faktanya merupakan bentuk fungsional yang ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan dan lainnya secara buruk. Dengan demikian, jika angka laba atau nilai aset bersih terkait sistem keuangan Barat tidak benar diyakini dalam masyarakat Islami untuk memiliki mutu fundamental yang tidak mereka miliki, mereka bisa meniakkan ketegangan yang mendasari antara berbagai kelompok yang mewakili berbagai interpretasi, kepentingan, atau tasionalitas substantif yang berbeda dalam sebuah masyarakat. Mengingat sifat multi-kultural masyarakat Malaysia dan konteks global, dimana perekonomian Malaysia dioperasikan, pertimbangan seperti ini bisa, sebagian, menjelaskan hasil survei Sulaiman. Perhitungan tertentu seperti laba bisa diambil pada nilai sekarang ’face value’ sebagai angkat yang wajar atau secara politis benar untuk menentukan pilihan sosial. Meskipun demikian, kemungkinanya lebih besar bahwa indiferensi terhadap pertanyaan etika dan budaya dalam survei Sulaiman dikarenakan ketegangan antara tendensi para rasionalis barat dan keyakinan Islami.

20

Rasionalisme dan Rasionalisme Ekonomi Baydoun dan Willett menyatakan bahwa pandangan dunia rasionalis ekonomi bertentangan terhadap pandangan dunia Islami. Sudut pandangan rasionalis ekonomi telah membuat asumsi fundamental dari elemen paling tinggi dan paling neurotik dalam kondisi manusia: hasrat untuk menjauh dari lainnya untuk melengkapi, memanipulasi, dan untuk AMASS surplus. Ini tidak terelakkan mempertimbangkan fakta bahwa setiap teori rasional secara umum mengakui elemen-elemen kesadaran dalam inteligensi manusia. Sudut pandang Islam (sebagaimana halnya dengan agama-agama lain, mungkin) agak berbeda. Dari perspektif Islami, sorang menetapkan tiga hubungan simultan di dunia ini: dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakat. Konsep-konsep sosial yang dianggap valid di Islam dan kapitalisme, yakni penonjolan peran inisiatif privat, kebebasan individual dan hak milik privat harus dipahami dalam konteks ketiga hubungan yang disebutkan di depan. Perbedaan fundamental antara Islam dan kapitalisme modern timbul dari masing-masing persepsi etis. Meskipun

kapitalisme

PROPAGATE

INVULNERABILITY

moral

dari

kepentingan-diri (eksklusif), Islam menganggap kepentingan-diri sebagai pesawat yang sama sebagai kepentingan kolektif. Kepentingan-diri dalam sebuah kerangka kerja Islami mengungkapkan kebebasan yang digabungkan dengan tanggung jawab. Kepemilikan properti dalam Islam mengalir dari kesadaran bahwa segala sesuatunya pada akhirnya merupakan milik Tuhan. Dengan demikian, konsep kepemilikan privat dalam Islam berbeda dalam konsep dari kapitalisme modern. Kepemilikan dalam Islam tidak mutlak. Meskipun Islam memperbolehkan pengejaran kekayaan, secara eksplisit mengakui bahwa sebagian dari kekayaan yang dikumpulkan harus disisihkan untuk manfaat kaum miskin dan yang membutuhkan. Upaya amal secara konsekuensi merupakan keharusan seorang Muslim yang baik, bukan sesuatu yang bebas ditentukan setiap individu sebagaimana dalam ideologi kapitalistik. Kebebasan individu tidak diterjemahkan menjadi kebebasan tidak terbatas dalam penggunaan hak pribadi seseorang. Individu, meskipun mempertahankan kebebasaan mereka sendiri, tidak boleh dipaksakan ke orang lain. Penekanan besar ditempatkan pada tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Seorang invididu harus peka terhadap konsekuensi latihan haknya sendiri, sehingga bila

21

kebebasan individu digabungkan dengan tanggung jawab, kepentingan pribadi tetap diperbolehkan. Para pengikut Islam tidak menganggap kode moral seperti ini melibatkan penekanan kemauan individu; hanya kebebasan individu mengenai tindakan yang dikendalikan. Tidak seperti kapitalisme modern, dimana agama dan perihal bisnis tetap terpisah, dalam Islam, setiap pencapaian materi adalah pernyataan luar yang dirancang untuk mencapai sasaran spiritual yang pada akhirnya memberi makna pada keberadaan. Rodinson berargumen bahwa Islam bukanlah menentang kapitalisme per se, karena Islam tidak melawan aspek-aspek positif kapitalisme sebagaimana dalam perusahaan dan inisiatif. Faktanya, dia berargumen bahwa Islam lebih menguntungkan di banding Kekristenan terhadap ekspansi perekonomian, terutama karena Islam menekankan penggunaan yang baik atas barang milik seseorang, cara menggunakannya dengan cerdik dan mendistribusikannya dengan murah hati. Meskipun demikian, apa yang sifatnya anathema dalam konteks Islami, adalah pengejaran tujuan-tunggal laba dan pengumpulan kekayaan sebagai tujuan akhir. Islam mengharuskan ketulusan untuk memperbesar modal dengan pandangan untuk menyenangkan Allah. Jadi, Islam menginjeksikan dimensi spiritual terhadap aktivitas mencapai perolehan barang. Perekonomian yang sedang berkembang telah mengimpor praktek-praktek akuntansi Barat, tanpa memandang apakah mereka telah mengikuti kolonialisasi politik eksplisit. Dalam mengembangkan negara secara umum dan negara-negara Muslim secara khuus, kita mengamati adanya kemunculan budaya komersial yang dipolakan setelah peradaban burjuis Eropa, termanifestasi dalam semangat individualisme, rasionalisme, dan materialisme. Sikap baru terhadap hidup ini bukan secara tipikal Kristen bukan juga Muslam, dan Muslim modern tampak telah memproyeksikan sikap ini terhadap keyakinannya dengan caraa mirip dengan yang ada pada orang Kristen abad 19. Proses kapitalisme dan globalisme dunia tampaknya telah menaikkan tekanan menuju pembentukan budaya yang homogen dimana kandungan spiritual dan emosi dari aktivitas menajdi sekunder (Von Laue, 1987).

22

Pengaruh Pemiliran Rasionalistik Barat Para ahli teori dependensi menghubungkan dampak nilai-nilai materialis atas masyarakat Islam terhadap tindakan para imperialis, kolonialis, pelaku keuangan, dan perusahaan multi-nasional. Secara historis, para ahli teori ini melihat adanya hubungan sebab akibat antara naiknya imperialisme Barat dan penurunan nilai-nilai Islami. Cukup layak untuk melihat lebih dekat pada hal-hal ini dalam konteks perekonomian dunia kapitalis. Perekonomian Dunia Menurut teori kapitalisme dunia, kekuatan perekonomian dinamis sentral di sistem dunia kapitalis adalah proses pengumpulan modal di negara-negara maju. Proses pengumpulan terdiri dari dua tahap: pertama, pencitaan tenaga kerja upa dan kedua, AMASSING kewajiban hutang terhadap perekonomian barat maju dari dunia berkembang. Tenaga kerja upah terutama tersedia melalui eksploitasi PEASANTRY, dan pengumpulan model oleh para kapitalis dimungkinkan melalui akses terhadap pengetahuan dan pengendalian (paling sediki pengaruh atas) proses politik dan munculnya struktur hukum dan pengaturan kontraktual (yang dimiliki PEASANTRY, paling baik, hanya pemahaman naif). Produksi nilai surplus oleh pemilik kapitalis dan pengubahan sebagian besar nilai surplus tersebut menjadi modal tamhaan adalah sebuah proses kumulatif, selalu membutuhkan ladang baru untuk investasi, lebih banyak tenaga kerja dan bahan mentah dan pasar yang lebih besar untuk produk jadi. Ini awalnya tercapai melalui gabungan imperialisme politik dan ekonomi, dan kemudian melalui eksploitasi dasar politik, hukum, dan bahkan fiosofis yang tercipta di tahap-tahap awal kolonialisasi. Wallerstein membedakan struktur perekonomian dunia sebagai satu sistem tunggal yang bisa dianalisis dalam konteks inti, semi-periphery, dan periphery. Di abad 19, bidang inti mewakili negara-negara yang mewakili berbagai variasi kompleks aktivitas perekonomian seperti industri pasar massal. Perdangangan internasional dan lokal ada di tangan kaum borjuis dan ada bentuk maju dan kompleks pertanian. SPLENDOR, kemakmuran, dan standar hidup tinggi dulunya (dan sekarang) ditemukan di inti perekonomian dunia. Negara-negara yang merepresentasikan semi-periphery adalah negara-negara dalam proses de-industrialisasi tetangga, rival, dan pesaing inti tersebut. Di sini, kita menemukan hanya sedikit organisasi industri dan keuangan. Mereka yang eksis seringkali diarahkan dari luar. Bidang peripheral meliputi negara-negara yang 23

memiliki perekonomian monokultural dengan kas diproduksi oleh tenaga kerja yang dipaksaa dan dimana perbudakan masih ada. Ketiga kelompok ini menciptakan perekonomian dunia di abad 19 dan paralel ke ke mereka yang ada saat ini. Jadi, mengesampingkan semi-periphery untuk berkonsentrasi mengenai apa yang akan dirujuk ke bagian dibawah ini sebagai ”periphery” (yaitu negara-negara dimana kebijakan adalah atau telah dirumuskan sampai tingkat pengaruh barat asing yang besar), perbedaan antara inti dan periphery tidak mengindikasikan bahwa disini adal dua perekonomian dunia terpisah. Alih-alih, ini menunjukkan sektor-sektor berbeda yang melakukan fungsi-fungsi ekonomi yang berbeda yang menghasilkan perekonomian dunia yang terintegrasi dan interdependen. Proses Akulturasi Di Malaysia, sebagaimana di mantan koloni barat lainnya, sebuah faktor signifikan yang membantu membentuk sikap mental Muslim dalam penyesuaian dengan nilai-nilai imperialis Barat adalah proses akulturasi (INSTIGATED dlam kasus ini oleh Inggris). Administrator kolonial tidak menganggap remeh potensi Islam untuk mengganggu proses ini. Mereka mengakui bahwa Islam adalah sebuah kekuatan signifikan dalam membentuk sistem keyakinan kultural para pengikutnya, dengan demikian pengajaran Islam secara sengaja dikeluarkan dari kurikulum sekolah arus utama. Ini menghasilkan kaum elit berpendidikan modern yang mengabaikan Islam dan nilai-nilainya, dan sebuah kelas relijius yang tidak terlatih dalam ilmu modern, yang memperkuat pembagian yang telah melakar dalam filosofi penguasa kolonial antara bidang kehidupan sekuler dan spiritual, dan menandai awal masayarakt Muslim Melayu dari keberadaan dikotomi ini. Dalam kasus profesi akuntansi, pengaruh Inggris masih kuat. Ini diperkuat oleh fakta bahwa sebagian besar akuntan menerima pendidikan di Inggris, Australia, dan Selandia Barat. Setelah mendapat pendidikan di Barat sekuler, terkena ideologi politik dan ekonomi barat untuk berbagai period waktu, profesional terdidik cenderung membawa kembali sistem budaya dan keyakinan yang diimpor yang, begitu diadopsi, menjadi sangat tersimpan di benak mereka. Ini terbukti oleh model-model hukum, politik, ekonomi, dan akuntansi Inggris. Meskipun revivalisme Islami terukti di Malaysia saat ini,

24

namun masih sangat ada di bayang-bayar seratus tahun atau sekitar itu indoktrinasi kolonial yang mendahuluinya. Pengaruh dari infiltrasi kolonial pola-pikir Barat ke sistem kepercayaan Musim di Asia Tenggara terbukti jelas saat ini. Meskipun Islam bisa dianggap sebagai satu kekuatan politik besar di Asia Tenggara, sebagian besar Muslim di kawasan ini, dalam pandangan beberapa orang, telah menurun menjadi memandang Islam sebagai gaya hidup, memandang Islam lebih sebagai agama ritual ketimbang substansi spiritual atau moral. Hasil dari survey kuetioner Sulaiman dengan demikian mungkin harus diinterpretasikan sebagai menunjukkan bahwa semangat kapitalisme masih melekat, tidak memandang sampai sejauh mana afiliasi keagamaan yang dianut seseorang. Mungkin filosofi material begitu kuat tertanam dalam pikiran kaum Muslim bahwa meskipun Islam kemungkinan memiliki pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku, tekanan ekonomi dan sosial yang bermula dari perekonomian dunia kapitalis memberi pengaruh yang jauh lebih besar atas sikap yang berlaku di dunia komersial. Perbedaan Geertz antara menjadi relijius dan berpikiran religius mungkin memberikan pencerahan lebih lanjut atas hal ini. Menurut teori Geertz, menjadi relijius tidak serta merta mengetahui kebenaran, tetapi menyimpan dan hidup dalamnya. Berpikiran relijius, di sisi lain, menawarkan alasan untuk keyakinan seseorang. Meskipun keduanya adalah orang percaya, adalah relijius yang menghidupi keyakinan mereka. Dengan demikian, jika seseorang akan mengaitkan kedua konsep ini ke hasil yang kita dapatkan dari survei Sulaiman mengenai survei para pengguna di Malaysia, kita mungkin bisa menyimpulklan bahwa responden Muslim yang disurvei mengilustrasikan sebuah disposisi pikiranrelijius yang bertentangan dengan disposisi relijius. Fakta mengenai nilai-nilai Islami di Asia Tenggara yang baru didiskusikan tampak mendukung pernyataan Rodinson yang disebutkan di depan. Bukti lebih lanjut mengenai fenomena yang sama bisa diarahkan ke bidangbidang lain dunia berkembang. Di Asia Tengah, kapitalisme industri tampak sebagai satu imitasi dari kapitalisme barat. Pengembangan sistem perbankan modern berdasarkan sebuah model Eropa mensyaratkan pengikut Muslim untuk melakuksn sendiri sesuai dengan nilai-nilai barat. Di Turki, di awal abad 20, sekularisasi kekaisaran Ottoman pada 25

dasarkan merupakan satu upaya untuk melegitimasi dan menjustifikasi konsekuensi kapitalisme yang diimpor. Kolapsnya perekonomian kekaisaran Ottoman telah, sebagian diatribusikan pada keberhasilan kaum penguasa dalam mendapatkan hak istimewa perdagangan ekstra-teritorial ke pedagang Eropa. Mis-manajemen fiskal yang terbukti di tahap-tahap akhir kekaisaran Ottoman (dimana pinjaman asing dibuat kontraknya dan pendapatan bank dan pendapatan pajak ditempatkan di tangan kepentingan asing) menghasilkan kendali keuangan Eropa langsung perekonomian Turki. Ini menandai awal era supremasi Eropa di dunia Muslim. Mengingat setting historis yang diterangkan di atas, tidak mengejutkan bahwa Muslim seringkali tampak berperilaku (dalam hal bisnis) sedemikian rupa sehingga dipandang normal di dunia kapitalis Eropa. Apa yang terjadi di dunia Muslim saat ini konsisten dengan teori perubahan sosial dan perkembangan yang implisit dalam teori Wallerstein mengenai kapitalisme dunia. Teori itu juga konsisten dengan teori ”liberal” perubahan dan perkembangan sosial, yaitu bahwa semua masyarakat di bawah pengaruh ilmu dan teknologi modern pada akhirnya akan menjadi urban dalam distribusi kependuduk mereka, industrial di perekonomian mereka, demoratik dalam struktur politik mereka dan sekuler dalam pemikiran, nilai dan budaya mereka. Multinasional Manifestasi kemudian pengaruh kolonial terletak pada eksistensi organisasi multinasional, menginstrumentasi perekonomian dunia kapitalis. Barat, melalui perusahaan multinasional, mencari jalan untuk eksploitasi lebih lanjut sumber daya dan alam dalam periphery dan juga memastikan bahwa sebuah pasar untuk barang yang dimanufaktur dipertahankan. Dalam pencarian akan peningkatan laba, unit produksi tipikal dalam kapitalisme maju modern adalah konglomerat dan multinasional. Para pemain kecil di pasar dicegah (dalam nama efisiensi) untuk beroperasi, pengembangan monopoli tidak konsisten dengan keyakinan Islami, untuk mana prakteknya bersifat eksploitatif. Eksploitatif atau tidak, dalam pencarian laba materi yang lebih besar dana untuk bersaing secara global, pemerintah bisa (dan seringkali tampaknya) merasakannya perlu untuk mengkulturalisasi ulang pengaturan domestiknya sesuai dengan itu. Dengan demikian, sistem kapitalis dunia juga terlalu sering menurunkan kebijakan domestik 26

sebuah bangsa menjadi sekuender dibandingkan yang berhubungan dengan hal asing. Satu fenomena mirip yang terjadi selama tahap-tahap awal sistem dunia kapitalis: perbedaan utama adalah bahwa meskipun ketertiban sosial sampai tingkat tertentu terpaksa ditransformasi agar sesuai dengan sistem nilai para penjajah; saat ini, menyesuaikan struktur sosial periphery ke inti yang timbul dari kebutuhan murni untuk bertahan untuk meneruskan perekonomian dunia. Oleh karena itu, Tugas sentral negara kapitalis, terletak pada penciptaan kondisi yang menguntungkan untuk melakukan pengembangan sedemikian. Dalam proses tersebut, semua pencapaian barat seperti ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, industrialisme, dan organisasi skala besar telah ditransformasikan menjadi kebutuhan universal. Proses ini lebih lanjut dikembangkan oleh agensi kuat PBB seperti IMF dan Bank Dunia. Melalui panduan mereka, organisasi-organisasi ini membantu mempertahankan universal kapitalisme dunia di kalangan negara berkembang. Standardisasi global bobot dan ukuran, saling-ketertukaran uang, komunikasi, kesehatan, dan keselamatan dan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional utama, semua bertindak untuk memperkuat universal ini. Yang lebih penting, mengingat sebagian besar multinasional berawal dari negara-negara yang dulunya adalah penjajah, budaya dan nilai-nilai organisasional yang masuk ke perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya bercermin pada Barat. Nilai-nilai ini, sampai tingkat tertentu, bahkan lebih sekuler dan individualis. Mengingat lingkungan seperti ini, pekerja lokal dalam perusahaan multinasional cenderung untuk mengasimilasi nilai-nilai import ini secara tidak sadar. Dengan aturan dasar interaksi global yang diciptakan oleh perusahaan multinasional, perusahaan perdagangan dan bank besar mengenakan praktek universal mereka sendiri, entah manajemen atau produksi industri, atau akuntansi. Kebutuhan akan keberhasilan material tidak serta merta bertentangan dengan Islam karena Islam mengakui bahwa interpretasi manusia tidak bisa ada jika kemiskinan dan penderitaan ada. Apa yang dilarang Islam adalah jenis materialisme yang mentransformasikan seorang individy menjadi mengenai kekayaan sebagai tujuan itu sendiri, pengejaran yang menjadi motivasi utama kehidupan seseorang, sehingga mengecualikan apapun hal lain.

27

Perihal Kebijakan Temuan survei Sulaiman bisa diinterpretasikan sebagai bukti, bukan karena tidak ada perbedaan antara persyaratan Islami dan non-Islami untuk informasi keuangan, tetapi bahwa para Muslim telah menjadi begitu terpengaruh oleh pengadopsian keseluruhan ideal sekuler yang tertanam dalam laporan laba rugi tipikal (sebuah alat atau teknologi yang mungkin bisa dikatakan mewakili semangat esensial kapitalisme). Dalam hasus yang disebut belakangan, dinyatakan bahwa Islam mungkin telah menjalankan pengaruh yang kurang kuat atas perilaku ekonomi dari para pengikutnya karena indoktrinasi, melalui import, dalam sebuah prosedu teknis yang innocuous untuk mengungkapkan informasi keuangan. Konsekuensinya, para Muslim tampak berperilaku yang mirip dengan apa yang dianggap normal di dunia kapitalis Eropa. Perihal kebijakan adalah: Apakah benar bahwa ini harus demikian? Apakah masyarakat Islami ingin melakukan sesuatu mengenai hal itu? Jika demikian, apa yang perlu dilakukan? Jika kaum Muslim ingin melakukan bisnis mereka lebih sejalan dengan pandangan Islam, argumen yang termuat di sini mengimplementasikan bahwa beberapa jenis perubahan dalam praktek perubahan keuangan adalah satu keharusan. Mengingat fakta bahwa teori bisa dan boleh bermuara para praktek akhir, ini kecil kemungkinan terjadi, kecuali jika tori ini adalah yang ”waktunya telah tiba”. Sejauh berkaitan dengan nelingkugan negara Muslim berlaku, masa depan beberapa jenis sistem Pelaporan Perusahaan Islamis sebagaimana diadvokasi oleh Baydoun dan Willett (2000) tampak menawarkan sejenis solusi. Meningkatnya komitmen keagamaan di seluruh dunia Muslim telah mengakibatkan meningkatnya jumlah negara Muslim yang menyesuaikan aktivitas perekonomian mereka agar sesuai dengan pandangan Islam. Mengingat ini, kita harus mempertimbangkan sebuah akuntansi dan pelaporan keuangan Islami spesifik pada akhirnya muncul. Pengungkapan Sukarela Versus Pengungkapan Wajib Dengan perekonomian Islami masih dalam tahap awal pengembangan, proses perubahan dalam praktek akuntansi, jika akan dikejar, harus dilakukan pendekatan secara hati-hati. Menulis dalam konteks spesifik ekonomi Islami, Naqvi berargumen bahwa, secara esensial, proses transisi harus menjadi salah satu kompromi, mencari opsi-opsi 28

yang tidak bertentangan dengan tujuan sentral ideal Islami. Meskipun demikian, kita tidak boleh menggangap kompromi sebagai tidak Islami hnya karena mereka tidak secara pesis sesuai dengan situasi ideal (textbook). Perubahan pelaporan keuangan harus dicapai melalui evolusi. Ada dua cara untuk mencapai tujuan ini. Di satu sisi, dimasukkannya VAS dan CVBS yang disarankan oleh Baydoun dan Willett mungkin tidak perlu menjadi bagian dari persyaratan pengungkapan wajib. Alih-alih, perusahaan bisa didorong untuk secara sukarela meliputi laporan-laporan iin sebagai bagian dari pelaksanaan pelaporan. Di sisi lain, kepercayaan akan norma kejujuran dan kebenaran keagamaan bisa tidak meadai untuk menangani kompleksias rasionalitas modern dan ekonomi. Dalam kasus tersebut, legislasi mungkin menjadi alternatif yang lebih baik. Mengingat fakta bahwa guna VAS dan CVBS diakui dalam sistem akuntansi Barat (meskipun implementasinya belum meluas), implementasi sistem pelaporan seperti ini tidak serta merta menjadi sangat radikal. Resistensi untuk Berubah Ketidakpuasan dengan status quo, yang digabung dengan fakta bahwa negaranegara maju sendiri tidak tampak cocok dengan informasi nilai terkini mendapati VAS sebagai satu bagian sistematis dari persyaratan pengungkapannya, sampai pada fakta bahwa resistensi/keengganan untuk berubah (dari manajemen dan profesi akuntansi) bisa dipertimbangkan sebagai saran untuk Laporan Perusahaan Islami agar menjadi seperti tipe yang diterangkan dalam kertas kerja ini. Pengadopsian sebuah sistem Pelaporan Perusahaan Islami yang berbeda bisa dianggap sebagai langkah yang terlalu radikal. Secara lebih spesifik, keengganan manajemen untuk secara sukarela mengungkapkan kejadian yang pada akhirnya akan menghasilkan meningkatnya biaya sosial (misalnya dalam pelaporan polusi lingkungan, ledakan pabrik, tumpahan minyak, dll.) mungkin tinggi. Meskipun demikian, keengganan untuk berubah bisa dihadapi melalui pendidikan. Para pelajar harus diberitahu bahwa gaya laporan keuangan saat ini merepresentasikan praktek yang saat ini bisa diterima oleh profesi. Selain itu, hasil riset harus didorong untuk mefleksikan kondisi praktek akuntansi yang ”diinginkan”. Bila topik mengenai akuntansi Islami, analisis pada tingkat ”desirable” (artinya apa yang harusnya diinginkan para Muslim), studi mengenai etika dan konsekuensi etis dari praktek juga harus menjadi bagian dari kurikulum akuntansi. Ini mungkin memberi pengaruh berangsur untuk 29

memastikan bahwa para pengguna, akuntan, direksi, dan pemegang saham memahami dengan lebih baik tanggung jawab mereka masing-masing dan bisa pada akhirnya mencapai sebuah konsensus mengenai apa yang harusnya diungkapkan dan bagaimana pengungkapannya dalam laporan keuangan. Proses Perubahan Saran perubahan di atas bisa dipandang sebagai langkah awal untuk dilakukan dalam menyusun satu bentuk Laporan Perusahaan islami. Meskipun ini mungkin tidak menurun karena gap antara masyarakat Islami umumnya dan masyarakat Islami ideal, masyarakat seperti ini paling tidak bisa diakui sebagai satu entitas sosial berbeda yang diinspirasikan oleh nilai-nilai ideal Islami. Meskipun demikian, yang lebih penting adalah reformasi pola pikir, sekecil apapun itu, invididu dengnan sikap moral dan nilai etis benar yang mengubah bentuk penyajian informasi keuangan mungkin tertanam. Tindakan formal penting dalam kaitannya dengan ini. Islam berupaya untuk mencapai kepatuhan pada nilai-nilai dasar melalui lima rukun Islam: syahadat, doa, puasa, pemberian zakat, dan ibadah haji. Ritual ini memperkuat keyakinan dan perilaku rasional seorang Muslim. Konsekuensinya, perilaku rasional Muslim (dan ganjaran yang dijanjikannya) sepenuhnya berbeda dengan apa yang merupakan perilaku rasional seorang kapitalis nonMuslim. Membuat penilaian atas dasar sebuah VAS, misalnya, adalah kurang rasional ketimbang membuat penilaian atas dasar laporan laba rugi; ini hanyalah perspektif mengenai apa yang harus dilakukan dengan cara berbeda.

30

Summary Paper 7 The New Importance of Materiality SOA menuntut managemen untuk dapat mendeteksi dan mencegah terdapatnya lemahnya control yang material secara berjangka. CPA harus dapat mengidentifikasi control kunci pengecualian. Menentukan impact keuangan terhadap pengecualian tersebut. The 5% Rule Bertahun-tahun akuntan menggunakan estimasi quantitative untuk membantu mengidentifikasi transaksi dan kejadian-kejadian yang berpotensi material. Umumnya estimasi quantittive berdasarkan 5% Rule. Investor yang mengerti tidak akan mempengaruhi keputusan investasinya karena perubahan dalam 5% net income. Materiality adalah penetuan dari apa yang akan dengan apa yang tidak akan berpengaruh terhadap keputusan seorang investor dari suatu keadaan yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan dan penyajian instrumen-instrumen utang dan modal sekarang dan masa depan. Perhitungan yang normal terhadap 5% diambil dari pre tax net income dan dinormalised dengan di adjust untuk kejadian-kejadian tidak wajar yang tidak terantisipasi di tahun berjalan. CPA kemudian adjust estimasi untuk kejadian-kejadian tidak wajar yang tidak terantisipasi dan menggunakan 5% dari adjusted net income sebagai estimasi batas materiality. Eror yang muncul di bawah batas 5% ini dianggap immaterial dan tidak membutuhkan adjustment pada laporan keuangan untuk memperoleh unqualified opini audit. The Four Perspectives Ada 4 perspektif untuk menghitung materiality, masing-masing dengan perhitungan quantitatif dan batas-batas yang berbeda. Untuk mengetahui level materiality yang digunakan, CPA harus menentukan tipe efek atau pengecualian laporan keuangan sebelumnya. 1. laporan keuangan yang salah atau error. Umunya kerugiannya dapat dihitung dalam rupiah. 2. pengecualian adalah kebocoran internal control disebabkan oleh kegagalan disain atau kontrol operasional. 3. jumlah variance yang terlalu besar terhadap estimasi accounting dengan actual. 4. fraud yang dilakukan management atau karyawan yang merekayasa laporan keuangan perusahaan.

31

Pada SOA pasar 302, perusahaan harus mereview kontrol-kontrol dan prosedur yang dikemukakan secara 4 bulan sekali, mengidentifikasi semua kunci kontrol pengecualian : 1. menentukan deficiency dari internal kontrol. 2. mengasses masing-masing impact dari deficiency tersebut terhadap laporan keuangan. 3. mengidentifikasi dan melaporkan pengendalian defisiensi yang signifikan atau kesalahan material terhadap dewan direktur komite audit dan kepada auditor independen.

Exception 1 : Misstatement or Errors. Dalam membahas materiality dari uncorrected/unreported misstatement, error misstatements. Uncorrected /unreported misstatement dengan jumlah kecil tidak ada pengaruh kepada laporan keuangan dan tidak perlu di identifikasi atau diperhatikan. CPA harus mengumpulkan error-error dan menganggap itu menjadi satu error. Error yang secara tersendiri atau kelompok itu dianggap kecil sehingga tidak perlu dilaporkan pada schedule dari uncorrected/unrecorded misstatement mungkin menjadi inconsequential dari sudut pandang materiality. Karena independent auditor perusahaan biasanya mengumpulkan uncorrected/unrecorded misstatement dan menyajikan kepada manajemen dan komite audit secara quarterly, mistatement ini menjadi inconsequential saat auditor memasukkan mereka ke schedule dan melaporkannya ke komite audit. Adanya error yang tidak di sesuaikannya laporan keuangan artinya laporan keuangan tersebut menjadi error sejumlah error tersebut. Sebuah error atau sekumpulan error yang mencapai 5% rule adalah material mistatement dari laporan keuangan dan harus di catat untuk pemberian unqualified opinion dari independent auditor. CPA biasanya mencatat jumlah ini dan jumlah yang consequentialnya untuk di sesuaikan pada laporan keuangan dan menghapus uncorrected/unrecorded misstatement. Exception 2 : Internal Control Deficiencies. Pandangan kedua terhadap working materiality levels, deficiency dari internal kontrol disebabkan oleh kegagalan kontrol, tercantum dalam pasal 302 dan 404. Suatu kegagalan internal kontrol bisa karena kurangnya kontrol. Kurangnya kontrol itu biasanya hasil dari gagalnya kontrol dari desain dan operasi. Desain yang gagal biasanya karena manajemen tidak cukup membangun jumlah internal kontrol atau control activities untuk mencapai tujuan kontrol. Kegagalan operasional timbul ketika kontrol desain seadanya tidak beroperasi seharusnya. 32

CPA harus merekomendasikan manajemen kontrol deficiency dengan working materiality level sesuai standard no. 2, control deficiency dipandang consequential apabila berpengaruh pada laporan keuangan. Control deficiencies harus dilaporkan ke komite audit sesuai SOA seksi 302. ketika deficiency yang signifikan menjadi material misstatement seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya tentang Rule 5% menjadi material weakness. Material weakness adalah deficiency yang signifikan atau kombinasi dari deficiency yang signifikan yang menghasilkan laporan keuangan yang salah. Uncorrected/unrecorded misstatement umumnya berhubungan dengan kontrol deficiencies. Jumlah uncorrected/unrecorded misstatement adalah sama dengan jumlah dagangan yang tidak tercatat, kontrol deficiensinya adalah berdasarkan volume dagangan saat tidak tercatat. Ini menekankan pentingnya desain mitigasi control yang cukup dalam internal control perusahaan keseluruhan. Pada saat satu kunci kontrol gagal, maka managemen harus punya kontrol mitigasi yang efektif dan dapat mencegah terjadinya kesalahan pada laporan keuangan yang menjadi material. Quantitatif factor mempunyai peranan besar untuk menentukan potensi kesalahan yang dapat timbul dari control deficiencies. PCAOB memfokuskan pada kemungkinan kesalahan yang timbul. Exception 3 : Accounting Estimates Mengestimasi kejadian-kejadian keuangan adalah penting, untuk kebutuhan manajemen melaporkan pendapatan dan keadaan asset yang sesungguhnya pada saat itu. Sepanjang proses estimasi itu wajar, CPA tidak dapat menyimpulkan adanya control deficiency saat nilai yang actual di abndingkan dengan estimasi, walaupun variancenya besar. Apabila proses estimasi cacat, rusak atau tidak wajar artinya control deficiency ada. Uncorrected/unrecorded misstatement juga mungkin ada. • Ketersediaan teknologi • Prosesnya normal bagi suatu industri • Diketahui dan disetujui auditor independen perusahaan Exception 4 : Fraud Section 303 (a), “pengaruh yang tidak benar pada cara audit”, mengatakan adalah tidak sah untuk setiap pejabat atau direksi untuk “mengambil tidakan curang, memaksa, manipulasi atau menyesatkan semua akuntan publik atau bersertifikat dalam menjalankan audit keuangan dengan tujuan membuat laporan yang menyesatkan.” Fraud umumnya tidak terbatas dari jumlahnya tapi dari maksud. Fraud terhadap perusahaan adalah seseorang yang berusaha untuk merugikan perusahaan dengan menyalahgunakan atau menyelewengkan asset perusahaan untuk kepentingan diri sendiri. Selain itu, Fraud terhadap perusahaan adalah karyawan yang membantu perusahaan memanipulasi laporan keuangan. 33

Summary Paper 8 NONPROFIT ORGANIZATIONS’ COST ALLOCATIONS

Sebuah suvey thn 2001 oleh better Business BureauWise giving Alliance dan Princeton Research Associates ditemukan 70% dari orang mensurvei menemukan itu sulit untuk menentukan apakah satu derma adalah sah. Beberapa derma adalah hanya tidak efisien,satu jarang sedikit adalah pada dasarnya medan dibentuk untuk mengumpulkan uang untuk pengayaan organisator atau konsultan mereka. Mahkamah Agung telah tidak menyetujui usaha untuk undang-undang melawan pemborosan/ketidakcakapan. Beberapa keadaan/ Negara bagian mengira dimana biaya pengumpulan dana tinggi, sebagai sebuah persentase donasi, dalam beberapa hal suatu penipuan terhadap public. Riley v. federation Nasional Blind N.C, Court mencatat menyelenggarakan suatu Negara bagian itu tidak bisa memaksa derma atau pencari dana professional untukmencangkup satu pernyataan tentang pengumpulan dana mereka memerlukan biaya prosentase di dalam permohonan mereka. Madigan v. Telemarketing Associates Telemarketing Associates, Inc mempunyai satu rangkaian kontrak dari 1987 untuk 1995 untuk melakukan kampanye telemarketing untuk vietNow National Headquarted, Satu organisasi nirlaba tujuannya menyatakan harus membantu veteran Vietnam. Telemarketing Associates Juga dilakukan beberapa layanan untuk VietNow sepeti Memproduksi Satu Majalah. Telemarketing Associates juga bertindak sebagai satu perantara untuk upaya pengumpulan dana oleh telemarketing lain dipastikan di keadaan.negara bagian lain. Pada tahun 1991, Illinois menyimpan file satu keluhan melawan telemarketing Associates dan defen lain. Sejalan dengan berkembangnya, keluhan membebankan/menuntut Telemarketing Associates mempunyai surat sumpah dari donor bagaimana uang sedang digunakan. Pada pokoknya, keadaan /Negara bagian menyembunyikan donor itu didorong kea rah percaya bahwa uang mereka akan digunakan untuk komitmen spesifik, ketika sesungguhnya nyaris satu jumlah nominal sedang menghabiskan di atas terhadap hal lain. Mahkamah Agung Illois menyimpulkan bahwa tindakan terutama berbasis pada pertimbangan jaksa agung Illinois bahwa sejumlah menghabiskan di atas pengumpulan dana, dan bahwa hal ini adalah satu basis tidak pantas untuk tindakan penipuan. Pada tahun 2002 cbbb Wise Giving Alliance mempererat standar tata kelola bisa diterimanya ahli untuk organisasi nirlaba. Itu saat ini merupakan organisasi untuk menghabiskan sedikitnya 65% dari total biaya diatas/terhadap program relat-aktivitas34

aktivitas. Standar utama/ lebih dulu organisasi yang hanya diperluakan untuk menghabiskan 50% dari total bertemunya standar baru. Perhatian besar sedang membayar kepada pengumpulan dana memerlukan biaya perbandingan telah disoroti kelemahan dalam definisi dan konsistensi aplikasi standar. Standar harus juga mempertimbangkan apakah aturan akuntansi untuk alokasi biaya gabungan pengumpulan dana dan kativitas aktivitas nasional, saat ini memperlakukan biaya terjadi secara internal dengan cara berbeda dari biaya terjadi dengan menggunakan suatu diluar fundrais, menghasilkan data dapat diperbandingkan melintasi organisasi. Akuntan harus terbiasa dengan semua standar professional bisa diterapkan mengatur alokasi baiya. Mereka harus merekomendasikan review prosedur-prosedur alokasi mereka secara hati-hati, untuk menyediakan satu pertahanan melawan meminta baiaya alokasi tidak beralasan.

35

Summary Paper 9 ACCOUNTING STANDARDS SETTING : INCONSISTENCIES IN EXISTING GAAP

Pada oktober 2002, FASB menerbitkan sebuah usulan untuk memakai prinsipprinsip Yang mendasar pada keadaan standar-standar akuntansi. Usulan atau proposal FASB adalah sebuah reasi pada kekomplekkan dari “rule-based” atau cookbook. Bnayak dari pedoman FASB yang baru ini telah menjadi aturan-penggerak dan komplek atau bentrok. Sebagai contoh yaitu luas pembahasan dan keamanannya. Sebagian besar dari current GAAP berdasarkan pada standar-standar yang telah diadopsi. Sebelum kelengkapan dari proect kerangka konsep atau pengumuman resmi oleh pendahulu-pendahulu FASB. Keberadaan GAAP terlihat ketidak konsekuenan dengan karakteristik pertama dari prinsip-berdasarkan standar-standar, bahwa mereka menjadi dasar “dikembangkannya dan secara konsisten menggunakan konsep pendukung”. Secara spesifik adanya ketidak konsistenan yang elas terlihat dalam tiga bidang 1) pelaksanaan kontrak 2) penilaian cash flow 3) stock deviden dan stock split. Purcase Commitment VS Supply Commitment Dua syarat utama pelaporan untuk pihak yang masuk ke dalam komitment pembelian adalah : 1. perusahaan yang masuk ke dalam perjanjian pembelian diminta bahwa SFAS 47 untuk mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan 2. perusahaan yang mempunyai komitmen pembelian perusahaan telah lama diminta dibawah ARB 43 untuk mengakui kekurangan dalam periode yang mana harga pasar dari barang-barang yang dibeli dibawah commitment harga pasar. Pada syarat pertama adalah konsisten dengan tuuan laporan keuangan yang dijelaskan dalam SFAC 1 yang mana laporan financial harus menyediakan informasi tentang sumber-sumber ekonomi dari sebuah perusahaan dan klaim untuk sumber-sumber lainnya. Dan informasi untuk membantu investor dan kreditor menilai besarnya. Sayangnya pengungkapan syarat yang digunakan hanya untuk yang terkait dengan komitmen purchase. Karena jangka komitmen pembelian tidak mungkin disatukan dengan persiapan financial, investor, dan kreditor munkin tidak menyadari dari beberapa komitmen sehingga sedikit pengakuan dari ARB 43. Purchase Commitment dan Lease Capital GAAP untuk lease asalnya dari SFAS 13, yang mana bahwa jika salah satu criteria tertentu bertemu dengan lease kontrak boleh ditinjau, dalam substance sebagai cicilan

36

dari pembelian yang dileasing oleh lessee. Leasing yang bertemu dengan salah satu criteria dibawah ini dipertimbangkan sebagai capital lease.: 1. kepemilikan transfer property ke lessee pada akhir tahun dari akhir perjanjian lease. 2. lease berisi option persetujuan pembelian 3. masa lease sama dengan 75% atau lebih dari estimasi economic life atau property pada permulaan dari masa lease 4. nilai present dari minimum pembayaran lease pada permulaannya adalah 90% atau lebih dari fair value dari asset yang dileasingkan. Komitmenpembelian yang tidak dapat dibatalkan diamana purchace setuu untuk membeli suatu product melebihi dari extend period waktunya. Keduanya komitmen pembelian ini dan lease capital adalah contract executory yang secara substantive mengharuskan purchacer membuat pembyaran yang akan datang dari pihak lainnya sepanjang pihak yang lain melakukan berdasarkan masa kontrak. Sebagai informasi tentang commitment pembelian selalu di ungkap ika salah satu criteria bertemu. Satu penjelasan yang mungkin adalah komitmen pembelian adalah fully executory. Yaitu kedianya baik purchaser maupun supplier telah ada dalam contrac yang mana kontrak lease unilaterally performed. Untuk memperdayakan/ menghafalkan system, FASB harus memerluakan penyingkapan sebagaimana diuraikan dalam SFAS 47 mengenai semua noncancelable pembelian kewajiban, tidak hanya mereka yang bertemu (menetapkan ukuran-ukuran). Sejalan dengan menyatakan lebih awal, beberapa penyingkapan akan konsisten dengan objektif digambarkan sdi dalam FASB. Valuasi Future Cash Outflows. Satu objektif penolakan awal valuation dan penilaian aktiva mulai segar-segar serta liabilities harus menggunakan satu tampak, jumlah pasar ditentukan. Baru-baru ini, FASB telah menetapkan dan meluas prinsip ini dengan SFAS 7, yang menyatakan “tuuan menggunakan sebelum nilai dikirim dalam satu pengukuran akuntasi harus menangkap pada tingkat memungkinkan, perbedaan ekonomi antara kumpulan arus kas masa depan” meskipun begitu GAAP saat ini dimana objekif ini tidak bertemu. Khususnya pajak pendapatan menunda, restrukturisasi hutang menyusahkan, dan pengenalan pendapatan bunga dibawah SFAS 115. Income menunda Taxes. Dengan vagaries keuntungan internal code, pemilihan waktu pendapatan jauh pembayaran sering berbeda pada hakekatnya dari provisi untuk pajak laba dibawah GAAP, adakalanya mempercepat tetapi sebagian besar sering signifikan menunda pembayaran pajak.satu argument untuk melanggar mempertemukan prinsip mendirikan/ menetapkan dibawah APB Opinion 21 dan SFAC 7 adalah bahwa pemilihan waktu 37

pembayaran pajak masa depan, yang berhubungan dengan pembalikan perbedaan sementara antara buku dan pendapatan pajak, adalah tidak pasti untuk dikeahui atau diperkirakan.untuk konsisten dengan SFAC 7, biaya pajak pendapatan harus merefleksikan perbedaan ekonomi dimana menghasilakan dalam pemilihab waktu pembayaran tunai. Debt menyusahkan Restrukturisasi Aplikasi SFAC 7 akan menunjukan satu laju menrefleksikan resiko default saat ini, dengan mengetahui keadaan ini mendorong ke ara restrukturisasi, bias menjadi cukup tinggi. SFAS 114 memerlukan bahwa kreditur diskon arus kas sama ini dilau bersejarah digunakan untuk catatan asli. SFAS 15 tidak memerlukan arus kas baru untuk discounted diresiko laju default yang saat ini atau bahkan lau sejarah. Sebagai gantinya standar memerlukan itu, ika arus kas undisconted dibawah istilah dimodifikasi baru atau lebh besar dari membawa nilai hutang, bunga /minat mengenali dalam periode sewa dan masa depan adalah membatasi ke akses tersebut. Pengenalan Pendapatan bunga Akuntasi perhitungan laba-rugi tidak konsisten dengan akuntasi neraca, karena SFAS 115 memerlukan bahwa pendapatan bunga melanjutkan untuk dikenali di tingkat bunga oleh harga pasar terhadap tanggal pembelian. Penyesuaian harga pasar apapun rekening diperlukan untuk membawa sudah ada membawa nilai keamanan hutang bermain tidak ada peran dalam menentukan pendapatan bunga untuk mengikuti rekening periode tersebut. Ketidak selarasan ini adalah indikasi lain dimana aturan spesifik mengambil alih aplikasi konsisten prinsip. Saham Dividen dan Saham Dipecah Tiga jenis distribusi persedian/ saham pada pemegang saham umum tidak mencangkup mempertimbangkan saham dividen kecil, saham dividen besar dan saham dipecah. Saham Di pecah ARB 43 mendifinisikan satu saham dipecah sebagai satu pengeluaran oleh korporasi saham biasa sendiri nya. Shareholder tanpa pertimbangan dan dibawah kondisi menandakan bahwa beberapa tindakan adalah menanyakan tertutama oleh sesuatu keinginana untuk meningkatkan jumlah saham terkemuka dengan maksud mengakibatkan harga pasar unit mereka dengan demikian dr perolehan lebih luas distribusi dan meningkatkan kelaikan pasar.

Saham Dividen besar 38

ARB 43 menggammbarkan saham dividen dimana number saham mengeluarkan begitu besar nilai/harga saham pasar mereka akan materiality berkurang sebagai dari substansi, saham dipecah “ mengakibatkan dalam bentuk satu dividen Saham dipecah dan saham dividen large Terdapat 2 alasan mengapa tidak berguna penenganan ditentukan untuk saham dipecah : 1. karena persamaan nilai adalah berubah untuk merefleksikan saham tambahan terkemuka, saham dipecah tidak mengubah persyaratan modal resmi 2. komite terhadap prosedur akuntansi meredakan bahwa harga saham akan secara penuh melakukan penyesuaian untuk merefleksikan penambahan berbagai hal. ARB 43 ayat 11 membuat bahwa selubung memnadang saham dividen lebih besar dari 20% untuk 25 % saham terkemuka sebagai saham dipecah dari pada dividen. Tidak seperti saham dipecah, bagaimanapun saham dividen besar menyebabkan suatu perubahan di dalam modal resmi, dimana harus ada akuntasi. Dengan begitu standar memrlukan satu transfer satu jumlah sepadan dengan nilai nominal saham , saham mengeluarkan dari laba ditahan/ ke persedian saham umum, untuk meliputi satu saham dividen besar. Transparasi dan consistency Ketidakselarasan harus dipecahkan dan FASB Conceptual Framework harus diperkuat pada minimize kemungkinana pengeluaran tambahan standar itu adalah tidak konsisten satu sama lain, demikian pula untuk menyediakan satu basis teoritis yang lebih lagi menyatu untuk mengembangkan GAAP masa depan.

39

Related Documents

Summary Paper
May 2020 2
Tugas Ta (!).docx
May 2020 5
Ta Sap 9.docx
May 2020 7
Ta Ta
August 2019 56
2005 Paper Summary
April 2020 4

More Documents from ""