Akut Abdomen Non-Trauma
Bab ini akan membahas tentang tata laksana pada pasien Akut Abdomen Non-Trauma. Sumber utama yang akan digunakan adalah Acute care surgery : principles and practice, edisi 6. Latar Belakang Akut abdomen adalah istilah yang dapat digunakan untuk kondisi dalam bidang bedah, medis, dan ginekologik yang memiliki rentang mulai dari keadaan biasa sampai kondlisi yang mengancam jiwa. Akut abdomen berkisar 5-10% dari semua keluhan di unit gawat darurat. Akut abdomen dapat dalam onset segera, beberapa jam, atau beberapa hari tergantung dari penyebab penyakitnya.
Undifferentiated Abdominal Pain (UDAP) Rekomendasi Level II 1. Pasien dengan akut abdomen harus dievaluasi mulai riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan temuan laboratorium. 2. Pasien dengan undifferentiated abdominal
pain (UDAP) apabila
dipulangkan disertai nasehat pulang dan follow-up.
Evaluasi Nyeri Abdomen Rekomendasi Level II 1. Jangan membatasi diagnosis hanya berdasarkan lokasi nyeri abdomen
2. Jangan
menggunakan
adanya
atau
tidak
adanya
demam
untuk
membedakan etiologi nyeri abdomen bedah dari non-bedah. Level III 1. Gunakan evaluasi serial selama beberapa jam untuk meningkatkan akurasi diagnostik pada pasien dengan etiologi nyeri perut yang tidak jelas. 2. Kumpulkan data yang lengkap sebelum mendapat diagnosis banding 3. Lakukan pemeriksaan FOBT (Fecal Occult Blood Test) pada pasien dengan nyeri abdomen. 4. Lakukan pemeriksaan pelvis pada pasien wanita dengan nyeri abdomen
Evaluasi Nyeri Abdomen pada Geriati Rekomendasi Level III : identifikasi pasien risiko tinggi pada tampilan klinis yang tidak khas untuk menghindari misdiagnosis.
Cara menghindari Commonly Missed Diagnoses Rekomendasi Level III 1. Lakukan pemeriksaan EKG pada pasien tua dan risiko penyakit jantung dengan tampilan nyeri abdomen bagian atas dan tampilan klinis yang etiologinya tidak jelas 2. Lakukan tes kehamilan pada semua pasien atau remaja muda yang datang dengan nyeri abdomen 3. Gunakan pemeriksaan ultrasonografi atau CT-Scan yang dapat membantu mengevaluaasi Abdominal Aortic Aorta (AAA) pada pasien dengan
kondisi stabil yang berusia lebih dari 50 th dengan nyeri abdomen yang tidak dapat dijelaskan 4. Pertimbangkan diagnosis appendisitis pada wanita yang didiagnosis pelvic inflammatory disease (PID) atau urinary tract infections (UTI).
Pembahasan Dokter yang bertugas di unit gawat darurat harus terlatih untuk mengevaluasi peritoneum yang inflamasi. Tanda-tanda tersebut antara lain nyeri lepas, nyeri dengan batuk, nyeri saat berubah posisi, dan nyeri saat diketuk di tumit. Pada pasien yang pada pemeriksaan fisik tampil dalam keadaan peritonitis difus yang jelas, tidak diperlukan pemeriksaan radiologis karena laparotomi sudah diindikasikan. Tetapi untuk keadaan di mana pasien dengan distensi abdomen yang berhubungan dengan obstruksi atau inflamasi (misalnya enteritis atau kolitis), dapat mengakibatkan nyeri seluruh perut yang difus sehinggan disebut “mimicking peritonitis”, maka rontgen abdomen dapat membantu untuk perkiraan diagnosis yang lebih tepat. Pada pasein usia tua, penyebab nyeri abdomen biasanya lebih berat daripada etiologi pada usia muda, dan lebih sering mis-diagnosis. Pada suatu penelitian, sekitar 14% pasien usia tua yang lebih dari 50 tahun dengan appendisitis memiliki nyeri seluruh perut jika dibanding hanya 2% pada pasien yang lebih muda. Sebagai tambahan, pasein usia tua dengan nyeri abdomen memiliki penyakit katastrofik yang jarang mucul pada pasien usia muda, termasuk iskemia mesenterik, ruptur abdominal aortic aorta (AAA), dan infark otot jantung.
Kesimpulan Nyeri abdomen merupakan keluhan yang umum pada unit gawat darurat. Anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaaan penunjang yang rasional diperlukan untuk ketepatan diagnosis dan terapi. Kehatihatian lebih pada evaluasi nyeri abdomen harus dilakukan untuk menghindari misdiagnosis, khususnya pada pasein usia tua. Rekomendasi 1. Pasien dengan akut abdomen harus dievaluasi mulai riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan temuan laboratorium.(Level II) 2. Pasien dengan undifferentiated abdominal pain (UDAP) apabila dipulangkan disertai nasehat pulang dan follow-up. (Level II) 3. Jangan membatasi diagnosis hanya berdasarkan lokasi nyeri abdomen (Level II) 4. Jangan menggunakan adanya atau tidak adanya demam untuk membedakan etiologi nyeri abdomen bedah dari non-bedah. (Level II) 5. Gunakan evaluasi serial selama beberapa jam untuk meningkatkan akurasi diagnostik pada pasien dengan etiologi nyeri perut yang tidak jelas. (Level III) 6. Kumpulkan data yang lengkap sebelum mendapat diagnosis banding (Level III) 7. Lakukan pemeriksaan FOBT (Fecal Occult Blood Test) pada pasien dengan nyeri abdomen. (Level III) 8. Lakukan pemeriksaan pelvis pada pasien wanita dengan nyeri abdomen. (Level III) 9. Pada kasus geriatri, identifikasi pasien risiko tinggi pada tampilan klinis yang tidak khas untuk menghindari misdiagnosis. (Level III) 5. Lakukan pemeriksaan EKG pada pasien tua dan risiko penyakit jantung dengan tampilan nyeri abdomen bagian atas dan tampilan klinis yang etiologinya tidak jelas(Level III) 6. Lakukan tes kehamilan pada semua pasien atau remaja muda yang datang dengan nyeri abdomen (Level III) 7. Gunakan pemeriksaan ultrasonografi atau CT-Scan yang dapat membantu mengevaluaasi Abdominal Aortic Aorta (AAA) pada pasien dengan kondisi stabil yang berusia lebih dari 50 th dengan nyeri abdomen yang tidak dapat dijelaskan (Level III) 8. Pertimbangkan diagnosis appendisitis pada wanita yang didiagnosis pelvic inflammatory disease (PID) atau urinary tract infections (UTI). (Level III)
DAFTAR PUSTAKA 1.
Sauba Et al.. Acute care surgery : principles and practice, 6th Ed. New York : WebMD Inc.2007:421-26.
2.
Colucciello SA., Dalsey WC., Decker WW., et al. Clinical policy: critical issues for the initial evaluation and management of patients presenting with a chief complaint of nontraumatic acute abdominal pain. Ann Emerg Med 2000;36:406-15.