52498_seminar Akuntansi Kel.3.docx

  • Uploaded by: Amanda Viandari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 52498_seminar Akuntansi Kel.3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,355
  • Pages: 27
MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI “TRANSFER PRICING ATAU PENENTUAN HARGA TRANSFER” Penerapan Metode Transfer Pricing pada PT. KLM Dosen Pengampu: Drs. Topo Wijono M.Si

Disusun Oleh: Melda Phandiati

(165030200111045)

Annaj Sellyna

(165030200111048)

Affrah Salma Putriani

(165030201111060)

Sistin Khoiruddah

(165030201111065)

Samuel Josef William N

(165030207111041)

Lola Triska Permata

(165030207111064)

KELAS : C

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMIINISTRASI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

MALANG 2019 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, dunia seolah-olah tanpa batas. Pengaruh globalisasi juga terjadi dalam bidang ekonomi dan bisnis. Perusahaan-perusahaan tidak hanya melakukan kegiatan bisnisnya hanya suatu negara saja. Banyak perusahaan yang melaksanakan kegiatan lintas negara baik melalui cabang maupun anak perusahaannya. Perusahaan-perusahaan semacam ini dinamakan perusahaan multinasional (multinational corporation atau multinational company/ MNC).

Fenomena yang terjadi saat

kini, transfer pricing seringkali digunakan secara ilegal oleh beberapa perusahaan multinasional dalam rangka memperkecil beban pajaknya. Masalah transfer pricing ini juga tidak terlepas dari fenomena bisnis perusahaan besar yang multi unit yang akan melakukan ekspansi usaha ke luar negeri dengan mengoprasikan usahanya secara desentralisasi dan mengimplementasikan konsep cpstreveneu atau konsep corporate profit center. Idealnya, konsep desentralisasi profit center tersebut merupakan pula alat yang dapat mengukur dan menilai kinerja yang juga salah satu tujuan manajemen serta motivasi pengelolaan unit-unit perusahaan multinasional yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Di samping itu, masalah ketat/tidaknya pengawasan aparat pemerintah yang terkait serta kebutuhan informasi, merupakan hal vang akan mendorong pelaksanaan transfer pricing, sehingga secara keseluruhan

beberapa

pricing tersebut seperti

faktor

pendorong

Pemanfaatan transfer

pemicu

munculnya

pricing dalam

bisnis

masalah transfer dan

invesatsi

internasional, Pengawasan transfer pricing oleh aparat perpajakan dan bea cukai di beberapa negara.

1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Apa yang dimaksud dengan transfer pricing? Apa saja tujuan dari transfer pricing? Bagaimana tujuan transfer pricing internasional? Apa saja metode-metode transfer pricing? Bagaimana memilih metode transfer pricing yang benar? Bagaimana isu-isu pajak internasional dalam transfer pricing? Apa saja standar hubungan istemewa (Arm’s-length standart)? Bagaimana transfer pricing dalam Peraturan Perpajakan Indonesia? Bagaimana kesepakatan harga (Advance Pricing Agreements)?

1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mengetahui pengertian transfer pricing Mengetahui tujuan dari transfer pricing Memahami mengenai tujuan transfer pricing Internasional Memahami metode-metode transfer pricing Mengetahui cara memilih metode transfer pricingyang benar Mengetahui isu-isu pajak Internasional dalam transfer pricing Memahami mengenai standart hubungan istimewa (Arm’s-length standart) Mengetahui transfer pricing yang terdapat dalam peraturan perpajakan Indonesia Memahami mengenai kesepakatan harga (Advance Pricing Agreements)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Transfer Pricing Penentuan harga transfer adalah penentuan dari suatu harga pertukaran pada saat unitunit bisnis yang berbeda di dalam suatu perusahaan bertukar produk-produk atau jasa-jasa. Produk-produk tersebut mungkin merupakan produk-produk akhir yang terjual pada pelanggan luar atau produk-produk menengah yang merupakan komponen-komponen produk akhir. Penentuan harga transfer adalah salah satu dari kegiatan-kegiatan yang paling stratejik dalam manajemen UBS. Penentuan harga transfer tidak hanya secara langsung mempengaruhi tujuan-tujuan stratejik perusahaan (seperti keputusan mengenai bagian-bagian mana dari rantai nilai yang seharusnya diginakan oleh perusahaan) tetapi juga mengharuskan koordinasi di antara fungsi-fungsi pemasaran, prosuksi, dan keuangan. Penentuan harga transfer mempengaruhi keputusan-keputusan laba sumber bahan-bahan dan bagian-bagian, perencanaan pajak, dan pemasaran produk-produk akhir dan menengah secara potensial. Karena otonomi pembuatan keputusan yang signifikan diinginkan untuk mempertinggi motivasi unit-unit bisnis, maka jangan diinginkan agar harga transfer ditetapkan dalam suatu cara arm’s-length antar unit-unit tersebut artinya unit-unit tersebut sebaiknya berperilaku seakan-akan merupakan bisnis-bisnis yang bebas. Menentukan harga transfer dalam cara ini diinginkan tidak hanya dari suatu sudut pandang manajemen tetapi juga untuk tujuan-tujuan pajak, sebagaimana dijelaskan di sini mencakup teknik-teknik untuk menangani berbagai keadaan.

Kapankah penentuan harga transfer itu penting? transfer produk dan jasa antar unit -unit bisnis adalah yang paling umum di dalam perusahaan-perusahaan dengan suatu derajat integrasi vertikal yang tinggi. Perusahaan-perusahaan yang terintegrasi secara vertikal menggunakan sejumlah kegiatan-kegiatan penciptaan nilai yang berbeda dalam rantai nilai. Perusahaan-perusahaan produk kayu, produk produk makanan, dan produk konsumen berada dalam jenis ini. Sebagai contoh, suatu produsen komputer harus menentukan harga transfer jika produsen tersebut mempersiapkan chip-chip dan papan-papan, dan komponen-komponen komputer yang lain, sebagaimana merakit komputer itu sendiri. Suatu cara yang berguna untuk memperlihatkan konteks penentuan harga transfer adalah menciptakan suatu grafik seperti perage 19.8 yang menunjukkan unit-unit bisnis yang terlibat dalam transfer produk dan jasa dan mengidentifikasi apakah produk dan jasa itu berada di dalam atau di luar perusahaan, internasional atau domestik. Perage 19.8 menunjukkan transfer-transfer untuk suatu produsen komputer hipotesis, High Value Computer (HVC) yang membeli suatu komponen kunci , x-chip, dari pemasok-pemasok internal maupun eksternal. Unit internal yang membuat x-chip menjualnya secara internal maupun secara eksternal, dan komponenkomponen yang lain dibeli dari sumber-sumber internasional. Unit-unit yang dibuat ditransfer ke unit-unit penjualan domestik maupun asing. Dimana diketahui, harga transfer ditunjukkan dalam perage 19.8.

Peran akuntansi manajemen adalah untuk menentukan harga transfer yang sesuai untuk penjualan internal x-chip tersebut. Kita memulai dengan mempertimbangkan tujuantujuan penentuan harga transfer. 2.2 Tujuan Penentuan Harga Transfer Tujuan penentuan harga transfer sama dengan tujuan untuk UBS. Tujuan-tujuan ini adalah (1) Memotivasi manajer-manajer, (2) Menyediakan suatu insentif bagi manajer-manajer untuk membuat keputusan yang konsisten dengan tujuan-tujuan perusahaan, dan (3) Menyediakan suatu dasar untuk secara adil memberikan penghargaan kepada manajer-manajer. Dalam memenuhi tujuan tersebut, penentuan harga transfer juga harus mengakui tujuan-tujuan strategis perusahaan. Sebagai contoh, suatu tujuan strategis yang penting untuk penentuan harga transfer adalah meminimalkan pajak lokal dan internasional. Dengan menetapkan suatu harga transfer yang tinggi untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu negara dengan pajak yang relatif tinggi, perusahaan dapat mengurangi kewajiban pajak tingkat perusahaan secara keseluruhan. Ini akan meningkatkan biaya dan oleh karenanya mengurangi laba unit yang melakukan pembelian dalam negara yang berpajak tinggi, sehingga akan meminimalkan pajak di negara tersebut. Pada waktu yang bersamaan, laba yang lebih tinggi yang ditunjukkan oleh unit penjual (sebagai suatu akibat dari harga transfer yang tinggi) akan dikenakan pajak pada tingkat-tingkat yang lebih rendah di negara penjual itu sendiri. Tujuan strategis lainnya dari penentuan harga transfer adalah mengembangkan kemitraan yang strategis. Suatu harga transfer yang relatif tinggi dapat digunakan untuk mendorong unit-unit internal agar membeli dari suatu pemasok eksternal, untuk mendorong suatu hubungan bisnis eksternal dengan perusahaan yang ingin berkembang karena kualitas pemasok tersebut, atau untuk memperoleh jalan masuk ke suatu pasar dalam suatu negara yang baru. Hal ini juga dapat membantu suatu unit yang lebih baru atau lebih lemah untuk tumbuh, membuat suatu unit yang lebih untuk pemutaran atau penjualan ke investor-investor luar. 2.3 Tujuan Penentuan Harga Transfer Internasional

Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari penentuan harga transfer menjadi suatu pertimbangan penting, khususnya berkenaan dengan masalah pajak. Tujuan internasional lainnya mencakup meminimalkan beban-beban cukai, berkenaan dengan larangan-larangan kurs pemerintah asing, dan berkenaan dengan risiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Pengambilalihan (expropriation) terjadi pada saat pemerintah asing mengambil kepemilikan dan kendali aktiva-aktiva yang telah diinvestasikan oleh investor domestik di negara tersebut. 

Minimalisasi Beban-beban Cukai Jumlah harga transfer dapat memengaruhi keseluruhan biaya, termasuk beban-beban cukai, atas barang-barang yang diimpor dari suatu unit asing. Sebagai contoh, High Value Computer, jika beban-beban cukai signifikan pada bagian-bagian dan komponen-komponen yang diimpor oleh unit manufaktur domestik, suatu harga transfer yang relatif rendah pada impor ini akan memberikan manfaat kepada



perusahaan secara keseluruhan untuk mengurangi jumlah beban-beban cukai. Kendala-kendala Kurs Sejalan dengan suatu unit asing menumpuk laba, terdapat masalah yang muncul di beberapa negara yang membatasi jumlah dan/atau waktu pengiriman kembali laba ini ke perusahaan induk. Suatu cara untuk menghadapi hambatan ini adalah menetapkan suatu harha transfer sehingga keuntungan itu terakumulasi pada suatu tingkat yang relatif rendah. Tujuan ini harus dipertimbangkan bersama-sama dengan tujuan



penentuan harga transfer yang lain. Risiko Pengambilalihan Pada saat terdapat risiko pengambilalihan yang signifikan, perusahaan domestik dapat melakukan tindakan-tindakan yang sesuai seperti membatasi investasi baru, mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan pemerintah asing, dan menetapkan harga transfer seperti halnya dana-dana dipindahkan dari negara asing tersebut secepat mungkin.

2.4 Metode-metode Penentuan Harga Transfer Untuk menentukan Harga Transfer ada 4 metode, (1) variabel cost; (2) full cost, (3) market price dan (4) negotiated price. Masing-masing memiliki keunggulan dan keterbatasan, dan pilihan metodenya tergantung pada suatu pertimbangan yang hati-hati terdapat keadaan-keadan yang ada, berikut merupakan penjelasan dari 4 metode tersebut: a. Metode Variabel Cost

Metode ini menetapkan harga transfer yang sama dengan biaya variabel unit penjualan. Metode ini diinginkan pada saat unit penjualan memiliki kapasitas yang berlebihan, dan tujuan utama dari harga transfer adalah untuk memuaskan permintaan internal untuk barang-barang. Harga Transfer yang relative rendah mendorong pembelian secara internal. Meskipun demikian, metode ini tidak sesuai pada saat unit yang melakukan penjualan adalah suatu USB laba atau investasi karena akan secara buruk mempengaruhi laba penjualan. b. Metode Full Cost Merupakan metode Harga Transfer yang paling umum digunakan. Suatu keungggulan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini dipahamu dengan baik dan informasi siap tersedia dalam catatan-catatan akuntansi. Suatu kelemahan kunci adalah bahwa metode ini meliputi biaya-biaya tetap, yang dapat menyebabkan pembuatan keputusan jangka pendek yang tidak cocok. c. Metode Market Price Metode yang paling disukai dan keuda yang paling umum digunakan. Keunggulan kuncinya adalah bahwa sifatnya objektif, paling baik dalam memenuhi kriteria keputusan arm’s length yang diinginkan baik untuk manajemen maupun untuk tujuantujuan pajak. Suatu kelemahan kuncinya adalah bahwa harga pasar sering kali tidak tersedia, terutama unutuk produk-produk menengah. d. Metode Negotiated Price Metode ini melibatkan suatu proses negoisasi dan kadang-kadang arbitrasi antarunitunit untuk menentukan harga transfer. Metode ini diinginkan pada saat unit-unit memiliki suatu jarak pertentangan yang signifikan, dan negosiasi dapat menghasilkan suatu jarak yang disepakati. Keterbatasannya adlah bahwa metode ini dapat mengurangi otonomi unit-unit seperti yang diinginkan. Perusahaan-perusahaan secara umum yang menggunakan dua metode atau lebih biasanya disebut sebagai dua pricing. Sebagai contoh, pada saat terdapat banyak pertentangan di antara dua unit, full cost standar mungkin digunakan sebagai harga transfer bagi pembeli, sementara harga pasar mungkin digunakan bagi penjual. Perbedaan antara kedua harga tersebut diakumulasi pada tingkat perusahaan. 2.5 Memilih Metode Penentuan Harga Transfer yang Benar

Tiga factor kunci untuk dipertimbangkan dalam memutuskan apakah akan melakukan transfer-transfer internal atau tidak, dan oleh karenanya juga yang dipertimbangkan dalam memutuskan harga transfer adalah : 1. Apakah terdapat pemasok luar ? Jika tidak, maka tidak ada harga pasar, dan harga transfer yang paling baik didasarkan pada biaya atau harga yang dinegosiasikan. Jika terdapat suatu pemasok luar, kita perlu mempertimbangkan hubungan biaya variable penjual dalam dengan harga pasar pemasok luar, dengan menjawab pertanyaan kedua. 2. Apakah biaya variable penjual lebih kecil daripada harga pasar ? Jika tidak, maka cenderung terjadi hanya biaya-biaya penjual jauh lebih tinggi, dan pembeli sebaiknya membeli diluar. Disisi lain, jika biaya variable penjual lebih kecil daripada harga pasar, maka kita perlu mempertimbangkan penggunaan kapasitas dalam unit penjualan, dengan menjawab pertanyaan ketiga. 3. Apakah unit penjual beroperasi pada kapasitas penuh ? Artinya akankah pesanan dari pembeli internal menyebabkan unit penjualan menyangkal/menolak kesempatan-kesempatan penjualan yang lain? Jika tidak, maka divisi penjualan seharusnya menyediakan bagi pembeli internal dan harga transfer sebaiknya diantara biaya variable dan harga pasar. Sebaliknya, jika unit penjualan berada pada kapasitas penuh, maka perlu menentukan dan membandingkan penghematan-penghematan biaya penjualan internal versus biaya oportunitas atas penjualan yang hilang dalam divisi penjualan. Jika penghematan-penghematan biaya pada pembeli dalam lebih besar daripada biaya penjualan yang hilang pada penujual, maka unit pembelian seharusnya membeli di dalam, dan harga transfer yang tepat seharusnya adalah harga pasar. Analisis tiga pertanyaan ini berasal dari sudut pandang manajemen puncak dan oleh karenanya merupakan hasil yang diinginkan dari unit-unit yang membuat keputusankeputusan ini secara otonomi. Suatu pendekatan yang baik yang melindungi otonomi unit yang banyak adalah memperoleh garis-garis panduan yang jelas berkenaan dengan tujuantujuan manajemen puncak dalam penentuan harga transfer. Manajer-manajer unit seharusnya mengetahui bahwa tindakan-tindakan otonomi yang lebih mendukung suatu unit daripada

kepentingan perusahaan sebagai suatu keseluruhan dipandang secara negative dalam evaluasi kinerja akhir tahun manajer unit tersebut. Menetukan harga transfer yang tepat dan keputusan transfer yang benar dapat dilukiskan dengan menggunakan kasus High Value Computer (Peraga 19-8). High Value memiliki pilihan untuk membeli x-chip di luar perusahaan seharga $85 atau membuat chip tersebut. Informasi yang relevan ditampilkan dalam porsi atau dari Peraga 19-11. Porsi yang lebih rendah dari Peraga 19-11 menunjukkan perhitungan biaya-biaya yang relevan untuk masing-masing dari pilihan tersebut. Suatu perbandingan pilihan-pilihan satu dan dua dalam Peraga 19-11 menunjukkan bahwa perusahaan sebagai suatu keseluruhan mendapatkan manfaat pada pilihan satu di mana unit manufaktur membeli x-chip di luar, dan unit x-chip juga menjual keluar. Alasannya adalah penghematan sebesar $25 pada unit manufaktur atas penjualan internal x-chip (harga diluar $85 dikurangi biaya variable $60) adalah lebih kecil daripada biaya oportunitas pada unit x-chip sebesar $35 per unit (harga diluar $95 dikurangi biaya variable $60). Pemilihan Harga Transfer yang Tepat

Pertama : Jika tidak ada suplai dari luar

Keputusan untuk Transfer Membeli dari dalam

Harga transfer Biaya atau harga kesepakatan/negosiasi

Jika ada suplai dari luar, jawab pertanyaan kedua berikut ini. Jika biaya variable penjual lebih besar daripada harga di luar, penjual harus memperhatikan cara untuk mengurangi biaya

Membeli dari luar

Tidak ada harga transfer

Membeli dari dalam

Rendah : biaya variable Tinggi : harga pasar

Jika biaya variable penjual lebih kecil daripada harga luar, jawab pertanyaan ketiga berikut : Ketiga : Jika penjual memiliki kapasitas yang besar, Jika penjual memiliki kapasitas penuh

Jika kontribusi pembeli-an dari luar kepada perusahaan lebih besar daripada kontribusi pembelian dari

Tidak ada harga transfer

dalam

Membeli dari luar

Jika kontribusi pembelian dari luar lebih kecil dari kontribusi pembelian dari dalam

Membeli dari dalam

Harga Pasar

Keuntungan dan keterbatasan empat metode harga transfer Metode Biaya Variabel

Biaya Penuh

Harga Pasar

Keuntungan - Menyebabkan pembeli untuk berperilaku seperti yang diinginkan, membeli dalam perusahaan - Mudah diimplementasikan - Mudah dimengerti - Lebi disukai oleh otoritas pajak atas biaya variabel

-

-

Harga Negosiasi/kesepakatan

-

Keterbatasan - Tidak adil bagi penjual jika penjual adalah SBU investasi atau laba

Membantu mempertahankan otonomi unit Menyediakan insentif untuk unit penjualan agar kompetitif dengan supplier luar Memiliki standard arm’s length yang diinginkan oleh otoritas pajak Mungkin merupakan pendekatan yang paling praktis ketika muncul konflik yang signifikan

2.6 Isu-Isu Pajak Internasional Dalam Penentuan Harga Transfer

-

-

Pengambilan keputusan atas biaya tetap yang tidak relevan, biaya tetap seharusnya diabaikan dalam pilihan pembeli apakah untuk membeli dari luar atau dari dalam perusahaan Produk menengah sering tidak memiliki harga pasar Harus disesuaikan untuk perhitungan biaya seperti pengurangan biaya penjualan, tidak adanya komisi, dll.

Dua survey akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80 persen perusahaan – perusahaan multinasional melihat penentuan harga transfer sebagai suatu isu pajak internasional utama dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting . Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD ), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length , artinya , pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang tidak terkait. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas , terdapat perbedaan – perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya . Meskipun demikian , terdapat dukungan yang kuat di seluruhdunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usahausaha oleh perusahaan multinasional untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan standar hubungan istimewa (Standar arm’s length) tersebut. Contoh Harga Transfer The High Value Computer Company Kunci dasat asumsi : Unit manufaktur /produksi dapat membeli X-chip dari dalam dan luar perusahaan Unit X-chip dapat menjual di dalam atau luar perusahaan Kapasitas penuh dari unit X-chip (150.000 unit ) Satu x-chip dibutuhkan untuk tiap komputer yang diproduksi oleh High Value Informasi lain :

$850

Harga jual untuk unit komputer HVC Biaya produksi Variabel dari unit komputer( tidak termasuk x-chip ) ($400 bagian dan $250 tenaga kerja )

650 60

Biaya produksi variabel x-chip untuk unit x-chip HVC

85

Harga X-chip dari supplier luar kepada unit komputer HVC

95

Harga x-chip dari unit x-chip HVC kepada pembeli luar

Pilihan pertama

High Value memproduksi 150.000 komputer , menggunakan pembelian $85 dari supplier luar, unit penjualan X-chip High Value menjual 150.000 unit dengan harga $95 per unit kepada pembeli luar .

Laporan kontribusi pendapatan (000 dihilangkan ) : diasumsikan bahwa biaya tetap tidak berbeda dari dua pilihan berikut dan tidak termasuk dalam analisis :

Unit produksi komputer Penjualan (harga =$850 , $95)

$127.500

Unit X-chip $14250

Total $141750

Dikurangi : Biaya variabel X-chip ($85)

12.750

12.750

Biaya lain ($650 , $60) 97500 Margin kontribusi

$17250

9.000

106.500

$5250

$22.500

Pilihan kedua High Value memproduksi 150.000 komputer , menggunakan pembelian $60 ( variabel kos ) dari supplier

Unit produksi komputer Penjualan (harga =$850 , $60 )

$127500

Unit X-chip $9.000

Total $141.750

Dikurangi : Biaya variabel X-chip ($60 )

9.000

Biaya lain ($650 , $60 )

97.500

9.000

106.500

$ 21.500

$-----

$21.000

Margin kontribusi

9.000

2.7 Standar Hubungan Istimewa (Arm’s-length standard) Harga-harga transfer seharusnya ditetapkan sehingga mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak secara bebas. Standar Hubungan Istimewa ( Standar-arm’s-length) diterapkan dalam banyak cara, tetapi tiga metode yang paling banyak digunakan adalah:

1. Metode Comparable Price

Metode ini paling banyak digunakan dan disukai oleh penguasa pajak. Metode comprable price membuat suatu harga hubungan istimewa yang dbuat oleh perusahaan-perusahaan yang tidak terkait. Suatu keterbatasan adalah bahwa metode ini tergantung pada ketersediaan harga harga yang dapat dibandingkan dan tidak terkait. 2. Metode Resale Price Distributor dan unit-unit pemasaran di mana terdapat sedikit penambahan nilai dan tidak ada operasi manufaktur yang signifikan. Dalam metode ini, harga transfer didasarkan pada penentuan suatu markup yang sesuai, di mana markup tersebut didasarkan pada laba kotor perusahaan yang tidak terkait yang menjual produk-produk yang serupa. 3. Metode Cost-Plus Metode inin menetukan harga transfer berdasarkan pada biaya-biaya penjual, ditambah dengan suatu persentase laba kotor yang ditentukan dari perbandingan penjualan pada pihak-pihak yang tidak terkait pada pihak-pihak lain yang juga tidak terkait. 2.8 Transfer Pricing dalam Peraturan Perpajakan Indonesia Peraturan tentang transfer pricing secara umum diatur dalam Pasal 18 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Pasal 18 ayat (3) UU PPh menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang untuk menentukan kembali besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa (arm’s length principle) dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya. Hubungan istimewa dikatakan terjadi jika (i) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung maupun tidak langsung paling rendah 25% pada Wajib Pajak lain; (ii) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau (iii) terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat. Aturan lebih lanjut dan detail tentang transfer pricing termuat dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor 43 Tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011. Di dalam aturan ini disebutkan pengertian arm’s length principle yaitu harga atau laba atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa

ditentukan oleh kekuatan pasar, sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar. Dalam Peraturan Dirjen Pajak ini juga diatur bahwa arm’s length principle dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah: (i) melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding; (ii) menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat; (iii) menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib

Pajak

dengan

pihak

yang

mempunyai

hubungan

istimewa;

dan

(iv)

mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan Harga Wajar atau Laba Wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Aturan ini juga menyebutkan metode apa yang dapat digunakan untuk menentukan harga transfer yang wajar yang dilakukan oleh perusahaan multinasional yang melakukan transfer pricing, yaitu: a. Metode perbandingan harga (Comparable Uncontrolled Price/CUP) Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada hubungan istimewa tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (pembanding independen), baik itu internal CUP maupun eksternal CUP. Metode ini sebenarnya merupakan metode yang paling akurat, tetapi yang sering menjadi permasalahan adalah mencari barang yang benar-benar sejenis. b. Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM) Metode ini digunakan dalam hal Wajib Pajak bergerak dalam bidang usaha perdagangan, di mana produk yang telah dibeli dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa dijual kembali (resale) kepada pihak lainnya (yang tidak mempunyai hubungan istimewa). Harga yang terjadi pada penjualan kembali tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) wajar sehingga diperoleh harga beli wajar dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa. c. Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) Metode ini dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Umumnya digunakan pada usaha pabrikasi. d. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa tersebut

dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dengan menggunakan Metode Kontribusi (Contribution Profit Split Method) atau Metode Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split Method). e. Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM) Metode ini dilakukan dengan membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya. 2.9 Kesepakatan harga (Advance Pricing Agreements) Kesepakatan harga (Advance pricing agreements/APA) adalah persetujuanpersetujuan diantara internal revenue service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, yang menetapkan harga transfer yang disepakati. APA biasanya diperoleh sebelum perusahaan terikat dalam transfer. Maksud dari program APA adalah memecahlan perselisiham penentuan harga transfer dalam suatu cara yang tepat, dan menghindari proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya. Pelengkap-pelengkap program tersebut yang memperhatikan metode-metode resolusi telah ada: administrasi (IRS), hukum, dan mekanisme-mekanisme perjanjian. Dua pertiga dari perusahaan multinasional dalam suatu survei akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mereka mengharapkan untuk menggunakan APA dalam menentukan harga transfer mereka.

BAB III PENYAJIAN DATA

PT KLM merupakan afiliasi dari salah satu perusahaan trading di Jepang yang bergerak di kegiatan distribusi. Kegiatan bisnis PT KLM mencakup ekspor dan impor produk besi dan baja kepada perusahaan afiliasinya maupun non afiliasi. PT KLM dimiliki secara gabungan antara pihak dari Singapura sebesar 99% sedangkan sisanya dimiliki oleh pihak Thailand. PT KLM disahkan sebagai Penanaman Modal Asing (PMA) pada bulan Juni 2008. Saat ini perusahaan memfokuskan diri pada usaha distribusi hasil produksi perusahaan afiliasinya berupa hasil olahan besi dan baja yang berada di beberapa negara. Perusahaan bertempat kedudukan di Menara X, di Jakarta Di bawah ini merupakan perusahaan afiliasi PT KLM dan besaran transaksi untuk tiap perusahaan afiliasi: Tabel: Komisi yang Diperoleh PT KLM Dari Perusahaan Afiliasi Perusahaan

Negara

Afiliasi

Jumlah (USD)

Rasio 1*

Rasio 2**

PT A

Jepang

389.211,8

88,82%

68,90%

PT B

Thailand

9.863,16

2,25%

1,75%

PT C

Thailand

5.824,48

1,33%

1,03%

PT D

Malaysia

874,32

0,20%

0,15%

PT E

Taiwan

6.749,64

1,54%

1,19%

PT F

Vietnam

25.663,66

5,86%

4,54%

100%

22,44% 100%

Perusahaan Non Afiliasi Total Sumber : TP doc PT KLM 2009 “telah diolah kembali”

*Perbandingan antara komisi dari afiliasi tertentu dengan total komisi dari afiliasi **Perbandingan antara komisi dari afiliasi tertentu dengan komisi dari afiliasi dan non afiliasi Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PT A merupakan konsumen utama PT KLM. Persentase komisi yang didapat dari PT A terhadap transaksi total komisi yang diperoleh KLM dari perusahaan afiliasi adalah 88,82%. Dengan kata lain, PT A memiliki donimasi dalam melakukan transaksi dengan PT KLM dibandingkan dengan perusahaan afiliasi lain. Sedangkan persentase komisi dari PT A dibandingkan dengan keseluruhan komisi yang diperoleh PT KLM sepanjang tahun 2009 adalah 68,90%. Perusahaan lain baik afiliasi

maupun non-afiliasi memiliki persentase lebih kecil dibandingkan PT A. Perusahaan afiliasi yang memiliki persentase terbesar kedua adalah PT F sebesar 5,86% atas seluruh komisi dari perusahaan afiliasi dan 4,54% atas seluruh komisi yang diperoleh PT KLM baik dari perusahaan afiliasi maupun non afiliasi.

BAB IV PEMBAHASAN

Tinjauan perusahaan PT KLM mencakup jenis bisnis yang dilakukan, struktur kepemilikan, konsumen utama, struktur organisasi (yang telah digambarkan di bab 3),

ringkasan laporan keuangan PT KLM untuk dua tahun terakhir beserta analisis laporan keuangan seperti tren penjualan, gross margin, dan operating margin. Biasanya ringkasan dan analisis laporan keuangan dilakukan selama tiga tahun terakhir, hanya saja karena PT KLM baru disahkan pada tahun 2008 maka laporan keuangan yang tersedia dimulai dari tahun 2008. Tabel: Ringkasan laporan laba rugi PT KLM 2008 – 2009 Income Statement (in USD) Sales Selling Expense Gross Profit Gross margin General & Adm. Expenses Operating Income Operating margin Other Income/(Expenses) Corporate Income Tax Net Income

2009

2008 564.856,18 34.299,94 530.556,24 93,93% 420.928,3 109.627,94 19,41% -10.776,26 -14.449,44 84.402,24

193.714,76 0 193.714,76 100,00% 191.350,96 2.363,8 1,22% -3.856,76 387,84 -1.105,12

Sumber : Laporan keuangan PT KLM yang telah diaudit “telah diolah kembali” Pendapatan penjualan PT KLM terdiri dari komisi dari perusahaan afiliasi dan komisi dari lokal.Pada tahun 2008, penjualan PT KLM seluruhnya berasal dari komisi lokal. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2009 PT KLM memperoleh komisi berasal dari komisi dari perusahaan afiliasi sebesar 98,13%. Perubahan komposisi pendapatan komisi ini selaras dengan meningkatnya net income PT KLM pada tahun 2009 sebesar 77,37% dibandingkan tahun 2008. Berdasarkan laporan keuangan PT KLM, PT KLM menderita kerugian USD -1.105,12 untuk tahun 2008. Sebaliknya, pada tahun 2009 PT KLM mendapatkan keuntungan sebesar USD 84.402,24. Meskipun net income PT KLM meningkat pada tahun 2009, gross margin tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 6,07%, dari nilai sebelumnya sebesar 100% pada tahun 2008 menjadi 93,93% pada tahun 2009. Hal ini disebabkan adanya selling expense pada tahun 2009, pada tahun 2008 selling expense bernilai nol. Gross profit meningkat secara signifikan sebesar 174% pada tahun 2009. Gross profit pada tahun 2008 adalah USD 193.714,76, kemudian bergerak ke nilai USD 530.556,24 pada tahun 2009. Operating income PT KLM pada tahun 2009 sebesar USD 109.627,94. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 45.4% dari operating income pada tahun 2008 sebesar USD 2.363,8. Sedangkan operating margin

meningkat sebesar 18,19% pada tahun 2009 dari 1.22% pada tahun 2008 menjadi 19.41% pada tahun 2009. Penggunaan aset yang lebih dominan ditunjukkan dengan presentase penggunaan aset yang lebih besar, baik berupa aset berwujud maupun aset tidak berwujud seperti paten. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa PT KLM hanya menggunakan aset berwujud dan tidak menggunakan aset tidak berwujud. Karena di dalam laporan keuangan PT KLM yang telah diaudit juga tidak menunjukkan adanya aset tidak berwujud. Tabel: Struktur Aset PT KLM 2008-2009 Deskripsi

2009

2008

Dalam USD 669.724,80 86.437,28 30.946,78 787.108,86 85,09%

Dalam USD 536.604,62 102,332,58 17.281,36 656.218,56 81,77%

terhadap Total Aset Persentase Aset Tetap

10,98%

15,59%

terhadap Total Aset Persentase Aset Lain

3,93%

2,63

Aset Lancar Aset Tetap Aset Lain Total Aset Persentase Aset Lancar

terhadap Total Aset Sumber : Laporan keuangan PT KLM yang telah diaudit “telah diolah kembali” Tabel diatas menunjukkan bahwa PT KLM memiliki risiko pasar yang rendah. Hal ini karena fluktuasi permintaan dan harga dari produk yang diantar (produk jenis baja) selama tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan karena semakin meningkatnya pembangunan dan permintaan akan baja meningkat. Hal ini dapat dilihat dibagian analisis industri. Sebagian besar transaksi PT KLM dilakukan dengan perusahaan afiliasinya. Sehingga kompetisi diantara perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengan PT KLM tidak terlalu mempengaruhi fluktuasi permintaan jasa PT KLM. Selain itu, grup PT KLM memiliki reputasi yang baik diantara perusahaan sejenis sehingga masih mendapatkan kepercayaan dari kliennya. Namun, secara tidak langsung PT KLM memiliki risiko pasar ketika perusahaan afiliasi yang menjadi konsumen utamanya mengalami penurunan permintaan akibat kompetisi pasar yang meningkat. Namun, secara keseluruhan risiko pasar yang dimiliki PT KLM adalah rendah.

Risiko persediaan PT KLM rendah karena PT KLM tidak melakukan fungsi penyimpanan atau penggudangan produk. Risiko kredit merupakan risiko kerugian akibat ketidakmampuan konsumen membayar komisi terhadap PT KLM. PT KLM memiliki risiko kredit yang rendah disebabkan sebagian besar transaksi PT KLM adalah transaksi dengan pihak afiliasi yang memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami gagal bayar. Risiko nilai tukar mata uang merupakan kemungkinan terjadinya kerugian akibat transaksi dengan menggunakan mata uang non fungsional. Transaksi yang dilakukan PT KLM sebagian besar dilakukan dengan mata uang US dollar, dan hanya sebagian kecil yang menggunakan mata uang Yen. Laporan keuangan PT KLM juga menggunakan satuan mata uang USD. Oleh karena itu, risiko nilai tukar mata uang PT KLM kecil karena mata uang yang digunakan pada transaksi dan pada pencatatan transaksi itu sama. Bagian ini menjelaskan tahap-tahap dalam menentukan metode transfer pricing yang paling tepat dan handal untuk diaplikasikan pada transaksi yang diuji. 1. Comparable Uncontrolled Price Method ("CUP Method”) CUP method tidak dapat diaplikasikan untuk menguji arms’s length transaksi PT KLM karena tidak adanya transaksi pembanding internal (internal comparable) maupun eksternal (external comparable). Selama thun 2009, PT KLM melakukan beberapa transaksi dengan pihak non afiliasi dan pihak non afilisi dengan produk yang hampir sama dengan transaksi pihak afilisi. Namun, jenis produk tidak begitu berpengaruh dengan nilai komisis yang diterima PT KLM. Nilai komisi yang diterima PT KLM atau jasa yang diberikannya tergantung pada perjanjian antara PT KLM dengan kliennya. Karena perbedaan ini, tingkat komisi yang dikenakan antara dua pihak (afiliasi dan non alifisi)tidak dapat dibandingkan. Selain itu, transaksi PT KLM dengan pihak afilisi tidak dapat dibandingkan dengan transaksi pihak non afilisi karena terdapat perbedaan pada kontrak perjanjian dimana terdapat nilai kontrak yang sudah termasuk biaya lain, seperti bea masuk, bea asuransi, dan sebagainya. Sedangkan kontrak yang lain tidak memasukkan biaya-biaya tersebut. Biaya-biaya tersebut juga tidak dituliskan nominal pastinya sehingga tidak bisa dilakukan penyesuaian untuk dapat dibandingkan. Untuk itu, pembanding internal tidak dapat digunakan pembanding eksternal tidak dapat digunakan karena keterbatasan data atau informasi perusahaan sejenis atau tingkat komisi industry yang melakukan transaksi yang sama persis. 2. Resale Price Method(“RP Method”) Seperti yang telah disebutkan di bagian landasan teori, bahwa RP method diaplikasikan untuk jenis transaksi dimana ada transfer barang dari pihak afiliasi ke suatu

perusahaan kemudian dijual kembali ke perusahaan non afiliasi atau perusahaan independen. Transfer barang tersebut dianggap oleh suatu perusahaan sebagai sourcing barang dan terdapat proses jual beli. Sedangkan PT KLM tidak melakukan sourcing produk atau barang untuk dijual kembali, tetapi dia menerima barang dari perusahaan afiliasi untuk diantarkan ke pembeli kemudian PT KLM menerima komisi atas jasanya tersebut. Sehingga produk yang diantar oleh PT KLM tidak berganti kepemilikan ke PT KLM terlebih dahulu. Selain itu, PT KLM tidak hanya mengantarkan produk ke perusahaan non afiliasi atau perusahaan independen tetapi juga ke perusahaan afiliasinya juga. Karena perbedaan inilah, RP method tidak bisa diaplikasikan dalam menguji kewajaran transaksi PT KLM. 3. Cost Plus Method (“CP Method” ) CP method tidak digunakan untuk menguji kewajaran transaksi PT KLM karena transaksi yang terjadi antara PT KLM dengan pihak afiliasi tidak sesuai dengan kriteria penggunaan CPM. PT KLM tidak melakukan proses lebih lanjut atas barang yang diterima dari pihak afiliasi untuk dikirim ke pihak ketiga selain itu, tidak ditemukan adanya joint facility agreement antara PT KLM dengan perusahaan afiliasinya. Pengukuran kewajaran pada kasus ini dilakukan bukan pada tingkat harga, tetapi pada transactional margin karena keterbatasan data dan informasi. Oleh karena itu, baik CUP, RP method, maupun CPM tidak digunakan pada kasus ini. 4. Profit Split Method (“PS Method”) PS method tidak sesuai digunakan untuk menguji kewajaran transaksi PT KLM karena PT KLM dan perusahaan afiliasinya tidak terlalu terintegrasikan dan transaksi dapat dianalisis secara terpisah. Selain itu, tidak ada transfer barang tidak berwujud. Keseluruhan aktivitas manufaktur dilakukan oleh produsen. PT KLM hanya mengantarkan produk. 5. Transactional Net Margin Method ("TNMM") Menurut Przysuski dan Lalapet (2005) terdapat suatu rasio yang unik yang jarang digunakan yang biasa disebut sebagai Berry ratio. Berry ratio digunakan untuk menguji kewajaran transaksi penyedia jasa atau “pure” distributor. Agar menghasilkan analisis yang dapat diandalkan, PLI yang dipilih pada uji kesebandingan kasus ini adalah Berry Ratio. Berry ratio didefinisikan sebagai rasio antara laba kotor (gross profit) terhadap beban operasi (operating expense) seperti yang akan dijelaskan lebih lanjut di bagian selanjutnya. PT KLM merupakan perusahaan “pure” distribusi yang tidak menjalankan, pada controlled transaction, fungsi signifikan lain apapun (misalnya fungsi produksi) yang sesuai dengan kriteria

penggunaan Berry ratio. Oleh karena itu, TNMM dengan PLI Berry ratio digunakan untuk mengukur kewajaran transaksi pada transaksi PT KLM dengan perusahaan afiliasinya. Berdasarkan OECD, Berry ratio sesuai diterapkan sebagai profit level indicator (PLI) atau net income indicator pada pengukuran kesebandingan transaksi PT KLM karena wajib pajak tidak melakukan fungsi yang signifikan yang dapat mengubah nilai produk untuk controlled transactions dan nilai fungsi yang dikerjakan oleh PT KLM pada controlled transaction proposional dengan nilai operating expense dan tidak secara material mempengaruhi nilai produk yang didistribusikan. Dengan kata lain, nilai operating expense PT KLM mencerminkan biaya yang dikeluarkan PT KLM untuk mnejalankan fungsinya sebagai pengantar produk (Przysuski dan Lalapet, 2005). Dengan memperhatikan profil fungsi dan risiko dari transaksi yang diuji dan mempelajari data pembanding, TNMM dengan menggunakan Berry ratio sebagai profit level indikator (PLI) atau net income indicator dipilih dan dianggap sebagai metodologi yang paling sesuai untuk menguji kesebandingan yang diperkirakan dapat memberikan pengukuran yang handal dalam menguji kesebandingan harga (arm’s length) transaksi PT KLM dengan perusahaan afiliasinya. Selama tahun 2009, semua transaksi yang dilakukan PT KLM merupakan aktivitas distribusi produk dari perusahaan produsen atau yang memproduksi produk baja, baik yang merupakan perusahaan afiliasi maupun perusahaan non-afiliasi. PT KLM tidak melakukan transaksi lain dengan perusahaan afiliasi seperti pinjaman, transfer aset, dan lain-lain. Berdasarkan analisis, metode yang tepat digunakan untuk menguji kesebandingan (arm's length) transaksi PT KLM dengan perusahaan afiliasi adalah Berry ratio di bawah TNMM. Kesamaan jenis bisnis dan struktur biaya membuat Berry ratio menjadi metode yang dianggap paling tepat diaplikasikan untuk menganalisis kesebandingan (arm’s length) transaksi PT KLM. Di bawah ini merupakan perhitungan Berry ratio (BR) PT KLM untuk tahun 2008 dan 2009. Perhitungan dilakukan untuk dua tahun yang seharusnya tiga tahun karena PT KLM baru disahkan oleh notaris sebagai PMA pada tahun 2008 dan data laporan keuangan yang tersedia hanya dari tahun 2008. Data dibawah ini merupakan hasil perhitungan yang didasarkan pada laporan keuangan PT KLM : Tabel: Berry Ratio PT KLM 2008-2009 Income statement Sales Selling Expense Gross profit

2009

2008 564.856,18 34.299,94 530.556,24

193.714,76 0,00 193.714,76

Operating Expense 420.928,30 Berry Ratio 1,26 Sumber : TP documentation PT KLM tahun 2009

191.350,96 1,01

Hasil perhitungan di atas menunjukkan hasil Berry ratio untuk tahun 2009 adalah 1.26. Berry ratio ini selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai Berry ratio perusahaan pembanding unuk tahun 2009. Tabel di bawah ini menunjukkan ringkasan daftar Berry Ratio (BR) 15 (lima belas) perusahaan pembanding. Hasil yang ditunjukkan di bawah ini berdasarkan hasil perhitungan data finansial perusahaan pembanding untuk tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan tabel Berry ratio perusahaan pembanding dan PT KLM untuk tahun 20082009 di atas, dapat dilihat bahwa weighted average Berry ratio bervariasi dari nilai minimum1,01 ke nilai maksimum 1,83. Sedangkan nilai weighted average PT KLM 20082009 adalah 1,18. Tabel: Berry Ratio Perusahaan Pembanding dan PT KLM

No.

Perusahaan Pembanding

1 CC 2 DC 3 HC 4 JC 5 KC 6 KMC 7 MS 8 MC 9 NSC 10 PC 11 SC 12 TC 13 TKC 14 UC 15 YK PT KLM Kuartil 1 Kuartil 3 Sumber : database XXX

WABR 1.37 1.71 1.53 1.83 1.20 1.12 1.76 1.26 0.96 1.13 0.92 1.09 0.95 0.81 1.01 1.18 0.99 1.45

2009

2008 1.47 2.03 1.62 2.06 1.23 1.17 2.05 1.43 0.91 1.01 1.09 1.21 0.90 1.00 0.95 1.26 1.03 1.27

1.47 2.03 1.62 2.06 1.23 1.17 2.05 1.43 0.91 1.01 1.09 1.21 0.90 1.00 0.95 1.01 1.01 1.55

Hasil Inter-quartile range untuk persentil ke-25 dan ke-75 yang digunakan untuk menyempurnakan pembatasan dalam pengukuran kesebandingan. Pada tahun 2008, Berry ratio PT KLM adalah 1,01 sedangkan nilai inter-quartile range Berry ratio perusahaan pembanding untuk tahun 2008 adalah nilai kuartil pertamanya 1,01 dan nilai kuartil ketiganya 1,55. Pada tahun 2009, Berry ratio PT KLM adalah 1,26 sedangkan Berry ratio perusahaan pembanding memiliki nilai kuartil pertama 1,03 dan nilai kuartil ketiganya 1,27. Selain itu,

weighted average Berry ratio PT KLM 2008-2009 adalah 1,18 sedangkan weighted average Berry ratio perusahaan pembanding untuk tahun 2008-2009 memiliki nilai kuartil pertama 0,99 dan kuartil ketiga 1,45. Dari ketiga nilai tersebut, nilai Berry ratio PT KLM selalu berada diantara kuartil pertama dan kuartil ketiga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transaksi PT KLM dengan perusahaan afiliasinya memiliki kesebandingan dengan transaksi perusahaan pembanding dan sesuai dengan prinsip kesebandingan harga.

BAB V KESIMPULAN

Penentuan harga transfer adalah penentuan dari suatu harga pertukaran pada saat unitunit bisnis yang berbeda di dalam suatu perusahaan bertukar produk-produk atau jasa-jasa. Penentuan harga transfer adalah salah satu dari kegiatan-kegiatan yang paling stratejik dalam manajemen UBS. Tujuan penentuan harga transfer sama dengan tujuan untuk UBS. Penentuan harga transfer juga harus mengakui tujuan-tujuan strategis perusahaan. Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari penentuan harga transfer menjadi suatu pertimbangan penting, khususnya berkenaan dengan masalah pajak. Tujuan internasional lainnya mencakup meminimalkan beban-beban cukai, berkenaan dengan larangan-larangan kurs pemerintah asing, dan berkenaan dengan risiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Untuk menentukan Harga Transfer ada 4 metode, (1) variabel cost; (2) full cost, (3) market price dan (4) negotiated price. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD ), yang menyatakan bahwa

harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length , artinya , pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang tidak terkait. . Standar Hubungan Istimewa ( Standar-arm’s-length) diterapkan dalam banyak cara, tetapi tiga metode yang paling banyak digunakan adalah Metode Comparable Price, Metode Resale Price, dan Metode Cost-Plus. Dalam Peraturan Dirjen Pajak ini juga diatur bahwa arm’s length principle dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah: (i) melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding; (ii) menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat; (iii) menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa; dan (iv) mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan Harga Wajar atau Laba Wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Kesepakatan harga (Advance pricing agreements/APA) adalah persetujuan-persetujuan diantara internal revenue service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, yang menetapkan harga transfer yang disepakati.

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Chen & Lin. 2001. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Blocher, Chen, Cokins & Lin. 2007. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Edisi 3 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_transfer%20pricing%20dan %20risikonya%20terhadap%20penerimaan%20negara.pdf (diakses pada 5 Februari 2019) https://www.dictio.id/t/metode-yang-digunakan-untuk-menentukan-harga-transfer-transferpricing-yang-wajar/8182 (diakses pada 6 Februari 2019) https://transferpricingsolutions.com.au/transferpricingsolutions.asia/resources/indonesia/PER 22_2013_Lamp.pdf (diakses pada 6 Februari 2019)

Related Documents

Akuntansi
April 2020 42
Akuntansi
November 2019 52
Akuntansi
June 2020 36
Akuntansi
August 2019 67
Akuntansi-kas.doc
May 2020 24
Akuntansi Biaya.docx
December 2019 44

More Documents from "ridwan nisfi"