Akuntansi

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akuntansi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,373
  • Pages: 9
BAB I PEMBAHASAN A. Pengrtian Dan Rukun Mudharabah Muharabah adalah suatu akad kerjasama antara dua pihak yaitu: Pihak pertama sebagai penyedia modal (sahibul mal) dan pihak kedua sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam praktek mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW. ke luar negeri Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pemodal (sahibul mal ) sedangkan Nabi berperan sebgai pelaksana usaha (mudharib). Bentuk kontrak kerjasama seperti inilah yang disebut akad mudharabah. Atau singkatnya, akad mudharabah adalah kerjasama antara dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.1 Rukun Mudharabah Faktor-faktor/ rukun yang harus ada dalam mudharabah adalah: •

Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)



Objek mudharabah (modal dan kerja)



Persetujuan keduabelah pihak (ijab dan qabul)



Nisbah keuntungan

B. Penerapan Mudharabah Dalam Perbankan

1

Adiwarman A. Karim. Bank Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006. H. 204-205

1

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, skema mudharabah yang terjadi adalah skema yang berlaku antara dua belah pihak saja secara langsung. Mudharabah seperti ini emiliki cirri-ciri khusus, yakni bahwa biasanya hubungan antara shibul mal dengan mudharib merupakan hubungan personal dan langsung serta dilandasi saling pecaya. Modus mudharabah sepsrti ini sudah tida efesien lagi dan kecil kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal yaitu: •

Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, dimana mereka tidak saling mengenal. Jadi kecil sekali terjadi hubungan langsungan dan personal.



Banya ivestasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga dibutuhkan puluhan bahkan ratusan ribu sahibul mal untuk sama-sama menjadi penyandang dana untuk suatu proyek tertentu.



Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam yang menyebabkan sulitnya bank memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya. Untuk mengatasi hal diatas, khususnya masalah pertama dan kedua, maka ulama kontenporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah, yakni mudharabah yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini diperankan oleh bank syariah sebagai lembaga perantara yang mempertemukan sahibul mal dengan mudtharib.2 Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan

bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan murabahah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada mudharib) ada pemilik dana, ada usaha yang akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul).3 2

Ibid. H. 210-211 http://newsekonomiislam.blogspot.com/2007/06/produk-perbankan-syariah.html

3

2

C. Jenis Akad Mudharabah Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu: 1. Mudaharabah mutlaqah Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Ketentuan umum dalam produk ini adalah: Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan,

maka

hal

tersebut

harus

dicantumkan

dalam

akad.

Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat penarikan lainnya kepada penabung. 2. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muayyadah adalah yang dalam hal ini sahibul mal boleh menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat-syarat ini harus dipenuhi oleh pihak mudharib. Apabila pihak mudharib melanggar batasan-batasan ini, maka ia harus bertanggungjawab atas kerugian yang timbul. Dalam praktek perbankan moderen, kini dikenal dua bentuk mudharabah muqayyad, yakni mudharabah muqayyad on balance sheet dan mudharabah muqayyad off balance-sheet. Dalam mudharabah muqayyad on balance sheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok palaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur dan lain-lain. Nasabah investor lain mungkin mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor pertambangan dan pertanian saja. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor juga dapat mensyaratkan modalnya berdasarkan akad yang digunakan, misalnya hanya berdasar akad penjualan cicilan saja, atau

3

kerjasama usaha saja dan lain-lain. Skema ini disebut on balance sheet karena dicatat dalam neraca bank. Dalam mudharabah muqayyad off balance sheet, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan. Dalam hal ini, bank hanya bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan transaksinya di bank syariah dilakukan secara off balance-sheet. Sedangkan bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana usaha saja. Besar bagi hasilnyapun hanya tergantung pada kesepakatan antara nasabah investor dengan nasabah pembiayaan. Di sini bank hanya memperoleh arranger fee. Skema ini disebut off balance sheet karena transaksi ini tidak dicatat dalam neraca bank, tetapi hanya dicatat dalam rekening adminisratif saja.4 D. Akuntansi Mudharabah Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Contoh pencatatan akuntansi mudharabah dalam perbankan. 1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat penyerahan kas kepada pengelola dana. 2. Pengukuran investasi mudharabah a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah yang dibayarkan Contoh: Bank memberikan pinjaman modal uang sejumlah satu juta rupiah kepada nasabahnya dengan akad mudarabah. Maka bank akan mencatat: Pembiayaan Mudharabah 4

1.000.000

Op-Cit. H. 211-213

4

Kas

1.000.000

b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan. Contoh: Bank meberikan modal berupa mesin yang memiliki nilai wajar senilai satu juta rupiah kepada kepada nasabahnya dengan akad mudharabah di bank syariah. Maka bank akan mencatat: Pembiayaan Mudharabah Mesin Mudharabah

1.000.000 1.000.000

2. Penurunan nilai dalam investasi mudharabah a) Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. Contoh: Bank memiliki mesin yang bernilai satu juta rupiah akan tetapi setelah beberapa waktu, mesin tersebut mengalami penurunan nilai sekitar seratus ribu rupiah. Maka ketika bank memberikan barang tersebut sebagai modal mudharabah bank akan mencatat: Pembiayaan Mudharabah

900.000

Kerugian Penurunan Nilai

100.000

Mesin Mudharabah

1.000.000

b) Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.5 Contoh:

5

Selamet Wiyono. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: PT. Gramedia

Widisarana Indonesia. 2005. H. 125

5

Misalkan bank memiliki mesin senilai satu juta yang telah diserahkan kepada nasabahnya dan kemudian setelah beberapa waktu mengalami penyusutan sekitar 10% dengan pendaptan bagi hasil senilai dua juta rupiah. Maka pada saat bagi hasil bank akan mencatat: Kas

1.900.000

Kerugian Pembiayaan Mudharabah

100.000

Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah

2.000.000

3. Kerugian Pencatatan kerugian yang terjadi dalam satu preode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian bank. Contoh: Bank mengalami kerugian dalam pembiayaan mudharabah sebanyak lima puluh ribu rupiah sebelum akadnya berakhir. Maka bank akan mencatat: Kerugian Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah

50.000 50.000

4. Hasil usaha Bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang mudharabah. Contoh: Misalkan ada nasabah yang terlambat atau belum membayarkan pendapatan bagi hasil yang ia peroleh kepada bank sebesar satu juta rupiah. Maka bank akan mencatat: Piutang Mudharabah Pendapatan Mudharabah

1.000.000 1.000.000

Pada saat pengelola membayar bagi hasil. Bank akan mencatat: Kas

1.000.000 Pendapatan Mudharabah

1.000.000

5. Akad Mudharabah Berakhir

6

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah

setelah

dikurangi

penyisihan

kerugian

investasi

dan

pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Contoh: Misakan pada awal akad bank memberikan modal sejumlah satu juta rupiah, kemudian mengalami kerugian sebesar lima puluh ribu rupiah, dan keuntungan sebesar dua juta rupiah. Maka bank akan mencatat: Kas

2.950.000

Kerugian Pembiayaan Mudharabah

50.000

Pembiayaan mudharabah

1.000.000

Keuntungan

2.000.000

Atau misalkan pada saat akad berakhir bank mendapat kerugian sebesar lima puluh ribu rupiah tanpa ada keuntungan lain. Maka bank akan mencatat: Kas

900.000

Kerugian Pembiayaan Mudharabah

50.000

Investasi Mudharabah

1.000.000

BAB III PENUTUP Simpulan

7



Muharabah adalah suatu akad kerjasama antara dua pihak yaitu: Pihak pertama sebagai penyedia modal (sahibul mal) dan pihak kedua sebagai pengelola usaha (mudharib).



Mudharabah terbagi dua yaitu mudharabah muthlaqah dimana Bank bisa menginvestasikan dana sahibul mal ke bidang apa saja yang sesuai dengan prinsip syariah. Dan Mudharabah muqayyadah dimana Sahibul mal boleh memberi batasan-batasan tertentu yang disepakati.



Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.

Daftar Pustaka Karim, Adiwarman. Bank Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006.

8

http://newsekonomiislam.blogspot.com/2007/06/produk-perbankansyariah.html Selamet Wiyono. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia

9

Related Documents

Akuntansi
April 2020 42
Akuntansi
November 2019 52
Akuntansi
June 2020 36
Akuntansi
August 2019 67
Akuntansi-kas.doc
May 2020 24
Akuntansi Biaya.docx
December 2019 44