5. Makalah Konsep Persalinan Fix Bgt.docx

  • Uploaded by: Lisda Meyza Putri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5. Makalah Konsep Persalinan Fix Bgt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,738
  • Pages: 56
MAKALAH KONSEP PERSALINAN ASKEP IBU BERSALIN DENGAN KPD ASKEP IBU BERSALIN DENGAN DISTOSIA

DISUSUN OLEH: DEWA AYU SUKMA S RIA SULIANTIKA DADI KURNIAWAN LISDA MEIZA PUTRI NURUL KAMELIA

PRODI D3 KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG TA. 2018/2019

1

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” MAKALAH KONSEP PERSALINAN ASKEP IBU BERSALIN DENGAN KPD ASKEP IBU BERSALIN DENGAN DISTOSIA “ Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai penulisan, saya mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari kalian untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan saya juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.

Bandar Lampung, 04 Februari 2019

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 1.3 Tujuan ................................................................................................................ 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Persalinan ............................................................................................. 6 2.1.1 Teori Persalinan ....................................................................................... 6 2.1.2 Penyebab Persalinan ................................................................................ 7 2.1.3 Fisiologi Persalinan ................................................................................. 7 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan ........................................ 7 2.1.5 Mekanisme dan Gerakan Persalinan ..................................................... 11 2.2 Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin dengan KPD ............................................. 17 2.2.1 Konsep Teori .......................................................................................... 17 2.2.2 Konsep Dasar Keperawatan ................................................................... 24 2.3 Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin dengan Distosia ........................................ 31 2.3.1 Konsep Teori .......................................................................................... 31 2.3.2 Konsep Dasar Keperawatan ................................................................... 43 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 54 3.2. Saran ............................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Persalinan merupakan hal yang di tunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama 9 bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan. Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahap persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala hal nya guna menghadapi proses persalinan ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1.

Apa pengertian persalinan?

2.

Apa penyebab persalianan?

3.

Jelaskan fisiologi persalinan?

4.

Jelaskan tanda-tanda persalinan?

5.

Jelaskan faktor yang mempengaruhi persalinan?

6.

Jelaskan mekanisme dan gerakan persalinan?

7.

Bagaimana asuhan keperawatan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini?

8.

Bagaimana asuhan keperawatan ibu bersalin dengan distosia?

1.3 TUJUAN 

Tujuan umum :

Mahasiswa di harapkan mengetahui tentang teori persalinan dan mampu menerapkan dalam praktek sesuai teori yang sudah dipelajari 

Tujuan khusus :

4

1.

Untuk mengetahui pengertian persalinan

2.

Untuk mengetahui penyebab persalianan

3.

Untuk mengetahui fisiologi persalinan

4.

Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan

5.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persalinan

6.

Untuk mengetahui mekanisme dan gerakan persalinan

7.

Untuk mengetahui askep ibu bersalin dengan ketuban pecah dini

8.

Untuk mengetahui askep ibu bersalin dengan distosia

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PERSALINAN 2.1.1 TEORI PERSALINAN A.

Definisi Persalinan Persalinan adalah saat yang menengangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan

keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin (Sarwono,2002). Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan persentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang 24 jam (Prawirohardjo, 1997, hal 180).

Macam-Macam Persalinan Menurut Umur Kehamilan Menurut umur kehamilan (Muchtar, 1998). a. Partus prematurus, adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28 sampai 13 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000 - 2500 gram. b.

Partus Maturus, adalah persalinan pada kehamilan 37 - 40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2500 gram.

c. Partus post maturus, adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu yag ditaksir, janin disebut pos matur. d. Partus Presipitatus, adalah persalinan yang berlangsung cepat bisa terjadi dimana saja, seperti dikamar mandi, didalan bus dsb.

6

e. Pertus percobaan, adalah suatu penilaian kemajuan persalinan ` untuk memperolah bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

2.1.2 PENYEBAB PERSALINAN Sebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang kompleks.Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Perubahan – perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya persalinan yaitu : a.

Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang dapat mengakibatkan peregangan dari otot-otot uterus,

b. Meningkatnya kadarprostaglandin, c. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemika otot-otot uterus, d. Berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan, e. Tekanan pada ganglion servikale yang terletak di belakang serviks yang tertekan yang merupakan penyebab peningkatan kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2002).

2.1.3 FISIOLOGI PERSALINAN Persalinan berarti kelahiran bayi. Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi sedikitnya ada dua kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang berperan dalam persalinan: (1) perubahan hormonal progresif yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas otototot uterus, dan , (2) perubahan mekanik yang progresif.

2.1.4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A.

1.

Tanda-tanda akah melahirkan di awali dengan gejala:

Terasa nyeri di selangkangan Anda akan merasakan nyeri di bagian selangkangan karena ada tekanan sebagai akibat posisi kepala janin sudah turun ke bawah, ke daerah rangka tulang pelvis. Lantaran janin 7

menekan kandung kemih, ibu hamil menjadi sering buang air kecil.Anda juga merasakan sakit pada perut, mulas, sering buang air besar, dan buang angin. 2.

Sakit pada panggul dan tulang belakang Anda akan merasakan sakit berlebih pada panggul dan bagian tulang belakang. Rasa sakit ini disebabkan oleh pergeseran dan pergerakan janin yang mulai menekan tulang belakang.

3.

Hasrat ingin pipis Keinginan Anda untuk buang air kecil tidak tertahankan? Sering buang air kecil adalah gejala yang dialami ibu hamil selama trimester ketiga masa kehamilan.Namun, kali ini berbeda. Anda akan merasakan dorongan hebat yang membuat Anda benar-benar ingin pipis. Hal tersebut dikarenakan bayi mulai mendorong ke bawah

4.

Keluarnya Lendir Kental Bercampur Darah Selama kehamilan bayi anda tersumbat dalam rahim oleh mucus (gumpalan lendir yang lengket pada leher rahim).Saat persalinan dimulai dan cervix mulai membuka, gumpalan mucus tadi terhalau.Pada saat bersamaan, membran yang mengelilingi bayi anda dan cairan amniotik agak memisah dari dinding rahim. Penampakan dari darah dan mucus yang keluar tampak bagai cairan lengket berwarna merah muda ini merupakan tanda anda segera akan menjalani proses persalinan.

5.

Kontraksi Adalah tidak biasa bisa suatu persalinan diawali dengan kontraksi yang kuat.Mulanya, kontraksi tersasa seperti sakit pada punggung bawah, yang berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut.Beberapa menggambarkannya mirip dengan mulas saat haid.Saat mulas bergerak kebagian perut dengan tangan dapat anda rasakan bagian perut tersebut mengeras. Kejangnya mirip kontraksi Braxton Hicks (kontraksi palsu), namur terasa teratur, semakin seiring dengan kemajuan proses persalinan. Rahim tersusun oleh otot-otot longitudinal involuntary, yaitu otototot yang tak dapat anda kontrol sesuka hati. Selama proses melahirkan, otot-otot tersebut semakin menebal dan memendek seiring dengan setiap kontraksi, dan saat itu juga otot-otot itu berangsur-angsur berhenti menipis, atau menghapus cervix. Proses ini berlanjut hingga pembukaan cervix menjadi penuh, ukuran lebarnya antara 8-10 cm. Dewasa ini besarnya bukaan tidak lagi diukur dengan jari. Lima jari berarti bukaan penuh. Tahap awal dilatasi dari 1-4 cm berlangsung paling lama. Kontraksi perlahan dan muncul setiap 15-20 menit, lalu berangsur menguat dan semakin sering sehingga menjadi setiap 8

tiga hingga lima menit, yang membuat anda merasa tak nyaman. Bila air ketuban anda belum pecah, lebih baik mendatangi rumah sakit begitu kontraksi terasa setiap 10 menit. Begitu dilatasi servix mencapai 4 hingga 5 cm, kontraksi akan terasa semakin cepat hingga seperti muncul bergelombang. Untuk mengatasinya ambillah nafas pendek-pendek namun cepat, dan waktu untuk menarik nafas diantaranya akan terasa sangat singkat. Bisa dikatakan inilah masa terberat melahirkan, yang bisa membuat anda ingin memperoleh obat penghilang nyeri. 6.

Pecahnya Air Ketuban Pada beberapa kasus, membran masih utuh hingga akhir tahap pertama persalinan.Kemudian, desakan kontraksi dan tekanan kepala bayi anda pada mulut cervix menyebabkan pecahnya air ketuban. Saat air ketuban mulai bocor, anda akan merasakan semburan air atau hanya rembesan, namun persitiwa sebenarnya pecahnya air ketuban tidak terasa, karena membran tidak memiliki syaraf. Tugasnya adalah menampung dua liter air amniotik steril, yang saat keluar sekaligus juga membersihkan jalur persalinan. Seiring dengan pecahnya membran, proses melahirkan akan berlangsung cepat. Kepala bayi akan berusaha keras menekan cervix, untuk membukanya dan merangsang pelepasalan prostaglanding untuk memacu kontraksi anda. Pada saat terjadi penurunan janin, jaringan lunak dan struktur tulang memberi tekanan yang menyebabkan turunnya janin melalui jalan lahir dengan serangkaian gerakan.Secara kolektif, gerakan ini disebut mekanisme persalinan. Selama kelahiran pervaginam, presentasi janin, posisi, dan ukuran janin akan menentukan mekanisme yang tepat karena janin berespons terhadap tekanan eksternal (Myles, 2009). Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.Mekanisme ini sangat diperlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis lurus dengan diameter paling besar dari panggul.

Menurut mochtar ( 1998 ): A.

Jalan lahir (passage) 1) Jalan lahir di bagi atas : a) Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ). b) Bagian lunak panggul. 9

2) Anatomi jalan lahir a) Jalan lahir keras : pelvis/panggul Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu : (1) Os.coxae, terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis (2) Os.sacrum : promontorium (3) Os.coccygis. Tulang panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2 bagian : (1)

Pelvis major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.

(2)

Pelvis minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.

b) Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul. 3) Bidang – bidang Hodge Adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam. Bidang hodge : a.

Hodge I

: promontorium pinggir atas simfisis

b.

Hodge II

: hodge I sejajar pinggir bawah simfisis

c.

Hodge III

: hodge I sejajar ischiadika

d.

Hodge IV

: hodge I sejajar ujung coccygeus

Ukuran – ukuran panggul :

B.

a.

Distansia spinarium (24 – 26 cm)

b.

Distansia cristarium (28 – 30 cm)

c.

Conjugate externa (18 – 20 cm)

d.

Lingkar panggul (80-90 cm)

e.

Conjugate diagonalis (12,5 cm)

Passenger ( janin dan plasenta ) 1)

Janin 10

Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram. 2)

Plasenta Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim).

Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.

C.

Power (kekuatan) Yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri dari : 1) His (kontraksi otot rahim) a.

His yang normal mempunyai sifat :

b.

Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.

c.

Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

d.

Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehinnga terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.

2) Kontraksi otot dinding perut. 3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan 4) Ketegangan kontraksi ligamentum.

D.

Kejiwaan (psyche) Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional

2.1.5 MEKANISME DAN GERAKAN PERSALINAN Kontraksi uterus selama persalinan dimulai terutama dari puncak fundus uteri dan menyebar ke bawah ke seluruh korpus uteri. Selain itu, intensitas kontraksi sangat besar pada puncak dan korpus uteri, tetapi lemah pada segmen bawah uterus yang berdekatan dengan serviks. Oleh karena itu, setiap kontraksi uterus cenderung mendorong bayi ke bawah ke arah serviks.

11

Pada bagian awal persalinan, kontraksi mungkin hanya terjadi sekali setiap 30 menit. Dengan majunya persalinan, kontraksi akhirnya timbul lebih sering, sekali setiap 1 sampai 3 menit, dan intensitas kontraksinya bertambah sangat kuat, dengan periode relaksasi yang singkat di antara kontraksi. Gabungan kontraksi uterus dan otot-otot abdomen selama kelahiran bayi menyebabkan bayi terdorong ke bawah kira-kira dengan kekuatan 25 pon setiap kontraksi yang kuat. Untungnya, kontraksi persalinan terjadi secara intermiten karena kontraksi yang kuat menghalangi atau kadang-kadang bahkan menghentikan aliran darah melalui plasenta dan akan menyebabkan kematian fetus bila kontraksi berlangsung. Memang, pada pemakaian berlebihan dari berbagai zat perangsang uterus seperti oksitosin, dapat menyebabkan spasme uterus, dan bukan kontraksi ritmis, yang dapat menyebabkan kematian fetus. Pada 95% kelahiran, kepala merupakan bagian pertama yang dikeluarkan dari bayi, da pada sebagian besar sisanya, bokong dikeluarkan pertama kali. Kepala bertindak sebagai baji untuk membuka struktur-struktur jalan lahir ketika fetus didorong ke bawah. Hambatan utama yang pertama dari pengeluaran fetus adalah serviks uteri.Menjelang akhir kehamilan, serviks menjadi lunak, yang memungkinkan serviks meregang saat kontraksi persalinan mulai terjadi di dalam uterus.Apa yang disebut kala satu persalinan adalah suatu periode dilatasi serviks yang progresif, berlangsung sampai pembukaan serviks sebesar kepala fetus. Stadium ini biasanya berlangsung selama 8 sampai 24 jam pada kehamilan pertama, tetapi sering hanya berlangsung beberapa menit pada kehamilan yang sudah berkali-kali. Sekali serviks telah berdilatasi sempurna, ketuban biasanya pecah dan cairan ketuban tibatiba mengalir keluar ke vagina.Kemudian kepala fetus bergerak dengan cepat masuk ke jalan lahir, dan dengan kekuatan tambahan dari atas, kepala terus turun melalui jalan lahir sampai akhirnya terjadi kelahiran. Keadaan ini disebut kala dua persalinan, dan kala dua ini dapat berlangsung paling cepat 1 menit pada multipara sampai 30 menit atau lebih pada primigravida (Guyton, Hall, 2007).

A.

Adapun gerakan-gerakan janin dalam persalinan/gerakan

Cardinal menurut Myles (2009) dan Sumarah (2008) adalah sebagai berikut : a.

Penurunan kepala (engagement)

12

Penurunan kepala janin ke dalam pelvis biasanya dimulai sebelum awitan persalinan.Janin ibu nulipara biasanya turun ke dalam pelvis selama minggu terakhir kehamilan sedangkan pada multigravida, tonus otot biasanya lebih lemah dan dengan demikian, engagement tidak terjadi hingga persalinan benar-benar dimulai.Selama kala satu persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus menyebabkan ruang dalam uterus menjadi lebih sempit, memberikan tekanan pada janin untuk menurun.Setelah ruptur forewater dan pengerahan upaya maternal, kemajuan persalinan dapat terjadi dengan cepat.

b.

Fleksi Fleksi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak; tekanan ke bawah pada aksis janin akan lebih mendesak oksiput daripada sinsiput. Efeknya adalah meningkatkan fleksi, menyebabkan diameter presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan lebih mudah. Pada awitan persalinan, terjadi presentasi suboksipital yang berdiameter rata-rata sekitar 10 cm; dengan fleksi yang lebih besar, terjadi presentasi suboksitobregmatik dengan diameter rata-rata sekitar 9,5 cm. Oksiput menjadi bagian yang terdepan.

c.

Rotasi internal kepala Rotasi internal kepala (putar paksi dalam) adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar kedepan sampai berada dibawah simpisis.Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala.Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.

Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu : 1)

Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.

2)

Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang disebelah depan atas yaituhiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.

13

d.

Ekstensi kepala Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo inferior simpisis pubis. Karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul tidak langsung terekstensi, akan tetapi terus didorong kebawah sehingga mendesak ke jaringan perineum. Pada saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi, yaitu :

1) Gaya dorong dari fundus uteri ke arah belakang. 2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan. Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan terjadinya ekstensi. Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya penegangan pada perineum dan intruitus vagina.Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsurangsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu.Pada saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi berada di atas anus ibu.

e.

Rotasi luar Gerakan rotasi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar ke arah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior di belakang perineum, sutura sagitalis kembali melintang.

f.

Ekspulsi Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang, badan seluruhnya. 14

B.

Tanda Permulaan Persalinan Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki

bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut : a.

Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.

b.

Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.

c.

Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d.

Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).

e.

Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

C.

Tanda in-partum

a.

Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b.

Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c.

Dapat disertai ketuban pecah dini.

d.

Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks

D.

Proses Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu: 

Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.



Kala II: kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.



Kala III: waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.



Kala IV: mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam

1. Kala I (Kala Pembukaan)

15

In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu: (1)

Fase laten: di mana pembukaan serviks berlangsung lambat; sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

(2)

Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: 

Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.



Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.



Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Fase-fase yang dikemukakan di atas dijumpai pada primigravida. Bedanya dengan multigravida ialah: Primi

Multi

Serviks mendatar

Mendatar dan membuka bisa

(effacement) dulu, baru

bersamaan.

dilatasi. Berlangsung 13-14 jam. Berlangsung 6-7 jam.

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½-2 jam pada multi ½-1 jam. 3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar.Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 x 16

sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.Dalam waktu 510 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV (Kala Pengawasan) Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah: Primi

Multi

Kala I

13 jam

7 jam

Kala II

1 jam

1/2 jam

Kala IIII

1/2 jam

1/4 jam

Lama persalinan

14 1/2 jam

7 3/4 jam

(Mochtar, 1998)

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN DENGAN KPD 2.2.1 KONSEP TEORI A. Definisi Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum 17

usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

B. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar, 2002).

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik(Saifudin, 2000).

Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain : 1.

Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis selalu terbuka.

2.

Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.

3.

Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

4.

Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat

5.

Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.

6.

Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. 18

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut: 1.

Serviks inkompeten

2.

Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion

3.

Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang

4.

Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik

5.

Kelainan bawaan dari selaput ketuban

6.

Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut: 1.

Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.

2.

Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi (hidramnion,

kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang, sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009). C. Patofisiologis (Pathways) Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut: 1.

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim

2.

Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)

3.

Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)

4.

Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi disproprosi servik incompeten

19

5.

Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

20

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain : 1.

Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikitsedikit atau sekaligus banyak.

2.

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3.

Janin mudah diraba

4.

Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

5.

Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain: 1.

Terjadi pembukaan prematur servik

2.

Membran terkait dengan pembukaan terjadi: a. Devaskularisasi b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan: 1.

Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.

21

2.

Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG): 1.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.

2.

Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg. Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.

Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2.

Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis

yang menjadi peicu sepsis,

meningitis janin, dan persalinan prematuritas. 22

3.

Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).

Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini Masuk Rumah Sakit : -

Antibiotik Batasi pemeriksaan dalam Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri Observasi tanda infeksi dan distres janin Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR  Observasi: Suhu rektal Distres janin  Kortikosteroid

SEKSIO SESAREA

HAMIL ATERM

LETAK KEPALA INDIKASI INDUKSI

KELAINAN OBSTETRI -

Distres janin - Letak sunsang Letak lintang - CPD Bed obtetic hyst Infertilitas Grandemultipara Elderly primigravida Persalinan obstruktif

 Infeksi  Waktu

GAGAL

BERHASIL  Persalinan pervaginal

 Reaksi uterus tidak ada  Kelainan letkep  Fase laten dan aktif dan memanjang  Distres janin  Ruptur uteri imminens  Ternyata CPD

(Manuaba, 2009)

23

2.2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat, 2000 ). 1.

Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,

pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan. 2.

Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan. c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah. ( Depkes RI, 1993:66)

3.

Pola-pola fungsi kesehatan a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat 24

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya. b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya. c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB. e. Pola istirahat dan tidur Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. g. Pola penagulangan sters Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas. h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya 25

i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. k. Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya. ( Sharon J. Reeder, 1997:285) 4.

Pemeriksaan fisik a. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan b. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menerang yang salah. c. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadangkadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning. d. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga. e. Hidung 26

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung f. Dada Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae. g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat. h. Genitaliua Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak. i. Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur. j. Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. k. Muskulis skeleta Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi. l. Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. (Ibrahim christina, 1993: 50)

27

B. Diagnose keperawatan 1.

Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

2.

Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.

3.

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature.

4.

Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi lahir premature. (NANDA, 2012)

C.

Intervensi

No.

Diagnosa

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Risiko infeksi

Setelah dilakukan

1. Kaji tanda-tanda

1. Untuk

berhubungan

tindakan keperawatan

dengan

selama 3×24

ketuban pecah

jam diharapkan pasien

dini

tidak menunjukan tanda-

Keperawatan 1.

infeksi

mengetahui

2. Pantau keadaan

tanda-tanda

umum pasien

infeksi yang

3. Bina hubungan

muncul

tanda infeksi dengan

saling percaya

kriteria hasil :

melalui

perkembangan

komunikasi

kesehatan pasien

1. Tanda-tanda infeksi tidak tidak ada. 2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan. 3. DJJ normal 4. Leukosit kembali normal 5. Suhu tubuh normal (36,5-37,5ºC)

terapeutik 4. Berikan

2. Untuk melihat

3. Untuk memudahkan

lingkungan yang

perawat

nyaman untuk

melakukan

pasien

tindakan

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

4. Agar istirahat pasien terpenuhi 5. Untuk proses

memberikan

penyembuhan

obat antiseptik

pasien

sesuai terapi

28

2.

Gangguan rasa Setelah dilakukan

1. Kali tanda-

1. Untuk

nyaman: nyeri

tindakan keperawatan

tanda Vital

mengetahui

berhubungan

selama 3×24 jam di

pasien

keadaan umum

dengan

harapkan nyeri berkurang

ketegangan

atau nyeri hilang dengan

otot rahim

kriteria hasil :

2. Kaji skala nyeri (1-10) 3. Ajarkan pasien teknik relaksasi

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg N: 60-120 X/ menit. 2. Pasien tampak tenang dan rileks 3. Pasien mengatakan

4. Atur posisi pasien 5. Berikan lingkungan yang nyaman

pasien 2. Untuk mengetahui derajat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan 3. Untuk

dan batasi

mengurangi nyeri

pengunjung

yang dirasakan pasien

nyeri pada perut

4. Untuk

berkurang

memberikan rasa nyaman 5. Untuk mengurangi tingkat stress pasien dan pasien dapat beristirahat 3.

Defisiensi

Setelah dilakukan

1.Kaji apa pasien

pengetahuan

tindakan keperawatan

tahu

mengetahui

berhubungan

selama 3×24 jam di

tentang tanda-

tentang

dengan

harapkan pasien

tanda dan gejala

pemahaman

pengakuan

memahami pengetahuan

normal selama

pasien untuk

persalinan

tentang penyakitnya

kehamilan

tindakan

premature

dengan criteria hasil :

2.Ajarkan tentang

1. Untuk

selanjutnya

29

1. Pasien terlihat tidak

apa yang harus

bingung lagi 2. Pengetahuan Pasien dan keluarga dapat bertambah

2. Mencegah

dilakukan jika

terjadinya hal-hal

tanda KPD

yang tidak

muncul kembali

diinginkan terjadi

3.Libatkan

yang bisa

keluarga agar

membahayakan

memantau

ibu-janin

kondisi pasien

3. Untuk membantu merencanakan tindakan berikutnya

4.

Ansietas

Setelah dilakukan

1. Kaji tingkat

1. Mengetahui

berhubungan

tindakan keperawatan

kecemasan

tingkatan

dengan

selama 3×24 jam di

pasien

kecemasan yang

persalinan

harapkan ansietas pasien

premature dan

teratasi dengan kriteria

untuk istirahat

neonatus

hasil :

total

2. Dorong pasien

berpotensi lahir premature

2. Pasien sudah mengetahui tentang penyakit

2. Untuk mempercepat pro

3. Berikan suasana 1. Pasien tidak cemas lagi

dialami pasien

yang tenang

ses penyembuhan 3. Untuk

dan ajarkan

memberikan rasa

keluarga untuk

nyaman dan

memberikan

menurunkan

dukungan

kecemasan pasien

emosional pasien.

D. Implementasi Implementasi

keperawatan

merupakan

bagian

dari

proses

keperawatan.

Tujuan

implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang 30

diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat, 2002. E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002). Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu: 1.

Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.

2.

Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN DENGAN DISTOSIA 2.3.1 KONSEP DASAR

A. Defenisi Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat sebagai kondisi yang berhubungan dengan berbagai macam keadaan. Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan disebabkan kelainan his, letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.

31

B. Klasifikasi 1. Distosia kelainan his a) Inersia uteri Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi menjadi 2 : a. Inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten. b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif (1)Etiologi : Multipara, kelainan letak janin, disproporsi sefalovelvik, kehamilan ganda, hidramnion, utrus bikornis unikolis. (2)Komplikasi a. Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan b. Kemugkinan infeksi bertambah dan juga meningkatnya kematian perinatal. c. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi : tanda-tandanya denyut nadi naik, suhu meninggi, asetonuria, napas cepat, meteorismus, dan turgor berkurang (3)Faktor predisposisi Anemia, hidromanion, grande multipara, primipara, pasien dengan emosi kurang baik.

(4)Penatalaksanaan Inesri primer, perbaiki KU pasien. Rujuk ke RS jika Kala I aktif lebih dari 12 jam pada multipara atau prmipara. Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam. Pecahkan ketuban dan beri infus oksitosin bila tidak ada his. Inersi sekunder, pastikan tidak ada disproporsi sefalopelvik, rujuk ke RS bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam baik multi maupun primipara. Pecahkan ketuban dan berikan infus oksitosin 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infus IV dengan kecepatan 12 tetes per menit. Tetesan dapat dinaikan perlahan-lahan sampai 50 tetes per menit. b) Incordinate uterina action

32

Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di luar his, serta tidak ada kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah, sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan serviks. (1)Etiologi : Pemberian oksitoksin yang berlebihan atau ketuban pecah lama yang disertai infeksi. (2)Komplikasi Hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter (3)Penatalaksanaan Dilakukan pengobatan

simtomatis karena belum

ada obat

untuk

memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian – bagian uterus. Bila terjadi lingkaran konstriksi pada kala I , lakukan seksio sesar

2. Distosia kelainan letak a) Posisi oksipitalis posterior persisten Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan depan. Dalam keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul ialah oksiput. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap di belakang. (1)Etiologi Adanya usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk ukuran panggul, otototot panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan. (2)Komplikasi Macet tidak bisa lahir harus di Sc (3)Mekanisme persalinan

33

Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis pubis. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di belakang menyebabkan regangan besar pada vagina dan perineum yang diikuti bagian kepala janin yang lain. (4)Prognosis Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi. (5)Penanganan Persalinan perlu pengawasan yang seksama dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Ekstraksi cunam pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah jika ubun-ubun kecil berada didepan, maka perlu diusahakan ubunubun diputar kedepan. Jika dalam keadaan janin posisi letak rendah maka dapat dilakukan ekstraksi vakum. b) Presentasi puncak kepala Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. (1)Penatalaksanaan Pasien dapat melahirkan spontan pervaginaan (2)Komplikasi (a) Pada ibu Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih luas, selain itu karena partus lama dan molage hebat.

(b) Pada bayi Mortalitas anak agak tinggi (9%). Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih luas. Selain itu karena partus lama dan moulage hebat, maka mortalitas anak agak tinggi (9%) (Mochtar, 2002). c) Presentasi Muka Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka yang merupakan terendah menghadap ke bawah. (1)Diagnosis 34

Tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi, sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggun (2)Etiologi : a) Defleksi kepala b) Panggul sempit dan janin besar c) Multiparitas dan perut gantung d) Kelainan janin seperti : anensefalus dan tumor dileher. (3)Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi: (a) Prolapsus tali pusat. (b)Obstruksi persalinan, karena: i.

Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat ditangani.

ii.

Presentasi muka posterior presisten mengakibatkan obstruksi persalinan

(c) Kelahiran operasi mungkin dibutuhkan. (d)Trauma perineum berat dapat terjadi karena, meskipun diameter sub mento bregmatik hanya 9,5 cm, sub mento vertikal 11,5 cm akan memperlebar vagina dan perineum. Bentuk tengkorak fetus abnormal disebabkan perdarahan intrakranial. (e) Muka memar dan oedem.

(4)Faktor predisposisi Multipara, perut gantung. (5)Prognosis Pada umumnya berlansung tanpa kesulitan, tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya panggul sempit dan janin besar, letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati PAP. Angka kematian perinatal pada presentasi muka adalah 2,5-5%. (6)Penanganan

35

Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan guna menentukan adanya disproporsi sefalofelvik. Dalam beberapa keadaan dapat diubah presentai muka menjadi presentai belakang kepala dengan cara memasukan tangan penolong ke dalam vagina, kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas. d) Presentasi dahi Keadaan di mana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah, namun pada umumnya keadaan ini hanya bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka. (1)Diagnosis Di curigai bila kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul. Pada pemeriksaan dalam sutura frontalis teraba, ubun-ubun besar, pangkal hidung dan lingkaran orbita, namun mulut dan dagu tidak dapat teraba. DJJ jauh lebih jelas di dengar pada bagian dada. (2)Etiologi a) Defleksi kepala b) Panggul sempit dan janin besar c) Multiparitas dan perut gantung d) Kelainan janin seperti : anensefalus dan tumor dileher. (3)Komplikasi (a) Ibu : Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri. (b)Anak : Mortalitas janin tinggi (4)Prognosis Janin yang kecil masih dapat lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar normal tidak dapat lahir spontan per vainam, hal ini karena kepala turun melalui PAP dengan sirkumferensia maksilloparietalis yang lebih besar dari pada lingkaran PAP. (5)Penatalaksanaan Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan per vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

36

Jika janin kecil dan panggul yang luas dengan presentasi dahi akan lebih mungkin lahir secara normal e) Letak sungsang Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri. (1)Etiologi Multiparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefallus, anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus, implantasi plasenta di kornu fundus uteri. (2)Prognosis Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dinamding dengan letak kepala. (3)Komplikasi Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut : (a) Komplikasi pada ibu (b)Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi (c) Komplikasi pada bayi (4)Penatalaksanaan Lakukan versi luar pada umur kehamilan 34 – 38 minggubila syarat versi luar terpenuhi. Bila pada persalinan masih letak sungsang , singkirkan indikasi seksio sesar. Lahirkan janin dengan prasat bracht. f) Letak lintang Letak lintang ialah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip, disebut letak oblik, yang biasanya karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal pada persalinan. (1)Etiologi Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas uterus abnormal, panggul sempit, tumor daerah panggul, pendulum dari dinding abdomen, plasenta previa, insersi plasenta di fundus, bayi prematur, hidramnion, kehamilan ganda. (2)Diagnosis 37

(a) Pemeriksaan luar : uterus lebih melebar dn fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan umur kehamilan. Fundus uteri kosong, kepala janin berada disamping. Di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah trun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus. (b)Pemeriksaan dalam : teraba bahu dan tulang-tulang iga/ketiak/punggung (teraba skapula dan ras tulang belakang)/dada (teraba klavikula). Kadang-kadang teraba tali pusat yang menumbung. (3)Komplikasi Cedera tali pusat, timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan menumbung melalui vagina, kematian janin, ruptur uteri. (4)Prognosis Bila terjadi ruptur uteri spontan atau ruptur traumatik akibat versi dan ekstraksi yang buruk/terlambat, dapat terjadi kematian. Bila diagnosis berhasil ditegakan secara dini dan penanganannya tepat maka prognosis baik. (5)Penatalaksanaan Lakukan versi luar bila syarat luar terpenuhi. Ibu diharuskan masuk RS lebih dini pada permulaan persalinan. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan untuk melakukan versi luar asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah. Primigravida, bila versi luar tidak berhasil, segera lakukan seksio sesarea. Pada multigravida, bila riwayat obstetri bak, tidak ada kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi. Pada letak kintang kasep, bila janin masih hidup, segera lakukan seksio sesarea. Bila janin sudah mati lahirkan pervaginam dengan dekapitasi. g) Presentasi ganda Presentasi ialah keadaan di mana di samping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di mana di samping bokong janin di jumpai tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan yang paling sering diantaranya ialah adanya tangan atau lengan di samping kepala.

38

Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin baik dan pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Dalam keadaan janin sudah meninggal, diusahakan untuk persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya dilakukan atas indikasi ibu.

3. Distosia kelainan bentuk janin a) Pertumbuhan janin yang berlebihan Berat neonatus pada umumnya < 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Yang dinamakan bayi besar ialah berat janin > 4000 gram. Pada panggul normal, janin dengan BB 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Pada janin besar faktor keturunan memegang peranan penting, selain itu kehamilan dengan Dm, grande multipara, pola makan ibu hamil dan bertambah besarnya janin masih diragukan. (1)Diagnosis Untuk menentukan besarnya janin secara klinis kadang sulit, namun adanya janin besar terdeteksi setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat, dan perlu pemeriksaan untuk menentukan apakah terdapat disproporsi sefalopelvik.

(2)Prognosis Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi akibat kepala yang besar, karena bahu yang lebar sehingga sulit melewati PAP. Jika kepala janin telah dilahirkan dan bagian-bagian lain belum lahir akibat besarnya bahu dapat mengakibatkan asfiksia. (3)Penatalaksanaan Pada proporsi sefalopelvik karena janin besar, SC perlu dipertimbangkan. Kesulitan melahirkan bahu tidak selalu dapat diduga sebelumnya. Episiotomi dilakukan apabila kepala telah lahir dan bahu sulit untuk dilahirkan. Pada keadaan

39

janin telah meninggal sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan klieidotomi pada satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir. b) Hidrosefalus Hidrosefalus ialah keadaan terjadinya penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel antara 500 sampai 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang mencapai 5 liter. Hidrosefalus sering disertai dengan spina bifida. Hidrosefalus akan selalu menyebabkan disproporsi sefalopelvik (1)Diagnosis Pada palpasi ditemukan kepala jauh lebih besar dari biasanya serta menonjol di atas simfisis. Kepala janin yang terlalu besar dan tidak dapat masuk ke dalam panggul, DJJ terdengar jelas pada tempat yang lebih tinggi. Pemeriksaan dalam teraba sutura dan ubun-ubun melebar dan tegang. Sedangkan tulang kepala tipis dan mudah ditekan. Pemeriksaan rontgenologik menunjukan kepala janin lebih besar, dengan tulang-tulang yang sangat tipis. Untuk menghindari kesalahan pada pemeriksaan rontgenologik harus diperhatikan beberapa hal : (a) Muka janin sangat kecil di bandingkan tengkorak (b)Kepala bentuk bulat, berbeda dengan kepala biasa yang berbentuk ovoid (c) Bayangan tulang kepala sangat tipis Untuk menghilangkan keragu-raguan pemeriksaan dapat dibantu dengan pemeriksaan ultrasonik/MRI. Kemungkinan hidrosefalus dipikirkan apabila; (a) Kepala janin tidak masuk kedalam panggul, pada persalinan dengan panggul normal dan his yang kuat. (b)Kepala janin teraba sebagai benda besar di atas simfisis (2)Prognosis Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya rupture uteri akan mengancam penderita. Rupture uteri hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan serviks menjadi lengkap, karena tengkorak yang besar ikut meregangkan segmen bawah uterus. (3)Penatalaksanaan

40

Persalinan perlu pengawasan secara seksama, karena kemugkinan bahaya ruptur uteri selalu mengancam. Pada hidrosefalus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 CSF dikeluarkan dengan cara pungsi kepala. Bila janin dalam letak sungsang, pengeluaran CSF melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporali c) Prolaps funikuli Prolaps funikuli ialah keadaan di mana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. (1)Etiologi Keadaan-keadaan yang menyebabkan prolaps funikuli seperti gangguan adaptasi bagian bawah janin, sehingga PAP tidak tertutup oleh bagian bawah janin. Janin dengan letak lintang, letak sungsang terutama presentais bokong kaki, dan disproporsi sefalopelvik. (2)Diagnosis Adanya tali pust menubung baru diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah terjadi pembukaan ostium uteri. Pada tali pusat terdepan, dapat diraba bagian yang berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan prolapsus funikuli dapat diraba dengan dua jari, tali pusat yang berdenyut menandakan janin masih hidup. Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat ketuban pecah dan terjadi kelambatan DJJ tanpa sebab yang jelas. (3)Penatalaksanaan Pada janin dengan prolapsus funikuli akan mengakibatkan hipoksia akibat tali pusat yang terjepit. Pada prolapsus funikuli dengan tali pusat yang masih berdenyut tetapi pembukaan belum lengkap maka dapat dilakukan reposisi tali pusat dan menyelamatkan persalinan dengan sesiosesarea (SC). Reposisi dilakukan bila wanita ditidurkan dalam posisi trendelemburg. SC di lakukan dengan keadaan tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh bagian terendah janin.Pada keadaan di mana janin telah meninggal tidak ada alasan untuk menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan spontan dapat berlansung dan tindakan hanya dilakukan apabila diperlukan demi kepentingan ibu.

41

4. Distosia Kelaian Pelvis Jenis-jenis panggul mempunyai ciri penting yaitu : a. Panggul ginekoid dengan PAP yang bundar b. Panggul antropoid dengan arkus pubis menyempit c. Panggul android dengan PAP berbentuk segitiga d. Panggul platilloid dengan diameter yang lebih pendek dengan arkus pubis yang luas. (1) Ditosia pelvis Distosia pelvis dapat menyertai terjadinya kontraktur diameter pelvis yang mengurangi kapasitas tulang pelvis, termasuk pintu atas panggu (pelvicinlet), panggul tengah (mid pelvic), pintu bawah panggul (pelvic outlet) atau setiap kombinasi tulang tulang tersebut.kontraktur pelvis dapat disebab kan kelainan kongenital, malnutrisi ibu, neoplasma dan ganguan spinal bagian bawah (lower spinaldisorder) ukuran pelvis yang tidak matur merupakan faktor predis posisi bagi para ibu remaja untuk mengalami distosia pelvis.deformitas pelvis dapatterjadi akibat kecelakaan mobil dan kecelakaan lain. Kontraktur pintu atas panggul terjadi 1%-2% pada kelahiran aterm dan diagnosis ditegakan bila konyugata kurang dari 11,5cm.insiden presentasi muka dan bahu terus meningkat. Presentasi ini mencegah penancapan(engagement)dan penurunan janin,sehingga neningkatkan resiko prolaps tali pusat.kontraktur pintu atas panggul berkaitann dengan

penyakit riketsia maternal dan panggul datar atau

panggul sempit.kontraksi uterus yang lemah dapat ditemukan selama kal satu persalinan. Kontraktur midplane, penyebab umum terjadinya distosia pelvis, diterpkan sebagai diagnosis bila jumlah

spina interiskiumdan diameter sagital posterior

panggul tengah kurang atau sama dengan 13,5cm. Penurunan janin tertahan/posisi lintang tetap (trans verse arrest) karena kepal tidak dapat melakukan putaran paksi dalam (rotasi internal). Kelahiran seksio sesaria adalah penata laksanaan yamg biasa dilakukan setiap ekstraksi vakum dilakukan jika servikstelah ditasi lemgkar. Kelahiran dengan bantuan forsep tengah (midforceps) biasanya di hindari karena morbiditas perinatal akibat intervensi ini meningkat.

42

Kontraktur pintu bawah panggul terjadi bila interiskium 8 cm atau kurang.ini jarang

terjadi

bila

arkus

pubissempit,

panjang

dan

pelvis

berbentuk

android.penurunan janin tertahan. Komplikasi maternal meliputi laserasiperineum yang luas selama kelahiran per cvaginam karena kepala janin terdorong ke arah posterior. (2) Distosis jaringan lunak Ditosia jaringan lunak terjadi akibat obstruksi jalan lahir oleh kelainan anatomi, selain kelainan pada tulang pelvis. Obstruksi .bisa terjadi karena plasenta previa (plasenta letak rendah) yang sebagian atau seluruhnya menutup ostium internal pada serviks.penyebab lain seperti lelomioma (fibroid uterus) di segmen bawah uterus, tumor ovrium, dan kandung kemih atau rektum penuh dapat mencegah lanin masuk kewdalam pelvis.kadang kadang terjadi edema serviks selama persalinan waktu serviks terjepit antara bagian terendah simfisis, sehingga mencegah dilatasi lengkap. Lingkaran bandl, suatu cincin retraksi patologis, berhubungan dengan ruptur selaput ketuban yang lama dan partus yang lama.

2.3.2 KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian data dasar klien 1. Aktivitas/istrahat a) Melaporkan keletihan, kurang energi b) Letargi, penurunan penampilan 2. Sirkulasi a) Tekanan darah dapat meningkat b) Mungkin menerima magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan 3. Eliminasi Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada 4. Integritas ego Mungkin sangat cemas dan ketakutan 5. Nyeri/ketidaknyamanan a) Mungkin menunjukan persalinan palsu di rumah

43

b) Kontraksi jarang, dengan intensitas ringan sampai sedang (kurang dari tiga kontraksi dalam periode 10 menit) c) Dapat terjadi sebelum awitan persalinan (disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder) d) Fase laten persalinan dapat memanjang ; 20 jam atau lebih lama pada nulipara ratarata adalah 8½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata-rata adalah 5½ jam) e) Tonus istirahat miometrial mungkin 8 mm Hg atau kurang dan kontraksi dapat terukur kurang dari 30 mm Hg atau dapat terjadi masing-masing lebih dari 5 menit. Sedangkan, tonus istrahat dapat lebih besar dari 15 mm Hg, pada peningkatan kontraksi 50 sampai 85 mm Hg dengan peningkatan frekuensi dan penurunan intensitas. 6. Keamanan a) Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala. b) Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara (penurunan dengan durasi yang lebih lama (protracted). Tidak ada kemajuan yang terjadi dalam 1 jam atau lebih untuk nulipara atau dalam 30 menit pada multipara (penghentian penurunan) c) Pemeriksaan vagina dapat menunjukan janin dalam malposisi (misalnya dagu, wajah, atau posisi k d) Serviks mungkin kaku/tidak siap. e) Dilatasi mungkin kurang dari 1,2 cm/jam pada primipara atau kurang dari 1,5 cm/jam untuk multipara, pada (fase aktif protraksi) 7. Seksualitas a) Dapat primigravida atau grande multipara b) Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel, janin besar, atau grande multriparitis. c) Dapat mengalami tumor uterus tidak teridentifikasi. 8. Pemeriksaan diagnostik a) Tes pranata : dapat memastikan polihidramnion, janin besar, atau gestasi multipel b) Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin 44

c) Ultrasound atau pelvimetri sinar-X : mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi d) Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis. 9. Prioritas masalah keperawatan a) mengkaji dan mengatasi pola uterus abnormal b) memantau respons fisik maternal/janin terhadap pola kontraksi dan lamanya persalinan c) memberikan dukungan emosional untuk klien/pasangan d) mencegah komplikasi

B. Diagnosa keperawatan 1. Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat. 2. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama, malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu, CPD. 3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.

C. Rencana keperawatan 1. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama, malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu, CPD. Hasil yang diharapkan : a) Terhindar dari cedera persalinan b) Persalinan berjalan dengan rentang waktu normal

Intervensi

Rasional

Mandiri Tinjau

ulang

riwayat Membantu

persalinan, awitan dan durasi

dalam

kemungkinan

mengidentifikasi

penyebab,

kebutuhan

pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang

tepat.

disebabkan

Disfungsi oleh

keadaan

uterus atonik

dapat atau 45

hipertonik. Atonik uterus diklasifikasikan primer bila ini terjadi sebelum awitan persalinan (fase laten) atau sekunder bila ini terjadi setelah persalinan yang baik (fase aktif).

Catat waktu/jenis obat. Hindari Pola kontraksi hipertonik dapat terjadi pada pemberian

narkotik

atau respons terhadap oksirosin, sedatif yang

anestetik blok epidural sampai diberikan serviks dilatasi 4 cm

terlalu

kebutuhan)

dini

dapat

(atau

melebihi

menghambat

atau

menghentikan persalinan

Evaluasi

tingkat

keletihan Kelelahan

ibu

yang menyertai, serta aktivitas menimbulkan dan istrahat, sebelum awitan mungkin persalinan

yang

disfungsi akibat

berlebihan

sekunder

dari

atau

persalinan

lama/persalinan palsu.

Kaji pola kontraksi uterus Disfungsi kontrkasi memperlama persalinan secara manual atau secara meningkatkan elektronik

risiko

komplikasi

maternal;/janin. Pola hipotonik ditunjkan dengan kontraksi sering dan ringan yang terukur kurang dari 30 mm Hg. Pola hipertonik ditunjukan dengan peningkatan frekuensi

dan

penurunan

intensitas

kontraksi, pada peningkatan tonus istrahat lebih besar dari 15 mmHg.

Catat kondisi serviks. Pantau Serviks kaku atau tidak siap tidak akan tanda

amnionitis.

Catat dilatasi,

menghambat

peningkatan suhu atau jumlah janin/kemajuan

persalinan.

penurunan Terjadinya

sel darah putih; catat bau dan amnionitis secara langsung dihubungkan warna rabas vagina

dengan

lamanya

persalinan,sehingga 46

melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah ketuban.

Catat penonjolan, posisi janin, Indikator kemajuan persalinan ini dapat dan presentasi janin

mengindentifikasi

timbulnya

penyebab

persalinan lama. Sebagai contoh, presentasi bokong tidak seefektif lebarnya dilatasi serviks pada presentasi verteks.

Palpasi abdomen pada klien Pada persalinan terhambat, depresi cincin kurus terhadap adanya cincin patologis (cincin Bandl) dapat terjadi pada retraksi patologis di anatara hubungan

segmen

atas

dan

bawah,

segmen uterus. (Cincin ini menandakan ancaman ruptur uterus. tidak dapat dipalpasi melalui vagina, atau melalui abdomen pada klien gemuk)

Tempatkan klien pada posisi Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus rekumben lateral dan anjurkan dapat tira

baring

atau

memperbaiki

ambulasi Ambulasi

sesuai toleransi

dapat

pola

membantu

hipertonik. kekuatan

gravitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks.

Anjurkan

klien

berkemih Kandung kemih penuh dapat menghambat

setiap 1-2 jam. Kaji terhadap aktivitas kepenuhan

kandung

uterus

dan

mempengaruhi

kemih penurunan janin.

diatas simfisis pubis.

Kaji

derajat

hidrasi.

Catat Persalinan yang lama dapat megakibatkan

jumlah dan jenis masukan. ketidakseimbangan cairan-elektrolit serta (Rujukan

pada

DK; kekurangan

cadangan

glukosa, 47

kekurangan

volume

cairan, mengakibatkan kelelahan dan persalinan

risiko tinggi terhadap)

lama dengan peningkatan risko infeksi uterus,

hemoragi

pascapartum,

atau

pencetus kelahiran pada adanya persalinan hipertonik.

Tinjau

ulang

defekasi

dan

evakuasi

kebiasaan Kepenuhan keteraturan aktivitas

usus uterus

dapat dan

menghambat mempengaruhi

penurunan janin.

Tetap bersama klien ; berikan Reduksi rangsang dari luar mungkin perlu lingkungan yang tenang sesuai untuk indikasi

memungkinkan

tidur

setelah

pemberian obat unbtuk klien dalam status hipertonik.

Juga

membantu

dalam

menurunkan tingkat ansietas, yang dapat menimbulkan disfungsi uterus baik primer dan sekunder.

Sediakan

kotak

kedaruratan

peralatan Mungkin diperlukan pada kejadian pencetus persalinan dan kelahiran, yang berhubungan dengan hipertonitisitas uterus.

Kolaborasi Siapkan

klien

terhadap Pecah ketuban menghilangkan distensi

amniotomi dan bantu dalam uterus berlebihan (penyebab disfungsi baik prosedur, bila serviks dialatasi primer dan sekunder) dan memungkinkan 3-4 cm.

bagian presentasi mendekat dan persalinan maju

pada

tidak

adanya

disproporsi

sefalopelvik (CPD).

Gunakan rangsangan puting Oksitosin mungkin perlu untuk menambah 48

untuk menghasilkan oksitosin atau memulai aktivitas miometrik untuk endogen, atau memulai infus pola oksitosin

eksogen

uterus

hipotonik.

atau dikonindikasikan

prostaglandin.

Ini

pada

biasanya

pola

persalinan

hipertonik karena ini dapat menambah hipertonisitas, tetapi dapat dicoba dengan amniotomi bila fase laten memanjang dan bila CPD dan malposisi dikesampingkan.

Berikan narkotik atau sedatif Dapat

membantu

seperti morfin, fenobarbnital, persalinan

sejkati

membedakan dan

antara

palsu.

Pada

atau sekobarbital, untuk tidur, persalinan palsu, kontraksi berhenti, pada sesuai indikasi.

persalianan sejati, pola lebih efektif dapat terjadi

mengikuti

istrahat.

Morfin

membantu menigkatkan sedasi berat dan menghilangkan pola kontraksi hipertonik. Periode istrahat mengubah energi dan menurunkan penggunaan glukosa untuk menghilangkan kelelahan.

Bantu dengan persiapan untuk Melahirkan sesaria segera diindikasikan seksio sesaria sesuai indikasi, untuk cincin Bandl untuk distres janin untuk malposisi, CPD, atau karena CPD cincin bandl (rujuk pada MK : kelahiran sesaria)

Siapkan

untuk

melahirkan Kelelahan

dengan forsep, bila perlu.

ibu

yang

mengakibatkan

upaya

efektif

persalinan

pada

berlebihan,

mengejan tahap

tidak II,

memerlukan penggunaan forsep.

49

2. Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat. Hasil yang diharapkan : a) Pasien tidak trampak stress b) Pasien tidak kawatir dengan keadaannya

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat ansietas

Mengetahui tingkat ansietas klien

Berikan rasa nyaman pada Agar klien

klien

merasa

nyaman

dengan

keadaannya

Singkirkan stimulasi yang Mengurangi kekawatiran klien berlebihan

Dorong

klien

untuk Agar klien lebih merasa tidak terbebani

mengungkapkan

dengan keadaannya

perasaannya

Pahami

perasaan

klien Agar klien terasa nyaman dengan perawat

terhadap situasi stress

jika klien mengungkapkan perasaannya

Minta suami atau keluarga Untuk menurunkan ansietas pada klien dan untuk mendampingi selama mengurangi rasa takut proses

persalinan

untuk

memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut

Ajarkan relaksasi

klien

teknik Memberikan kenyamanan pada klien untuk mengurangi ansietas

50

3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan sistem pendukung Hasil yang diharapkan : a) Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi. b) Mengidentifikasi/menggunakan teknik koping efektif.

Intervensi

Rasional

Mandiri Tentukan kemajuan persalinan. Persalinan

yang lama

yang berakibat

keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi. Peningkatan

nyeri

dilatasi/membuka

bila dapat

serviks

tidak

menandakan

terjadinya anoksia sel-sel uterus.

Kaji

derajat

nyeri

hubungannya

dalam Ketidaknyamanan

dan

nyeri

dapat

dengan disalahartikan pada kurangnya kemajuan

dilatasi/penonjolan

yang

tidak

dikenali

sebagai

masalah

disfungsional.

Kenali realitas keluhan klien Mendengarkan perasaan dan mendukung akan nyeri/ketidaknyamanan

dapat menurunkan ketidaknyamanan dan membantu klien rileks dan mengatasi situasi.

Tentukan tingkat ansietas klien Ansietas berlebihan meningkatkan aktivitas dan pelatih. Perhatikan adanya adrenal/pelepasan frustasi

katekolamin,

menyebabkan ketidakseimbangan endokrin. 51

Kelebihan epinefrin menghambat aktivitas miometrik.

Tekankan

penyimpangan ketersediaan

juga

glikogen, glukosa

penurunan menurunkan

untuk

sintesis

adenosin trifosfat (ATP), yang diperlukan untuk kontraksi uterus.

Diskusikan

kemungkinan Klien mungkin mampu rileks lebih baik bila

kepulangan klien ke rumah pada lingkungan yang dikenal. Memberikan sampai mulainya persalinan kesempatan aktif

untuk

mengalihkan/memfokuskan

kembali

perhatian dan menyelesaikan tugas yang berpengaruh pada tingkat ansietas/frustasi.

Berikan tindakan kenyamanan Menurunkan

ansietas,

dan pengubahan posisi klien. kenyamanan,

dan

meningkatkan

membantu

klien

Anjurkan penggunaan teknik mengatasi situasi secara positif. relaksasi dan pernapasan yang dipelajari

Berikan dorongan pada upaya Mungkin bermanfaat untuk memperbaiki klien/pasangan berkencan

untuk kesalahan konsep bahwa klien terlalu bereaksi terhadap persalinan atau kadang menyalahkan terhadap perubahan rencana kelahiran yang diantisipasi

Berikan

informasi

tentang apa yang terjadi

faktual Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping

52

D. Evaluasi Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan klien dan keluarga untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai dengan kemampuan klien dan keluarga dibidang kesehatan.

53

BAB III PENUTUP

3.1

KESIMPULAN 3.1.1 Konsep Persalinan Persalinan dan kelahiran normal adalah proses penggeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-rebekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Persalinan kala 1 merupakan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang di tandai oleh perubahan serviks yang progresif dan di akhiri oleh pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini dikenal dengan tahap pembukaan serviks. Persalinan kala 1 merupakan pembukaan antara 0 sampai pembukaan lengkap. Lama kala 1 untuk primikgravida sekitar 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Berdasarkan kurve friedman pembukaan primi 1 cm per jam dan multi 2 cm per jam. Bila persalinan dimulai, interaksi antra passanger, passage, power dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginan spontan.

3.1.2 Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin dengan KPD Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks(Saifudin, 2000). Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan 54

sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita

guna

menginduksi

persalinan

dan

kelahiran.

Pilihan

metode

persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.

3.1.3 Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin dengan Distosia Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat sebagai kondisi yang berhubungan dengan berbagai macam keadaan. (editor renata komalasari, 2005) Klasifikasi : 1. Distosia karena kelainan tenaga/his 2. Distosia karena kelainan letak 3. Kehamilan karena kelainan bentuk 4. Distosia karena kelainan pelvis

3.2 SARAN Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai pedoman dalam memenuhi pembelajaran terhadap keperawatan maternitas.

55

DAFTAR PUSTAKA

Nurasih, Ai . Rukmawati, Ani. 2012. ASUHAN PERSALINAN NORMAL BAGI BIDAN. Bandung : aditama Mary Hamiltan, Rersis. 1995. DASAR-DASAR KEPERAWATAN MATERNITAS Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/mekanisme-gerakan-kepala-janinpada.html#ixzz2MvS3R8pe Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media Aesculapius Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material & Neonatal. Jakarta : EGC. Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2. Jakarta:Salemba Medika International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 20122014.Jakarta:EGC http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/faktor-faktor-mempengaruhipersalinan.html#ixzz2MvE40w9Z Bobak, et all, 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Doenges, Marilyn E., 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta : EGC.

56

Related Documents


More Documents from "Ivanna Na Na"