Makalah Mekanisme Persalinan Normal.docx

  • Uploaded by: Ivanna Na Na
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Mekanisme Persalinan Normal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,706
  • Pages: 22
TUGAS MAKALAH ”ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL” “MEKANISME PERSALINAN NORMAL”

OLEH: KELOMPOK II ( DUA ) HERLINDA

P00312018114

INDRIYANI

P00312018117

ITA NURJANA

P00312018119

JUMARNI

P00312018120

KRISNAWATI

P00312018122

MARDIA

P00312018124

MAS ATI

P00312018125

MEIDAWATI

P00312018128

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI JURUSAN DIV KEBIDANAN 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MEKANISME PERSALINAN NORMAL” Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah ”ASKEB PERSALINAN DAN BBL ”di Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D-IV Kebidanan. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Kendari, 30 AGUSTUS 2018

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ………………………………………………………. DAFTAR ISI ………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN

i ii

A. Latar Belakang ………………………………………………. 4 B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 4 C. Tujuan Pembahasan ……………………………………….. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian…………………………………………………………............6 B. Diameter janin……………………………………………………............6 C. Pembagian fase/kala persalinan……………………………………....6 D. Tahapan dalam persalinan…………………………………………....10 E. Mekanisme Persalinan.....................................................................13 F. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV.....................16 BAB III PENUTUP A. B.

Kesimpulan …………………………………………………..............21 Saran ………………………………………………………….............22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138). Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Cristina’s Ibrahim, 1993;80). Menurut Susan Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan fisiologis akibat dari perubahan fisik adalah resiko cedera terhadap ibu, resiko cidera terhadap janin dan gangguan membran mukosa. WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. (2) Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). (3) Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 1997; 4). Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian besar adalah penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi dari keguguran. Penyebab kematian ini sebagian besar dapat dicegah, karena di negaranegara dengan angka kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi. (Depkes RI, DNPK-KR 2001). Mengingat ibu merupakan satu kesatuan dari Bio Psiko sosial spiritual perlu mendapatkan perhatian khusus dari bidan dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga

dari team pelayanan kesehatan yang keberadaanya paling dekat dengan ibu mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui proses kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan dituntut memiliki wawasan yang luas trampil dan sikap profesional. Tindakan yang kurang tepat dapat menimbulkan komplikasi.

B.

RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah mengenai persalinan normal, yaitu: 1. Pengertian mekanisme persalinan normal 2. Diameter janin 3. Gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan normal 4. Tahapan dalam persalinan 5. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV

C.

TUJUAN 1. 2. 3. 4. 5.

Mengetahui pengertian dari mekanisme persalinan normal. Mengetahui diameter janin Mengetahui gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan. Mengetahui Tahapan dalam persalinan Mengetahui Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV

BAB II PEMBAHASAN A.

PENGERTIAN Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan. B. DIAMETER JANIN 1. Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (enggagment). 2. Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala. 3. Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi. C.

PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN 1. KALA 1 – PERSALINAN : Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu : a) Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam. b) Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :  Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm



.Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.  Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida dan multipara :  Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.  Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)  Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama. Sifat His pada Kala 1 : a) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat. b) Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir c) Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm). Peristiwa penting Kala 1 :  Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.  Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.  Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

2.

KALA 2 PERSALINAN a. Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. b. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam. Sifat His : Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi. Peristiwa penting pada Kala 2 : a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul. b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat. c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis) d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan. e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi). Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) : a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior). b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang. c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis

pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu. f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. 3.

KALA 3 PERSALINAN a. Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta. b. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. c. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (MatthewsDuncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. d. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Sifat His : Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

4.

KALA 4 PERSALINAN Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan : a) Kontraksi uterus harus baik b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain

c) d) e) f)

D. 1.

Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap Kandung kencing harus kosong Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma esume keadaan umum ibu dan bayi.

TAHAPAN DALAM PERSALINAN Turunnya kepala Turunnya kepala dibagi dalam : a. masuknya kepala dalam pintu atas panggul Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus. Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul yang berukuran normal sekalipun penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung pada fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan bayi terdorong kejalan lahir. b. majunya kepala Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada

multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Penyebab majunya kepala antara lain : a) tekanan cairan intrauterine b) tekanan langsung oleh fundus pada bokong c) kekuatan mengejan d) melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim 2. Fleksi Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi. 3. Desensus Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik. Penyebab terjadinya desensus :  Tekanan cairan amnion  Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong  Usaha meneran ibu  Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus) Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah : Ukuran dan bentuk panggul a. Posisi bagian terendah janin Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan desensus berlangsung lambat. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir. b. Putar paksi dalam- internal rotation

c. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul). d. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadangkadang kearah posterior). e. Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul. 4. Putaran paksi dalam Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah : a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala b. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan. c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior. 5. Ekstensi Putaran Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubunubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan

ekstensi. Suboksiput hypomochlion.

yang

menjadi

pusat

pemutaran

disebut

6. Paksi luar Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. 7.

Ekspulsi Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah menvapai dasar panggul sehingga pesalinan tidak begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar E. Mekanisme Persalinan His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah : 1. Penurunan (Kepala masuk PAP) Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah

sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan : Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul. Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul. 2. Fleksi Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal. 3. Putar paksi dalam Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis. 4. Defleksi Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. 5. Putar paksi luar Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

untuk

6. Ekspulsi Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).

H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV 1. Persalinan Kala I Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998). Ø Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Ø Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam. II. Persalinan Kala II Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung : Ø 1 – 2 jam pada primigravida Ø ½ - 1 jam pada multigravida Tanda dan Gejala Kala II Persalinan: a. Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksI. b. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal c. Perineum terlihat menonjol d. Vulva vagina dan sfinger ani membuka e. Peningkatan pengeluaran lendir & darah Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan

normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah : 1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua a. Dor-an b. Tek-nus c. Per-jol d. Vul-ka 2) Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set. 3) Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan. 4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih. 5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak partus. 7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum. 8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 10) .Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit). 11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm. 16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu. 17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. 18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi. 20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin. 21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior. 23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin). 25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?. 26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke

arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kirakira 2 cm dari klem pertama. 31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. III. Persalinan Kala III 33)Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva. 34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang tali pusat. 35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas. 38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras). 39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada robekan. IV.

Persalinan Kala IV

41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %. 43) Pastikan kandung kemih kosong. 44) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah. 45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi. 46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik. 47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i). 48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi. 49) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai. 50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih. 51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu. 52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %. 53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %. 54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih. 55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi. 56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral. 57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral. 58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %. 59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih. 60) Lengkapih partograf.

BAB III PENUTUP A.

B.

KESIMPULAN Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan. Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul, yaitu: a) Turunnya kepala b) Fleksi c) Putaran paksi dalam d) Ekstensi Putaran e) paksi luar f) Ekspulsi Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara spontan. SARAN Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA http://asmanurs3.blogspot.com/2015/05/makalah-mekanismepersalinan.html Prawirohardjo Sarwono,(2009)Ilmu Kebidanan,Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta. Nolan Mary,2004,Kehamilan dan Melahirkan,Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan(KDT),Jakarta.

Related Documents


More Documents from "jojor simamora"