42048_paper Keperawatan Anak I.docx

  • Uploaded by: adelia
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 42048_paper Keperawatan Anak I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,207
  • Pages: 12
PAPER KEPERAWATAN ANAK I “KEKERASAN PADA ANAK”

Oleh : A11-B

Gede Melyantara Jaya

(17.321.2715)

I Gst A.A Sridana Suryadewi

(17.321.2721)

Luh Putu Novianti

(17.321.2725)

Ni Luh Febri Suryanthi

(17.321.2738)

Ni Luh Gede Srinadi

(17.321.2739)

Ni Luh Putu Meita Premasuari

(17.321.2741)

Putu Yudi Pradnyana

(17.321.2761)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah makhluk lemah yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari orangtuanya. Namun tidak semua anak-anak beruntung mendapatkan limpahan kasih sayang, banyak pula yang harus hidup getir menjadi korban eksploitasi dan kekerasan manusia dewasa yang seharusnya melindungi. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan perlu ada pencegahan kekerasan pada anak harus dilakukan secara sistematis. Misalnya dari sisi norma yang terkait dengan terkait dengan aturan disekolah. Menurutnya perlu dipertanyakan adakah norma disekolah yang berpotensi pada terjadinya kekerasan, misalnya dalam hal menghukum anak didik. Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk tindakan menyakitkan secara fisik atau emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran, eksploitasi yang mengakibatkan cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab. Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Namun, kenyataannya justru di sebagian sekolah terjadi kasus kekerasan. Dalam Pasal 54 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa anak didalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru atau temantemannya disekolah yang bersangkutan. Dalam Pasal 72 mengatakan masyarakat dan lembaga pendidikan berperan dalam perlindungan anak, termasuk didalamnya melakukan upaya pencegahan kekerasan terhadap anak dilingkungannya. Jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Bali dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Polda Bali pada tahun 2015 jumlah kasus kekerasan anak sebanyak 133 dan 63 kasus diantaranya adalah kekerasan seksual anak. Jumlahnya meningkat menjadi 177 kasus dan 81 kaimfsus

diantaranya kekerasan seksual anak pada 2016. Pada tahun 2017, aparat mencatat 146 kasus kekerasan terhadap anak dan 65 kasus diantaranya adalah ekkerasan seksual anak. Sepanjang 2001-2006 Polda Bali telah menuntaskan setidaknya 11 kasus kekerasan seksual terhadap anak di Bali dimana pelakunya orang asing. Pelakunya terbanyak berasal dari Australia, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan Italia. Hampir semua kasusnya adalah pedofilia dan sodomi. Adapun bentuk kekerasan terhadap anak adalah pelecehan seksual tersebut dominan dilakukan oleh pedofil didaerah pariwisata. Kekerasan seksual di Bali terutama disebabkan oleh kemiskinan, pernikahan usia muda, konflik dan bencana alam, putus sekolah, keluarga yang tidak harmonis, gaya hidup konsumtif, pergaulan bebas dan penyalahgunaan media sosial.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud kekerasan pada anak? 2. Apa sajakah bentuk kekerasan dan faktor apasajakah yang mempengaruhi kekerasan pada anak? 3. Apa sajakah dampak dari kekerasan pada anak dan bagaimanakah solusi untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari kekerasan pada anak. 2. Untuk mengetahui bentuk kekerasan dan faktor yang mempengaruhi kekerasan pada anak. 3. Untuk mengetahui dampak dari kekerasan pada anak dan solusi untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kekerasan pada Anak Pengertian kekerasan terhadap anak menurut para ahli a) Menurut Sutanto (2006) kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian.Kekerasan pada anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak. b) Nadia (2004) mengartikan kekerasan anak sebagai bentuk penganiayaan baik fisik maupun psikis. Penganiayaan fisik adalah tindakan kasar yang mencelakakan anak dan segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya.Sedangkan

penganiayaan

psikis

adalah

semua

tindakan

merendahkan/meremehkan anak. c) Lebih lanjut Hoesin (2006) melihat kekerasan anak sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak dan dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan sehingga untuk mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas hukum. d) Sedangkan Patilima (2003) menganggap kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari orangtua. Patilima mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang akibat dari kekerasannya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial maupun mental.

Jadi kekerasan pada anak yaitu kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua terhadap anak yang tak berdaya dengan menggunakan kekuasaan dimana bentuk penganiyaan atau kekerasan tersebut baik berupa fisik maupun psikis.

2.2 Bentuk Kekerasan dan Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan pada Anak A. Bentuk Kekerasan pada Anak Bentuk kekerasan pada anak yaitu : 1) Kekerasan Fisik Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh orang dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang, mendorong, menampar, membakar, membuat memar, menarik telinga atau rambut, menusuk, membuat tersedak atau menguncang seorang anak. Guncangan terhadap seorang anak dapat menyebabkan sindrom guncangan bayi yang dapat mengakibatkan tekanan intrakranial, pembengkakan otak, cedera difus aksonal, dan kekurangan oksigen yang mengarah ke pola seperti gagal tumbuh, muntah, lesu, kejang, pembengkakan

atau

penegangan

ubun-ubun,

perubahan

pada

pernapasan, dan pupil melebar. Transmisi racun pada anak melalui ibunya (seperti dengan sindrom alkohol janin) juga dapat dianggap penganiayaan fisik dalam beberapa wilayah yurisdiksi. Bentuk kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh korban Kasus physical abuse: persentase tertinggiusia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah usia 13-15 tahun (16.2%).Kekerasan

biasanya

meliputi

memukul,

mencekik,

menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-lainnya. Dampak dari kekerasan seperti ini selain menimbuBlkan luka dan trauma pada korban, juga seringkali membuat korban meninggal 2) Kekerasan secara Verbal Kekerasan verbal

merupakan “kekerasan terhadap perasaan”.

Mengeluarkan kata – kata kasar tanpa menyentuh fisik, kata – kata yang memfitnah, kata – kata yang mengancam, menakutkan, menghina atau membesar – besarkan kesalahan orang lain merupakan bentuk dari kekerasan verbal. Kekerasan verbal biasanya terjadi ketika ibu sedang sibuk dan anakanya meminta perhatian namun si ibu malah menyuruh anaknya untuk “diam” atau “jangan menangis” bahkan dapat mengeluarkan kata – kata “kamu bodoh”, “kamu cerewet”, “kamu

kurang ajar”, “kamu menyebalkan”, atau yang lainnya. Kata – kata itulah yang dapat diingat oleh sang anak, bila dilakukan secara berlangsung oleh ibu. Tidak hanya seorang ibu yang bisa melakukan kekerasan verbal, seorang ayah pun bisa melakukan kekerasan verbal ketika ia merasa kesal. 3) Kekerasan secara Mental Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa lebih besar dari kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (28.8%) dan terendah usia 16-18 tahun (0.9%) Kekerasaan seperti ini meliputi pengabaian orang tua terhadap anak yang membutuhkan perhatian, teror, celaan, maupun sering membanding-bandingkan hal-hal dalam diri anak tersebut dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah.Dampak kekerasan seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, belajar rendah diri, hanya bisa iri tanpa mampu untuk bangkit. 4) Pelecehan Seksual Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja yang lebih tua terhadap seorang anak untuk mendapatkan stimulasi seksual. Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), paparan senonoh dari alat kelamin kepada anak, menampilkan pornografi kepada anak, kontak seksual yang sebenarnya terhadap anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak. Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus pelecehan eksual: persentase tertinggiusia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan seperti ini yaitu pelecehan, pencabulan maupun

pemerkosaan.

Dampak

kekerasan

seperti

ini

selain

menimbulkan trauma mendalam, juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.

B. Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan pada Anak Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kekerasan yaitu: 1) Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain dll. Hal ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun maraknya kriminalitas di negeri ini membuat perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar 2) Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu 3) Kemiskinan keluarga (banyak anak) 4) Keluarga pecah (broken Home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka panjang 5) Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak, anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child)atau anak lahir diluar nikah 6) Pengulangan sejarah kekerasan orang tua

yang dulu sering

memperlakukan anak-anaknya dengan pola yang sama 7) Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan 8) Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap anak 9) Kurangnya pendidikan orang tua terhadap anak.

2.3 Dampak dari Kekerasan pada Anak dan Solusi Untuk Mencegah Terjadinya Kekerasan pada Anak A. Dampak dari Kekerasan pada Anak Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orangtuanya sendiri atau orang lain sangatlah buruk antara lain: 1) Agresif Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan saat anak merasa tidak ada orang yang bisa melindungi

dirinya. Saat orang yang dianggap tidka bisa melindunginya itu ada disekitarnya, anak akan langsung memukul datau melakukan tindak agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak semua sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan. 2) Murung/Depresi Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan. Ia akan menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang ekspresif. 3) Mudah menangis Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidka nyaman dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang lain. 4) Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai dengan apa yang dia alami.

B. Solusi Untuk Mencegah Terjadinya Kekerasan pada Anak Agar anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti diatas perlu adanya pengawasan dari orang tua, dan perlu diadakannya langkah-langkah sebagai berikut: 1) Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan terhadap anak adalah kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal ini berbeda dengan memanjakan anak. 2) Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasn itu sendiri. 3) Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan nasihat

apa yang perlu dilakukan terhadp anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap. 4) Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang dikenal dan lain-lain. 5) Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.

CONTOH KASUS KEKERASAN PADA ANAK: Kali ini menimpa seorang bocah perempuan berinisial N usia tujuh tahun yang menderita luka di sekujur tubuh akibat dianiaya oleh kakak kandungnya yang berusia 23 tahun. Kapolres Sumba Timur AKBP Victor M. T. Silalahi, SH. MH melalui Kasubbag Humas Polres Sumba Timur, Iptu I Made Murja menjelaskan, bocah perempuan berinisial N (7) ditemukan sedang menangis di pinggir jalan tepatnya di Gapura depan Kantor Dinas Pekerjaan

Umum,

Pakamburung,

Kelurahan

Kamalaputi,

Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu (6/2/2019) sekitar pukul 23.00 Wita. "Warga kemudian menyerahkan anak itu ke anggota Sat Lantas Polres Sumba Timur bernama Brigpol Muhamad Abd.Hakim, yang kebetulan sedang melaksanakan patroli melewati kawasan tersebut," kata Made Murja kepada POS-KUPANG. COM, Jumat (8/2/2019). Made Murja mengatakan,

untuk keselamatan korban, petugas

bersama warga membawa korban untuk mendapat perlindungan di kantor Polres Sumba Timur.

Setelah dilakukan pengecekan ditemukan luka di sekujur tubuhnya yang diduga bekas luka gigitan. "Terdapat luka bekas gigitan sebelah pipi kiri, di telinga bagian kiri, luka lebam di kedua pergelangan tangan bagian dalam dan luka bekas gigitan di hampir semua bagian belakang dan perut. Korban pun lalu dibawa ke Rumah Sakit Imanuel Waingapu guna dilakukan visum," terangnya. Made Murja juga mengatakan, korban kabur dari rumah diduga karena dianiaya dengan cara dipukul dan digigit oleh kakak kandungnya berinisial SSM (23),

seorang ibu rumah tangga

beralamat di jalan Muara Pantai, Kelurahan Kamalaputi. SOLUSI DARI KASUS : Kasus diatas merupakan kekerasan Fisik pada anak yang dilakukan oleh kakak kandungnya sendiri, hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dan kurangnya pendidikan budi pekerti dan agama dalam meningkatkan pendidikan moral. Solusi yang dapat dilakukan bila terjadi kekerasan fisik yaitu segera melapor pada pihak yang berwajib. Hal ini bertujuan agar segera diambil tindakan lebih lanjut terhadap tersangka dan mengurangi angka kejahatan yang sama terjadi. Korban kekerasan juga harus segera mendapat bantuan ahli medis serta dukungan dari orang tua agar tidak menimbulkan rasa takut yang berlebih pada anak untuk mencegah terjadinya gangguan mental pada anak akibat trauma.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Kekerasan pada anak yaitu kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua terhadap anak yang tak berdaya dengan menggunakan kekuasaan dimana bentuk penganiyaan atau kekerasan tersebut baik berupa fisik maupun psikis. Adapun bentuk-bentuk kekerasan pada anak yaitu kekerasan fisik, kekerasan secara verbal, kekerasan secara mental, pelecehan seksual. Dampak kekerasan pada anak yaitu agresif, murung/depresi, mudah menangis, dan melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain.

3.2 Saran Setelah membaca paper ini, diharapkan ada kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan paper kami.

DAFTAR PUSTAKA

Ratna Nia. 2015. Makalah Kekerasan Pada Anak. Tersedia pada : https://id.pdfcoke.com/doc/291547954/Makalah-Kekerasan-Pada-Anak . Diakses pada Selasa, 12 Maret 2019. Tribunnews. 2019. Bocah Usia 7 Tahun Ini Tengah Malam Menangis di Pinggir Jalan, Mengaku dianiaya Kakak Kandungnya. Tersedia pada : http://m.tribunnews.com/regional/2019/02/08/bocah-usia-7-tahun-initengah-malam-menangis-di-pinggir-jalan-mengaku-dianiaya-kakakkandungnya . Diakses pada Selasa, 12 Maret 2019.

Related Documents


More Documents from "Andre Aprilio"

1436-3083-1-pb.pdf
April 2020 28
Brcocok Tanam.docx
December 2019 48
Berita [1].docx
April 2020 39