MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I “Asuhan Keperawatan Pada Neonatal : BBLR” Dosen Pengampu : Ramadaniyati, M.Kep., Ners., Sp.Kep.An.
Di Susun Oleh : Kelompok 1 Rahayu Setianingsih
SR172110048
Ega Putri Fuji Rahayu
SR172110032
Irfan Ramadhana
SR172110055
Arrulia Putri Pahlawania SR172110040 Alma
SR172110063
Agi Ehsya Putra
SR172110084
PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2019
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak luput Kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak I” pada Program Studi Ners Akademik STIK Muhammadiyah Pontianak. Dalam penyusunan makalah ini tidak banyak kesulitan yang Kami temui, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Ramadaniyati, M.Kep., Ners., Sp.Kep.An. selaku pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2.
Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
3.
Teman-teman kelompok atas kebersamaannya dalam penyusunan makalah ini.
4.
Dan kepada teman-teman lain yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu-persatu. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa Kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil Alamin. Billahi Fiisabilil Haq Fastabiqul Khaerat. Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pontianak, 23 Februari 2019 Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 C. Tujuan ............................................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi .......................................................................................................... 3 B. Etiologi .......................................................................................................... 3 C. Patofisiologi ................................................................................................... 5 D. Pathway.......................................................................................................... 6 E. Manifestasi Klinik ......................................................................................... 6 F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................ 7 G. Penatalaksanaan ............................................................................................. 8 H. Komplikasi................................................................................................... 11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian.................................................................................................... 12 B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 17 C. Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................. 18 D. Implementasi Keperawatan ......................................................................... 29 E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................. 29 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................. 30 B. Saran ............................................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi BBLR memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup dan ketika bertahan mereka mudah terserang penyakit, retardasi pertumbuhan dan perkembangan. Adapun akibat lain dari adanya BBLR adalah terjadinya immaturitas sistem neurologi dan ketidakoptimalan fungsi motorik dan autonom pada awal bulan kehidupan bayi. BBLR juga merupakan penyebab utama dari morbiditas (kesakitan) dan disabilitas (kecacatan) serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan masa depannya. Masalah jangka panjang yang dapat dialami oleh bayi yang lahir BBLR adalah gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan pendengaran, gangguan pernafasan, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit serta kenaikan frekuensi kelainan bawaan (Proverawati, 2010). Menurut WHO pada tahun 2015 di dunia terdapat kejadian BBLR adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun, 96,5% di antaranya di negara-negara berkembang. Tingkat BBLR dalam pengembangan Negara (16,5%) lebih dari dua kali lipat tingkat di kembangkan Daerah (7%). Berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah utama di negara berkembang. India adalah salah satu negara dengan tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi yang lahir di India adalah BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi, dengan 28% bayi dengan BBLR, Sedangkan Asia Timur / Pasifik memiliki tingkat terendah, yaitu 6% (WHO, 2015). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2015, prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 persen dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 persen sampai 38 persen dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau dengan sosio-ekonomi yang rendah. Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisis lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5 persen (SDKI, 2015).
1
2
Dapat dilihat bahwa prevalensi kejadian BBLR di dunia, Asia dan Indonesia masih tinggi, serta masih menjadi penyumbang terbanyak kematian neonatus sehingga perlu diberikan perhatian khusus supaya dampak yang ditimbulkan dapat ditangggulangi. Untuk itu dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menguraikan cara pemberian asuhan keperawatan pada neonatal dengan berat badan lahir rendah (BBLR). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana asuhan keperawatan pada neonatal dengan berat badan lahir rendah (BBLR)? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada neonatal dengan berat badan lahir rendah (BBLR). 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui definisi dari BBLR. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR. Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR. Untuk mengetahui pathway dari BBLR. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari BBLR. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari BBLR. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari BBLR. Untuk mengetahui komplikasi dari BBLR. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari BBLR.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir beratnya kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2001). Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (Pudjiadi, dkk., 2010). Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir rendah. Menurut Sarwono Prawirohardjo (2007), diklasifikasikan berat badan waktu lahir, yaitu : 1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500 – 2.500 gram. 2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1500 gram. 3. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1000 gram. Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 1. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. 2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan. B. Etiologi Menurut Mitayani (2009) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut : 1. Komplikasi obstetric
3
4
a) Multiple gestation. b) Incompetence. c) Pro (premature rupture of membrane). d) Pregnancy induce hypertention (PIH). e) Plasenta previa. f) Ada riwayat kelahiran premature. 2. Komplikasi Medis a) Diabetes Maternal. b) Hipertensi Kronis. c) Infeksi traktus urinarius. 3. Faktor ibu a) Penyakit Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskuler. b) Gizi ibu hamil Keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya pada berat badan bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003). c) Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat. d) Keadaan sosioal ekonomi Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah.
5
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. e) Kondisi ibu saat hamil Peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok. 4. Faktor janin a) Hidramnion. b) Polihidramnion. c) Kehamilan ganda. d) Kelainan janin. C. Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
6
perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010). D. Pathway
E. Manifestasi Klinik Menurut Jitowiyono dan Weni (2011) manifestasi klinis dari BBLR prematuritas murni dan BBLR dismaturitas berbeda, berikut manifestasi klinis dari BBLR prematuritas murni dan BBLR dismaturitas. BBLR Prematuritas 1. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin. 2. Kepala lebih besar dari badan.
BBLR Dismaturitas 1. Kulit pucat/ bernod. 2. Mekonium kering. 3. Vernix caseosa tipis/ tidak ada.
7
3. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan.
4. Jaringan lemak di bawah kulit tipis.
4. Lemak subkutan kurang.
5. Tali pusat berwarna kuning
5. Ubun-ubun dan sutura lebar.
kehijauan.
6. Genetalia belum sempurna, labia
6. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
minor belum tertutup oleh labia mayor (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki). 7. Pembuluh
darah
kulit
banyak
terlihat. 8. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun. 9. Rambut tipis dan halus. 10. Tulang rawan dan daun telinga imatur. 11. Bayi masih dalam posisi fetal 12. Pergerakan kurang dan lemah. 13. Pernafasaan belum teratur dan sering terjadiapnoe. 14. Reflek menhisap dan menelan kurang. F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) : 1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24 gr/dL), Ht (normal : 33-38% ) mungkin dibutuhkan. 2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL). 3. Analisis Gas Darah (AGD) : menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada. Rentang nilai normal : a) pH : 7,35-7,45 b) TCO2 : 23-27 mmol/L c) PCO2 : 35-45 mmHg d) PO2 : 80-100 mmHg
8
e) Saturasi O2 : 95 % atau lebih 4. Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemia. 5. Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal : a) Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl. b) Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. 6. Urinalisis: mengkaji homeostatis. 7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia mungkin menyertai sepsis. 8. EKG,
EEG, USG, angiografi :
defek kongenital atau Komplikasi.
G. Penatalaksanaan Menurut Deslidel et al (2011) penatalaksanaan BBLR meliputi 3 tahap adalah sebagai berikut. 1. Ante intrapartum Setiap persalinan dipertahankan aterm. Apabila ada gawat janin, kehamilan dipertahankn paling tidak sampai maturitas janin optimal setelah usia kehamilan lewat 35 minggu, karena pada usia tersebut organ tubuh dapat berfungsi optimal di luar rahim. Kendala perawatan bayi kurang bulan di negara berkembang adalah adanya komplikasi membran hialin. a. Bila ada gawat janin, lakukan resusitasi intrauterin yaitu tindakan untuk mempertahankan kehamilan dengan pemberian tokolitik dan mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik yang aman untuk bayi. b. Apabila kehamilan kurang dari 35 minggu dan tidak dapat dipertahankan, ibu diberi kortikosteroid dosis tunggal untuk mempercepat pematangan paru janin. c. Beberapa jam sebelum persalinan dimulai, kolaborasi dengan spesialis anak untuk memberikan informasi bahwa akan lahir anak dengan BBLR pada ibu yang beresiko, seperti ketuban pecah dini, hipertensi dalam kehamilan, pre-eklamsia berat, dekompensasi kordis, TBC, infksi TORCH, dan lain-lain. 2. Penatalaksanaan di kamar bersalin Hal yang harus dilakukan sebelum bayi lahir adalah sebagai berikut.
9
a. Pra-resusitasi 1) Menyiapkan alat resusitasi dan fasilitas perawatan bayi serta memeriksa kelengkapan dan fungsi alat. a) Meja resusitasi, lampu penghangat dan penerang b) Penghisap lendir disposabel dan pompa penghisap bayi c) Ambulans inkubator d) Oksigen dengan flowmeter e) Status dan tanda identitas bayi-ibu 2) Memberi informasi keperawat intensif tentang akan ada bayi dengan BBLR untuk persiapan perawatan bayi. Dokter anak akan memeriksa kembali semua persiapan, tim resusitasi juga dipersiapkan. b. Resusitasi Resusitasi pada bayi prematur memerlukan intervensi yang lebih cepat dan
produktif
serta
difokuskan
pada
stabilisasi
suhu
dan
oksigen. Resusitasi dilakukan tahap sesuai dengan kondisi bayi dengan menentukan nilai Apgar pada menit 1 dan 5 untuk menentukan diagnosis (ada/ tidaknya asfiksia) dan prognosis bayi. c. Pasca-resusitasi Pasca-resusitasi melakukan pemeriksaan fisik diagnostik secara sistematis dan lengkap menentukan masa gestasi dan pertumbuhan janin, menentukan diagnosis kerja, melakukan perawatan tali pusat, memberi tetes mata dan vitamin K, memberi identitas pada bayi dan ibu yang sama. Indikasi perawatan BBLR pada bayi BBLR pada bayi premtur, cukup bulan dalam 3 perawatan, yaitu : 1) Perawatan I rawat gabung (rooming in) yaitu BBLR sampai 2250 gram, sehat tanpa komplikasi. 2) Perawatan II/ perawatan khusus/ intermedelate care/ high care yaitu bayi memerlukan perawatan khusus untuk observasi dan penanganan klinik. 3) Perawatan III/ perawat intensif neonatus/ neonatal in intensive care unit. 3. Penatalaksanaan di kamar bayi
10
Secara umum perawatan BBLR adalah : a) Mempertahankan suhu tubuh Menurut
Jitowiyono
dan
Weni
(2011)
ada
beberapa
cara
mempertahankan suhu tubuh bayi, yaitu dengan cara : 1) Menggedong bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu. 2) Menidurkan bayi di dalam inkubator. 3) Bayi harus dalam keadan kering 4) Suhu lingkungan harus dijaga, seperti: jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konfeksi. b) Mempertahankan oksigenasi Menurut Maryunani dan Eka (2013) cara mempertahankan oksigenasi atau pernapasan dengan memposisikan bayi terlentang atau tengkurap dalam inkubator, dada dan abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi pernapasan dan beri tambahan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. c) Memenuhi kebutuhan nutrisi Menurut Maryunani dan Eka (2013) cara memenuhi nutrisi pada bayi dengan BBLR adalah dengan memberikan minuman sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang sering. Karena alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil dan enzim belum matang. d) Mencegah dan mengatasi infeksi Menurut Maryunani dan Eka (2013) bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit
masih
kurang
dan
pembentukan
antibodi
belum
sempurna. Oleh karena itu tindakan preventif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR). e) Memenuhi kebutuhan psikologis f) Program imunisasi
11
H. Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009) : 1. Sindrom aspirasi mekonium Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi). 2. Hipoglikemi simptomatik Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR karena cadangan glukosa rendah, terutama pada laki-laki. 3. Penyakit membran hialin Disebabkan karena membran surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya. 4. Asfiksia neonatorum Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Biodata a. Identitas Klien 1) Nama/Nama panggilan : …………………………………… 2) Tempat tgl lahir/usia
: ……………………………………
3) Jenis kelamin
: ……………………………………
4) Agama
: ……………………………………
5) Pendidikan
: ……………………………………
6) Alamat
: ……………………………………
7) Tgl masuk
: ................................. (jam ............)
8) Tgl pengkajian
: ……………………………………
9) Diagnosa medik
: ……………………………………
10) Rencana terapi
: ……………………………………
b. Identitas Orang tua 1) Ayah a) Nama
: ………………………
b) Usia
:………………………
c) Pendidikan
: ………………………
d) Pekerjaan/sumber penghasilan : …………………....... e) Agama
: ………………………
f) Alamat
: ………………………
2) Ibu a) Nama
: ………………………
b) Usia
: ………………………
c) Pendidikan
: ………………………
d) Pekerjaan/Sumber penghasilan : ……………………… e) Agama
: ………………………
f) Alamat
: ………………………
12
13
2. Riwayat kesehatan masa sekarang Bayi dengan berat badan < 2.500 gram 3. Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan kardiovaskular a. Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya c. Apakah ibu seorang perokok d. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat 4. Apgar score Sistem penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persarafan bayi. Penilaian dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 710 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint hingga bayi dalam keadaan stabil. Tanda
0
1
2
Tidak ada
< 100
> 100
Usaha bernapas
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat
Tonus otot
Lumpuh
Refleks
Tidak bereaksi
Frekwensi jantung
Warna kulit
Seluruh
Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan sedikit
Gerakan katif Reaksi melawan
tubuh Tubuh kemeraha, Seluruh
biru atau pucat
ekstremitas biru
tubuh
kemerahan
5. Pemeriksaan cairan amnion Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya > 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan apabila jumlahnya < 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion
14
6. Pemeriksaan plasenta Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta seperti adanya pengapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan kembar identik atau tidak. 7. Pemeriksaan tali pusat Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul atau tidak. 8. Pengkajian fisik a. Aktifitas/istirahat Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam. b. Sirkulasi Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120160 detik per menit). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arterious (PDA) c. Pernapasan Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernapasan (RDS) d. Neurosensori Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan mata. e. Makanan/cairan 1) Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala
15
2) Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan 3) Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha 4) Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia f. Genitounaria Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan engnaberta badan), warna, pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi). g. Keamanan 1) Suhu berfluktuasi dengan mudah 2) Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan 3) Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat dengan warna kehijauan 4) Menangis mungkin lemah h. Seksualitas Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol. Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum. i. Suhu tubuh 1) Tentukan suhu kulit dan aksila. 2) Tentukan dengan suhu lingkungan. j. Pengkajian kulit 1) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi, lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang dipakai (misal: plester povidone – iodine). 2) Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll. 3) Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
16
4) Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi. 5) jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus, sentral, vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter atau jarum; dan tempat insersinya. 9. Pengkajian psikologis Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan orang tua klien berharap bayinya cepat sembuh. 10. Pemeriksaan refleks a. Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna b. Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit dorsofleksi c. Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun belum sempurna d. Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah saat disentuhkan ke permukaan e. Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah f. Gallant’s: punggung sedikti bergerak kearah samping saat diberikan goresan pada punggungnya g. Morro’s: dijumpai namun belum sempurna h. Neck righting : belum ditemukan i. Menggengngam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun belum sempurna j. Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang diberikan sedikit goresan k. Kaget (stratle) : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi lengan yang belum sempurna l. Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum sempurna m. Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi yang berusia > 2 bulan
17
11. Pemeriksaan diagnostik a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemia c. AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia f. Urinalis : mengkaji homeostasis g. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis h. EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi i. Diagnosa Keperawatan B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik 2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan
lemak
sebkutan,
ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk) 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah. 4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif 5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
18
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur. 7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan. 8. Resiko
gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua. 9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit. 10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh. C. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa. 1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif Kriteria hasil: 1. Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik 2. Membran mukosa merah muda Intervensi
Rasional
Mandiri: Ø Kaji
Ø Membantu dalam frekwensi
dan
membedakan
pola periode perputaran pernapasan normal
pernapasan, perhatikan adanya apnea dari serangan apnetik sejati, terutama dan perubahan frekwensi jantung
sering terjadi pad gestasi minggu ke-
Ø Isap jalan napas sesuai kebutuhan
30
19
Ø Posisikanm bayi pada abdomen Ø Menghilangkan atau
posisi
telentang
mukus
yang
dengan neyumbat jalan napas
gulungan popok dibawah bahu untuk Ø Posisi ini memudahkan pernapasan menghasilkan hiperekstensi
dan
menurunkan
episode
apnea,
Ø Tinjau ulang riwayat ibu terhadap khususnya bila ditemukan adanya obat-obatan yang akan memperberat hipoksia, asidosis metabolik atau depresi pernapasan pada bayi
hiperkapnea
Kolaborasi :
Ø Magnesium sulfat dan narkotik
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium menekan
pusat
sesuai indikasi
aktifitas SSP
Ø Berikan oksigen sesuai indikasi
Ø Hipoksia,
pernapasan
asidosis
Ø Berikan obat-obatan yang sesuai hiperkapnea, indikasi
dan
netabolik, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis memperberat serangan apnetik Ø Perbaikan
kadar
oksigen
dan
karbondioksida dapat meningkatkan funsi pernapasan
Diagnosa. 2 Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk). Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan Kriteria hasil : Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C) Intervensi
Rasional
Mandiri :
Ø Hipotermia membuat bayi cenderung
Ø Kaji suhu dengan memeriksa merasa stres karena dingin, penggunaan suhu
rektal
pada
awalnya, simpanan lemak tidak dapat diperbaruai
selanjutnya periksa suhu aksila bila ada dan penurunan sensivitas untuk atau
gunakan
alat
termostat
20
dengan
dasar
terbuka
penyebar hangat.
dan meningkatkan
kadar
CO2
atau
penurunan kadar O2.
Ø tempatkan bayi pada inkubator Ø Mempertahankan atau dalam keadaan hangat
lingkungan
termonetral, membantu mencegah stres
Ø pantau sistem pengatur suhu , karena dingin penyebar
hangat
(pertahankan Ø Hipertermi dengan peningkatan laju
batas atas pada 98,6°F, bergantung metabolisme kebutuhan oksigen dan pada ukuran dan usia bayi)
glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
Ø kaji haluaran dan berat jenis bila suhu lingkungan terlalu tinggi. urine
Ø Penurunan keluaran dan peningkatan
Ø pantau penambahan berat badan berat jenis urine dihubungkan dengan berturut-turut. Bila penambahan penurunan perfusi ginjal selama periode berat
badan
tidak
adekuat, stres karena rasa dingin
tingkatkan suhu lingkungan sesuai Ø Ketidakadekuatan penambahan berat indikasi.
badan meskipun masukan kalori adekuat
Ø Perhatikan takikardia,
perkembangan dapat warna
menandakan
bahwa
kalori
kemerahan, digunakan untuk mempertahankan suhu
diaforesis, letargi, apnea atau lingkungan tubuh, sehingga memerlukan aktifitas kejang.
peningkatan suhu lingkungan. Ø Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
Kolaborasi :
berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
Ø pantau laboratorium
pemeriksaan teratasi. sesuai
indikasi Ø Stres dingin meningkatkan kebutuhan
(GDA, glukosa serum, elektrolit terhadap glukosa dan oksigen serta dapat dan kadar bilirubin)
mengakibatkan masalah asam basa bila
Ø berikan obat-obat sesuai dengan bayi mengalami metabolisme anaerobik indikasi fenobarbital
bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari meta bolisme lemak coklat dengan asam lemak bersaing
21
dengan bilirubin pada pada bagian ikatan di albumin. Ø Membantu
mencegah
kejang
berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertermi Ø Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia Diagnosa. 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah. Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan Kriteria hasil : 1. Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat 2. Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari. Intervensi
Rasional
Mandiri :
Ø Menentukan
metode
pemberian
Ø Kaji maturitas refleks berkenaan makan yang tepat untuk bayi dengan pemberian makan (misalnya Ø Pemberian makan pertama bayi : mengisap, menelan, dan batuk)
stabil
memiliki
peristaltik
dapat
Ø Auskultasi adanya bising usus, dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. kaji
status
fisik
dan
pernapasan Ø Kaji
statuys Bila distres pernapasan ada cairan parenteral di indikasikan dan cairan
berat
badan
dengan peroral harus ditunda
menimbang berat badan setiap hari, Ø Mengidentifikasikan adanya resiko kemudian
dokumentasikan
grafik pertumbuhan bayi Ø Pantau
masuka
pada derajat dan resiko terhadap pola pertumbuhan.
dan
dan kelebihan
Bayi cairan
SGA
dengan ekstrasel
pengeluaran. Hitung konsumsi kalori kemungkinan kehilangan 15% BB dan elektrolit setiap hari
lahir. Bayi
SGA mungkin telah
22
Ø Kaji tingkat hidrasi, perhatikan mengalami penurunan berat badan fontanel, turgor kulit, berat jenis dealam
uterus
atau
mengalami
urine, kondisi membran mukosa, penurunan simpanan lemak/glikogen. fruktuasi berat badan.
Ø Memberikan
informasi
tentang
Ø Kaji tanda-tanda hipoglikemia; masukan aktual dalam hubungannya takipnea
dan
pernapasan
tidak dengan perkiraan kebutuhan untuk
teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu, digunakan dalam penyesuaian diet. dan diaphoresis. Pemberian makan Ø Peningkatan kebutuhan metabolik buruk, gugup, menangis, nada tinggi, dari bayi SGA dapat meningkatkan gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kebutuhan kejang.
cairan.
Keadaan
bayi
hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan
Kolaborasi :
intravena mungkin diperlukan untuk
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium memenuhi peningkatan kebutuhan, sesuai indikasi
tetapi harus dengan hati-hati ditangani
·
Glukas serum
untuk menghindari kelebihan cairan
·
Nitrogen urea darah, kreatin, Ø Karena glukosa adalah sumber
osmolalitas serum/urine, elektrolit utama dari bahan bakar untuk otak, urine
kekurangan
Ø Berikan suplemen elektrolit sesuai kerusakan indikasi misalnya kalsium glukonat Hipoglikemia 10%
meningkatkan
dapat
menyebabkan
SSP
permanen.
secara
bermakna
mobilitas
mortalitas
serta efek berat yang lama bergantung pada durasi masing-masing episode. Kolaborasi : Ø Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen
dengan
cepat
berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
23
Ø Mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan
dengan
penurunan
simpanan nutrien dan kadar cairan akibat malnutrisi. Ø Ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA suplemen
dapat untuk
memerlukan
mempertashankan
homeostasis.
Diagnosa. 4 Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi Kriteri hasil : 1. Suhu 36°C 2. Tidak ada tanda-tanda infeksi 3. Leukosit 5.000 – 10.000 Intervensi
Rasional
Mandiri :
Ø Untuk
mengetahui
lebih
dini
Ø Kaji adanya tanda – tanda infeksi
adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
Ø Lakukan isolasi bayi lain yang Ø Tindakan yang dilakukan untuk menderita infeksi sesuai kebijakan meminimalkan insitusi
terjadinya
infeksi yang lebih luas
Ø Sebelum dan setelah menangani Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi bayi, lakukan pencucian tangan
Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi
Ø Yakinkan semua peralatan yang Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi kontak dengan bayi bersih dan steril Ø Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung dengan bayi.
yang berlanjut pada bayi
24
Diagnosa. 5 Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine. Tujuan : cairan terpenuhi Kriteria hasil : 1. Bebas dari tanda dehidrasi. 2. Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
Ø Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
Ø Bandingkan
masukan
dan sementara kebutuhan terapi cairan
pengeluaran urine setiap shift dan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari keseimbangan
kumulatif
setiap pertama, meningkat sampai 120-140
periodik 24 jam
ml/kg/hari
pada
hari
ketiga
Ø Pantau berat jenis urine setiap postpartum. Pengambilan darah untuk selesai berkemih atau setiap 2-4 jam tes menyebabkan penurunan kadar dengan menginspirasi urine dari Hb/Ht. popok bayi bila bayi tidak tahan Ø Meskipun imaturitas ginjal dan dengan kantong penampung urine.
ketidaknyamanan
untuk
Ø Evaluasi turgor kulit, membran mengonsentrasikan urine biasanya mukosa,
dan
keadaan
fontanel mengakibatkan
anterior.
berat
jenis
yang
rendah pada bayi preterm ( rentang
Ø Pantau tekanan darah, nadi, dan normal1,006-1,013).
Kadar
yang
tekanan arterial rata-rata (TAR)
rendah menandakan volume cairan
Kolaborasi :
berlebihan dan kadar lebih besar dari
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium 1,013 menandakan ketidakmampuan sesuai dengan indikasi Ht
masukan cairan dan dehidrasi.
Ø Berikan infus parenteral dalam Ø Kehialangan
atau
perpindahan
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, cairan yang minimal dapat dengan khususnya
pada
PDA,
displasia cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat
bronkopulmonal (BPD), atau entero oleh coltis nekrotisan (NEC)
turgor
kulit
yang
buruk,
25
Ø Berikan tranfusi darah.
membran mukosa kering, dan fontanel cekung. Ø Kehilangan 25% volume darah mengakibatakan syok dengan TAR < 25 mmHg menandakan hipotensi. Ø Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53% kalium serum Ø Hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang nasogastrik diare atau muntah. Ø Penggantian
cairan
darah
menambah volume darah, membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu
dalam
penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia bronkopulmonal. Ø Mungkin mempertahankan
perlu kadar
untuk Ht/Hb
optimal dan menggantikan kehilangan darah.
Diagnosa. 6 Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur. Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular. Kriteria hasil : Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikel.
26
Intervensi
Rasional
Ø Kurangi rangsangan lingkungan Ø Organisasikan
asuhan
Ø Respons
stres,
terutama
selama peningkatan tekanan darah, dapat
jamsibuk normal sebanyak mungkin
miningkatkan resiko peningkatan TIK
Ø Tutup dan buka kelambu dan Ø Untuk meminimalkan gangguan lampu tidur
tidur dan kebisingan intermiten yang
Ø Tutup inkubator dengan kain dan sering pasang tanda “jangan diganggu” Ø Kaji
dan
tangani
Ø Untuk
memungkinkan
jadwal
nyeri siang dan malam
menggunakan metode farmakologis Ø Untuk mengurangi cahaya dan dan non-farmakologis
tidak
membangunkan
periode
Ø Kenali tanda stres fisik dan istirahat bayi stimulasi berlebih
Ø Nyeri meningkatkan tekanan darah
Ø Hindari obat dan larutan hipertonis Ø Untuk segera memberi intervensi Ø Pertahankan
oksigenasi
adekuat Ø Hindari
yang yang memadai Ø Akan meningkatkan tekanan darah
memutar
samping tiba-tiba
kepala
ke otak Ø Hipoksia
akan
meningkatkan
aliran darah otak tekanan intrakranial Ø Akan mengurangi aliran arteri karotis dan oksigenasi ke otak
Diagnosa 7 Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan. Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan Kriteria hasil : 1. Pasien tidak merintih/menangis kesakitan 2. Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal Intervensi
Rasional
Ø Kaji keefektifan upaya kontrol Ø Beberapa nyeri non farmakologis
menggosok)
upaya dapat
distres bayi prematur
(misalnya meningkatkan
27
Ø Dorong
orang
tua
untuk Ø Sebagai
orang
tua
bayi,
memberikan upaya kenyamanan bila kenyamanan lebih efektif diberikan mungkin
langsung oleh orang tua kepada
Ø Tunjukkan sikap sensitif dan kasih bayinya sayang pada bayi
Ø Seorang bayi sangat membutuhkan kasih sayang, khususnya dari orang tua
Diagnosa. 8 Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua. Intervensi
Rasional
Ø Berikan nutrisi yang maksimal
Ø Untuk
menjamin
penambahan
Ø Berikan periode istrahat yang berat badan dan pertunbuhan otak teratur tanpa gangguan Ø Kenali
tanda
stimulus
yang tetap yang Ø Untuk mengurangi panggunaan
berlebihan (terkejut, menguap, aversi O2 dan kalori yang tidak perlu aktif, menangis)
Ø Untuk membiarkan istirahat bayi
Ø Tingkatkan interaksi orang tua- denagn tenang bayi
Ø Sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal
Diagnosa. 9 Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit. Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit Kriteria hasil : 1. Kulit tetap bersih dan utuh 2. Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi Intervensi
Rasional
Ø Observasi tekstur dan warna kulit. Ø Untuk mengetahui adanya kelainan Ø Jaga kebersihan kulit bayi.
pada kulit secara dini
28
Ø Ganti pakaian setiap basah.
Ø Meminimalkan kontak kulit bayi
Ø Jaga kebersihan tempat tidur.
dengan zat-zat yang dapat merusak
Ø Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
kulit pada bayi Ø Untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit bayi Ø Untuk mencegah kerusakan kulit pada bayi
Diagnosa. 10 Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh. Tujuan : keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya Kriteria hasil : Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan Intervensi
Rasional
Ø Kaji tingkat pemahaman klien Ø Belajar tergantung pada emosi dan berikan instruksi /informasi pada kesiapan fisik dan diingatkan pada klien maupun keluarga tentang tahapan individu penyakitnya, baik tertulis atau Ø Menurunkan lisan. Ø Jelaskan
ansietas
dan
dapat
menimbulkan perbaikan partisipasi pada proses
penyakit rencana pengobatan.
individu. Dorong orang terdekat Ø Meningkatkan menanyakan pertanyaan
kerjasama
dalam
program pengobatan dan mencegah
Ø Jelaskan tentang dosis obat, penghentian
obatsesuai
perbaikan
frekwensi, tujuan pengobatan dan kondisi pasien. alasan tentang pemberian obat Ø Mencegah/menurunkan kepeda keluarga
ketidaknyaman
Ø Kaji potensial efek samping terapi pengobatan
dan
sehubungan
meningkatkan
dalam program
dengan kerjasam
29
D. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. E. Evaluasi Keperawatan Merupakan
penilaian
dari
hasil
intervensi
yang
kemudian
diimplementasikan kepada pasien dengan pedoman kriteria hasil yang ingin dicapai.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus. Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa hendaknya dapat mengimplikasi antara ilmu pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan yang baik dan benar. 2. Bagi Lahan Praktek Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan keperawatan pada BBLR, dapat meningkatkan layanan terutama dalam pencegah kematian neonatal.. 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah wawasan tentang asuhan keperawatan dan dapat memperbanyak serta menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.
30
DAFTAR PUSTAKA Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Pantiawati, I. (2010). Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: NuhaMedika. Proverawati, A. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: NuhaMedika. Pudjiadi, d. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. Putrono, W. d. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Andi.
31