MAKALAH PENDEKATAN TEORI MODEL KEPERAWATAN PADA ANAK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah (KEPERAWATAN ANAK I) yang diampu oleh(ZAKIYAH YASIN, S. Kep., Ns., M. Kep)
Kelompok 1 Andri Alfiyansyah
:717.6.2.0912
Silvia Lestari
:717.6.2.0920
Firmansyah
:717.6.2.0933
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah model teori keperawatan anak. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan untuk kami dan orang pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Sumenep, 20 Maret 2019 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................2 DAFTAR ISI ...........................................................................................................3 BAB I .......................................................................................................................4 PENDAHULUAN...................................................................................................4 1.1
Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3
Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
1.4
Manfaat penelitian ............................................................................................ 5
BAB II .....................................................................................................................6 PEMBAHASAN .....................................................................................................6 2.1
Teori Pendekatan Keperawatan Anak ............................................................ 6
2.1.1
Teori Kathryn E. Barnard ....................................................................... 6
2.1.2
Teori Kristen M. Swanson...................................................................... 11
2.1.3
Teori Katharine Kolcaba........................................................................ 17
BAB III ..................................................................................................................20 PENDAPAT ..........................................................................................................20 3.1
Teori Kathryn E. Barnard ............................................................................. 20
3.2
Teori Kristen M. Swanson.............................................................................. 20
3.3
Teori Katharine Kolcaba................................................................................ 20
BAB IV ..................................................................................................................22 PENUTUP .............................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori merupakan aktivitas berpikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori keperawatan itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menejlaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolut atau bukti langsung. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin. Teori mempunyai kontribusi pada pembentukan dasar praktik keperawatan.
Suatu
metode
untuk
menghasilkan
dasar
pengetahuan
keperawatan ilmiah adalah melalui pengembangan dan memanfaatan teori keperawatan. Definisi teori keperawatan dapat membantu mahasiswa keperawatana dalam memahami bagaimana peran dan tindakan keperawatan yang sesuai dengan peran keperawatan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Bagaimana model keperawatan Kathryn E. Barnard?
1.2.2
Bagaimana model keperawatan Kristen M. Swanson?
1.2.3
Bagaimana model keperawatan Katharine Kolcaba?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah : 1.3.1 Tujuan Khusus 1.3.1.1 Untuk mengetahui model keperawatan Kathryn E. Barnard 1.3.1.2 Untuk mengetahui model keperawatan Kristen M. Swanson 1.3.1.3 Untuk mengetahui model keperawatan Katharine Kolcaba
1.4 Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah: 1.4.1
Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang model-model konsep keperawatan.
1.4.2
Menjadi penyemangat dan menambah kinerja kita sebagai perawat agar
tidak
pantang
menyerah
dalam
merawat
pasien
dan
memperjuangkan nasib perawat. 1.4.3
Dapat menjadi inspirasi kita dalam praktik keperawatan.
1.4.4
Menjadi dasar bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.Untuk puskesmas, rumah sakit, posyandu dan lain- lain, makalah ini sangatlah bermanfaat karena lingkungan merupakan hal yang harus di perhatikan dalam perawatan pasien.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Pendekatan Keperawatan Anak Berikut beberapa Teori Keperawatan yang dapat di gunakan sebagai acuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada anak 2.1.1
Teori Kathryn E. Barnard Dr. Barnard PCI (Parent Child Interaction) fokus utama adalah mengembangkan format pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan anak.Model mendalilkan bahwa hubungan interaktif antara orangtua dan anak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif.Selain itu, kualitas interaksi ini dapat diukur untuk keberhasilan mereka dan informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi berisiko keluarga.Menurut model ini, orang tua dan anak terus tanggung jawab untuk menetapkan "komunikasi isyarat," atau akurat mengirim dan menerima isyarat dalam lingkungan mereka (The Barnard Model, 2015).Interpretasi yang sesuai dan tepat waktu respon oleh kedua belah pihak merupakan komponen penting dari dialog(Huber,2014). Bernard juga mengidentifikasi faktor-faktor tertentu di lingkungan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan hubungan yang
diinginkan
(Illman,2014).
Untuk
mendukung
teori
dan
mengidentifikasi beresiko keluarga, Dr. Barnard dirancang skala penilaian yang dikenal sebagai Nursing Child Assessment Feeding Scale(NCAFS) dan Nursing Child Assessment Teaching Scale(NCATS), untuk mengukur perilaku antara orangtua dan anak akurat (Huber, 2018).Skala ini telah diuji dan ditemukan diandalkan untuk digunakan baik sebagai langkah penilaian dan hasil untuk kelompok berisiko termasuk rendah bayi sosialekonomi, prematur, dan bayi dari ibu remaja (Huber, 2018). Menurut Baker et al.(2013), Model Barnard juga dapat diterapkan di banyak disiplin ilmu lain yang mengamati hubungan orangtua anak. Selain adaptasi mereka, kekuatan tambahan skala penilaian Barnard adalah waktu singkat administrasi, kemudahan penggunaan, dan kemampuan
mereka untuk dilakukan di sekitar aktivitas normal anak makan dan atau bermain tanpa memerlukan gangguan pola harian nya (Huber, 2014). Keumuman Model Dr Barnard, awalnya dirancang untuk mengatasi tahun pertama kehidupan seorang anak, sejak burgeoned untuk menyertakan penilaian anak-anak sampai usia tiga tahun (Masters, 2013). 2.1.1.1 Aplikasi Teori Kathryn E. Barnard Teori keperawatan Barnard berfokus pada interaksi antara ibu-bayi dan lingkungannya. Menurut teori ini, karakteristik individu dipengaruhi oleh sistem ibu-bayi yang terjadi dan perilaku adaptifnya memodifikasi karakteristik tersebut untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang ada. Teori Barnard dikembangkan dari psikologi dan perkembangan manusia. Teori ini didasarkan skala perkembangan untuk mengukur efek pemberian makan, pendidikan kesehatan dan lingkungannya ( Tomey & Alligood, 2017). Model keperawatan Barnard pada awalnya dikembangkan untuk bayi/infant,
dan
selanjutnya
berkembang
menjadi
teori
interaksi
pengkajian pada anak. Model ini difokuskan pada pengembangan perangkat atau suatu format pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan anak, perkembangan dan pertumbuhannya dengan melihat hubungan orangtua- anak sebagai suatu interaksi. Karakteristik orang tua dan anak dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan sistem. Barnard menekankan
modifikasi
sebagai
perilaku
adaptif
(Tomey
&
Alligood,2017). Perilaku adaptif tersebut meliputi : a.
Infant clarity of cues (kejelasan isyarat bayi) Untuk berpartisipasi dalam suatu hubungan yang seimbang, bayi harus memberikan isyarat kepada caregiver. Isyarat yang diberikan dapat mempermudah atau mempersulit orang tua untuk memahami isyarat tersebut dan membuat modifikasi yang tepat sesuai perilaku tersebut.
Bayi memberikan beberapa isyarat seperti rewel, tidur, cari perhatian, rasa lapar dan rasa kenyang dan perubahan aktivitas tubuh. b. Infant responiviness to caregiver (respon bayi terhadap pengasuh) Bukan hanya bayi harus memberikan isyarat sehingga bayi dapat memodifikasi kembali perilakunya. Secara jelas, jika bayi tidak berespon terhadap isyarat dari caregiver, adaptasi tidak mungkin terjadi c. Parent sensitivity to the child’s cues (rasa sensitif orang tua terhadap isyarat bayi) Orang tua, seperti halnya bayi, harus mampu memahami isyarat yang diberikan bayi sehingga mereka memodifikasi perilakunya dengan tepat. Orang tua yang memiliki masalah dalam aspek kehidupannya seperti : masalah pekerjaan dan keuangan, masalah emosional atau stress dalam pernikahan, dapat menjadi tidak sensitive terhadap isyarat bayi. Jika stress dapat diatasi oleh orang tua, orang tua dapat memahami isyarat bayinya. d. Parent’s ability to alleviate the infant’s distress (kemampuan orang tua mengurangi distress pada bayi) Beberapa isyarat yang diberikan bayi membantu orang tua. Efektifitas orang tua dalam mengurangi distress bayi bergantung pada beberapa hal, yaitu : 1. Orang tua harus mengenali bahwa distress sedang terjadi, 2. Harus mengetahui tindakan yang tepat untuk mengurangi distress. 3. Dan akhirnya orang tua harus mampu melaksanakan tindakan sesuai pengetahuannya. e. Parent’s social and emotional growth fostering activities (orang tua membantu pertumbuhan social dan emosional) Kemampuan untuk membantu aktivitas pertumbuhan social emosional bergantung kamampuan orang tua untuk beradaptasi secara luas. Orang tua harus mampu bermain dengan mesra dengan anak, menggunakan interaksi social saat memberi makan, member pujian atas perilaku anak. Orang tua harus menyadari tingkat perkembangan
anak dan mampu mengatur perilaku yang sesuai. Hal ini tergantung pada kemampuan orang tua dalam menerapkan pengetahuan dan keahliannya. Pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan pemberian stimulasi sesuai tingkat pemahaman anak. Untuk melaksanakannya orang tua harus memiliki pemahaman tentang kemampuan anaknya dan orang tua harus memiliki energy untuk menerapkan keahliannya. Model Barnard tersebut selanjutnya berkembang menjadi dasar teori interaksi pengkajian kesehatan anak (Child Health Assesment Interaction Theory). Konsep utama/asumsi dari teori ini adalah: anak (child), ibu atau pengasuh (mother/caregiver), dan lingkungan (environment) ( Tomey & Alligood, 2017) : 1. Anak (Child) Barnard menggambarkan anak dengan karakteristik berikut : perilaku bayi baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan fisik, temperamen dan kemampuan anak beradaptasi terhadap lingkungan dan petugas kesehatan. 2. Ibu/ pengasuh (Mother/ care giver) Karakteristik ibu yang digambarkan Barnard meliputi: aspek psikososial, perhatian terhadap anak, kesehatan ibu sendiri,pengalaman ibu yang mengubah kehidupannya, harapan ibu terhadap anaknya, dan yang paling penting adalah pola hubungan orang tua- anak dan kemampuan adaptasinya. 3. Lingkungan (Environment) Karakteristik lingkungan aspek lingkungan fisik dan keluarga, keterlibatan ayah, dan derajat hubungan orang tua untuk menghormati anaknya. 2.1.1.2 Peran Praktik Keperawatan menurut Kathryn E. Barnard a. Peran praktik keperawatan sebagai manajer yang sesuai dengan teori Kathryn E. Barnard: Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan
lainnya ketika memberikan perawatan pada anak. Misalnya pada saat bayi hospitalisasi, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi anak dan ahli terapi fisik saat mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. b. Peran praktik keperawatan dalam berkolaborasi yang sesuai dengan teori Kathryn E. Barnard: Selain berkolaborasi atau bekerja sama dengan tim medis lainnya untuk memberikan perawatan, perawat harus berkolaborasi dengan ibu dari anak tersebut, agar tumbuh kembang anak berjalan dengan baik. Salah satu caranya adalah, dengan memberikan dukungan untuk meningkatkan sensitivitas ibu dan respon terhadap isyarat bayinya agar interaksi orangtua-anak berjalan lancar dengan melakukan kolaborasi antar perawat dengan sang ibu. 2.1.1.3 Paradigma Keperawatan menurut Kathryn E. Barnard Paradigma keperawatan menurut Konsep Model Parent Child Interaction (Tomey & Alligood, 2016), yaitu : a. Manusia Barnard menjelaskan manusia atau human being dihubungkan pada kemampuan dalam adaptasi melalui pendengaran, penglihatan dan stimulasi taktil dari lingkungan. b. Lingkungan Barnard menjelaskan bahwa dalam tahun pertama kehidupan, lingkungan termasuk
seluruh
pengalaman
yang dihadapi
oleh
anak
sangat
mempengaruhi kehidupan anak, baik berupa objek, tempat, suara, visual, sensasi taktil bahkan orang- orang sekitar, yang disebut hidup dan mati. c. Sehat Barnard menggambarkan keluarga sebagai unit dasar perawatan. Dalam nursing child assessment satellite training study ia menyatakan bahwa perawatan kesehatan bertujuan untuk pencegahan primer. d. Keperawatan Barnard mendefinisikan keperawatan sebagai " diagnosis dan pengobatan tanggapan manusia terhadap masalah kesehatan" (Fine, 2014).
2.1.2
Teori Kristen M. Swanson Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2017). Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson,2016). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being). Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Swanson (2015) menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan
asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab 2.1.2.1 Struktur Caring Swanson Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2016). Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan,adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang
memungkinkan
pasien
untuk
mencapai
kesehatan
kesejahteraannya 2.1.2.2 Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari konsep Caring a. Maintaining Belief
dan
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan
sikap
yang
penuh
harapan.
Memelihara
dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan. Subdimensi: 1. Believing in Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi. 2. Offering a hope-filled attitude Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat. 3. Maintaining realistic optimism Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama. 4. Helping to find meaning Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien. 5.
Going the distance (menjaga jarak) Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini
adalah
kepercayaan
klien
sepenuhnya
terhadap
perawat
dan
responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien. b. Knowing Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensi: 1. Avoiding assumptions Menghindari asumsi-asumsi 2. Assessing thoroughly Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural 3.
Seeking clues Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
4. Centering on the one cared for Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan 5. Engaging the self of both Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif c. Being With Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi: 1. Non-burdening Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan 2. Convering availability Menunjukan
kesediaan
perawat
dalam
membantu
klien
dan
memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being. 3. Enduring with Bersama-sama
berkomitmen
dengan
klien
berusaha
dalam
meningkatkan kesehatan klien 4. Sharing feelings Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien. Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti. d. Doing For Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Subdimensi: 1. Comforting ( memberikan kenyamanan) Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien. 2. Performing competently ( menunjukkan ketrampilan) Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional 3. Preserving dignity (menjaga martabat klien) Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
4. Anticipating ( mengatisipasi ) Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga 5. Protecting (melindungi) Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis e. Enablings Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback. Subdimensi: 1. Validating (memvalidasi) Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan 2. Informing( memberikan informasi) Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien. 3. Supporting (mendukung) Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat 4. Feedback (memberikan umpan balik) Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being 5. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat alternative) Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan tindakan medis. (Potter & Perry, 2017)
maupun
2.1.2.3 APLIKASI TEORI CARING-SWANSON DALAM KEPERAWATAN 1. PELAYANAN Teori Caring-Swanson telah banyak digunakan di dunia praktik sebagai kerangka kerja untuk praktek keperawatan professional di United States, Canada, dan Sweden. Sebagai contoh di sekolah keperawatan Universitas Dalhousie di Halifax, Canada, yang memilih teori caring-swanson sebagai pedoman untuk pengembangan generasi keperawatan di masa depan sebagai caring professionals. Sejak tahun 1998, dewan praktisi Keperawatan di IWK (Isaac Walton Killam) menggunakan teori caring-swanson sebagai kerangka kerja mereka untuk praktek professional keperawatan. Caring keperawatan dimanifestasikan dalam cara yang berbeda sesuai dengan konteks perawatan. Misalkan pada ibu post partum, melakukan demonstrasi tentang cara memandikan bayi kepada orang tua baru dengan menggunakan lima proses caring yang telah dijelaskan diatas, sehingga perawat mampu menciptakan lingkungan yang optimal untuk proses pembelajaran pada orang tua baru tersebut untuk membuat keputusan tentang perawatan bayi. 2. PENDIDIKAN Teori caring-swanson menawarkan perawat pendidik sebuah cara perkenalan sederhana mahasiswa baru ke dalam profesi dengan menanamkan kepada mereka tentang caring dalam upaya mengembalikan dan mempertahankan kesehatan optimal pada individu
2.1.3
Teori Katharine Kolcaba Kolcaba dalam teori tentang kenyamanan mensintesis tiga tipe kenyamanan dalam analisis konsepnya. Tiga tipe kenyamanan itu adalah: yang berarti ketika kenyamanan spesifik yang dibutuhkan klien terpenuhi, ease berarti ketika klien merasa tenang dan puas, dan yang terakhir adalah transcendence ketika klien berhasil melampaui kebutuhan rasa nyaman (Tomey & Alligood, 2016). Selanjutnya tiga tipe kenyamanan tersebut dapat terlihat melalui kenyamanan fisik (sensasi tubuh, mekanisme homeostatik, fungsi kekebalan tubuh), psikospiritual (kesadaran diri, identitas seksual, makna hidup seseorang), sosiokultural (hubungan
interpersonal , keluarga, tradisi keluarga, ritual dan praktek keagamaan), dan lingkungan (suhu, cahaya, suara, bau, warna, furniture). 2.1.1 Aplikasi Teori Kolcaba Pada dasarnya aplikasi konsep kenyamanan sudah ada sejak tahun 1980 an, hal ini ditandai dengan adanya konsep kenyamanan secara holistik (Alligood, 2014). Menurut Hamilton (1989) bahwa kenyamanan dapat dilihat dari perspektif pasien itu sendiri, dalam hal ini Hamilton mewawancarai pasien dengan perawatan lama dan memfasilitasi makna kenyamanan, makna tersebut lebih banyak diartikan terkait perasaan terbebas dari rasa sakit, tetapi pasien juga mengidentifikasi posisi yang tepat dan perasaan mandiri, dibutuhkan, didukung dan berguna. Hamilton menyimpulkan kenyamanan merupakan multidimensi, memiliki arti yang berbeda menurut setiap individu. Teori kenyamanan memandang bahwa pengkajian keperawatan adalah pengkajian yang intens tentang kebutuhan kenyamanan, perawat harus merancang dalam mengatasi kebutuhan tersebut kemudian mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan membandingkan hasilnya (Sitzment dan Eichelberger, 2011). Penerima asuhan mungkin dapat
berupa
membutuhkan
individu, asuhan
keluarga,
institusi
keperawatan.
Semua
atau aspek
komunitas
yang
tersebut
dapat
dimanipulasi oleh perawat, orang terdekat atau institusi untuk meningkatkan kenyamanan. Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervensi
kenyamanan,
peningkatan
kenyamanan
dan
integritas
instutisional. Seluruh konsep tersebut terkait dengan pasien dan keluarga. Kolcaba mengidentifikasi jenis kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief (kelegaan) merupakan keadaan seorang pasien yang kebutuhan spesifiknya terpenuhi, Ease (ketenteraman) merupakan keadaan tenang atau puas dan Trancendence (transendensial) dimana seseorang berhasil melampaui masalah atau kesakitannya (Kolcaba, 2003).
Selain tiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut, Kolcaba juga menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman, seperti yang telah dijelaskan dalam struktur toksonomi kenyamanan yaitu; fisik, lingkungan, sosial dan psikospritual. Konteks fisik berkenaan dengan sensasi tubuh dan homeostasis. Konteks lingkungan berkaitan dengan latar belakang eksternal individu. Konteks sosial berkaitan dengan hubungan interpersonal, sosial, tradisi keluarga dan ritual. Konteks psikospritual berkenaan dengan kesadaran internal akan diri, harga diri, seksualiti dan makna hidup (Alligood, 2014).
BAB III PENDAPAT 3.1 Teori Kathryn E. Barnard teori menjelaskan peristiwa menerangkan hubungan antar peristiwa lain,serta dapat digunakan untuk mengendalikan dimensi keperawatan tertentu. Teori ini membahas fenomena interaksi antara anak dan orang tua. Alasan saya mengambil teori ini sesuai dengan peristiwa yang akan digali,yaitu memahami pengalaman ibu dalam memberikan nutrisi pada bayi tentu ada interaksi antara ibu sebagai pengasuh anaknya,selama melakukan interaksi baik ibu maupun anak harus memahami karakteristik masing masing sehingga terbina hubungan yang efektif dan dapat beradaptasi secara positif agar tujuan bisa tercapai,kebutuhan nutrisi terpenuhi dan bayi dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Teori ini menggunakan interaksi mode sederhana sehingga dapat mempermudah interaksi antara anak dan orang tua dan dapat dipakai tidak hanya untuk keperawatan tapi juga untuk keperawatan pelajaran yang lain bahwa perlakuan dengan hubungan orang tua dan anak. 3.2
Teori Kristen M. Swanson
Karna teori ini memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan fisik dan emosi sesorang dengan mengutamakan rasa aman dan keselamatan seseorang dimana perawat senantiasa selalu menghargai klien. 3.3 Teori Katharine Kolcaba Dalam bidang pendidikan, teori Kolcaba dapat diaplikasikan dalam kurikulum
pendidikan tinggi
keperawatan.
Teori Kolcaba memberi
kemudahan bagi educator dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan dan melaksanakan metode efektif dalam pembelajaran tentang level kenyamanan pada seorang pasien menggunakan teori Kolcaba sebagai kerangka acuan dalam melakukan studi.
Teori Kolcaba juga dinilai sederhana karena teori comfort masih rendah dalam pemanfaatan teknologi akan tetapi masih memiliki peluang untuk dapat digunakan pada teknologi canggih.
BAB IV
PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 1. Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan. 2.
Swanson (1991) dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan
3.
proses
caring
menjadi
lebih
praktis,
yaitu
Komponen
Mempertahankan Keyakinan, Komponen Pengetahuan, Komponen Kebersamaan, Komponen Tindakan yang Dilakukan, Komponen Memungkinkan. 4.
Teori Caring dari Swanson dapat di aplikasikan di dunia praktik
atau pelayanan, pendidikan, dan riset.
4.2 SARAN 1. Aplikasi teori caring-swanson di dalam memberikan asuhan keperawatan ke pasien baik dalam keperawatan jiwa, KMB, anak, maternitas, gerontik perlu untuk ditingkatkan demi tercapainya keperawatan yang berkualitas. Penggunaan Teori caring-Swanson di dunia pendidikan sebagai landasan perilaku caring juga perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA