BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Proses manajemen kebidanan diawali dari mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. Berasal dari data-data dasar tersebut baik subjektif maupun objektif dilakukan interpretasi kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang terdiri dari diakui dan telah disyahkan oleh profesi, berhubungan langsung dengan praktek kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan dan dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan akan di lakukan
pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi. 1.2.
Rumusan Masalah
BAB II TINJAUN TEORI 2.1.
Interpretasi Data Diagnosa/Masalah Aktual Berasal
dari
data–data
dasar
yang
di
kumpulkan
menginterpretasikan data kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena
beberapa
masalah
tidak
dapat
diidentifikasikan
dalam
mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini seringkali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang. Dalam perumusan diagnosa atau masalah aktual pada masa nifas terbagi dalam beberapa pokok bahasan diantaranya, nyeri, infeksi, masalah cemas, perawatan perineum, perawatan payudara, masalah ASI eksklusif, masalah KB, gizi ibu nifas, tanda-tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas dan cara menyusui. 2.1.1. Masalah Nyeri Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ib, ibu diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antara lain :
1.) After pains / keram perut. Hal ini disebabkan konktraksi dalam relaksasi yang terus menerus pada uterus. Banyak terjadi pada multipara. Anjurkan untuk meengosongkan kandung kemih, tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut bila perlu beri analgestik. 2.) Pembengkakan payudara. Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri yang terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu malah berhenti menyusui, kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan mengeliatnya payudara dan ibu mengalami demam. 3.) Nyeri perineum. Ibu nifas mengalami nyeri tidak lebih dari 8 minggu yang disebabkan oleh trauma persalinan (laserasi ataupun episiotomi) dan penjahitan robekan perineum. 4.) Konstipasi. Disebabkan
karena
motilitas
usus
berkurang
selama
paersalinan, obat anastesi, dan mungkin ibu takut karena sakit atau merusak jahitan. 5.) Haemoroid. Hemoroid disebabkan adanya penekanan uterus terhadap vena didalam anus dan rectum selama kehamilan dan pada saat proses persalinan. Pada ibu yang sudah mengalami hemoroid sebelum
kehamilan penekanan tersebut akan memperparah keadaan hemoroid. 6.) Diuresis. Dalam 12 jam pertama paska melahirkan ibu akan mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di dalam jaringan selama hamil. Pengeluaran kelebihan cairaan ini terutama terjadi di malam hari.Hal ini terjadi karena penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan. 2.1.2. Masalah Infeksi Infeksi nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu, infeksi yang mungkin terjadi adalah infeksi saluran kencing, infeksi pada genitalia, infeksi payudara, infeksi saluran pernafasan. Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan. Infeksi masa nifas merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinaria dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu pembengkakan taki kardia dan malaise. Gejala lokal berupa uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu berisiko infeksi postpartum karena adanya pelepasan plsenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi. Penkyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen. Masalah infeksi terbagi atas beberapa macam yaitu :
1.) Infeksi genital Ibu beresiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area pelepasan plasenta,laserasi pada saluran genital dan episiotomi pada perineum penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen faktor predisposisi infeksi meliputi nutrisi yang buruk defisiensi zat besi , persalinan lama, ruftur membran episiotomi atau sexio sesarea . Gejala klinis endometritis tampak pada hari ketiga postpartum disertai suhu yang mencapai 39 c, sakit kepala , kadang dapat uterus yang lembek. Untuk itu , ibu harus diisolasi. Infeksi genital dapat di cegah dengan menjaga kebersihan di daerah vulva, vagina dan perineum. Pembalut harus diganti dengan teratur dan sering. Hal ini untuk menghindari gesekan antara anus dan vulva ketika mengangkat pembalut karna dapat memindahkan organisme dari anus sehingga mengontaminasi vulva dan perenium ketika melepaskan pembalut harus dari arah depan ke belakang 2.) Infeksi saluran kemih Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan dan lebih sering lterjadi jika terdapat retensi urine kurangnya asupan cairan dan latihan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan vulva, tidak menahan kencing minum lebih banyak, melakukan latihan dan menghindari konstipasi 3.) Infeksi saluran pernafasan atas
Bidan yang sedang flu berat seharusnya tidak dekat ibu dan bayi atau menggunakan masker.jika berada di dekat mereka sehingga tidak terjadi infeksi silang. Demikian juga dengan anggota keluarga yang sedang sakit 4.) Infeksi payudara Infeksi payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena manajemen laktasi yang tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting sehingga merupakan tempat masuknya kuman pathogen. Hal ini dapat di cegah dengan manajemen laktasi yang benar dan menyusui bayi nya on demand. Data dasar subjektif : luka yang semakin nyeri dan badan panas dingin. Data objektif bisa diamati dari : 1. Vital sign (adanya peningkatan suhu, frekuensi nadi, dan pernafasan). 2. Inspeksi : adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan. Dolor
: Perubahan rasa nyeri
Kalor
: Perubahan suhu (Meningkat)
Rubor
: Perubahan warna kulit (Memerah)
Functio Laesa : Gangguan Fungsi Tubuh Tumor
: Perubahan Bentuk
2.1.3. Masalah Cemas Rasa cemas sering timbul pada ibu masa nifas karna perubahan fisik dan emosi masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini tersebut” masa krisis”karena memerlukan banyak perubahan perilaku,nilai peran. Tingkat kecemasan akan berbeda antara satu dengan yang lain. Bidan harus bersikap empati dalam memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi kecemasan. Ingat ASKEB yang holistic tidak hanya berfokus pada kebutuhan fisik saja yapi juga psikis. Bagaimanapun juga keadaan psikis akan mempengaruhi kondisi fisik ibu. Atasi kecemasan
dengan
mendorong
ibu
untuk
mengungkapkan
perasaannya,libatkan suami dan keluarga untuk member dukungan dan beri PENKES sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun kepercayaan diri dalam berperan sebagai ibu. 1.) Post partum blues Post partum blues (pbb) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Post partum blues adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ketiga dan hari kesepuluh setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu post partum.(bahiyyatun) Post partum blues adalah bentuk depresi yang paling ringan biasanya timbul antara hari kedua sampai dua minggu
yang disebabkan oleh perubahan hormonal pada pertengahan masa post partum. Penyebab post partum blues Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan post partu blues adalah: (a) Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu dengan melahirkan
yang
kurang
menyenangkan
dapat
menyebabkan ibu sedih. (b) Perasaan yang sangat down setelah melahirkan, biasanya terjadi peningkatan emosi yang disertai dengan tangisan. (c) Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat menyebabkan ibu merasa tidak mampu merawat bayi dengan baik (d) Kesulitan dalam memenuhi kewajiban setelah melahirkan, seperti member makan bayi, merawat bayi dan lain-lain. (e) Adanya konflik dengan staff, misalnya dengan keluarga atau suami. 2.) Depresi post partum Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt tahun 1988 dalam pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan
dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Llewelly-jones
(1994)
menyatakan
wanita
yang
didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun. 3.) Post partum psikosa Post Partum Psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa. Bidan harus dapat menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana mengatasi rasa cemas selama masa nifas yaitu sebagai berikut : 1.) Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya yang dapat member perasaan senang pada ibu
2.) Dalam
memberi
dukungan
bidan
dapat
melibatkan
suami,keluarga dan teman dalam merawat bayi-nya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan atau bidan dan keluarganya. 3.) Bidan dapat member informasi atau konseling memngenai kebutuhan ibu selama periode ini. Sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu. 4.) Bidan dapat mendukung penkes termasuk pendidikan dalam perannya sebagai ibu. 5.) Bidan dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta menerima bayi dalam keluarganya. 6.) Bidan juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam member nasihat. 7.) Waspadai gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah ia dapat makan dan tidur dengan nyaman. 2.1.4. Perawatan perineum Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum selama masa nifas : 1.) Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca partum kaerna resiko infeksi. 2.) Jelaskan perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga menjadi lochea alba.
3.) Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta pembalut yang dipenuhi darah banyak. 4.) Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi dan setelah mandi pancuran atau rendam. 5.) Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan menggunakan sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema. 6.) Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat. 7.) Ajari penting nya membersihkan perineum dari arah depan kea rah belakang untu mencegah kontaminasi. 8.) Ajari langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemorrhoid. 9.) Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat. 2.1.5. Masalah Payudara Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatkan vaskularisasi dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa dan vena. Terjadi pada hari ke 3 post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-28 jam. Tanda dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan mengalami distensi, kulit payudara
menjadi mengilat dan merah payudara hangat jika disentuh, vena pada payudara terlihat, payudara nyeri terasa keras dan penuh. Payudara memiliki beberapa kelainan: 1.) Bendungan air susu Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudar sering mengalami distensi menjadi keras dan benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bias disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran vena normal yang berlebihan dan pengembungan limpatik dalam payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan over destensi system lacteal oleh air susu. 2) Mastitis Inflamasi perinkimatosa gladula mamae merupakan komplikasi antepartum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai pada masa nifas dan laktasi. Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru di temukan setelah minggu ke 3 dan ke 4. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inplamasi dengan keluhan pertama nya berupa menggigil atau gejala tigor yang sebenarnya yang sering di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekwensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi serta kemerahan dan pasien mengeluarkan rasa nyeri.
2.1.6. Asi Esklusif ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktosa dan garam organic yang disekresi oleh kedia kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi Imunologi atau lainnya pemberian ASI memberikan kesempatan bagi ibu mencurah kan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini mungkin dapat di alihkan kepada ayah dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita ASI eksklusif di berikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan. 2.1.7. Masalah KB Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB: 1.) Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang kurang nya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali setiap pasangan harus menentukan sendiri nkapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Akan tetapi petugas kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan. 2.) Biasanya, wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haid nya selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid
pertama kali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru resiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan. 3.) Penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman. Terutama apabila ibu sudah haid lagi. 4.) Sebelum menggunakan metode KB beberapa hal yang harus di jelaskan pada ibu : (a) Bagaimana dengan metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitas nya. (b) Kelebihan dan kekurangannya. (c) Efek samping (d) Bagaimana menggunakan metode ini? (e) Kapan metode ini dapat digunajkan untuk wanita pasca bersalin yang menyusui? Jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu ada baiknya ibu atau pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik. 2.1.8. Gizi Bidan berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama masa nifas yang meteri nya meliputi: 1.) Mengkonsumsi tambahan 500 kaloti setiap hari 2.) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan vitamin yang cukup
3.) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu nuntuk minum setiap kali setelah menyusui) 4.) Tablet zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. 5.) Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi nya melaalui ASI Data dasar objektif dapat berupa : a) Perbandingan BB dan TB termasuk kategori kurus. b) Lingkar lengan < 23 cm. c) Hb kurang dari normal.
d) Konjungtiva anemis. 2.1.9. Tanda dan Bahaya Ketidaktahuan tentang tanda bahaya pada masa nifas dapat menjadi masalah besar bagi ibu. Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suami nya tentang tanda bahaya selama masa nifas agar ibu segera datang ke bidan atau dokter apabila terdapat salah satu dari tanda bahaya tersebut : 1.) Perdarahan Postpartum pervaginam yang luar biasa atau tibatiba bertambah banyak. 2.) Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk (menyengat). 3.) Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung. 4.) Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah penglihatan. 5.) Pembengkakan di wajah atau di tangan.
6.) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan. 7.) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan sakit. 8.) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. 9.) Nyeri, sakit, edema atau panas di daerah tungkai. 10.) Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab atau tidak perduli dengan bayinya. 11.) Sembelit, hemoroid. 12.) Sulit menyusui 2.1.10. Senam Umumnya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula). Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. Tujuan senam nifas ini di antaranya memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot
abdomen/ perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul. Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5 gerakan. Setiap hari ditingkatkan sampai 10 kali. Adapun gerakangerakannya sebagai berikut: 1.) Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang. 2.) Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping. 3.) Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat kemudian diturunkan kembali. 4.) Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat. 5.) Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. 6.) Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
7.) Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian. 8.) Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit up). 2.2.
Rumusan Diagnosa/ Masalah Potensial Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan akan di lakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan dapat bersiapsiap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi. Berikut adalah beberapa diagnosa potensia yang mungkin ditemukan pada pasien nifas. 2.2.1
Gangguan Perkemihan Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung kemih,edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam panggul. Efek persalinan pada
kandung
kemih
dan
uretra
menghilang dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi seluruh saluran kemih. Sekitar 40 % wanita
pascapartum tidak mengalami proteinuria nonpatologis sejak segera setelah melahirkan hingga hari kedua pascapartum. Spesimen urine harus berupa urine yang diambil bersih atau kateterisasi, karena kontaminasi lokia juga akan menghasilkan preeklamsia. Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima pascapartum. Produksi urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan intertisial dan kelebihan volume darah. Hal ini merupakan penjelasan terhadap perpirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi selama hari – hari pertama pascapartum. Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung kemih,edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam panggul. 2.2.2
Gangguan BAB Defekasi atau buang air bersih harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala
tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris.. Dengan diadakannya mobilisasi sedini – dininya, tidak jarang maslah ini dapat diatasi. Di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan istirahat dalam berjam – jam pertama postpartum, akan tetapi jikapersalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita 2.2.3
Gangguan Hubungan Seksual Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Tetapi tak jarang masih mengalami rasa sakit, ini disebabkan oleh proses pengembalian fungsi tubuh belum
berlangsung sempurna seperti fungsi
pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan karna kram otot, infeksi atau luka jahitan pada perineum yang masih dalam proses penyembuhan. Rasa nyeri pada saat sanggama atau dyspareunia. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu : 1.) Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi belum kembali seperti semula. 2.) Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur. 3.) Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).
4.) Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual. 5.) Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan, seperti: (a) Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks (persepsi salah tentang seks, dll). (b) Adanya trauma masa lalu (fisik, seks). (c) Tipe kepribadian yang kurang fleksibel. (d) Komunikasi suami istri kurang baik . Beberapa faktor lain diantaranya: (a) Beberapa wanita merasakan perannya sebagai orang tua sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya. (b) Karena adanya luka bekas episiotomy (c) Karena takut merusak keindahan tubuhnya (d) Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan 2.3.
Rencana Asuhan Kebidanan
DAFTAR PUSTAKA Bahiyatun. 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan nifas normal Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum. Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.