Modul_teori_komunitas_2016.pdf

  • Uploaded by: Ega Sundari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul_teori_komunitas_2016.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 24,317
  • Pages: 106
MODUL ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN PWS-KIA

A. DESKRIPSI MODUL Modul Asuhan Kebidanan Komunitas dengan kode mata kuliah BD.306 merupakan modul ini membekali mahasiswa agar

ini

mampu memberikan Asuhan

Kebidanan di komunitas dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsepkonsep, sikap dna keterampilan serta hasil evidence base dikaitkan dengan nilai-nilai dari sudut pandang Islam dan kebutuhan klien di komunitas. Kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan di komunitas merupakan salah satu komponen utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Elemen kompetensinya meliputi penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap dan perilaku dalam berkarya. Modul Asuhan Kebidanan Komunitas di semester IV dengan beban 4 SKS (2 SKS Teori dan 2 SKS Praktikum).

B. STANDAR KOMPETENSI Pada akhir mata ajaran ini Mahasiswa Diploma III Kebidanan „Aisyiyah Pontianak mampu menerapkan Asuhan Kebidanan di komunitas secara komprehensif dengan memperhatikan budaya setempat berdasarkan konsep, keterampilan serta sikap professional bidan dengan pendekatan manajemen kebidanan, strategi pelayanan kebidanan, pengelola program KIA/KB di wilayah kerja, serta meningkatkan peran serta masyarakat.

Mahasiswa mampu mengembangkan potensi

diri

terkait

dengan

kepemimpinan dalam berorganisasi, mampu membangun kecerdasan emosional, dan mampu mendokumentasikan asuhan

C. KOMPETENSI DASAR 1. Menjelaskan konsep dasar kebidanan Komunitas 2. Menjelaskan tugas, wewenang dan tanggung jawab Bidan di komunitas 3. Menjelaskan dan memecahkan masalah kebidanan di komunitas 4. Melakukan Asuhan kebidanan di komunitas di rumah, posyandu dan polindes dengan focus making pregnancy safer 1|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

5. Menjelaskan Sistem rujukan kebidanan 6. Menjelaskan Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas 7. Menjelaskan Peran serta masyarakat 8. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) 9. Melakukan Pemantauan kegiatan menggunakan PWS- KIA 10. Menjelaskan Pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupannya 11. Menelaskan Sistem Jaminan Kesehatan Yang ada di Indonesia 12. Melakukan Pencatatan, pendokumentasian dan pelaporan

D. INDIKATOR 1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kebidanan Komunitas 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas, wewenang dan tanggung jawab Bidan di komunitas 3. Mahasiswa mampu Menjelaskan dan memecahkan masalah kebidanan di komunitas 4. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan kebidanan di komunitas di rumah, posyandu dan polindes dengan focus making pregnancy safer 5. Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem rujukan kebidanan 6. Mahasiswa mampu menjelaskan Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas 7. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran serta masyarakat 8. Mahasiswa mampu melakukan Pencatatan dan Pelaporan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) 9. Mahasiswa mampu melakukan Pemantauan kegiatan menggunakan PWS- KIA 10. Mahasiswa mampu menjelaskan Pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupannya 11. Mahasiswa mampu ,enjelaskan Sistem Jaminan Kesehatan Yang ada di Indonesia 12. Mahasiswa mampu melakukan Pencatatan, pendokumentasian dan pelaporan

E. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mata kuliah ini diperuntukan bagi mahasiswa pendidikan DIII kebidanan dengan karakteristik sebagai berikut: a. Mahasiswa semester IV

2|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

b. Telah menyelesaikan mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Patologi c. Telah menyelesaikan praktik klinik kebidanan I

F. PRASYARAT Kegiatan pembelajaran khusus harus diikuti mahasiswa sebagai pra syarat untuk mengikuti ujian akhir. Minimal keikutsertaan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Perkuliahan : 80% b. Praktikum Lab : 100%

3|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

G. RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Perte muan

Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

1

2

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kebidanan Komunitas

3

Mahasiswa mampu menjelaskan tugas, tanggung jawab, dan perlindungan hukum Bidan di komunitas

Bahan Kajian (Materi Pokok)

Bentuk Pembelajaran

Waktu Belajar (Menit) 100 menit

Penilaian Kriteria (Indikator)

Dosen

Penjelasan RPS dan Pembagian tugas

Ceramah dan diskusi

1. Konsep Kebidanan Komunitas a. Pengertian/definisi komunitas dan masyarakat b. Sejarah Kebidanan komunitas c. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas d. Ruang lingkup dan jaringan kerja pelayanan bidan di komunitas e. Sasaran kebidanan komunitas f. Perilaku masyarakat g. Pelayanan Kesehatan bermutu 2. SDG‟s sebagai landasan berpikir bidan 1. Tugas dan Peran Bidan Di Komunitas a. Tugas Utama Bidan di Komunitas b. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas c. Bidan Praktik Mandiri d. Program Bidan Delima 2. Tanggung Jawab Bidan di Komunitas a. Kepmenkes NOMOR

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nurhasanah, M.Kes

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

4|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

Nurhasanah, M.Kes

369/MENKES/SK/III/ 2007 tentang Standar Profesi Bidan b. Standar kompetensi lulusan 3. Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan di Komunitas a. Standar Pelayanan Kebidanan b. Kode Etik Bidan c. Standar Asuhan Kebidanan d. Registrasi Praktik Bidan e. Kewenangan Bidan di Komunitas

4

5

6

Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kebidanan di komunitas

1. 2. 3. 4.

Kematian ibu dan bayi Kehamilan Remaja Unsafe Abortion BBLR

7

5. Tingkat Kesuburan 6. Pertolongan Persalinan oleh tenaga non Medis 7. Penyakit Menular Seksual ( PMS) 8. Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas Roleplay

8

Roleplay

5|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Eka Riana, S.ST., M.Keb

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Eka Riana, S.ST., M.Keb

Praktikum

100 menit

Eka Riana, S.ST., M.Keb

Praktikum

100 menit

Mampu memecahkan masalah kebidanan Mampu

Eka Riana, S.ST., M.Keb

memecahkan masalah kebidanan 9

10

Mahasiswa 1. Asuhan Antenatal mampu a. Manajemen Antenatal care menerapkan b. Standar asuhan asuhan kebidanan c. Standar alat di komunitas di 2. Asuhan Intranatal rumah, posyandu a. Persiapan Bidan dan polindes b. Persiapan rumah dan dengan focus lingkungan making pregnancy c. Persiapan alat/bidan kit safer d. Manajemen Intranatal care 3. Asuhan Ibu Postpartum di rumah a. Tujuan Asuhan Masa Nifas b. Peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas c. Kebijakan program nasional masa nifas d. Pelaksanaan asuhan masa nifas di rumah Role play pelayanan ANC

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nurhasanah, M.Kes

Praktikum

100 menit

Mampu memberikan pelayanan ANC Mampu memberikan pelayanan INC Mampu memberikan

Nurhasanah, M.Kes

11

Role play pelayanan INC

Praktikum

100 menit

12

Role play Pelayanan PNC

Praktikum

100 menit

6|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

Nurhasanah, M.Kes

Nurhasanah, M.Kes

pelayanan PNC 13

4. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita 5. Pelayanan kontrasepsi

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Yetty Yuniarty, M.Kes

Mampu memberikan pelayanan kesehatan bayi & balita Mampu memberikan pelayanan kontrasepsi

Yetty Yuniarty, M.Kes

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Eka Riana, S.ST., M.Keb

14

Roleplay Pelayanan Kesehatan bayi dan balita

Praktikum

100 menit

15

Roleplay pelayanan kontrasepsi

Praktikum

100 menit

16

6. Pertolongan Pertama Kegawatdarutaran Obstetrik dan Neonatus di Komunitas a. Kegawatdaruratan obstetrik a) Abortus b) Mola hidatidosa c) Kehamilan ektopik (terganggu) d) Plasenta previa e) Solusio plasenta f) Ruptura uteri g) Retensio plasentaplasenta inkompletus h) Perdarahan Post

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

7|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

Yetty Yuniarty, M.Kes

partum i) Syok j) PEB/Eklamsia 17

18

b. Kegawatdaruratan Neonatus a) Asfiksia b) Hipotermi c) BBLR d) Prematur Roleplay

19

Roleplay

20

Mahasiswa mampu menjelaskan sistem rujukan kebidanan

1. Pengertian dan Jenis rujukan a. Pengertian b. Jenis Rujukan 1) Rujukan Medik 2) Rujukan Kesehatan 2. Persiapan dan mekanisme rujukan 3. Hirarki pelayanan kesehatan a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer b. Pelayanan Kesehatan

8|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Yetty Yuniarty, M.Kes

Praktikum

100 menit

Eka Riana, S.ST., M.Keb

Praktikum

100 menit

Mampu memberikan pelayanan kedaruratan obstetri Mampu memberikan pelayanan kedaruratan neonatus Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Yetty Yuniarty, M.Kes

Tingkat Sekunder c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Tersier 4. PONED & PONEK 5. Rujukan pasien pada kasus patologis 6. Konsep rujukan neonatus 21 22

23

24

Persiapan UTS Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas

1. Peran Serta Masyarakat a. Pengertian PSM b. Pendekatan edukatif dalam PSM c. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat d. Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat 2. Gerakan Sayang Ibu (GSI) a. Landasan filosofis GSI b. Tujuan GSI c. Sasaran GSI d. Ruang lingkup GSI e. Strategi GSI f. Perencanaan dan pelaksanaan GSI g. Tugas pokok Satgas GSI h. Memantau keberhasilan GSI i. Indikator Keberhasilan sebelum dan sesudah GSI 3. Forum Masyarakat Desa 4. Usaha Kesehatan Berbasis

9|Modul Teori Asuhan Kebidanan Komunitas

Diskusi

100 menit

Nurhasanah, M.Kes Yetty Yuniarty, M.Kes

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

Ceramah & diskusi

100 menit

pemahaman

Tim Dinkes

25

26

Mahasiswa mampu menggerakkan dan meningkatkan peran serta masyarakat

Masyarakat Brainstorming, a. Pengertian UKBM b. Ciri- ciri UKBM c. Prinsip UKBM d. Bentuk UKBM 5. Desa/ Kelurahan Siaga  Ceramah & a. Pengertian Desa/ Kelurahan diskusi Siaga  Brainstorming b. Tujuan Desa/Kelurahan Siaga c. Kriteria Desa/Kelurahan Siaga d. Manfaat Desa/ Kelurahan Siaga e. Komponen yang berperan f. Tahap pengembangan Desa/Kelurahan Siaga g. Indikator keberhasilan Desa/Kelurahan Siaga Ceramah & 1. Pembinaan dukun bayi diskusi a. Pemberiahuan ibu hamil Brainstorming, untuk bersalin di tugas makalah tenaga kesehatan

b.

c.

d. e.

(Promosi bidan siaga) Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukan Pengenalan dini tetanus neonaturum, BBL, serta rujukannya Penyuluhan Gizi dan KB Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu

10 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

100 menit

pemahaman

TIM Dinkes

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Eka Riana, S.ST., M.Keb

27

28

Mahasiswa mampu melakukan pencatatan dan

2. Pembinaan Kader a. Pemberiahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (Promosi bidan siaga) b. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukan c. Pengenalan dini tetanus neonaturum, BBL, serta rujukannya d. Penyuluhan Gizi dan KB e. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu f. Promosi Tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga Ceramah & 3. Pengembangan Wahana atau diskusi Forum PSM Brainstorming, a. POSYANDU tugas makalah b. POSKESDES c. KB-KIA d. Dasa Wisma e. Tabulin f. Donor darah berjalan g. Ambulan Desa 1. Puskesmas  Ceramah & 2. Pencatatan dan pelaporan diskusi Puskesmas  Brainstorming 3. Sistem Informasi Puskesmas

11 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Eka Riana, S.ST., M.Keb

100 menit

Mampu menjelaskan materi pokok

Tim Dinkes

29

pelaporan puskesmas

Praktik pencatatan dan pelaporan

30

Melakukan pemantauan kegiatan menggunakan PWS- KIA

100 menit

31

1. Tujuan dan prinsip PWS-KIA  Ceramah & 2. Batasan dan indikator diskusi pemantauan  Brainstorming 3. Pengumpulan, pencatatan dan pengolahan data dasar PWS 4. Cara membuat grafik PWS KIA 5. Analisis dan tindak lanjut PWS-KIA 6. Pelembagaan , sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA Praktik pengisian PWS-KIA Praktikum

32

Praktik pengisian PWS-KIA

100 menit

33

Mahasiswa mampu menjelaskan pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang

1. Skrinning a. Pada bayi perempuan b. Masa kanak-kanak c. Masa pubertas d. Masa reproduksi e. Masa klimakterium

12 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Praktikum

Praktikum

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

100 menit

100 menit

Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan Puskesmas Mampu menjelaskan materi pokok

Tim Dinkes

Mampu melakukan pengisisan PWSKIA Mampu melakukan pengisisan PWSKIA

Tim Dinkes

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Nurhasanah, M.Kes

Tim Dinkes

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

daur kehidupannya

34

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan kebidanan di keluarga

35

36

37

Mahasiswa mampu menjelaskan sistem jaminan kesehatan yang ada di Indonesia Melakukan pencatatan, pendokumentasian

2. Deteksi dini a. Pada ibu hamil b. Bayi, balita c. Pubertas d. Klimakterium, menopause dan senium 1. Konsep Keluarga a. Pengertian b. Tipe-tipe keluarga c. Tahap perkembangan keluarga d. Tugas perkembangan keluarga e. Struktur keluarga 2. Konsep Keluarga Qorriyah Toyyibah 3. Hubungan antar kerabat, tetangga dan antar sesama muslim 4. Konsep dasar asuhan berkelanjutan di rumah (Home Care) Program Pemerintah terkait asuhan kebidanan di komunitas - Jaminan Kesehatan di Indonesia

5.

Kohort Ibu dan Balita a. Kohort Ibu b. Kohort Balita

13 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Ceramah & diskusi Brainstorming, tugas makalah

100 menit

Kelengkapan dan kebenaran penjelasan, komunikasi dan presentsai

Yetty Yuniarty, M.Kes

 Ceramah & diskusi  Brainstorming  Ceramah & diskusi  Brainstorming

100 menit

Mampu menjelaskan materi pokok Mampu menjelaskan materi pokok

Eka Riana, S.ST., M.Keb

 Ceramah & diskusi  Brainstorming

100 menit

Mampu menjelaskan materi pokok

Tim Dinkes

100 menit

Tim BPJS Kes

dan pelaporan 38

Praktikum pengisian kohort ibu dan balita

39

6.

40

Praktik pendokumentasian ASKEB

41

Praktikum inovasi Inovasi dalam pelayanan kebidanan di komunitas - Smart Village - Pengembangan Bank Darah Persiapan UAS

42

Pendokumentasian ASKEB

Praktikum

100 menit

 Ceramah & diskusi  Brainstorming

100 menit

Praktikum

100 menit

Ujian Akhir Semester

14 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Mampu melakukan pengisian kohort Mampu menjelaskan materi pokok

Tim Dinkes

Mampu membuat dokumentasi Askeb

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

Nevi Khojinayati, S.ST., M.Keb

100 menit

Yetty Yuniarty, M.Kes Eka Riana, S.ST., M.Keb

100 menit

Nurhasanah, M.Kes

H. EVALUASI 1. Tugas kelompok dan Seminar ( Bobot 10%) 2. Tugas Mandiri (Bobot 20%) 3. UTS (Bobot 20%) 4. UAS (Bobot 25%) 5. Praktikum (Bobot 25%) I. SARANA PENUNJANG 1. LCD 2. Alat Peraga 3. Laptop

J. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Linda V. Walsh, 2001, Midwifery Community-Based Care, W.B Saundrers Company : Philadelphia (BA5) 2. Permenkes 900/2002, DEPKES RI, Jakarta (BA6) 3. Modul MPS (BA7) 4. Modul MTBS (BA8) 5. Siwi, Walyani Elishabet, 2014. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas. Pustakabarupress : Yogyakarta (BA9) 6. Standar Pelayanan Kebidanan Depkes RI (BA10) 7. Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta 8. IBI, 1997, Kompetensi Bidan Indonesia, Jakarta (BA11) 9. Karwati, dkk. 2010.Asuhan Kebidanan V kebidanan komunitas. Trans Info Medika : Jakarta 10. Walyani, Elisabeth Dewi. 2014. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas. Pustaka Bru Press: Yogyakarta.

K. MATERI Terlampir.

15 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Konsep Kebidanan Komunitas 1. Definisi Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus

ujian

sesuai

dengan

persyaratan

yang

berlaku

(Kepmenkes

no.900/Menkes/SK/VII/2002). Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan di Komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Bidan yg bekerja di komunitas harus mengenal kondisi kesehatan di masyarakat yangg selalu mengalami perubahan, sehingga bidan harus tanggap terhadap perubahan tersebut.

2. Sejarah Kebidanan Komunitas di Indonesia Pelayanan kebidanan di komunitas dikembangkan di Indonesia di mana Bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan di komunitas. Secara lazim, “bidan komunitas” di kenal sebagai bidan desa atau bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Hingga saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasikan tenaga bidan yang bekerja di komunitas. Pendidikan tersebut adalah program pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di Komunitas. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di Desa.

16 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Pendidikan tersebut adalah program pendidikan Bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan. Kurikulum pendidikan bidan tersebut di atas, disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan kepada ibu dan balita di masyarakat terutama di desa.

3. Sasaran Utama Komunitas merupakan pelayanan kebidanan komunitas.

Di dalam komunitas,

terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah Ibu dan Anak. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga yang lain. a. Ibu : prakehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval b. Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, prasekolah dan sekolah. c. Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi d. Masyarakat : remaja, calon ibu dan kelompok ibu e. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan mayarakat baik yang sehat, sakit maupun mempunyai masalah kesehatan secara umum.

4. Tujuan Kebidanan Komunitas Komunitas merupakan pelayanan kebidanan komunitas.

Di dalam komunitas,

terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah Ibu dan Anak. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga yang lain. Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalahmeningkatkan kesejahteraan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahter dalam suatu komunitas. 17 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

5. Ruang Lingkup dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas, yaitu Puskesmas/ pustu, polindes, posyandu, BPM, Rumah pasien, dasawisma, PKK. Di Puskesmas, bidan sebagai anggota tim yang diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing-masing, selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya. Di Polindes, posyandu, BPM dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan komunitas.

18 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS

A. Tugas dan Peran Bidan di Komunitas 1. Tugas Utama Bidan di Komunitas 1) Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan 2) Pengelola pelayanan KIA/KB 3) Pendidik klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan 4) Penelitian dalam asuhan kebidanan

2. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas 1) Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan. 2) Mengelola dan memberikan obat- obatan sederhana sesuai dgn kewenangannya. 3) Survaliance penyakit yg timbul di masyarakat. 4) Menggunakan teknologi tepat guna kebidanan.

3. Bidan Praktik Mandiri 1) Ruang Lingkup Profesi. a) Diagnostik (klinik, laboratorik), b) Terapi (Promotif, preventif), c) Merujuk, d) Kemampuan Komunikasi interpersonal. 2) Mutu Pelayanan. a) Pemeriksaan seefesien mungkin, b) Internal review, c) Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi, d) Humanis (tidak diskriminatif). 3) Kemitraan. a) Sejawat/ Kolaborasi, b) Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog. c) Pasien, komunitas.

19 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4) Manajemen. a) Waktu b) Alat c) Informasi/MR d) Obat e) Jasa f) Administrasi/Regulasi/Undang-undang. 5) Pengembangan diri. a) CME ( Continue Midwifery Education), b) Information search.

4. Program Bidan Delima 1) Definisi a) Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan

dalam lingkup Keluarga

Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi. b) Merk Dagang/Brand. c) Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai

tambah,

lengkap

dan memiliki hak paten. d) Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, baku yang harus dilaksanakan

system dan proses

secara konsisten dan berkesinambungan.

e) Menganut prinsip pengembangan diri dan semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri,

mempertahankan dan meningkatkan kualitas,

dapat memuaskan klien beserta keluarganya. f) Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktik Swasta

dalam

pelayanan

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. 2) Tujuan a) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. b) Meningkatkan profesionalitas bidan. c) Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat. d) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluaga berencana. e) Mempercepat penurunan angka kesakitan reproduksi dan keluarga berencana. 3) Logo 20 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Bidan delima melambangkan : Pelayanan berkualitas dalam kesehatan reproduksi dan

keluarga

berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi. Logo/branding/merk bidan delima menandakan bahwa memberikan pelayanan yang

BPS tersebut telah

berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya (Service exellence). 4) Landasan a) UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan. b) Anggaran dasar IBI, Bab II Pasal 8 dan Anggaran

rumah tangga IBI Bab III

Pasal 4. c) Permenkes No.900/VI/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. d) SPK (Standar Pelayanan Kebidanan).

B. Tanggung Jawab Bidan di Komunitas 1) Tugas Utama Bidan di Komunitas a) Pelaksana asuhan atau pelayanan KIA/KB b) Pengelola pelayanan KIA/KB c) Pendidik pasien, keluarga, masyarakat, mahasiswa dan teman sejawat d) Peneliti asuhan kebidanan 2) Tugas Tambahan a) Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan. b) Mengelola

dan

memberikan

obat-

obatan

sederhana

sesuai

dgn

kewenangannya. c) Survaliance penyakit yg timbul di masyarakat. d) Menggunakan teknologi tepat guna kebidanan.

C. Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan di Komunitas Dalam menjalankan praktiknya, seorang bidan telah diatur dalam Pancasila sebagai landasan

idiil,

UUD

1945

sebagai

landasan

konstitusional

No.1464/Menkes/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. 21 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Permenkes

1. Standar Pelayanan Kebidanan Standar I : Falsafah dan Tujuan Pengelolaan pelayanan kebidanan memliki visi, misi filosofi dan tujuan pelayanan serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas pelayanan yang efektif dan afisien. Definisi Operasional a. Pengelola pelayana kebidana memiliki visi, misi dan filosofi pelayanan kebidana yang mengacu pada visi, misi dan filosofi masing-masing. b. Ada bagian struktur organisasi yang menggambarkan komando, fungsi dan tanggung jawab serta kewenanagn dalam pelayanan kebidanan dab hubungan dengan unit lain dan disahkan oleh pemimpin. c. Ada uraian tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang disahkan oleh pemimpin. d. Ada bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang menduduki jabatan pada organisasi yang disahkan oleh pemimpin. Standar II : Administrasi dan Pengelolaan Pengelolaan pelayanan kebidana memiliki pedoman pengelolaan pelayanan, standar pelayanan, prosedur tetap dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memunhkinkan terjadinya praktek pelayanan kebidanan akurat. Definisi Opersional a. Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pemimpin. b. Ada standar pelayanan yang dibuat

mengacu pada pedoman standar alat,

standar ruangan, standar ketenanagn yang disahkan oleh pemimpin. c. Ada prosedur tetap untuk setiap jenis kegiata/tindakan kebidanan yang disahkan oleh pemimpin. d. Ada rencana/progran kerja di setiap institusipengelolaan yang mengacu ke institusi induk. 22 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

e. Ada bukti tertulis terselenggaranyapertemuan berkala secara teratur dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat. f. Ada naskah kerja sama, program praktekdari institusi yang menggunakan latihan praktek, program, pengajaran klinik dan penilaian klinik. Ada bukti administrasi yang meliputi buku registrasi. Standar III : Staf dan pemimpin Pengelolaan pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan Sumber Daya manusia, agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien. Definisi Operasional a. Ada program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian c. Ada jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan tiap-tiap per uint yang menduduki tanggung jawab dan kemampuan yang dimiliki pleh bidan. d. Ada seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan kualifikasi minimal selaku kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan bertugas. e. Ada data personil yang bertugas di ruanagn tersebut. Standar IV : Fasilitas dan Peralatan Tersedia sarana dan peralatan untuk

mendukung pencapaian tujuan pelayanan

kebidanan sesuai dengan tugasnya dan fungsi institusi pelayanan. Definisi Opersional a. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan ada mekanisme keterlibatan bidan dalam perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana. b. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang. c. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu. d. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat tertentu. Standar V : Kebijakan dan Prosedur Pengelola pelayanan kebidanan memiliki k ebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualaitas. 23 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Definisi Operasional a. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang disahkan oleh pemimpin. b. Ada prosedur personalia: penerimaan pegawai kontrak kerja, hak dan kewajiban personalia. c. Ada personalia pengajuan cutipersonil, istirahat, sakit dan lain-lain. d. Ada prosedur pembinaan personal. Standar VI : Pengembangan staf dan Program Pendidikan Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Definisi Operasional a. Ada

program

pembinaan

staf

dan

program

pendidikan

secara

berkesinambungan. b. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan/personil baru dan lama agar dapat beradaftasi dengan pekerjaan c. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan Standar VII : Standar Asuhan Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/ manajemen kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Definisi operasional : a. Ada standar manajemen kebidanan (SMK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan. b. Ada format manajemen kebidanan yang terdaftar pada catatan medik. c.

Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

d. Ada diagnosa kebidanan. e. Ada rencana asuhan kebidanan. 24 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan. g. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan. h. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.

Standar VIII : Evaluasi dan Pengendalian mutu Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksana dalam evaluasi dan pengendalian

mutu

pelayanan

kebidanan

yang

dilaksanakan

secara

berkesinambungan. Definisi Operasional : a. Ada program atau rencana tetulis peningkatan mutu pelayanan kebidanan. b. Ada program atau rencana tetulis untuk melakukan penilaian terhadap standar asuhan kebidanan c. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan/pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan. d. Ada bukti tertulis tentang pelaksana evaluasi pelayanan dan rencana tindak lnjut, e. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan sacara teratur kepada semua staf pelayanan kebidanan.

2. Kode Etik Bidan a. Definisi Kode Etik Kode etik merupakan suatu ciri prifesional yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan konprehansif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi

anggota dalam melaksanakan

pengabdian profesi. b. Kode Etik Bidan Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam kongres nasional ikatan bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat nasional IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada kongres nasional IBI ke XII tahun 1989. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia mengandung 25 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan tujuan dan BAB.

Secara umum kode etik tersebut berisi 7 BAB. Ke 7 BAB dapat dibedakan atas 7 bagian yaitu: a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya d. Kewajiban bidan terhadap profesinya e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri f. Kewajiban nidan terhadap pemerintah,bangsa dan tanah air g. penutup Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah : a. Kewajiban terhadap klien dan masyarakat 1) setiap bidan senantiasa menjungjung tinggi,menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. 2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. 3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,keluarga dan masyrakat. 4) Setiap

bidan

dalam

menjalankan

tugasnya

mendahulukan

kepentingan

klien,menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat 5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan kien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang di milikinya. 6) Setiap bidan senantiasa menciftakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. b. kewajiban terhadap tugasnya

26 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang di nilikinya berdasarkan kebutuhan klien , keluarga dan masyarakat. 2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk termasuk keputusan mengadakan konsultasi atau rujukan. 3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan padanya, kecuali bila dminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan klien. c. kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya. 1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciftakan suasana kerja yang serasi. 2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya. d. kewajiban bidan terhadap profesinya. 1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. 2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya. e. kewajiban bidan terhadap diri sendiri 1) Setiap bidan harus memelihara kesejahteraannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. 2) Setiap bidan harus berusaha terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. f. kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa, bangsa dan tanah air.

27 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatahan keluarga dan masyarakat. 2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga. g. penutup setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik bidan indonesia.

3.

Standar Asuhan Kebidanan Standar asuhan kebidanan dapat dilihat dari ruang lingkup standar pelayanan

kebidanan yang meliputi 25 standar dan dikelompokan sebagai berikut : 1) Standar pelayanan umum Standar 1 : persiapan untuk kehidupan keluarga sehat Standar2I : Pencatatan dan pelaporan 2) Standar pelayanan antenatal Standar 3 : Identifikasi ibu hamil Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Standar 5 : Palpasi Abdomen Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan Standar 7 : Pengelolaa dini hipertensi pada kehamilan Standar 8 : persiapan persalinan 3) Standar pertolongan persalinan Standar 9 : Asuhan saat persalinan Standar 10 : Persalinan yang aman 28 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Standar 11 : Pengeluaran plasenta dan peregangan tali pusat Standar 12 : Penangan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi .Standar 13 : perawatan bayi baru lahir 4) Standar pelayanan nifas Standar 14 : penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan. Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas 5) Standar penanganan kegawat daruratan obstetric nonatal. Standar 16 : penanganan perdarahan pada kehamilan Standar 17 : Penangan kegawatan pada eklampsi Standar 18 : Penangan kegawatan pada partus lama atau macet Standar 19 : persalinan dengan forcep rendah Standar 20 : Persalinan dengan menggunakan vakum ekstraktor Standar 21 : Penanganan retensio plasenta Standar 22 : Penanganan perdarahan post partum primer Standar 23 : Penangnanan perdarahan post partum sekunder Standar 24 : Penanganan sepsis peuerperalis Standar 25 : Penanganan asfiksia

4.

Registrasi Praktik Bidan Registrasi praktek bidan dapat dilihat dan berpedoman pada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

29 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI IDENTIFIKASI MASALAH DI KOMUNITAS

Menurut

McCharty

dan

Maine

(1992)

dalam

kerangka

konsepnya

mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, tingkat kesuburan, ANC yang kurang ada di komunitas. Factor determinan tersebut adalah :

1. Determinan proksi/ dekat / outcome a. Kejadian kehamilan b. Komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan, infeksi,eklamsi, partus macet,rupture uteri) c. Kematian, kecatatan.

2. Determinan antara / intermediate determinants a. Status kesehatan (gizi, infeksi penyakit kronik, riwayat komplikasi) b. Status reproduksi (umur paritas, status perkawinan) c. Akses terhadap pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan KB, ANC, pelayanan obstetric, jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan, akses informasi pelayanan kesehatan) d. Perilaku sehat (penggunaan KB, pemeriksaan ANC, dan penolong persalinan) e. Factor-faktor yang tidak diketahui / tidak diduga

3. Determinan kontekstual / jauh / distant determinan a. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat

(pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, keberdayaan) b. Status keluarga dan maasyarakat (penghasilan, kepemilikan, pendidikan, dan pekerjaan anggota rumah tangga) c. Status masyarakat (kesejahteraan, sumberdaya seperti dokter klinik)

30 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

A. Kematian Ibu dan Bayi Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan) (Depkes RI, 2009). Penyebab kematian ibu antara lain Perdarahan 42%, Eklampsi 13%, Komplikasi Aborsi 11% , Infeksi 10% , Partus lama 9% dan Tidak diketahui 15%. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG‟s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistem pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%). Penyebab kematian natara yaitu : 1.

Kesanggupan dalam memberikan pelayanan gawat darurat

2.

Keadaan gizi ibu hamil laktasi yang berkaitan dengan status social ekonomi

3.

Kebodohan dan kemiskinan sehingga masih tetap beriorentasi pada pelayanan tradisional

4.

Penerimaan gerakan keluarga berencana, masih kuarang yang nyata dapat menurukan AKI AKP

5.

Masalah perilaku seksual terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki sehingga mencari jalan pintas terminasi unadekuat

Penyebab kematian tidak langsung yaitu : 1.

Rendahnya status perempuan Indonesia secara umum

2.

Pekerjaan yang berat sekalipun sedang hamil tua karena harus ikut serta menunjang kebutuhan social ekonomi keluarga.

3.

Budaya komunal sehingga saat yang kritis masih memerlukan persetujuan kepala keluarga, kepala desa, mereka yang disegani, sehingga terlambat untuk mengambil keputusan.

31 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Upaya untuk dapat menurunkan AKI dan AKP adalah : 1.

Mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat dengan menempatkan bidan di desa

2.

Meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil makin berkurang serta diikuti komplikasi yang makin menurun.

3.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya.

4.

Menyebarkan keberadaan ahli Obgin yang beriontrasi pada aspek sosialnya

5.

Meningkatkan upaya rujukan, sehingga diterima di pusat pelayanan kesehatan dalam keadaan masih optimal.

Untuk mencegah terjadinya kematian bayi, maka beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu : 1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi. 2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang. 3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. 4. Program manajemen tumbuh kembang balita sakit dan manajemen tumbuh kembang balita muda. 5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan BBL dengan tepat. 6. Program asuh. 7. Keberadaan bidan desa. 8. Perawatan neonatal dasar, meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal. B. Kehamilan Remaja Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin dapat menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya meningkatnya kehamilan yang belum dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual. Adapun dampak dari kehamilan remaja yaitu : 1. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. 32 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

2. Remaja berusia muda sedang menuntut ilmu akan mengalami sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat putus kerjaan yang baru dirintisnya. 3. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat. 4. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri. Langkah-langkah untuk mengendalikan sebelum terjadinya kehamilan pada remaja adalah sebagai berikut : 1. Menjaga kesehatan reproduksi dengan jalan melakukan hubungan seksual yang bersih dan aman. 2. Menghindari multipartner (umumnya sulit dihindari) 3. Mempergunakan KB remaja, diantaranya kondom, pil, dan suntikan sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan. 4. Memberikan pendidikan seksual sejak dini. 5. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai ajaran agama masingmasing. 6. Segera setelah hubungan seksual mempergunakan KB darurat penginduksi haid atau misoprostol dan lainnya.

C. Unsafe Abortion Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan tindakan yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Di Indonesia diperkirakan sekitar 2-2,5 juta kasus gugur kandung terjadi setiap tahunnya. Sebagian besar masih dilakukan secara sembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Sekalipun UU kesehatan No. 23 tahun 1992 telah ada tetapi masih sulit untuk dapat memenuhi syaratnya. Pelaksanaan gugur kandung yang lebih liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnya mencari jalan pintas dengan minta bantuan dukun dengan risiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal/sembunyi dengan fasilitas terbatas, dan

33 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

komplikasinya sangat besar (yaitu perdarahan-infeksi-trauma) dan menimbulkan mortalitas yang tinggi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari Aborsi adalah : 1. Gangguan psikis 2. Perporasi 3. Infeksi 4. Syok Peran bidan dalam menangani Unsafe Abortion adalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion. Untuk bidan atau nakes perlu disadari bahwa siapa saja yang melakukan tindakan aborsi tanpa indikasi (ilegal) akan dijerat hukum denda dan hukuman kurungan serta perjanjian kepada Tuhan yang Maha Esa.

D. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan (Depkes RI, 2009). BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi. Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya BBLR adalah : 1. Upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan 2. Meningkatkan gizi masyarakat 3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB 4. Tingkatkan kerjasama dengan dukun paraji E. Tingkat Kesuburan Tingkat fertilitas / tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (Pasangan Usia Subur) merupakan salah satu masalah kebidanan komunitas yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh 34 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah memberikan penyuluhan pada PUS tentang sistem reproduksi dalam kehidupan suami-istri. Tabel 1. Penyebab Infertilitas Disengaja -

Istri

Suami

Tidak disengaja -

-

cara-cara rakyat seperti irigasi air garam jenuh istibta berkala cara kimiawi berupa salep atau tablet cara-cara mekanik KB

-

coitus interuptus kondom sterilisasi obat-obatan dan alcohol

-

-

-

Gangguan ovulasi misalnya karena kelainan ovarium atau gangguan hormonal Kelainan mekanis yang menghalangi pembuahan seperti kelainan tuba , endometriosis ,stenosis kanalis cervikalis atau hymen , flouralbus.

infeksi (prostatitis,epididimis,parotitis) ejakulasi retrogad varikokel panas dan radiasi kelainan congenital dan kromosom antibody antispermia disfungsi seksual gangguan sperma togenesis (aspermia, hypospermia,necrospermia): misalnya karena kelainan.penyakit testes,kelainan endokrin kelainan mekanis sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan ke dalam puncak vagina

Evaluasi pasangan interfile Evaluasi pada pasangan infertile

diarahkan kepada mengidentifikasi penyebab

infertilitas.riwayat yang bias di teliti bias membantu mengarahkan evaluasi, tetapi penting mengatur hitung sperma, ada tidaknya evolasi dan patensi dari tuba fallopi sebelum memulai sembarangan pengobatan. Pada istri beberapa aspek yang perlu dievaluasi adalah: -

Riwayat mensturasi penting untuk menilai ovulasi.

-

Pertumbuhan rambut yang abnormal menunjuk pada kemungkinan anovulasi sekunder yang disebabkan kelainan androgen.

-

Galaktorea menjadi indikasi produksi prolaktin berlebih

-

Dispareunia dan nyeri panggul merupakan gejala infeksi dalam panggul atau indometriosis

-

Sembarang kontrasepsi yang pernah diterima

35 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

-

Riwayat seksual meliputi persetubuhan dengan penis dalam vagina, dokumentasi tentang ejakulasi, pemakaian sembarang obat pelican

-

Pemeriksaan payudara untuk galaktorea dan mencari hersustisme.

-

Menilai status estrogen wanita

-

Mengukur suhu basal wanita untuk mengetahui ovulasi.

Yang perlu dievaluasi pada suami adalah : -

Analisa semen. Analisa semen yang normal harus memperlihatkan hitung sperma lebih dari 20 juta/ml, yang bergerak lebih dari 60%. Volume sperma pria 3 -5 ml.pria tersebut harus abstinentia selama 48 – 72 jam sebelum pengambilan specimen sperma dilakukan.

-

Specimen dapat di tampung ke dalam sebuah bejana kaca atau kedalam mangkok specimen khusus. Specimen dipertahankan pada suhu tubuh dan harus sudah dianalisa dalam waktu 2 jam. Untuk penilaian yang lebih jelas biasanya digunakan uji – coba pasca sanggama yang

dilakukan pada hari yang diperkirakan 2 -3 hari sebelum akan terjadi ovulasi. Lender servik diperiksa dalam masa 8jam setelah persetubuhan. Penanganan pada wanita dapat di bagi dalam 7langkah yang di gambarkan sebagai berikut: Langkah 1 : anamnesis Adalah cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak factorfaktor penting berkaitan dengan inferilitas yang dapat ditanyakan pada pasiaen. Anamnesis meliputi: 

Lama fertilitas



Riwayat haid, evolusi dan dismenorhoe



Riwayat sanggama, frekwensi sanggama, disperenia



Riwayat komplikasi postpartum, abortus, KET, kehamilan terakhir



Kontarsepsi yang pernah digunakan



Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya



Riwayat penyakit sistemik (TBC, DM, Troid)



Pengobatan radiasi, sistostika, alkoholisme



Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi

36 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s



Riwayat PID, PHS, Likorea



Riwayat keluar ASI



Pengetahuan kesuburan

Langkah II : analisis hormonal Dilakukan bila dari hasil anamnese diketemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid. Atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia penyebab gangguan sekresi GnRH dengan akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5 -25 ng/ml. pemeriksaan di lakukan pada antara jam 7 sampai 10 pagi. Bila di temukan kadar prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid perlu dipikirkan ada tumor di hipopisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberikan informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid. Langkah III : Uji pasca sanggama Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. Untuk pelaksanaan uji pasca sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Bila hasil UPS negatife, maka perlu melakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat menyingkirkan sebab infertilitas dari suami. Langkah IV : Penilaian ovulasi Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari pada saat terjaga pada pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur ataupun makan minum. Jika wanita siklus haidnya berovulasi, maka grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi indiopatik, yang menyebabkan tidak diketahui, indukasi ovulasi dapat dicoba dengan memberikan estrogen ( fredback positif ) atau antistrogen ( fredback negative ). Untuk fredback negative diberikan klomifen sitrat dosis 50 -100 ml, mulai hari ke-5 sampai hari ke-9 siklus haid. Bila dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, maka untuk pematangan polikel terpaksa diberikan gonodrofin dari 37 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

luar. Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG . bila diameter folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti menunjukan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi. Langkah V : pemeriksaan bakteriologi Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan vorsio. Infeksi akibay clamydia trachomatis dan gonokok sering menyebabkan sumbatan tuba. Bila di temukan riwayat abrotsu terulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH. Langkah VI : analisis fase luteal Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat impalantasi dan keadaan seperti inisering ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan insufisiensi korpus luteum adalah dengan pemberian sediaan progesterone alamiah. Lebih diutamakan progesterone intravagina dengan dosis 50 – 200 ml dari pada pemberian oral. Langkah VII : Diagnosis tuba fallofi Karena mungkin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, maka pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormone dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara, yaitu : uji insuflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba fallopi secara sonografi, hidrotubasi dan laparoskopi .penanganan pada tiap predisposisi infertilitas regantung pada penyebabnya. Termasuk pemberian antibiotic untuk infertilitas yang di sebabkan oleh infeksi.

F. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Medis Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa disebut dukun paraji. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan. Biasanya disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat kepada dukun masih tinggi, rendahnya profesionalisme bidan dalam menolong persalinan, kurangnya 38 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

pendekatan personal antara bidan dan bumi, peran bidan dalam hal ini adalah lebih meningkatkan kebersamaan dengan anggota masyarakat meningkatkan profesionalisme dalam bidang pertolongan persalinan / ilmu kebidanan . Penyebab masih banyaknya pertolongan persalinan oleh dukun adalah otonomi daerah sangat bervariasi, sarana yang tersedia belum sesuai standar, belum semua petugas kompeten, sistem rujukan belum berjalan dengan baik, belum semua kab/kota melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) non-medis, dan belum semua desa mempunyai tenaga bidan.

G. Penyakit Menular Seksual (PMS) PMS adalah infeksi yang ditularkan melalaui hubungan seksual. Umumnya mata rantai penularan PMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS yang banyak ditemui Gonorrhoe, Sifilis, Trikomoniasis, Herpes simplek, HIV / AIDS. Peran bidan adalah memberikan penyuluhan tentang resiko yang ditimbulkan akibat seks bebas yang dilakukan bukan dengan pasangan yang sah terutama dengan PSK, penyuluhan tentang penggunaan kondom dalam kondisi tertentu. Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan di komunitas.

H. Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan Komunitas Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor determinan pada derajat

kesehatan.

Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya adalah sebagi berikut : a. Health

Believe,

tradisi-trasisi

yang

diberlakuakn

secara

turun

temurun

dalampemberian makanan bayi. b. Life style, gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. c. Health seeking behavior, salah satu bentuk perilaku social budaya yang memercayai apabila seseorang sakit tidak perlu kepelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat warung,atau mendatangi dukun. 39 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI ASUHAN KEBIDANAN DI MONUNITAS DENGAN FOKUS MAKING PREGNANCY SAFER

A. Asuhan Antenatal 1. Manajemen Antenatal Care Manajemen asuhan antenatal merupakan langkah alamiah dan sistematis dengan tujuan mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat sesuai dengan standar yang berlaku. 2. Standar Asuhan Pelayanan atau asuhan standar meliputi 14T antara lain a) Timbang berat badan, b) Ukur tekanan darah, c) Ukur tinggi fundus uteri, d) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, e) Pemberian imunisasi TT, f) Pemeriksaan Hb, g) Pemeriksaan VDRL, h) Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara, i) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil, j) Temui wicara dalam rangka persiapan rujukan, k) Pemeriksaan protein urine atas indikasi , l) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi, m) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok, n) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria. 3. Standar Alat Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi peralatan steril dan tidak steril, bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan, dan obat-obatan. 1) Peralatan tidak steril a.

Timbangan dewasa

b.

Pengukuran tinggi badan

c.

Sphygmomanometer (tensi meter)

40 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

d.

Stetoskop

e.

Funandoskop

f.

Termometer aksila

g.

Pengukur waktu

h.

Senter

i.

Reflek hammer

j.

Pita pengukur lingkar lengan atas

k.

Pengukur Hb

l.

Medline

m.

Bengkok

n.

Handuk kering

o.

Tabung urine

p.

Lampu spiritus

q.

Reagen untuk pemeriksaan urine

r.

Tempat sampat

2) Peralatan Steril a.

Bak Instrumen

b.

Spatel lidah

c.

Sarung tangan (handescoen)

d.

Spuit atau jarum

3) Bahan-bahan habis pakai a.

Kassa bersih

b.

Kapas

c.

Alkohol 70%

d.

Larutan klorin

4) Formulir yang disediakan a.

Buku KIA

b.

Kartu status

c.

Formulir rujukan

d.

Buku register

e.

Alat tulis kantor

f.

Kartu penapisan dini

g.

Kohort ibu atau bayi

41 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

5) Obat-obatan a.

Golangan roborantia (vitamin B6 dan B complek)

b.

Tablet zat besi

c.

Vaksin TT

d.

Kapsul yodium

e.

Obat KB

B. Asuhan Intranatal 1. Persiapan Bidan Meliputi Kemanpuan, keterampilan dan Kepribadian. 2. Persiapan Rumah dan Lingkungan . 1) Situasi dan kondisi yang perlu diketahui oleh keluarga, yaitu: a. Apakah rumah cukup aman dan hangat? b. Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk menolong persalinan? c. Apakah tersedia air mengalir? d. Apakah kebersihannya terjaga? e. Apakah tersedia telepon atau media komunikasi lainnya? 2) Apabila persalinan akan dilakukan dirumah, tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu. Rumah harus memenuhi persyaratan diantarannya: a. Ruangan sebaiknya cukup luas; b. Adanya penerangan yang cukup; c. Tempat nyaman; d. Tempat tidur yang layak untuk pertolongan persalinan. 3. Persiapan Alat/bidan Kit Perlengkapan peralatan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di rumah meliputi komponen-komponen berikut ini. 1. Persiapan untuk pertolongan persalinan: a. Waskom; b. Handuk kering dan bersih; c. Selimut; d. Pakaian ganti; 42 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

e. Pembalut; f. Kain pel; 2. Persiapan untuk bayi: a. Handuk bayi; b. Tempat tidur bayi; c. Botol air panas untuk menghangatkan alas; d. Pakaian bayi; e. Selimut bayi. 3. Jika akan melahirkan dirumah, pasien dianjurkan untuk memilih kamar yang terbaik untuk bersalin. 4. Sediakan perlak berukuran sekitar 1,5 M sebagai alas tempat tidur bersalin. 5. Lampu yang cukup terang jika ternyata melahirkan dimalam hari.. 6. Dua baskom, 1 untuk cuci tangan dan lainnya berisi air hangat untuk memandikan bayi. 7. Sabun cuci tangan dan sabun bayi. 8. Minyak adas, minyak kelapa, untuk membersihkan lemak-lemak yang melekat pada tubuh bayi. 4. Manajemen Intranatal Care Manajemen asuhan intranatal di rumah di bagi dalam empat tahap sesuai dengan tahap yang ada dalam persalinan, yaitu kala I, II, III, dan IV Pemberian asuhan persalinan kala I bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Manajemen asuhan persalinan kala II bertujuan untuk memastikan proses persalinan aman, baik utuk ibu maupun bayi Asuhan persalinan pada kala III merupakan hal penting, menginngat salah satu penyebab kematian iu adalah perdarahan. Oleh karena itu, dalam asuhan kala III ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu bidan sebagai penolong persalinan harus terlatih dan terampil melakukan manajemen aktif kala III, Asuhan persalianan kala III diberikan dengan tujuan untuk membantu mengeluarkan plasenta dan selaput janin secara lengkap, mengurangi kejadian perdarahan pasca-salin, memperpendek kala III, mencegah terjadinya komplikasi, dan mencegah terjadinya retensio plasenta

43 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Asuhan persalinan kala IV merupakan asuhan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir. Pada kala ini tidak menutup kemungkinan terjadi perdarahan dan antonia uteri. Persalinan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan terjadi komplikasi-komplikasi atau kegawatdaruratan. Beberapa tindakan yang harus dilakukan bidan apabila menghadapi kasusu kegawatdaruratan persalinan adalah sebagai berikut: a. Jangan menunda-nunda untuk melakukan rujukan b. Mengenali masalah dan memberikan intruksi dengan tepat c. Selama proses merujuk atau menunggu kedatangan dokter, lakukan pendampingan secara terus-menerus. Tetap berada disamping ibu dan berikan pertolongan kegawatdaruratan secara tepat d. Lakukan observasi dan catat denyut nadi setiap 5 menit dan tekanan darah setiap 15 menit e. Rujuk dengan segera apabila terjadi fetal distress atau persalinan memanjang f. Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus dengan singkat.

C. Asuhan Post Partum di Rumah 1. Tujuan Asuhan Masa Nifas antara lain : 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. 2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatandiri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana. 5. Mendapatkan kesehatan emosi. 2. Peran dan Tanggung jawab bidan pada masa nifas : 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 44 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan 6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. 7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priodenifas. 8. Memberikan asuhan secara professional. 3. Kebijakan Program Nasional pada masa nifas Kebijakan program nasional pada post partum yaitu paling sedikit empatkali melakukan kunjungan pada post partum 1. Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin. 2. Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala, 3. Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. 4. Untuk kunjungan yang ke empat dilakukan setelah 4-6 minggu pasca persalinan dan lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya. 4. Pelaksanaan asuhan masa nifas dirumah 1. Kebersihan diri 2. Istirahat 3. Gizi a. Nasi 200 gram (1 piring sedang) b. Lauk 1 potong sedang c. Tahu/tempe 1 potong sedang d. Sayuran 1 mangkuk sedang 45 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

e. Buah 1 potong sedang f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup h. Minum sedikitnya 3 liter perhari (8 gelas sehari) i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan j. Minum kapsul vitamin A

4. Menyusui a. Nasi 200 gram (1 piring sedang) b. Lauk 1 potong sedang c. Tahu/tempe 1 potong sedang d. Sayuran 1 mangkuk sedang e. Buah 1 potong sedang f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup h. Minum sedikitnya 3 liter perhari (8 gelas sehari) i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan j. Minum kapsul vitamin A 5. Lochea Pembagian lochea antara lain: a. Lochea rubra (1-3 hari pospartum): warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo. b. Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum): berwarna kekuning-kuningan, berisi serum. c. Lochea alba (14-40 hari postpartum): berwarna putih. 6. Involusi uterus Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. 7. Senggama

46 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya. 8. Keluarga berencana.

D. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan bayi, sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi : a. Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1 s.d 4, Hepatitis B1 s/d 3, dan Campak). b. Stimulasi deteksi intervensi tumbuh kembang bayi (SDIDTK). c. Pemberian vitamin A 100.000 IU 6-11 bulan). d. Konseling ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI. e. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah. f. Penanganan dan rujukan kasus. Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak yang berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga keshatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sector lain, yang meliputi : a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku KIA/KMS, dan pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta mendapat Vitamin A 2 kali dalam setahun. b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan). c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak balita minimal 2 kali per tahun. d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

E. Pelayanan Kontrasepsi 47 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Pelayanan kontrasepsi mempunyai tujuan pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB dan penurunan angka kelahiran yang bermakna. Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain: 1. Metode sederhana a. Tanpa alat 

Pantang berkala



Metode kalender



Metode suhu badan basal



Metode lendir serviks



Metode simpto-termal



Coitus interruptus

b. Dengan alat 

Mekanis (barrier)

·

Kondom pria

·

Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita. 

·

Kimiawi

Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal soluble film. 2. Metode modern a. Kontrasepsi hormonal  Pil KB  AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD (Intra Uterine Devices)  Suntikan KB  Susuk KB b. Kontrasepsi mantap  Medis Operatif Pria (MOP)  Medis Operatif Wanita (MOW). Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :  MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.

48 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

 Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.

F. Pertolongan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus di Komunitas Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien. Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya. membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilian, persalinan, peurperium baik dalam keadaan normal maupun abnormal. Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir). 1. Macam macam Kegawatdaruratan obstetrik : a) Abortus Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan, Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. b) Mola hidatidosa Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Penyebab gangguan ini adalah pembengkakan/edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast.

49 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Terapi pada gangguan ini adalah segera merawat pasien di rumah sakit, dan pasien diberi terapi oksitosin dosis tinggi, pembersihan uterus dengan hati-hati, atau histerektomi untuk wanita tua atau yang tidak menginginkan menambah anak lagi, transfusi darah dan anti biotika. c) Kehamilan ektopik (terganggu). Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum uteri. Penyebab gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium.

d) Plasenta previa Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau di dekat serviks. Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi, atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan diagnosis plasenta previa. e) Solusio plasenta Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. f) Ruptura uteri Perdarahan dapat terjadi intra abdominal atau melalui vagina kecuali jika kepala janin menutupi rongga panggul. Perdarahan dari rupture uteri pada ligamentum latum tidak akan menyebabkan perdarahan intraabdominal. g) Retensio plasenta- plasenta inkompletus Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir, jadi bisa kita simpulkan, Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit atau lebih setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap atau tidak. h) Perdarahan Post partum

50 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Perdarahan pasca salin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan, sementara pasca salin sekunder adalah perdarahan pervagina yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mempengaruhi hemodiamika ibu. i) Syok Syok adalah suatu kondisi dimana terjadi kegagalan pada system sirkulasi untuk mempertahankan perkusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif. Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetric biasanya adalah perdarahan (syok hipovolemik), sepsis (syok seotik), gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok neurogenik), alergi (syok anafilaktik).

j) PEB/Eklamsia PreEklampsia sering juga disebut toksemia, adalah ketika seorang wanita hamil mengembangkan

tekanan

darah

tinggi

dan

adanya

proteinuria

selama

kehamilan. Sedangkan Eklamsia adalah merupakan penyakit akut dengan kejangkejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam masa nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria. Setidaknya Mempengaruhi 5 persen dari seluruh kehamilan, itu merupakan kondisi yang kompleks ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan pada tungkai atau wajah, dan adanya protein dalam urin. Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.

2. Macam macam kegawatdaruratan Neonatus : a) Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

51 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. b) Hipotermi Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia). c) BBLR BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gr. BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ; Faktor ibu (Toksemia gravidarum, Pendarahan antepartum, Trauma fisik dan psikologis, Nefritis aktif, Diabetes melitus), Faktor usia (Usia < 16 tahun , Usia > 35 tahun , Multigravida yang jarak lahirnya terlalu dekat), Keadaan sosial (Golongan sosial ekonomi rendah, Perkawinan yang tidak sah), Sebab lain (Ibu yang perokok, Ibu peminum alkohol, Ibu pecandu narkotika), Faktor janin (Hidramnion, Kehamilan ganda, Kelainan kromosom), Faktor lingkungan (Tempat tinggal daratan tinggi, Radiasi dan zat zat racun). d) Prematur Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

52 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI SISTEM RUJUKAN KEBIDANAN

A. Pengertian dan Jenis Rujukan Rujukan Kebidanan adalah pemindahan tanggung jawab terhadap kondisi pasien ke fasilitas pelayanan yg lebih memadai (tenaga, pengetahuan, obat, ataupun peralatan). Rujukan Kebidanan adalah suatu pelimpahan tanggug jawab timbal balik atas kasus/masalah kebidanan yg timbul baik secara vertikal maupun horizontal. Jenis Rujukan antara lain Rujukan medik dan rujukan kesehatan. Rujukan Medik : •

Rujukan suatu kasus baik horizontal maupun vertikal



Jenisnya antara lain -

Transfer of patient yaitu konsultasi penderita utk keperluan diagnostik, pengobatan, dll.

-

Transfer of specimen yaitu pengiriman specimen utk pemeriksaan lab.

-

Transfer of knwoledge/ personal yaitu pengiriman tenaga yg lbh kompeten utk peningkatan mutu layanan.

Rujukan Kesehatan : •

Hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan/ specimen ke fasilitas kesehatan yang lebih berkompeten.



Rujukan yang sifatnya preventif dan promotif.



Mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

B. Persiapan dan Mekanisme Rujukan Persiapan Rujukan antara lain :

53 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s



B (Bidan) dalam arti seharusnya didampingi oleh bidan,



A (Alat), membawa peralatan,



K (Keluarga), keluarga harus diberitahu tentang kondisi pasien,



S (Surat), memberikan surat ke tempat rujukan, meliputi uraian rujukan,



O (Obat), bawa obat-obat esensial,



K (Kendaraan), gunakan kendaraan yg memungkinkan,



U (Uang), ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup,



Do‟a (Do‟a), bersama keluarga untuk terus berdo‟a.

Mekanisme rujukan antara lain : 1) Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan Puskesmas, 2) Menentukan tempat tujuan rujukan, 3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga, 4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan, 5) Persiapan penderita meliputi stabilisasi & surat rujukan, 6) Pengiriman penderita dengan transportasi yg memadai, 7) Tindak lanjut penderita jika penderita telah dikembalikan. C. Hirarki Pelayanan Kesehatan 1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer, Contohnya : Puskesmas & jaringannya, Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin. 2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Sekunder, Contohnya : RSU Pemerintah/Swasta setara dengan RSU kls D, C, dan B Non Pendidikan, termasuk RS Bersalin, serta Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA). 3) Pelayanan Kesehatan Tingkat Tersier, Contohnya : RSU Pemerintah/Swasta setara dengan RS Khusus tipe A, kelas B pendidikan.

54 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

D. PONED & PONEK Pengertian Puskesmas PONED ) Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri & Neonatal Emergensi Dasar ). 

Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawat daruratan obstetri dan neonatal dasar.



Puskesmas PONED merupakan Puskesmas yang siap 24 jam.



Sebagai tempat rujukan atau rujukan antara kasus kegawat daruratan obstetri & neonatal dari Polindes dan Puskesmas.



Memiliki tenaga kesehatan / tim PONED yang terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat terlatih.

Rumah Sakit PONEK (Rumah Sakit dengan Pelayanan Obstetri & Neonatal Emergensi Komprehensif ) memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Pelayanan Obstetri Komprehensif. •

Pelayanan obstetri emergensi dasar,



Tranfusi darah,



Bedah Caesar.

2. Pelayanan Neonatal Komprehensif. •

Pelayanan neonatal emergensi dasar,



Pelayanan neonatal intensif.

E. Rujukan Pasien Pada Kasus Patologis Indikasi Rujukan antara lain : 1. Riwayat SC 2. Perdarahan pervaginam 3. Persalinan kurang bulan (UK < 37 mg) 55 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4. Ketuban pecah dgn mekonium kental 5. Ketuban pecah lama (> 24 jam) 6. Ketuban pecah pd persalinan krg bulan 7. Ikterus 8. Anemia berat 9. Tanda/gejala infeksi 10. Preeklamsia/ hipertensi dlm kehamilan 11. TFU > 39 cm 12. Primipara pd fase aktif kepala masih 5/5 13. Presentasi bkn belkep 14. Gemelli 15. Presentasi majemuk 16. Tali Pusat menumbung 17. Syok.

F. Konsep Rujukan Neonatus Bayi Dengan Resiko Tinggi : 1. Prematur / BBLR 2. Umur kehamilan < 37 minggu 3. Bayi dgn riwayat apneu 4. Bayi dgn kejang berulang 5. Sepsis 6. Asfiksia berat 7. Bayi dgn gangguan perdarahan 8. Bayi dgn gangguan nafas Identifikasi Ibu Dengan Kehamilan Berisiko : 1. KPD 2. Amnion tercemar mekonium 3. Kelahiran prematur < 37 minggu 4. Kelahiran postmatur > 42 minggu 5. Toksemia 56 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

6. Sungsang 7. Primigravida muda (< 17 th) 8. Primigravida tua (>35 th) 9. Kehamilan kembar 10. Ketidakcocokan golda 11. Hipertensi 12. Penyakit jantung 13. Penyakit ginjal pada ibu 14. Dicurigai ada kelainan bawaan 15. Ibu demam/ sakit 16. Perdarahan ibu 17. Kecanduan obat – obatan 18. Penyakit epilepsi pada ibu 19. Komplikasi obstetri lain.

57 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

A. Peran Serta masyarakat Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan merupakan proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta ikut mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat (DepKes RI, 1991). Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotongroyong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri mereka sendiri mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat,baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat (Rita, 2009). Prinsipnya : mengutamakan masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan melibatkan seluruh anggota masyarakat dengan memperhatikan tipologi PSM. Pendekatan Edukatif dalam PSM secara umum adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. Pendekatan edukatif secara khusus merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pokok penekanan pada hal-hal berikut: 1) Pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah 2) Pengembangan

provider

merupakan

bagian

dari

proses

perkembangan

masyarakat secara keseluruhan (Syafrudin, 2009).

B. Gerakan Sayang Ibu Gerakan sayang ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan ,khususnya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang 58 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam upaya integratif dan sinergis. GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (white ribbon alliance) yaitu suatu aliiance yang ditunjukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan. Pita Putih merupakan simbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi, dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman bagi setiap wanita (Syafrudin, 2009). Tujuan Gerakan Sayang Ibu, yaitu : a. Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas serta menurunkan angka kematian ibu. b. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai infeksi menular seksual (IMS). c. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI eksklusif, dan perawatan bayi d. Memantapkan komitmen dan dukungan terhadap gerakan sayang ibu. e. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sektor terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu. f. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakatan dalam mengembangkan dan membangun mekanisme rujukan, sesuai dengan kondisi daerah. g. Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi dan profesi) dalam perencanaan, dan pelaksanaan di tingkat kelurahan dan kecamatan. h. Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah, dan nyaman bagi ibu dan bayi.

C. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

59 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

UKBM merupakan Upaya Kesehatan yang direncanakan, dibentuk dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan. Prinsip dari UKBM adalah : 1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat 2) Mengembangkan gotong royong masyarakat. 3) Menggali kontribusi masyarakat. 4) Menjalin kemitraan 5) Desentralisasi Jenis-jenis UKBM yaitu : 1) Posyandu 2) Polindes 3) Pos Obat Desa (POD) 4) Pos Gizi 5) Pos Penyuluhan KB 6) Pos Kesehatan Pesantren 7) Saka Bakti Husada 8) Dana Sehat.

D. Desa/Kelurahan Siaga 1. Pengertian Desa Siaga Desa siaga adalah desa yg penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau istilah – istilah lain bagi kesatuan masyarakat hokum yang memilki batas- batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negeri Kesatuan Republik Indonesia. SI = SIAP, yaitu : pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu dan siap donor darah, siap memberikan bantuan kendaraan untuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu sipa memberikan pelayanan.

60 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

A = ANTAR, yaitu : warga desa, bidan wilayah dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap mendampingi dan mengantar ibu yang akan melahirkan bila memerlukan tindakan gawat darurat. GA = JAGA, yaitu : menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan dan menjaga kesehatan bayi yang baru dilahirkan. Penduduknya dapat mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan shg masy menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2. Tujuan Desa Siaga Tujuan umum Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Tujuan khusus a) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan. b) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.(bencana, wabah, kegawat-daruratan dan senagainya) c) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. d) Meningkanya kesehatan lingkungan di desa. e) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan

3. Kriteria Desa Siaga Aktif a. Kepedulian Pemerintahan Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan. b. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

61 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari . d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, (b) survailans berbasis masyarakat, (c) penyehatan lingkungan. e. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta dari masyarakat dan Dunia Usaha f. Peran serta aktif masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. g. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. h. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) rumah tangga di desa atau kelurahan. Desa siaga aktif merupakan desa yang sudah dibentuk dan dikembangkan mewujudkan desa siaga dan sudah mengarah ke pentahapan pengembangan desa dan

kelurahan

siaga

aktif

(sesuai

ketentuan

Kep.Menkes

No.1529/Menkes/SK/X/2010 ttg pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. 4. Komponen Yang Berperan a. Bidan dikelurahan b. Fasilitator masyarakat c. Puskesmas d. Perangkat desa e. Tokoh masyarakat f. Tokoh agama 5. Tahapan Desa Siaga Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki forum desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana/ akses pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga : 62 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s



Tahap bina



Tahap Tumbuh



Tahap Kembang



Tahap Paripurna

6. Indikator Keberhasilan Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikatornya,yaitu :  Indikator Masukan  Indikator Proses  Indikator Keluaran dan  Indikator dampak Adapun uraian untuk masing-masing indicator adalah sebagai berikut : 1.Indikator Masukan. Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga ,indictor masukan terdiri atas hal-hal berikut : a. Ada/tidaknya forum Masyarakat Desa b. Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan peralatannya. c. Ada/tidaknya UKBM Yang di butuhkan masyarakat. d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) e. Ada /tidaknya kader aktif f. Ada /tidaknya sarana bangunan /poskesdes sebagian pusat pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. g. Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai maasyarakat yang di manfaatkan

untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat

missal :kentongan ,bedug.dll 2.Indikator Proses

63 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga indikator proses terdiri atas hal-hal sebagai berikut : a. Frekkuensi pertumuan forum Masyarakat Desa b. Berfungsi tidaknya UKBM poskesdes c. Ada tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED d. Berfungsi /tidaknya UKBM yang ada e. Berfungsi/tidaknya

sistem

kegawatdaruratan

dan

penanggulangan

kegawatdaruratanya dan bencana f. Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat g. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS h. Ada/tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga 3.Indikator keluaran Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembanganDesa Siaga Indikator Keluaran terdiri atas hal-hal berikut : a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar (utamanya KIA ) b. Cakupan pelayanan UKBM –UKBM lain c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilporkan d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat. 4.Indikator Dampak. Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seeberapa besar dampak dari hasil kegiatan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga .Indikator proses terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut. a. Jumlah penduduk yang menderita sakit b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia d. Jumlah balita dengan gizi buruk e. Tidak terjadinya KLB penyakit f. Respon cepat masalah kesehatan 64 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

65 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI MENGGERAKKAN DAN MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT

A. Pembinaan Dukun Bayi Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat (Dep Kes RI. 1994 : 2). Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. 2. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Peran Dukun Bayi 1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan : a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung. b. Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman. c. Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan benar d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat. 2. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya 66 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

3. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya. Program pembinaan dukun bayi meliputi : 1. Fase I : Pendaftaran dukun a) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar. b) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan. 2. Fase II : Pelatihan a) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment. b) Diberikan sertifikat. c) Dilakukan penataan kembali tugas dan wewenang dukun dalam pelayanan kesehatan ibu. d) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek. 3. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih a) Persalinan hanya boleh ditolong oleh tenaga terlatih. b) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak/keluarga dukun.

B. Pembinaan Kader Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempattempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana. Pembinaan kader di komunitas meliputi : 1) Pemberitahuan Ibu Hamil Untuk Bersalin Ditenaga Kesehatan ( Promosi Bidan Siaga) 2) Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas Serta Rujukan 3) Penyuluhan Gzi Dan Keluarga Berencana 67 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4) Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi 5) Promosi Kesehatan, Tabulin, Donor Darah Berjalan, Ambulan Desa, Suami Siaga

C. Pengembangan Wahana dan Forum PSM 1) Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan

dan

keluarga

berencana

yang mempunyai

nilai

strategi

untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini ( Eny Retna, 2009). 2) Polindes Polindes

merupakan

salah

satu

bentuk UKBM

(Usaha Kesehatan Bagi

Masyarakat ) yang didirkan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA – KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan. 3) KB / KIA KB/KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui. 4) Dasa Wisma Dasawisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Bentuk kegiatannya seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, kembangkan dana sehat [ PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan kotoran ] Dasawisma atau kelompok persepuluh merupakan salah satu pembinaan wahana peran serta masyarakat dibidang kesehatan secara swadaya di tingkat keluarga. Salah satu dari anggota keluarga pada kelompok persepuluh dipilih untuk dijadikan ketua kelompok atau penghubung/Pembina. Bidan desa dijadikan sebagai Pembina yang bertugas melakukan pembinaan secara berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan. 5) Tabulin

68 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya pemeriksaankehamilan dan persalinan serta pemeliharaan kesehatan selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehamilan dan persalinan ke dalam rekening tabulin. 6) Donor Darah Berjalan Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakuakan Departemen Kesehatan dalam hal ini derektorat Bina Kesehatan ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKI. Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bias dipanggil. Termasuk kerja mobil dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat (Retna, 2009). 7) Ambulan Desa Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi. Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat di gunakan untuk menghatarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan (Retna, 2009).

69 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI PEMANTAUAN KEGIATAN MENGGUNAKAN PWS-KIA

PWS-KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut. A. Tujuan dan Prinsip PWS-KIA Tujuan dari PWS-KIA yaitu : 1) Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap wilayah kerja. 2) Memantau pelayanan KIA secara Individu Via Kohort 3) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator 4) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA 5) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang ditetapkan. 6) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas. 7) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya 8) Meningkatkan peran LPLS dalam penggerakan sasaran 9) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat Prinsip pengelolaan PWS-KIA yaitu : 1) Peningkatan pelayanan ANC standar 2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh

Nakes kompeten diarahkan ke fasilitas

kesehatan. 3) Peningkatan

pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas

kesehatan. 70 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4) Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 5) Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. 6) Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan. 7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 8) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 9) Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

B. Batasan dan Indikator Pemantauan 1) Cakupan K1/ K4 2) Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes 3) Cakupan ibu nifas 4) Cakupan neonatus 5) Cakupan neonatus (KN lengkap) 6) Cakupan ibu hamil, bersalin dan nifas dengan factor risiko/komplikasi dideteksi oleh masyarakat 7) Cakupan kasus komplikasi obstetri yang ditangani 8) Cakupan neonatus dengan komplikasi ditangani 9) Cakupan bayi 29 hari – 12 bulan 4 kali 10) Cakupan anak balita (12 – 59 bulan) 8 kali 11) Cakupan anak balita sakit r 12) Cakupan peserta KB aktif

C. Pengumpulan, Pencatatan dan Pengolahan Data Dasar PWS 1. Pengumpulan Data Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan dalam 71 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut : a) Jenis data Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah Data sasaran : 

Jumlah seluruh ibu hamil



Jumlah seluruh ibu bersalin



Jumlah ibu nifas



Jumlah seluruh bayi



Jumlah seluruh anak balita



Jumlah seluruh PUS

Data pelayanan : 

Jumlah K1



Jumlah K4



Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan



Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan



Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6 – 48 jam



Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN lengkap)



Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan factor risiko/komplikasi yang dideteksi oleh masyarakat



Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani



Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani



Jumlah bayi 29 hari – 12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 4 kali



Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali



Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar



Jumlah peserta KB aktif

72 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

b) Sumber data Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III. Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya. Data pelayanan pada umumnya berasal dari : 

Register kohort ibu



Register kohort bayi



Register kohort anak balita



Register kohort KB

2. Pencatatan a) Data Sasaran Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita. Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya. Selain itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya. b) Data pelayanan Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu ibu, kohort Ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain. 73 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.

3. Pengolahan Data Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua BdD dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator. Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data, Validasi dan Pengelompokan. 1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia. 2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data. 3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan. Contoh :  Pembersihan data : Melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari Bidan di desa/kelurahan mengenai duplikasi nama, duplikasi alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati K1.  Validasi : Mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu hamil.  Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan intervensi.

D. Grafik PWS-KIA PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan. Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu : 1. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1). 2. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4). 74 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

3. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn). 4. Grafik cakupan kunjungan nifas (KF). 5. Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat. 6. Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK). 7. Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1). 8. Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL). 9. Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK). 10. Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy). 11. Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal). 12. Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS). 13. Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).

E. Analisis dan Tindak Lanjut Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang sesuai dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam alternatif variasi. Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya. Data yang di analisis adalah data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta cakupan. Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah. 1. Rencana tindak lanjut tingkat bidan di desa Setelah menganalisa data yang didapatkan di wilayah kerjanya, setiap bulan bidan di desa membuat perencanaan berdasarkan hasil analisanya masing-masing yang akan didiskusikan pada acara minilokakarya tiap bulan. Rencana tersebut termasuk juga rencana logistic. 2. Kepala Puskesmas dan bidan koordinator harus mampu melihat masalah dan membuat perencanaan tindak lanjut berdasarkan masalah yang ada. Tabel di bawah adalah contoh intervensi yang dilakukan Puskesmas yang didiskusikan pada saat pertemuan bulanan dengan bidan di desa dengan melihat jumlah cakupan di desa.

75 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

F. Pelembagaan, Sistem Pencatatan dan Pelaporan PWS-KIA Adalah pemanfaatan PWS KIA secara teratur dan terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau penyelenggaraan program KIA, di semua tingkatan administrasi pemerintah, baik yang bersifat teknis program maupun yang bersifat koordinatif nonteknis dan lintas sektoral.

G. Batasan Dan Indikator Pemantauan Dalan penerapan PWS-KIA diunakan batasan oprasional dan indiktor pemantauan seperti di uraikan berikut ini. Batasan 1) Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang di lakukan sesuai dengan setandar pelayanan antenatal yang di tetapkan. Standar oprasional yang di tetapkan unyuk ANC adalah „‟5T‟‟, yaitu : a) Timbang berat badan tinggi badan b) (ukur) tekanan darah c) (pemberian imunisasi) Tetanus Toxsoid (TT) lengkap. d) (ukur)Tinggi Fundus Uteri. e) (pemberian) tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Beresiko Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan nibu nhamil beresiko yang dapat di lakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan. 2) Kunjungan Ibu Hamil Maksudnya adalah kontak kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan.

76 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

3) Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. 4) Kunjungan Ulang Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. 5) K4 Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih utuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dengan syarat : 1. Minimal 1 kali kontak pada trimester I 2. Minimal 1 kali kontak pada trimester II 3. Minimal 2 kali kontak pada trimester III 6) Kunjungan Neonatal (KN) Adalah kontak neonatal denan tenaga kesehatan minimal dua kali. KN1=kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 0-7 hari. KN2= kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 8-28 hari. 7) Cakupan Akses Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit satu kali selama kehamilan. 8) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4) Pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, yaitu minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan ke dua, dan dua kali pada trimester ketiga. 9) Sasaran Ibu Hamil Adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu satu tahun. 10) Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Adalah persentase ibu bersalin di sutu wilayah dalam kurun waktu tertentu,yang di tolonh persalinannya oleh tenakes. 77 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

11) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat Adalah persentasi ibu hamil beresiko yang di temukan oleh kader dan dukun bayi, dan kemudian di rujuk kepuskesmas atau tenakes, dalam kurun waktu tertentu. 12) Cakupan Ibu Hamil Beresiko Oleh Tenaga Kesehatan Adalah persentase ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan, maupun oleh kader/dukun bayi yang telah di pastikan oleh tenakes, yang kemudian di tindak lanjuti (dipantau secara intensif dan di tangani sesuai dengan kewenangan dan di rujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi),dalam kurun waktu tertentu. 13) Ibu Hamil Bresiko Adalah ibu hamil yang punya faktor resiko dan resiko tinggi,kecuali ibu hamil normal. 14) Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Adalah persentase neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari tenakes 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

Indikator Pemantauan Indikator pemantauan program KIA yang di pakai untuk PWS-KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA. Ditetapkan 6 indikator OWS-KIA yaitu: 1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Indikator akses ini di gunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta,kemampuan program dalam manggerakan masyarakat RUMUS: Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 2. cakupan ibu hamil ( cakupan K4) dengan indikator ini daoat di ketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap. 78 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

RUMUS: Jumlah kunjungan (K4) x 100% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan indikator ini dapat di perkirakan proporsi persalinan yang di tangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajmen progam KIA. RUMUS: Jumlah persalian oleh tenakes x 100% Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam stu tahun 4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat Dengan indikator ini dapat di ukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu wilayah. RUMUS: Jumlah ibu hamil beresiko yang dii rujuk oleh dukun Bayi/kader ke tenakes

x 100%

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun 5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan Dengan indikator ini dapat di perkirakan besarnya masalah yang di hadapi oleh program KIA dan harus di tindak lanjuti dengan interverensi secara intensif. RUMUS: Jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenakes Dan atau di rujuk oleh dukun bayi atau kader Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

79 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

x 100%

6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan Dengan indikator ini dapat di ketahui jangkauan dan kualitas pelayanan neonatal. RUMUS: Jumlah kunjungan neonatal yang dapat pelayanan Kesehatan minimal dua kali oleh tenakes

x 100%

Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun

Keenam indikator ini merupakan indikator yang di gunakan oleh para program KIA, sehingga di sesuaikan dengan kebutuhan program. Karenaitu disebut indikator pemantauan teknik.

80 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI PELAYANAN KESEHATAN PADA WANITA SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN

A. Skrining 1. Skrining Pada Bayi Perempuan Pada bayi perempuan telah memiliki folikel primordial sebanyak 750000,yang kelak akan

dikeluarkan

ketika

ovulasi.

Genetalia

interna

dan

eksterna

sudah

terbentuk,sehingga sudah dapat dibedakan dengan bayi laki-laki. Pada usia 10 pertama,masih terpengaruh oleh hormone estrogen sehingga kadang ditemukan pada bayi terjadi pembengkakan payudara(kadang disertai sekresi cairan seperti air susu),kadang juga ditemukan perdarahan pervaginam seperti menstruasi.Tujuan skrining emeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP(kuesioner pra skrining perkembangan)adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

2. Skrining Masa Kanak-Kanak Pada

periode

ini

merupakan

periode

penting

dalam

tumbuh

kembang

anak.perkembangan otak sangat cepat,sehingga pada masa ini disebut fase pertumbuhan dasar. Pada periode ini juga merupakan masa kritis dimana anak memerlukan ransangan atau stimulasi untuk mengembangkan otak kanan dan otak kirinya. Bentuk skrining terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan menggunakan DDST(denver developmental screening test),sehingga bisa diketahui atau dinilai perkembangan anak sesuai usia nya.

3. Skrining Masa Pubertas Merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.Masa pubertas ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder(pembesaran payudara,tumbuhnya rambut di pubis,ketiak)sampai kemampuan bereproduksi.Cepat lambat

seorang

anak

memasuki

masa

pubertas

dipengaruhi

bangsa

iklim,gizi,kebudayaan.Semakin baik gizi seseorang semakin cepat akan memasuki masa pubertas. 81 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Adapun skrining yang di lakukan pada masa puberitas yaitu : Pemeriksaan

payudara

sendiri

(SADARI)

terbukti

95% wanita yang

terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani „sadari‟ (periksa payudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan

payudara sendiri

dapat

dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk

setiap

tahunnya.

Pemeriksaan

payudara dapat

melihat perubahan di

dilakukan

dengan

hadapan cermin dan

melihatperubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. a. Melihat Perubahan dihadapan Cermin. Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan : 1) Tahap 1 Melihatperubahanbentukdan besarnya payudara, perubahanputing susu, serta kulitpayudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan. 2) Tahap 2 Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihatretraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya. 3) Tahap 3 Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahanpada payudara.

4) Tahap 4 Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot didaerah axilla. b. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring. 82 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

1) Tahap 1. Persiapan Dimulai

dari payudara kanan.

Baring

menghadap

ke

kiri

dengan

membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawahkepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan.

Periksapayudara

Anda

dengan

menggunakan Vertical

Strip dan Circular 2) Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip Memeriksa

seluruh

bagian payudara dengan

cara

vertical,

dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk. 3) Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar. Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekelilingpayudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan

sekali

dengan

tekanan

kuat.

Jangan

lupa periksa bagian

bawah areola mammae. 4) Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara. Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairanabnormal dari puting payudara. 5) Tahap 5. Memeriksa Ketiak Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah terababenjolan abnormal atau tidak. 83 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4. Skrining Masa Reproduksi Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita(biasanya seorang wanita memasuki masa ini selama 33 tahun).Pada masa ini seorang wanita telah mampu mencetak generasi baru dengan hamil,melahirkan,dan menyusui. Seorang wanita yang dalam keadaan hamil apabila mendapatkan kebutuhan gizi sesuai maka akan melahirkan bayi yang sehat yang kelak akan tumbuh dewasa.Demikian pula pada saat wanita tersebut menyusui,apabila terpenuhi gizinya kemungkinan terjadi keterlambatan tumbuh kembang pada bayinya akan kecil. Bentuk screening pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan kunjungan awal antenatal care.Pada saat ini bidan melakukan pemeriksaan terhadap ibu,dari hasil pemeriksaan dapat diperoleh hasil yang akan menentukan keadaan ibu dan janin.Bidan dapat melakukan screening terhadap ibu hamil yang mempunyai resiko. 1) Pap smear Pemeriksaan ''Pap Smear''KINI cara terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap Smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanyajustru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya

memeriksakan

diri

sampai

usia

70

tahun.

Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 - 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang menggunakan obat-obatan vaginal. Jenis-Jenis Tes Pap Smear: a) Tes Pap Smear konvensional Thin prep Pap. Biasanya dilakukan bila hasil tes Pap Smear konvensional kurang baik/kabur.

Sampel lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush),

bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, 84 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat Thin prep plus test HPV DNA. Dilakukan bila hasil tes Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV. Pemeriksaan pap smear disarankan untuk dilakukan oleh para wanita secara teratur sekali setahun berturut-turut dalam waktu tiga tahun bila sudah aktif berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga tahun berturut-turut normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. Serviks adalah organ khusus yang mudah diketahui melalui pap smear, biopsy, laser dan langsung bisa dilihat, tidak seperti halnya paru-paru yang berada tersembunyi di dalam tubuh. Sehingga jika pap smear sudah cukup mendunia, dalam arti semua wanita di dunia sudah sadar akan pentingnya pemeriksaan ini, berarti tidak ada alasan lagi untuk kanker serviks di kemudian hari. (pusdat/berbagai sumber. Setelah mengenal lebih dekat pada bahasan lalu tentang pentingnya pap smear bagi wanita, kini berikut ini hanya menambahkan fakta penting yang harus dilakukan berhubungan dengan pemeriksaanPap Smear.; I. Perempuan yang termasuk faktor resiko tinggi tetap hanya dianjurkan melakukan pap smearsatu tahun sekali. Kecuali bila pernah Pap smear dan didapatkan hasil sebelumnya ada pemeriksaan abnormal, maka dianjurkan untuk melakukan pap smear lebih sering atau sesuai petunjuk dokter II. Wanita yang sudah diangkat kandungannya tanpa disetai pengangkatan mulut rahim tetap disarankan melakukan pap smear setahun sekali. III. Wanita yang menopause tetap beresiko menderita kanker serviks/leher rahim, sedangkan mereka yang menopause masih memiliki leher rahim di haruskan tetap melakukan papsmear seperti wanita lainnya. IV. Mereka yang sudah berusia diatas 67 tahun baru boleh berhenti pap smear jika dalam 2 test sebelumnya berturut- turut hasilnya normal. b) TES IVA Ada jenis tes lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi keabnormalan sel-sel pada mulut rahim yang terangkum pada pernyataan dibawah ini; I. Test IVA menyerupai tes pap smear, namanya yaitu tes IVA ( Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). 85 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

II. Tujuanya sama; Pemeriksaan penpisan/skrining terhadap kelainan prakanker dimulut rahim. perbedaanya terletal pada metode yang lebih sederhana dan keakuratannya. Pemeriksaan IVA bisa dilakukan kapan saja, dalam keadaan haid ataupun sedang minum obat-obat tertentu. III. Tes IVA dapat dilakukan oleh bidan terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan memoles mulut rahum menggunakan asam cuka, kemudian dilihat apakah ada kelainan seperti perubahan warna yang berwarna pink berunah menjadi putih. Perubahan warna seperti ini bisa dilihat dengan kasat mata. IV. Umumnya Tes IVA dilakukan dinegara yang sedang berkembang atau didaerah terpencil yang jauh dari laboratorium (m&k)

5. Skrining Masa Klimakterium Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa senium(pasca menopause).Pada masa ini ibu mengalami perubahan-perubahan tertentu yakni timbulnya gangguan dari gangguan yang bersifat ringan sampai gangguan yang bersifat berat seperti timbul rasa panas pada wajah,jantung berdebar,uterus mengecil,dan berkeringat,dll. Kadangkala pada masa ini seorang wanita membutuhkan bidan atau tenaga kesehatan untuk membantu mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakannya.

B. Deteksi Dini 1. Deteksi Dini Pada Ibu Hamil a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir. c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR, kurang gizi (malnutrisi). d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit 2. Deteksi Dini Bayi, Blita Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST (denver devolopmental screening test). a.

ASI Eksklusif dan penyapihan yang laya

b.

Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang

86 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

c.

Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit

d.

Pencegahan dan penanggulangan kekerasan

e.

Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

f.

Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain disemua usia dan kekerasan.

g.

Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen,

Asuhan yang diberikan oleh bidan kepada bayi adalah: a.

ASI Eksklusif

b.

Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang

c.

Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit

d.

Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan

e.

Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang pada bayi a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk. b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan bayi dan balita(keterlambatan),gangguan daya lihat,gangguan daya dengar c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional ,autism dan gangguan pemusatan perhatian. 3. Deteksi Dini Pubertas Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis,

87 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

karena mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi. Asuhan yang diberikan oleh bidan kepada remaja adalah: a.

Gizi seimbang

b.

Informasi tentang kesehatan reproduksi

c.

Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)

d.

Pencegahan terhadap ketergantungan napza

e.

Perkawinan pada usia yang wajar

f.

Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap godaan dan ancaman. Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja,

dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan jasmani. Gangguan menstrasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.Bidan dapat melakukan penyuluhanpenyuluhan, bimbingan pada remaja putri dalam konteks kesehatan reproduksi.

4. Deteksi Dini Klimakterium, Menopause dan Senium a. Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau pengeroposan tulang, hipertensi dan lain-lain. b. Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah yaitu posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari resiko gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi adanya kangker mulut rahim. Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual. 88 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Asuhan apa yang diberikan oleh bidan kepada usia lanjut adalah: a.

Perhatian pada problem menopause

b.

Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis. Berkurangnya hormone estrogen pada wanita menopause mungkin menyebabkan

berbagai keluhan sebagai berikut : a.

Penyakit jantung koroner

b.

Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner.

c.

Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

d.

Gangguan mata

e.

Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang.

f.

kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).

g.

Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan.

h.

Deteksi dini kanker rahim.

89 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI PENCATATAN, PENDOKUMENTASIAN DAN PELAPORAN

A. Kohort Ibu dan Balita Kohort Ibu merupakan pemantauan individu terhadap ibu yang dapat dianalisis secara berjenjang dari tingkat desa dengan pendekatan individu, tingkat Puskesmas, Kabupaten, Provinsi dan Nasional dengan pendekatan analisis kohort. Kohort bayi dan balita merupakan pemantauan individu terhadap bayi dan balita yang dapat dianalisis secara berjenjang dari tingkat desa dengan pendekatan individu, tingkat Puskesmas, Kabupaten, Provinsi dan Nasional dengan pendekatan analisis kohort. B. Pendokumentasian Secara umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri. Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di Rumah sakit dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI No 749 a adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang isentitas: Anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang kepada seorang pasien selama dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan di unit-unit rawat termasuk UGD dan unit rawat inap. Penyampaian

berita/informasi/laporan

tentang

kesehatan/perkembangan

pasien

dilakukan dengan dua cara yaitu pencatatan dan pelaporan.  Pencatatan Pencatatan adalah data tertulis dan merupakan data resmi tentang kondisi kesehatan pasien dan perkembangannya.

90 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

 Pelaporan Pelaporan adalah penyampaian informasi tentang kondisi dan perkembangan pasien secara lisan kepada bidan/perawat lain atau kepada dokter atau tim kesehatan lainnya. Manfaat atau fungsi dari dokumentasi adalah: 1. Sebagai dokumen yang sah 2. Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan 3. Sebagai dokumen yang berharga untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien 4. Sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan pendidikan 5. Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam pernanannya sebgai pembela (advocate) pasien,misalnya dengan catatan yang teliti pada penkajian dan pemeriksaan awal dapat membantu pasien misalnya pada kasus pengamiayaan, pemerkosaan, yang dapt membantu polisi dalam pengusutan dan pembuktian

Report yaitu laporan atau melapor Rocord (rekaman) 1. Kata benda (catatan) 2. Kata kerja (mencatatat) Penyampaian informasi tentang kesehatan atau kondisi pasien dilakukan dengan 3 cara : 1. Pencatatan, yaitu data tertulis dan merupakan data resmi tentang kesehatan klien dan perkenbangannya 2. Pelaporan (report), yaitu penyampaian informasi tentanng kondisi dan perkembangan pasien, secara lisan atau tulisan kepada bidan atau tenega kesehatan lain atau sebaliknya. Informasi yang di sampaikan merupakan suatu pernyataan apa yang di lihat, di dengar atau pun yang telah di lakukan atau di pertimbangkan. 3. Rekaman record, yaitu suatu yang di simpan dalam bentuk yang mantap (tulisan, catatan, pita rekaman, vidio dll) semua pernyataan dalam bentuk tertulis atau bentuk buku lainnya yang dapat digunakan sebagai bukti yang sah dari suatu fakta dan kejadian, tidakan maupun pernyataan. 4.

ICD = inernational clafications of diseases, yaitu sistem pecatatan untuk memberi kode yang komleks berdasarkan pengelompokan diagnosa medik yang rumit (AS =

91 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Amerika Serikat). Laporan kebidanan di indonesia bervariasi karena di setiap pelayanan memberikan atau membutuhkan data yang berbeda karena kebutuhan yang berbeda. Laporan kebidanan lisan atau tertulis merupakan suatu pencatatan kebutuhan atau perkembangan pasien.

C. Pencatatan Pencatatan adalah proses kegiatan menulis/ mencatat secara tertib untuk penata usaha antara pengelolaan kegiatan . 1. Jenis Data Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok PWS KIA 

Jenis data a. Data sasaran - Jumlah seluruh ibu hamil - Ibu bersalin - Bayi umur < 1 bulan (neonatal) -

Ibu nifas

- Bayi b. Data pelayanan - Jumlah K1 - Jumlah K4 - Jumlah ibu hamil resiko yang dirujuk masyarakat - Jumlah ibu hamil resiko yang ditangani oleh tenaga kesehatan - Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan - Jumlah ibu nifas yang dilayani tenaga kesehatan - Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani tenaga kesehatan minimal 2 kali Data sasaran sebaiknya berasal dari hasil pendataan setempat. Bila angka tersebut tak tersedia, atau diragukan, maka perkiraan jumlah sasaran dapat dihitung menurut rumus. Data pelayanan umumnya berasal dari : a. Register kohort ibu dan bayi b. Laporan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dan dukun bayi 92 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

c. Laporan dari dokter/bidan praktek swasta d.

Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di wilayah puskesmas

2. Pelaporan Pelaporan adalah proses kegiatan membuat dan mengirimkan laporan mengenai pengelolaan kegiatan. Pencatatan dan pelaporan ini berpedoman kepada Sistem Pencatatan dan pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). a. Data dari tingkat puskesmas dikumpulkan, di olah, hasilnya dimasukkan ke format 1 b. Format 1 rekapitulasi cakupan (indicator PWS KIA) dari tiap desa, juga berfungsi sebagai laporan yang dikirim ke dinas kabupaten/kota (dikirim paling lambat tanggal 10 tiap bulan c. Dinas kabupaten/kota membuat rekapitulasi laporan puskesmas (format 1) dengan mengggunakan format 2 untuk dikirimkan ke propinsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya d. Propinsi membuat rekapitulasi laporan kabupaten/kota dalam format 3, dikirimkan ke pusat setiap 3 bulan, paling lambat 1 bulan setelah triwulan tersebut berakhir. Manfaat Pencatatan dan Pelaporan: 1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat provinsi dan kab/kota 2. Memudahkan

dalam

memperoleh

data

untuk

perencanaan

dalam rangka

pengembangan tenaga kesehatan 3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan 4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil. Tujuan umum: Sistem pencatatan dan pelaporan bertujuan agar semua hasil kegiatan puskesmas (didalam dan diluar gedung) dapat di catat dan di laporkan ke jenjang selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala, dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Tujuan khusus : 1. Tercatatnya semua data hasil kegiatan puskesmas sesuai kebutuhan secara benar, berkelanjutan dan teratur. 2. Terlapornya data ke jenjang administrasi berikutnya sesuai kebutuhan dengan menggunakan format yang telah di tetapkan secara benar berkelanjutan dan teratur. 93 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

3. Menciptakan kondisi yang efektif dan efisien sehingga tidak terjadi tumpang tindi dan kesenjangan . Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan, meliputi jenis data yang di kumpulkan, di catat, di laporkan puskesmas. Jenis data tersebut mencangkup : 1. Data umum dan demografi 2. Data sarana fisik 3. Data ketenagaan 4. Data kegiatan pokok yang di lakukan di dalam dan di luar gedung. Macam-macam pencatatan Model naratif atau narasi, Sering di sebut tehnik pencatatan yang berorientasi pada sumber data. Keuntungan: 1. Sudah di kenal 2. Sudah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain 3. Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien 4. Sudah di tulis Kekurangan: 1. Tidak terstruktur dan simpangsiur datanya 2.

Perlu banyak waktu

3. Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan 4. Informasi sulit untuk jangkat panjang Naratif adalah model paling lama, tradisional paling fleksibel sistem pencatatan naratif cara penulisannya mengikuti dengan ketat dengan urutan kejadian atau kronologis. Dengan cara naratif tiap institusi mempunyai kebijakan sendiri dalam sistim pencatatan. Petunjuk pencatatan naratif 1. Gunakan istilah umum sehingga dapat di mengerti tim kesehatan 2. Masukan data tentang: a. Pengkajian yaitu antara lain identifikasi masalah b. Rencana tindakan c. Implementasi untuk di jadikan evaluasi 3. Catat refisi yang sesuaikan dengan perkembangan pasien 94 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

4. Masukan data secara periodik tentang keadaan fisik emosional pasien dan kebutuhan.

FLOW SHEET DAN CHECK LIST Yaitu memperlihatkan perkembangan klien yang spesifik menurut para meter yang telah di tetapkan sebelumnya. Keuntungan : 1. Lebih berkualitas dalam pendokumentasian 2. Mudah dibaca 3. Lebih cepat (waktu) 4. Data mudah di peroleh. Frekuensi Pencatatan dan Pelaporan Laporan bervariasi berdasarkan kebutuhan : 1. Laporan sift. 2. Laporan harian. 3. Laporan mingguan

95 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

MATERI ASUHAN KEBIDANAN DI KELUARGA

A. Konsep Dasar Keluarga Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga memiliki posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya. 1. Definisi Keluarga Keluarga dapat didefinisikan dari berbagai macam orientasi dan sudut pandang yang berbeda-beda. Adapun beberapa definisi keluarga sesuai waktu perkembangan konsep atau teori tentang keluarga adalah sebagai berikut: 1. Bussard dan Ball (1966) Keluarga merupakan lingkungan sosial yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan seseorang. Dalam keluarga itulah seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, terbentuk nilai-nilai dan kebiasaan yang berfunsi sebagai saksi segenap budaya dari luar dan mengakomodir hubungan anak dengan lingkungannya. 2. WHO (1969) Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. 3. BKKBN (1999) Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil

96 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaran dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 2. Ciri-ciri Keluarga Indonesia Pada umumnya keluarga Indonesia memiliki ciri sebagai berikut: 1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong 2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran 3. Umumnya suami sebagi pengambil keputusan 4. Berbentuk monogram

3. Tipe atau Bentuk Keluarga Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada konsteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian tipe keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pengelompokan secara tradisional Secara tradisional tipe keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: a. Nuclear Family (Keluarga Inti) Nuclear family adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b. Family of Origin (Keluarga Asal) Family of origin merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan c. Extended Family (Keluarga besar) Extended family adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, bibi, dsb. 2. Pengelompokan secara modern

97 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya: a. Traditional Nuclear Traditional nuclear adalah keluarga inti (ayah, ibu dan anak) yang tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. b. Neddle Age (aging Couple) Neddle Age adalah suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang, dan istri di rumah atau keduanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karir. c. Dyadic Nuclear Dyadic Nuclear adalah suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah. d. Single Parent Single Parent adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannnya dan anak-anaknya dapat tinggal di luar ataupun di rumah. e. Dual Career Dual Career adalah keluarga dengan suami-istri yang keduanya orang karir dan tanpa memiliki anak. f. Three Generation Three generation adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah. g. Comunal Comunal adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suami istri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. 98 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

h. Cohibing Couple (Keluarga Kabitas) Cohibing Couple adalah keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan. i. Composite (Keluarga Berkomposisi) Composite adalah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup atau tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah. j. Incest Family (Keluarga Insest) Seiring dengan maksudnya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, ditemukan bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga insest semakin hari semakin besar. k. Gay and Lesbian Family Gay and Lesbian Family adalah keluarga yang dibentuk dari pasangan yang berjenis kelamin sama. Gambaran tentang tipe atau bentuk keluarga tersebut menunjukkan banyaknya jenis atau tipe keluarga yang ada di sekitar kita, dan hal ini menggaruskan kepada pada para profesionalis, khususnya dalam bidang kesehatan untuk dapat memahami konteksnya masing-masing dan lebih bersikap toleran dan sensitive terhadap perbedaan gaya hidup dalam memberikan pelayanan. 4. Peran Keluarga (Friedman, 1998) a. Peran Formal 1. Peran Parenteral dan Perkawinan Nys dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami – ayah dan ibu – istri :  Peran sebagai provider  Peran sebagai pengatur rumah tangga  Peran perawatan anak 99 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

 Peran sosialisasi anak  Peran rekreasi  Peran persaudaraan (lainship)  membina hubungan keluarga paternal dan maternal  Peran terapeutik  memelihara kebutuhan afektif pasangan  Peran seksual 2. Peran Perkawinan Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana suami – istri membentuk koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga. b. Peran Informal 1. Pengharmonis  menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat 2. Inisiater – kontributor  mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah atau tujuan-tujuan kelompok 3. Pendamai (Compromiser)  merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian „setengah jalan‟ 4. Perawat keluarga  orang-orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya 5. Koordinator keluarga  mengorganisasi dan merencanakan kegiatankegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban. 5. Fungsi Keluarga Terdapat berbagai fungsi keluarga, diantaranya: 1. Fungsi Agama a. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya di sekolah maupun di masyarakat. b. Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil, bahagia sejahtera. 100 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

2. Fungsi Budaya a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia. d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera. 3. Fungsi Cinta Kasih a. Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam symbol-symbol nyata secara optimal dan terus menerus. b. Membina sikap dan tingkah laku saling menyayangi antar anggota keluarga. c. Membina rasa, sikap, dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih saying sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 4. Fungsi Perlindungan a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam meupun luar keluarga. b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 5. Fungsi Reproduksi

101 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat, baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga di sekitarnya. b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia,pendewasaan fisik maupun mental. c. Mengamalkan kaidah-kaidh reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak, dn jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang bkondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 6. Fungsi Keperawatan Kesehatan Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu: a. Keluarga mengenal masalah kesehatan b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan, dan mempertahankan suasana rumah yang sehat e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. 7. Fungsi Sosialisasi a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama. b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai tempat bagi anak untuk dapat mencari pemecahan atau solusi dari berbagai konflik dan permasalahan yang di jumpainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi sanak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan baik fisik maupun mental yang tidak/kurang di berikan oleh lingkungan sekolah ataupun masyarakat. 102 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

8. Fungsi Ekonomi a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang. d. Membina kegiatan dan hail ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 9. Fungsi Pelestarian Lingkungan a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga. b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan di luar dan di sekitar keluarga. c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestraian lingkungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat di sekitarnya d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil, bahagia, sejahtera.

6. Fungsi Pokok Keluarga (Menurut Effendy (1998) ) Terdapat tiga fungsi keluarga terhadap anggota keluarganya, diantaranya: a. ASIH Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhannya. b. ASUH Asuh yaitu memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mampu menjadikan mereka anak-anak yang sehat, baik fisik maupun mental, sosial dan spiritual. 103 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

c. ASAH Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

7. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Menurut Freeman (1981), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu: 1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya 2. Mengambil keputusan untuk ,elakukan tindakan yang tepat bagi keluarga 3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepriobadian anggota keluarga 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

B. Konsep Keluarga Qorriyah Toyyib 1. Pengertian Qoryah Thoyyibah = Kampung yang baik (Penduduknya mau beriman dan bertaqwa kepada Allah) 2. Dasar I. QS. AL-A`RAF (7) : 96 ٍ ‫اء ِمهَ َب َسمَا‬ ُْ َ‫ث َعيَ ْي ٍِ ْم ىَفَتَحْ ىَا ََاتَّقَ ُْا آ َمىُُا ْاىقُ َسِ أَ ٌْ َو أَ َّن ََى‬ َّ ‫ض اى‬ ِ ‫س َم‬ ْ ََ ‫َي ْن ِسبُُنَ مَاوُُا ِب َما فَأ َ َخرْوَا ٌُ ْم َمرَّبُُا ََىَ ِن ْه‬ ِ ‫األز‬ ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. II. QS AN NAHL (16) : 18 َّ ‫صٌَُا ِإ َّن‬ َّ َ‫ََ ِإ ْن تَعُدَُّا وِ ْع َمت‬ ‫ُز َز ِحي ٌم‬ ٌ ُ‫اَّللَ ىَغَف‬ ُ ْ‫اَّللِ ال تُح‬

104 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

III. QS ALI IMRON (3) : 103 َ‫اَّللِ َج ِميعًا ََال تَفَ َّسقُُا ََاذْ ُم ُسَا وِ ْع َمت‬ َّ ‫َص ُمُا بِ َح ْب ِو‬ َّ ْ َ ‫ف بَيْهَ قُيُُبِ ُن ْم فَأ‬ ِ ‫صبَحْ ت ُ ْم بِىِ ْع َمتِ ًِ ََا ْعت‬ َ َّ‫اَّللِ َعيَ ْي ُن ْم إِذْ ُم ْىت ُ ْم أ َ ْعدَا ًء فَأَى‬ َّ ُ‫از فَأ َ ْوقَرَ ُم ْم ِم ْى ٍَا َمرَىِلَ يُبَيِّه‬ ‫اَّللُ ىَ ُن ْم آيَاتِ ًِ َه‬ َ َّ‫َُن ْخ َُاوًا ََ ُم ْىت ُ ْم َعي‬ ِ َّ‫شفَا ُح ْف َسةٍ ِمهَ اىى‬ ِ‫َعيَّ ُن ْم ت َ ٍْتَد َإ‬ “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. IV. Janji Allah kepada orang yang bertaqwa, Allah SWT berfirman dalam QS. At Tholaq (65) : 2-4 َّ ‫ق‬ ‫اَّللَ يَجْ عَ ْو ىًَُ َم ْخ َس ًجا‬ ِ َّ‫ََ َم ْه يَت‬ ” …..Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. ُ ‫ش ْيءٍ قَد ًْز َاَيَ ْس ُش ْقًُ ِم ْه َحي‬ َّ َّ‫ْث ال يَحْ تَسِبُ ََ َم ْه يَت ََُ َّم ْو َعي‬ َّ ‫اَّللَ بَا ِى ُغ أ َ ْم ِس ِي قَدْ َجعَ َو‬ َّ ‫ََ َح ْسبًُُ إِ َّن‬ ًَُ‫اَّللِ ف‬ َ ‫اَّللُ ِى ُن ِّو‬ Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Sesungguhnya

Allah

melaksanakan

urusan

yang

(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. َّ ‫ق‬ ‫اَّللَ يَجْ عَ ْو ىًَُ ِم ْه أَ ْم ِس ِي يُس ًْسا‬ ِ َّ ‫ََ َم ْه يَت‬ 105 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

”……Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan kemudahan dalam urusannya” V. Syukur nikmat dab shalat, Sudahkah kita sekalian berterima kasih dan bersyukur kepada Allah atas karuniaNya yang tidak terhingga nilainya, seperti yang diperintahkan Allah dalam QS. Al Kautsar (108) : 1-2 sbb : َ ‫( كَ ْاىن َُْث َ َس إِوَّا أ َ ْع‬Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang ‫ط ْيىَا‬ banyak) ‫ص ِّو ِى َسبِّلَ ََا ْو َح ْس‬ َ َ‫ ( ف‬Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah) VI. QS Ibrahim (14) : 40 – 41yaitu : ‫ب اجْ عَ ْلنِي ُم ِقي َم الصَّال ِة َو ِم ْن ذُ ِ ّريَّتِي‬ ِ ‫َربَّنَا َوتَقَبَّ ْل دُع‬ ِ ّ ‫َاء َر‬ “ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhankami, perkenankanlah doaku”.

106 | M o d u l T e o r i A s u h a n K e b i d a n a n K o m u n i t a s

More Documents from "Ega Sundari"