BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Al-Qur‟ân
yang merupakan pedoman hidup umat Islam, mampu
menjawab semua permasalahan yang dihadapi ummat manusia sampai akhir zaman. Agar al-Qur‟ân
bisa dipahami maksud dan kandungannya sangat
diperlukan suatu instrumen, yaitu tafsir. Tafsir merupakan hasil pemikiran manusia untuk memahami isi dan maksud ayat-ayat al-Qur‟ân . Banyak sekali definisi-definisi tafsir menurut para ulama. Di antaranya menurut az-Zarkasyiy, tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.1 sedangkan menurut Abu Thalib
Ats-Tsa‟labiy, tafsir adalah
menerangkan makna lapadz.2 Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa tafsir adalah makna-makna dari ayat al-Qur‟ân yang jelas dilalahnya sesuai yang dikehendaki oleh Allah swt. Metode untuk memahami ayat-ayat al-Qur‟ân selain dengan tafsir adalah dengan ta‟wil. Menurut Ar-Raghîb Al-Asfahâni, ta‟wil adalah menetapkan makna yang dikehendaki suatu lapadz yang dapat menerima banyak makna karena didukung oleh dalil.3 Sedangkan menurut al-Jurjani, ta‟wil adalah mengalihkan
1
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟ân , PT. Pustaka Litera AntarNusa, Bogor, 2001, hlm. 457 2 Kasih Ernawati, Skripsi, Universitas Islam Bandung, Bandung, tanpa halaman. 3 Ibid.
lapazd yang sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunnah.4 Dari definisi-definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ta‟wil adalah makna-makna ayat yang samar, masih membutuhkan kepada pemikiran dan penggalian karena memilki banyak arti. Mufassir mengunggulkan sebagian makna saja yang dianggap kuat. Tafsir dan ta‟wil merupakan dua cara usaha manusia untuk memahami dan menggali lebih dalam tentang kandungan isi dan maksud al-Qur‟ân . Tafsir sudah berkembang sejak zaman Nabi Muhammad saw. Sejarah tafsir al-Qur‟ân berlangsung melalui berbagai tahap dan kurun waktu yang panjang sehingga mencapai bentuknya yang kita saksikan sekarang ini berupa tulisan berjilid-jilid banyaknya, baik yang tercetak maupun yang masih berupa tulisan tangan. Pertumbuhan tafsir al-Qur‟ân dimulai sejak dini, yaitu sejak Rasulullah saw, beliau adalah orang pertama yang menguraikan Kitabullah al-Qur‟ân dan menjelaskan kepada ummatnya wahyu yang diturunkan Allah Azza wa Jalla ke dalam hatinya. Pada masa itu, tak seorang pun dari sahabat beliau yang berani menafsirkan al-Qur‟ân , karena beliau masih berada ditengahtengah mereka. Beliau sendirilah yang memikul beban berat itu dan menunaikan kewajiban tersebut sebagaimana mestinya. Setelah beliau kembali ke haribaan Allah swt. Tafsir yang diterima Nabi Muhammad saw. sangat sedikit. Menurut Aisyah ra., Nabi Muhammad saw. disebut sebagai mufassirul awwal. Di bawah ini Nabi Muhammad saw menafsirkan al-Qur‟ân al-Karîm dengan metode ayat
4
Ecep Ismail, Ad-Dâkhi fi al-Tafsîr, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2006, hlm. 1.
2
dengan ayat, ayat dengan as-Sunnah, dan as-Sunnah dijelaskan dengan pendekatan qouliyah, fi‟liyah, dan taqrîriyyah. Fase berikutnya adalah berlanjut kepada para sahabat. Di antara mufassir sahabat yang terkenal adalah Ibn Abbâs, yang disebut dengan Tarjaman alQur‟ân , karena beliau terkenal „alim dibidang tafsir. Selanjutnya berkembang ke zaman tabi‟in. Pada masa ini, tabi‟in dibagi menjadi tiga, yaitu : Tabi‟in Makkah, Tabi‟in Madinah, dan Tabi‟in Irak. Perkembangan tafsir Selanjutnya kepada tabi‟ut Tabi‟in, yang ditandai dengan hasil karyanya dari Sufyan bin Uyainah, Waky Ibn Jarrah, Syu‟bah bin alHujjaj, Yazid bin Harun bin Ubadah dan lain-lain. Kemudian tafsir berkembang ke abad VIII-XIV, misalnya tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fahrur Razy (605 H.). Kemudian tafsir berkembang ke abad XIX atau disebut dengan abad mutaakhirin, di mana pada abad ini dunia Islam mengalami kemerosotan dan kemunduran, banyak negara Islam yang diduduki bangsa asing, maka muncullah tokoh-tokoh tafsir, seperti Jamaluddin al-Afghani (seorang mujaddid). Generasinya adalah Muhammad Abduh dan diteruskan oleh Rasyid Ridha. Sejak zaman Rasulullah saw. sampai sekarang tafsir mengalami perkembangan. Ini menunjukan bahwa al-Qur‟ân itu dinamis dan akan sesuai dengan zamannya sampai akhir kehidupan ini. Persoalan-persoalan yang dihadapi manusia di alam dunia ini sebenarnya sudah ada penyelesaiannya dan jawabannya dalam al-Qur‟ân
dan as-Sunnah. Dan manusia akan mencoba terus-menerus
menggali dan mengkaji nilai – nilai dan pesan-pesan ilahi yang terkandung di dalam al-Qur‟ân.
3
Pesan-pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur‟ân diantaranya adalah harus meyakini adanya hari kiamat. Hari kiamat adalah hari yang sangat dahsyat, yang manusia tidak akan kuat untuk melihatnya. Manusia hidup berdasarkan keinginan dan kehendak Sang Pemberi dan Pencipta kehidupan. Semua manusia dari zaman Nabi Adam as. sampai ummat Nabi Muhammad saw. akan meninggalkan dunia yang fana ini. Tentunya ibarat dalam sebuah perjalanan, menuju ke suatu tempat. Di dalam perjalanan itu harus mempersiapkan bekal yang cukup. Iman terhadap hari kiamat adalah salah satu dasar agama. Keimanan tidak sempurna tanpa iman terhadap hari kiamat.5 Allah swt. berfirman :
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; 5
Umar Sulaiman Al-Asyqar, Kiamat Kecil dan Tanda-tanda Kiamat Besar, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2003, hlm. 107
4
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”6
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Qur‟ân), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orangorang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar”7
Al-Qur‟ân menyebutkan iman kepada hari akhir dengan gaya penjelasan yang bervariasi agar keimanan itu benar – benar tertancap di dalam jiwa seorang mukmin. Dalam beberapa ayat, Allah swt. menuturkan masalah ini dengan gaya berita (khabar) tanpa penegas.8 Misalnya :
6
QS. Al-Baqarah [2] : 177 QS. An-Nisa [4] : 162 8 Umar Sulaiman al-Asyqar, op. cit. 7
5
“Allah
menciptakan
(manusia)
dari
permulaan,
kemudian
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”9
“Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha mengehui segala sesuatu.”10
Terkadang Allah Azza Jalla menambahkan satu penegas (taukid) dengan “INNA” : Sesungguhnya. Misalnya :
“Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan”11 Hari kiamat adalah hari berakhirnya seluruh kehidupan di dunia ini. orangorang yang beriman harus meyakini dan mengimani akan adanya hari kiamat.
9
QS. Ar-Rum [30] : 11 QS. An-Nur [24] : 64 11 QS. Thaaha [20] : 15. 10
6
Akhirat, adalah destinasi kehidupan makhluk-makhluk selama kehidupannya di dunia. Sebelumnya, fase migrasi ke alam akhirat ditenggarai dengan peristiwa peristiwa dahsyat yang dikenal dengan kiamat. Kapan waktunya, wallahu „alam.12 Kendati waktunya dirahasaikan, namun Maha Bijaksana Allah Rabbul „Izzah yang telah mensosialisasikan kiamat dengan tanda-tandanya yang disampaikan melalui ayat-ayat kauniyah dan firman-Nya, baik dalam al-Qur‟ân maupun melalui sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.13 Hikmah
yang
terkandung,
adalah
agar
manusia
benar-benar
mempersiapkan bekal untuk kehidupan baru di akhirat kelak. Sebab itulah kehidupan yang abadi. Di mana di akhirat yang ada hanya hisab bukan amal. Di dunialah, saat yang tepat untuk beramal, mumpung hisab belum dikibarkan.14 Ayat –ayat al-Qur‟ân menerangkan kiamat dengan kedahsyatannya yang sangat. Di antara contohnya adalah sebagai berikut : Allah swt. berfirman dalam surat al-Hâjj [22] : 1-2 :
“Hai
manusia,
bertakwalah
kepada
Tuhanmu;
sesungguhnya
kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua 12
Ibnu Katsir, Huru-Hara Hari Kiamat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2005, hlm. Ix Ibid. 14 Ibid. 13
7
wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.”15 Al-Qur‟ân banyak menjelaskan tentang kedahsyatan kiamat dalam alQur‟ân al-Karîm, begitu juga banyak hadis-hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan tentang kiamat beserta tanda-tandanya. Di dalam hadis diriwayatkan :
“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah Zuhair ibn Harb dan Ishaq ibn Ibrahim dan Ibn Abi Umar Almaki dan lapaz ini menurut Zuhair, Ishaq berkata dan dia menghabarkan kepada kami dan dua yang lainnya berkata, telah menceritakan kepada kami Supyan ibn Uyainah dari Purrat Alqazzaz dari Abu Thufail dari Hudzaifah ibn Asid Alghifari ia berkata : Nabi Muhammad SAW tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami sedang membincangkan kiamat, 15
QS. Al-Hajj [22] :1-2
8
beliau bersabda : “Apa yang kalian perbincangkan ?” Kami menjawab, “Kami sedang memperbincangkan tentang kiamat.” Beliau bersabda : Sesungguhnya kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda-tandanya : Asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Ya‟juz dan Ma‟juz, tiga kali tanah tenggelam : Tanah tenggelam di timur, tanah tenggelam di barat dan tanah tenggelam di jazirah Arab. Dan akhir dari semua itu adalah api yang muncul dari arah timur, menggiring manusia menuju tempat penghimpunan mereka.16
Di antara yang menarik bagi penulis adalah turunnya Nabi Isa as. perihal turunnya Nabi Isa as. ini sebagai salah satu tanda-tanda dari kiamat, dalam hal ini mufassir klasik dan kontemporer berbeda pendapat. Mufassir klasik misalnya, mereka tetap meyakini bahwa Nabi Isa as. itu akan turun mengalahkan sang dajjâl. Sedangkan mufassir kontemporer meyakini bahwa Nabi Isa as. itu tidak akan turun lagi, karena sudah meninggal dunia, berdasarkan surat Ali‟imrân ayat 55. Mufassir klasik seperti Ibn Katsîr memahami tentang Nabi Isa as. yang tercantum dalam surah Âli Imrân ayat 55 sebagai berikut :
16
HR. Imam Muslim.
9
Mufassir kontemporer seperti M. Quraish Shihab, Aam Amiruddin, memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kiamat terutama masalah tanda-tandanya banyak berbeda pandangan dengan ulama – ulama klasik tadi, baik dengan ahli tafsir maupun ahli hadis. Metode penafsiran yang digunakannya pun berbeda tentunya. Dan hal ini membuat penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam bagaimana metodologi
penafsiran yang mereka
gunakan M. Quraish Shihab dalam memahami ayat-ayat al-Qur‟ân dalam Tafsîr Al-Misbâh, menguatkan pemahamannya dengan mengutip beberapa pendapat dari
17
Abû Al-Fidâ Al-Hâfizh ibn Katsîr Al-Dimasyqiy, Tafsîr Al-Qur‟ân Al-„Azhîm, Dâr Al-Kutub Al-„Ilmiyyah, Beirut-Libanon, 1999, jilid I, hlm. 350-351.
10
ulama klasik, dan kontemporer, yaitu : Muhammad Husein Thabâthabâ‟i,18 dan Ibrâhîm Ibn „Umar Al-Baqâ„i. Thabathaba‟i adalah pengarang Tafsîr Al-Mîzân
18
Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dilahirkan di Tabriz pada tahun 1321 H /1903.
Ketika usia duapuluh tahun berangkat ke Universitas Najaf untuk melanjutkan pelajarannya. Disana ia mempelajari Syariat dan ushul al-fiqh dari dua diantara syaikh-syaikh terkemuka masa itu yaitu Mirza Muhammad Husain Na‟ini dan Syaikh Muhammad Husain Isfahani. Namun menjadi Mujtahid bukan tujuannya. Thabathaba'i lebih tertarik pada ilmu-ilmu aqliah, dan mempelajari dengan tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul Qasim Khwansari, dan filsafat Islam tradisional, termasuk naskah baku asy-Syifa karya Ibnu Sina dan alAsfar karya Sadr al-Din Syirazi serta Tamhid al-Qawa‟id karya Ibnu Turkah dari Sayyid Husain Badkuba‟i. Thabathaba'i juga mempelajari „ilm Hudhuri (ilmu-ilmu yang dipelajari langsung dari Allah SWT), atau ma‟rifat, yang melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakekathakekat supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai membimbingnya ke arah rahasiarahasia Ilahi dan menuntunnya dalam perjalananan menuju kesempurnaan spritual. Sebelum berjumpa dengan Syaikh ini, Thabathaba'i mengira telah benar-benar mengerti buku Fushulli alHikam karya Ibnu Arabi. Namun ketika bertemu dengan Syaikh besar ini, ia baru sadar bahwa sebenarnya ia belum tahu apa-apa. Berkat sang Syaikh ini, tahun-tahun di Najaf tak hanya menjadi kurun pencapaian intelektual, melainkan juga kezuhudan dan praktek-praktek spritual yang memampukannya untuk mencapai keadaan realisasi spritual. http://id.wikipedia.org/wiki/Sayyid_Muhammad_Husain_Thabathaba'i. Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i adalah seorang ulama, pemikir, faqih, filosof, dan ahli matematika. Dia banyak menelurkan karya-karya penting di bidang keislaman, antara lain Dasardasar Filsafat dan Metode Realisme serta karya monumentalnya yakni Al-Mizan, yang sering disebut tafsir Alquran dengan Alquran. Di dalam dirinya telah terdapat sifat rendah hati dan ditambah pula dengan kemampuan analisis intelektualnya. Dalam kelompok ulama tradisional Thabathaba'i memiliki kelebihan sebagai seorang syaikh dalam bidang syariat dan ilmu-ilmu esoteris, sekaligus seorang hakim (filosof atau, tepatnya, teosof Islam tradisional) yang terkemuka. Sejarah mencatat Thabathaba'i telah membaktikan segenap hidupnya untuk mengkaji agama. Sebuah dedikasi tinggi terhadap perkembangan ilmu-ilmu Islam dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dilahirkan di Tabriz pada tahun 1321 H /1903 M, dari suatu keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW yang selama 14 generasi telah menghasilkan ulama-ulama Islam terkemuka. Pendidikan awalnya dia peroleh di kota kediamannya dan dalam usia muda telah berhasil menguasai unsur-unsur bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama. Ketika usianya menginjak 20 tahun, Thabathaba'i berangkat ke Universitas Najaf untuk melanjutkan pelajarannya. Disana dia mempelajari ilmu syariat dan ushul al-fiqh dari dua di antara syekh-syekh terkemuka pada masa itu yaitu Mirza Muhammad Husain Na'ini dan Muhammad Husain Isfahani.
11
dan sebagai ulama syi‟ah. Ciri khas tafsîr karya Al-Biqa‟i adalah munasabah dalam al-Qur‟ân.
Akan tetapi, bukanlah menjadi mujtahid tujuannya. Thabathaba'i lebih tertarik pada ilmu-ilmu aqliah, dan mempelajari dengan tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul Qasim Khwansari. Di samping itu dia pun mempelajari sejumlah ilmu lain yakni filsafat Islam tradisional, termasuk naskah baku Asy-Syifa karya Ibnu Sina dan Al-Asfar karya Sadr al-Din Syirazi, serta Tamhid al-Qawa'id karya Ibnu Turkah dari Sayyid Husain Badkuba'i. Thabathaba'i juga mempelajari ilm Hudhuri (ilmu-ilmu yang dipelajari langsung dari Alquran), atau makrifat, yang melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakekat-hakekat supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai membimbingnya ke arah rahasia-rahasia Ilahi dan menuntunnya dalam perjalananan menuju kesempurnaan spritual. Sebelum berjumpa dengan syekh ini, Thabathaba'i mengira telah benar-benar mengerti buku Fushulli al-Hikam karya Ibn Arabi. Namun ketika bertemu dengan syekh besar ini, dia baru menyadari bahwa sebenarnya ia belum mengetahui apa-apa. Berkat sang syekh ini, tahun-tahun di Najaf tak hanya menjadi kurun pencapaian intelektual, melainkan juga kezuhudan dan praktekpraktek spritual yang memampukannya untuk mencapai keadaan realisasi spritual. Pada 1934 Allamah Thabathaba'i kembali ke Tabriz dan menghabiskan beberapa tahun yang sunyi di kota itu, mengajar sejumlah kecil murid. Kejadian-kejadian pada Perang Dunia II dan pendudukan Rusia atas Persia-lah yang membawa Thabathaba'i dari Tabriz ke Qum (1945). Pada waktu itu, dan seterusnya sampai sekarang, Qum merupakan pusat pengkajian keagamaan di Persia. Ia mengajar tafsir Alquran serta filsafat dan teosofi tradisional, yang selama bertahun-tahun sebelumnya tidak diajarkan di Qum. Oleh karenanya Thabathaba'i telah memberikan pengaruh yang amat besar dalam bidang ilmu pengetahuan, baik di dalam basis tradisional maupun modern. Dia telah mencoba untuk menciptakan suatu elite intelektual baru di kalangan kelompok masyarakat berpendidikan modern yang ingin menjadi akrab dengan intelektualitas Islam di samping dengan dunia modern. Banyak murid tradisionalnya yang termasuk kelompok ulama telah mencoba untuk mengikuti teladannya dalam upayanya yang amat penting ini. Beberapa muridnya seperti Sayyid Jalal al-Din Asytiyani dari Universitas Masyhad dan Murtadha Muthahhari dari universitas Teheran juga dikenal sebagai sarjana yang mempunyai reputasi istimewa. Selain di kota Qum, ulama ini kerap mengunjugi Darakah, sebuah desa kecil di sisi pegunungan dekat Teheran. Di tempat inilah Thabathaba'i menghabiskan bulan-bulan musim panas, menyingkir dari panas Kota Qum, kediamannya. Di desa tersebut pula, pada satu hari, Profesor Kenneth Morgan, seorang orientalis terkemuka berkunjung untuk memintanya menulis mengenai pandangan-pandangan Islam Syiah untuk masyarakat intelektual Barat. Dengan kemampuannya yang mumpuni dan penguasaan pada ilmu-ilmu Islam tradisional serta pengenalan terhadap pemikiran Barat menjadikan Thabathaba'i memang orang yang tepat untuk menulis hal tersebut. Kecintaannya pada ilmu telah mengejawantah dalam pribadinya. Dia menjadi lambang dari suatu tradisi panjang kesarjanaan dan ilmu-ilmu tradisional Islam. Kehadirannya meniupkan suatu aroma dari pribadi yang telah mendapatkan buah pengetahuan Ketuhanan. Sumber ini dikutip dari internet : http://www.republika.co.id
12
Ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah kiamat di dalam al-Qur‟ân perlu untuk dipahami dan dimengerti maksudnya, oleh karena itu perlu adanya penafsiran. Para mufassir tentunya telah menafsirkan ayat-ayat tentang kiamat dalam kitab-kitab tafsir karyanya. Dan dalam penafsirannya pasti ada perbedaanperbedaan yang disebabkan oleh latar belakang penafsir sendiri dan tentunya dari segi metode penafsiran. M. Quraish Shihab banyak memperkuat pemahamannya dengan mengutip pendapat ulama syi‟ah „Muhammad Husein Thabâthabâ‟i‟, dalam Tafsîr AlMisbâh, doktrin Syi‟ah adalah bahwa Nabi Isa as. akan muncul lagi. Mirza Gulam Ahmad pernah mengaku dirinya sebagai Nabi Isa al-Masîh, tetapi M. Quraish Sihab dalam menafsirkan surah Ali-Imrân ayat 55 bertentangan dengan mufassir klasik dan aliran Syi‟ah. Seharusnya ia sependapat dengan ulama Syi‟ah terutama Muhammad Husein Thabâthabâ‟i, dalam hal Nabi Isa as. Untuk lebih jelas penafsiran apa yang akan dipakai, penulis mencoba akan menggunakan penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat dalam tafsir Al-Misbah yang berjudul : “PENAFSIRAN
M. QURAISY SHIHAB
TENTANG AYAT-AYAT KIAMAT DALAM KITAB TAFSIR ALMISBAH”
13
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya dapat disusun sebagai berikut : 1. Bagaimana metodologi penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat. 2. Bagaimana penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat dalam tafsir Al-Misbâh.
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya dapat disusun sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui metodologi penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayatayat kiamat.
14
2. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat dalam tafsir Al-Misbâh.
D. KEGUNAAN PENELITIAN Ada beberapa hal yang dipandang sangat penting sebagai manfaat pisitif dengan mengangkat penelitian ini, diantaraya sebagai berikut : 1.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi referensi bagi pengembangan konsep dan teori tentang masalah tersebut.
2.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi sumber bacaan masyarakat luas, dan untuk pengembangan wawasan keislaman dan sebagai pemecahan masalah yang ada di masyarakat.
E. KERANGKA PEMIKIRAN Al-Qur‟ân Al-Karîm adalah wahyu Allah yang ditirunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung petunjuk kepada seluruh ummat manusia. Menjawab berbagai permasalahan ummat manusia dan menjadi pedoman dan undang-undang kehidupan untuk kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Al-Qur‟ân
selain menempati posisi sebagai mukjizat Islam yang
menggantikan mukjizat-mukjizat sebelumnya, juga merupakan respon atas beberapa permintaan dan tuntutan orang-orang Arab ketika itu.19 Dalam AlQur‟ân diterangkan :
19
Gamal al-Banna, Evolusi Tafsir, Qisthi Press, Jakarta, 2004, hlm. 3-4
15
“Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”20 Al-Qur‟ân
yang telah diterima dan diakui secara „aklamasi‟ sebagai
sumber ajaran Islam yang tidak diragukan keasliannya. 21 Al-Qur‟ân bersifat global, maka perlu ada suatu perincian. Maka hadis Rasul adalah sebagai perinci dan penafsir al-Qur‟ân al-Karîm. Jadi al-Qur‟ân dan Hadis merupakan dua sumber utama bagi kehidupan manusia seluruhnya untuk menjawab semua permasalahan hidup. Penelitian ini didasarkan pada kerangka berpikir sebagai berikut: Pertama, Tafsir merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan dan pesan al-Qur‟ân. Tafsir itu ada dua macam; Tafsîr bi al-Ma‟tsû r dan tafsîr bil ar-Ra‟yu. Adapun metode tafsir ada empat macam; metode maudhûiy, tahlîlî, muqâran, dan ijmâliy. Penulis dalam meneliti Tafsir Al-Misbâh ini menggunakan metode maudhûiy dan , tahlîlî. Kedua metode ini merupakan ciri khas dalam tafsir
20
QS. Al-Ankabut [29] : 50-51 M. Abdurrahman, Belajar dari Sunnah Nabi : Membangun Ijtihad Berwawasan Lingkungan, UNISBA, Bandung, 2007, hlm. 2. 21
16
Al-Misbâh. Penulis akan sajikan beberapa ayat al-Qur‟ân yang bekenaan dengan masalah kiamat, karena yang penulis kaji dan teliti dalam kitab tafsir Al-Misbâh ini adalah masalah kiamat. Sebagai berikut: Kehidupan di dunia ini tidak akan selamanya. Suatu saat dunia ini akan hancur.
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya”22
“Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”23
”Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. Dan apabila gunung-gunung dihancurkan. Dan apabila unta-unta yang bunting
22 23
QS. Al-Zalzalah : 1-2 QS. Al-Qari‟ah : 4-5
17
ditinggalkan
(tidak
diperdulikan).
Dan
apabila
binatang-binatang
liar
dikumpulkan. Dan apabila lautan dijadikan meluap.”24
Surat at-Takwîr ini menggambarkan dengan amat jelas keadaan hari itu, sedemikian jelasnya hingga ia bagaikan terlihat oleh pandangan mata, sebagaimana sabda Nabi saw. : “Siapa yang ingin melihat hari kiamat dengan pandangan mata, maka hendaklah ia membaca surah atl-Takwîr.” (HR. Ahmad, at-Tirmidziy dan at-Thabraniy, melalui Ibn Umar.25 Pada hari itu semuanya akan hancur, manusia, binatang, tumbuhan, langit, bumi, dan seluruh alam akan binasa dan tak akan tersisa. Yang tersisa hanyalah Dzat yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa.
“Setiap sesutu akan binasa kecuali wajah-Nya”26
Sebelum
manusia
meninggalkan
alam
dunia
ini,
maka
harus
mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Allah SWT menyuruh kepada manusia untuk mempersiapkan bekal untuk hari esok :
24
QS. At-Talwir : 1-6 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur‟ân Al-Karim : Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1997, hlm. 376 26 QS. Al-Qashash [28] : 88 25
18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”27 Begitu juga dalam hadis-hadis Rasulullah saw. yang menyuruh kepada ummatnya untuk mempersiapkan amal perbuatan yang akan menyelamatkan di akhirat kelak. Rasulullah saw. bersabda :
“Dari Abu Hurairah semoga Allah SWT meridoi kepadanya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Apabila manusia meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus, kecuali dari tiga perkara : Shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan orang, dan anak shaleh yang mendo‟akan kepada orang tuanya”28 Hanyalah amal shaleh yang akan menyelamatkan manusia dari siksa Allah Azza wa Jalla. Semua kekayaan, pangkat kedudukan tidak bisa menjamin manusia
27 28
QS. Al-Hasyr [59] : 18 HR. An-Nasa‟I dari Abu Hurairah
19
mendapatkan keridhoan Allah nanti di akhirat. Semua manusia akan mempertanggung jawabkan dirinya masing-masing. Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”29
ٌ “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”30 Al-Qur‟ân menggunakan istilah yang beraneka ragam tentang kiamat, sekaligus sebagai penjelasan proses berlangsungnya, sehingga tidak kurang dari 32 nama yang digunakan Allah Azza wa Jalla untuk hari kiamat itu. Penulis mencantumkan Nama-nama/istilah-istilah lain hari kiamat yang ada dalam alQur‟ân adalah sebagai berikut :
29 30
QS. Al-Zalzalah : 7-8 QS. Al-Qâri‟ah [101] : 6-9.
20
(1) Hari kiamat (yaumul kiamat). (2) Hari akhir (yaumul akhir). (3) Hari zalzalah (yaumul zalzalah). (4) Hari waqi‟ah (yaumul wâqi‟ah). (5) Hari Rajifah (yaumul râjifah). (6) Hari haqqah (yaumul hâqqah). (7) Hari qari‟ah (yaumul qâri‟ah). (8) Hari sa‟iqah (yaumul sa‟iqah). (9) Hari „asir (yaumun „asir). (10) Hari lâ raiba fîhi (hari yang tidak disangsikan lagi terjadinya). (11) Hari terpisahnya seseorang dari keluarganya. (12) Hari al-Ba‟s (yaumul ba‟s). (13) Hari nusyur (yaumul an-nusyur). (14) Hari al-mahsyar (yaumul mahsyar). (15) Hari al-Jam‟I (yaumul jam‟i). (16) Hari „arad (yaumul „arad). (17) Hari at-Tanad (yaumul tanad). (18) Hari at-Thalaq atau hari liqa‟ (yaumul thalâq wa yaumul liqa‟). (19) Hari at-tammah (yaumul tâmmah). (20) Hari al-Fasl (yaumul fasl). (21) Hari al-Hisab (yaumul Hisâb). (22) Hari Al-Ghasyiyah (yaumul ghâsyiyah). (23) Hari al-Wazni (yaumul wazn). (24) Hari ketika seseorang tidak dapat memberi pertolongan kepada orang lain. (25) Hari ketika banyaknya anak dan harta tidak bermanfa‟at. (26) Hari ketika seorang karib tidak memberi manfa‟at kepada karibnya. (27) Hari ketika semua mata terbuka dan dapat melihat masingmasing amalnya. (28) Hari al-din (yaumul dîn), yaitu hari keputusan untuk memberi balasan yang setimpal. (29) Hari al-Wa‟id (yaumul wa‟îd). (30) Hari alKhizy (yaumul khizy). (31) Hari al-Khulud (yaumul khulûd). (32) Yaumul jazâ.31
Kedua, penelitian ini menggunakan metode content analisis atau analisis ini terhadap penafsiran M. Quraish Shihab tetang ayat-ayat kiamat dalam tafsir Al-Misbâh dengan cara menginventarisir ayat-ayat kiamat, menelusuri dan 31
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, Jilid 3, 1994. 3, hlm. 62-63
21
memahami keserasian/munasabah. Mengkaji pemahaman ayat-ayat tersebut dari pemahaman berbagai aliran dan pendapat para mufassir dan ahli hadis yang klasik maupun kontemporer. Dan mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematis dan menyeluruh dengan cara penalaran obyektif melalui kaidah tafsir yang mu‟tabar serta didukung oleh argumen-argumen dari al-Qur‟ân. Hadis Nabi, atau faktafakta sejarah yang dapat ditemukan.
F. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Metode Penelitian Suatu penelitian memerlukan suatu metode. Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.32 Sedangkan metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode.33 Adapun metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode conten- analysis, yaitu analisis isi.34
2. Jenis Data 32
T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik; Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, PT. Eresco, Bandung, 1993, hlm. 1. 33 Ibid. 34 Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 60.
22
Jenis data dalam penelitian ini adalah berupa data-data yang menyangkut dengan ayat-ayat yang berhubungan dengan kiamat yang terdapat dalam tafsir AlMisbah.
3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu sumber data primer (sumber pokok atau tangan satu) dan sumber data sekunder (sumber tambahan atau tangan 2). Sumber primer penelitian ini diambil dari kitab tafsir dan buku-buku referensi lainnya. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari wawancara dengan tokoh-tokoh ulama dan dosen yang berkompeten dalam bidang tafsir dan memahami lebih dalam tentang penafsiran ayat-ayat tentang kiamat dalam tafsir Al-Misbah.
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu dengan studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku dan satu kitab tafsir AlMisbah yang berhubungan dengan ayat-ayat tentang kiamat, dan yang kedua dengan wawancara, yaitu dengan mewawancarai tokoh-tokoh agama dan alim ulama yang menguasai tafsir Al-Misbâh.
5. Analisis Data Setelah data-data terkumpul, maka data-data itu dianalisis tahapannya, yaitu dengan mengkategorisasi dan mengklasifikasi data-data yang ada, kemudian
23
menjelaskan secara terperinci dan jelas, setelah diambil kesimpulan-kesimpulan untuk dideskripsikan sebagai bahan laporan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TERHADAP TAFSIR DAN AYAT-AYAT KIAMAT
A. TAFSÎR 1. Definisi Tafsîr Tafsir menurut bahasa berasal dari kata fassara-yufassiru-tafsîran yang bearti menerangkan, menjelaskan.35 Sedangkan menurut istilah adalah :
35
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 2002, hlm. 1055.
24
“Tafsir adalah suatu ilmu yang memahami kitab Allah/al-Qur‟ân yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta penjelasannya, maknamaknanya, dan mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.”36 Tafsir adalah suatu disiplin ilmu yang ada dalam „Ulûmul Qur‟ân. Tafsir al-Qur‟ân menurut M. Quraisy Shihab adalah penjelasan tentang maksud firmanfirman Allah sesuai kemampuan manusia.37 Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tafsîr adalah suatu disiplin ilmu untuk mempelajari, memahami al-Qur‟ân dengan menjelaskan makna-maknanya sesuai kemampuan manusia sehigga mampu mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya yang terkandung dalam alQur‟ân.
2. Jenis Tafsîr Jenis tafsîr ada dua, yaitu : a. Tafsîr bi al- ma’tsûr, adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipankutipan yang shahih yang menafsirkan al-Qur‟ân dengan al-Qur‟ân, dengan sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang paling mengetahui Kitabullah, atau dengan apa yang
36
Ecep Ismail, op. cit. M. Quraisy Shihab, Tafsîr Al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟â, Lentera Hati, Jakarta, 2007, jilid, 1, hlm. Xvii. 37
25
dikatakan tokoh-tokoh besar tabi‟în karena umumnya mereka menerimanya dari para sahabat.38 Contoh kitab tafsir ini adalah : 1. Tafsîr Ibn „Abbâs, 2. Jâmi‟ul bayân fî Tafsîr al-Qur‟ân, oleh at-Thabari, 3. Al-Muharrar al- Wajîz fî Tafsîr al-Kitâb al-„Azîz, oleh Ibn „Atiyah, 4. Tafsîr al-Qur‟ân al-„Adzîm, oleh Ibn Katsir.
b. tafsîr bi al- ra’y, adalah tafsîr yang di dalam menjelaskan maknanya mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan (istinbat) yang didasarkan pada ra‟yu semata.39
Contoh kitab tafsir ini adalah : 1. Mafatih Ghaib, oleh ar-Razi, 2. Al-Bahr al-Muhît, oleh Ibn Hayyan, 3. Al-Kasysyaf „an haqa‟iq al-Tanzîl wa „Uyun al-Aqâwil fi Wujûh alTa‟wîl, oleh az-Zamakhsyari.
3. Metode Tafsîr Menurut al-Farmawi metode atau pendekatan tafsîr dibagi menjadi empat macam, yaitu :
38 39
Manna Khalil al-Qattan, op. cit., hlm. 482. Ibid.hlm. 488.
26
1. Metode tahlîliy/analisa, yaitu penjelasan ayat-ayat al-Qur‟ân dengan menampilkan penjelasan dari berbagai aspeknya dan mengelaborasi unsurunsurnya.
40
Tehnisnya adalah bahwa mufassir dalam menjelaskan al-
Qur‟ân mengikuti susunan mushâf Utsmâni ayat demi ayat dan surah demi surah, diiringi dengan menjelaskan makna-makna mufradat dan makna kalimat serta keseluruhan dengan melihat struktur kalimat yang ditafsirkan, menuturkan korelasi antar ayat atau surah, menuturkan sebabsebab turunnya ayat, menuturkan informasi yang diterima dari Nabi Muhammad saw., sahabat, tabi‟în dan terkadang mufassir menjelaskan selruh ayat dengan pendekatan kebahasaan dan seterusnya.41 2. Metode Komparasi/perbandingan, yaitu membandingkan ayat Al-Quran satu dengan lainnya, yaitu ayat-ayat yang memiliki persamaan/kemiripan redaksi dalam dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih dan atau yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah/kasus yang sama atau diduga sama, dan atau membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan hadishadis Nabi SAW yang nampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Quran.42 3. Tafsir Maudhu‟i/tematik,
adalah menafsirkan al-Qur‟ân dengan cara
menghimpun seluruh / sebahagian ayat-ayat – dari beberapa surah – yang berbicara tentang topic tersebut untuk kemudian dikaitkan satu dengan
40
Mamat Ruhimat, Penafsiran M. Quraish Shihab Tentang Ayat-ayat Dzikir dalam al-Qur‟ân, UIN SGD, Skripsi, 2005, hlm. 32. 41 Ibid. 42 Ibid, hlm. 38.
27
lainnya sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan al-Qur‟ân. 43
Dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kiamat, M. Quraisy Shihab, beliau menempuh langkah-langkah sebagai berikut : 4. Menetapkan masalah yang akan di bahas; 5. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut dengan masalah tersebut; 6. Menyusun urut-urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, atau perincian masalahnya, dengan memisahkan, misalnya antara periode Makkah dan Madinah; 7. Memahami korelasi/munasabah ayat-ayat dalam surah-surahnya; 8. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang menyangkut dengan masalah yang dibahas tersebut.
4. Tafsir Ijmali/global, adalah penjelasan ayat-ayat al-Qur‟ân dengan menampilkan makna-maknanya secara global. Peneliti yang menggunakan metode ini berperan pada susunan tertib tilawah dan mushâf „Utsmâni dan diarahkan pula penafsirannya kepada makna-makna yang global saja dengan menuturkan sasaran dan tujuannya secara umum. Dalam
43
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur‟ân dengan Methode Maudhû‟I, hlm. 33.
28
penyajiannya terkadang seorang mufassir menapilkan penafsiran ayatnya dalam satu bingkai tersebut.44
B. KIAMAT 1. Definisi Kiamat
44
Mamat Ruhimat, op. cit.
29
Kiamat berasal dari bahasa Arab,
(qiyâmah) yang artinya adalah
tegak, berdiri, bangkit.45 Hari Kiamat adalah hari akhir atau hari penghabisan dari hari-hari di dunia.46. Di dalam Kitabullah yakni al-Qur‟ân al-Karim dan Sunnah Rasulullah saw., yakni Al-Hadis Asy-Syarif, seringkali persoalan itu disebutkan dengan nama yaumul
akhir artinya hari penghabisan. Maksudnya hari yang terakhir atau
penghabisan sekali dan oleh sebab hari itu adalah hari yang paling akhir sendiri, maka tidak ada lagi hari yang seperti di dunia ini sesudahnya itu.47 Allah swt. memberi nama kiamat dengan hari, menjadi Hari Kiamat, karena peristiwa kiamat itu tidak bisa ditunda sampai hari esok. Dan kiamat itu akan terjadi pada suatu hari. Yang mana „Hari‟ itu hanyalah Allah yang Maha Tahu. Berapa menit, jam. Yang pasti kiamat itu akan terjadi pada suatu hari.48 Yaum al-Qiyâmah juga berarti hari tegaknya apa yang dijanjikan Allah tentang kehancuran alam semesta dan tegaknya segala ketetapan Allah atas makhluk-Nya.49
45
A.W. Munawwir, op. cit., hlm. 1172 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, Jilid 3, 1994., hlm. 62-63 47 Moh. Abdai Rathamy, Kiamat, PT. Alma‟arif , Bandung, 1993, cet. Ke IX, hlm. 64 48 Menurut H. Subhan dalam bukunya : Benarkah Isa dan Dajjal akan Turun?, diterangkan, mengapa Allah menamai kiamat dengan hari? Alasannya, agar kita tahu bahwa kiamat tidak mempunyai kata besok dan ditunda, karena belum sempurna kejadiannya dalam satu hari itu. Namun hitungan itu akan terus berlangsung, dan peristiwa demi peristiwa hari kiamat tersebut tetap terlaksana tuntas. Tidak ada selang waktu untuk istirahat, atau tanpa ada tempo sehingga semua manusia sejak Adam sampai orang-orang yang menyaksikan kejadian kiamat dapat menerima prosesi hukum saat itu juga. Mereka semua akan berdiri menghadap Allah, tak luput seorang pun dari perhitungan-Nya. 49 Lihat majalah Risalah No. 3 TH. 45, PP. Persatuan Islam, Juni 2007, hlm. 51 46
30
Hari akhirat disebut yaum al-qiyâmah juga karena pada hari itu ditegakkan segala ketetapan Allah sehingga tidak ada lagi manusia yang meragukan dan mengingkari kebenarannya. Pada hari kiamat itu pula diputuskan segala perkara yang diperselisihkan di antara manusia. Dalam al-Qur‟ân Allah swt. berfirman :
“Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.”50 Dari beberapa pengertian dan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hari kiamat itu adalah hari berakhirnya kehidupan di dunia ini dengan terjadinya goncangan dan hancurnya seluruh alam semesta untuk diperlihatkan kepada mereka janji Allah yang meliputi keadilan, dan putusan Allah atas segala perkara yang diperselisihkan di antara manusia.
2. Hakikat Kiamat
50
QS. Yunus [10] : 93
31
Kiamat yang merupakan rukun iman yang ke-6, wajib diyakini dan percayai akan adanya suatu hari nanti. Banyak di dalam al-Qur‟ân maupun hadis – hadis Nabi yang menjelaskan tentang pentingnya memperhatikan tanda-tanda kiamat, sehingga tidak dianggap sempurna iman seseorang jika tidak meyakini dan mengimani terhadap hari kiamat. Banyak juga dalam hadis – hadis Rasulullah yang dalam redaksinya atau matannya, ketika disuruh beriman kepada Allah selalu diikuti dengan iman kepada hari akhir. Allah swt. berfirman :
“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur‟ân ) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”51
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, 51
QS. Al-Baqarah [2] ayat : 4.
32
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”52 Misalnya dalam hadis Rasulullah saw. tentang kewajiban menghormati tetangga, tamu dan hendaklah diam :
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa‟id telah menceritakanepada kami Abul Ahwash dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka muliakanlah tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka berkatalah yang baik atau lebih baik diam.”53
52
QS. Al-Nisa [4] ayat 136. Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, Fath al-Bâri bi al-Syarh Shahîh Al-Bukhâri, Dâr alHadis, Mesir, 2004, jilid, 10, hlm. 502. 53
33
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusup, telah menceritakan kepada kami Allaitsu, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sa‟id Al-Maqburi dari Abu Syuraih Al-Adawi ia berkata : Dua telingaku telah mendengar dan kedua mataku melihat ketika Nabi Muhammad SAW berkata-kata, kemudian ia bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka muliakanlah tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya, penuhi haknya. Abu Syuraih Al„Adawi bertanya : Apa hak tamu itu wahai Rasulullah? Rasul menjab : Sehari semala, dan bertamu itu selama 3 hari, dan adapun setelah itu, maka menjadi shadaqah bagi tamu itu. . Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka berkatalah yang baik atau lebih baik diam.54
Dua hadis di atas, Rasulullah saw. menerangkan, setelah beriman kepada Allah, kemudian diikuti oleh beriman kepada hari Akhir. Ini menunjukan bahwa Hari Akhir di sini adalah isyarat kepada orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya, maka nanti di yaumul akhir akan dibalas oleh Allah. Semua manusia dari zaman Adam sampai kepada ummat Nabi Muhammad saw. akan menerima balasan dari Allah sesuai dengan amalannya masing-masing. Segala tingkah laku manusia, akan diperhitungkan oleh Allah swt.
54
Ibid, hlm. 503.
34
Dalam al-Qur‟ân surat Al-Zalzalah ayat 7-8 Allah SWT berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” 55 Hari kiamat banyak disebutkan dengan beberapa istilah dalam al-Qur‟ân, diantaranya al-Hâqqah, al-Ghâsyiah, ash-Shâkhah dan ath-Thâmmah. Bentuk pengulangan seperti di atas merupakan salah satu gaya bahasa AlQur‟ân untuk mengundang perhatian pembaca. Pengulangan pada ayat-ayat kiamat dimaksudkan agar pembaca memusatkan seluruh perhatian nya, karena masalah yang akan dijelaskan merupakan peristiwa yang sangat penting, menarik, dan penuh kedahsyatan.56 Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, akan mendapatkan keridhoan dari-Nya. Sedangkan bagi manusia yang kafir, mereka akan melihat kedahsyatan hari kiamat sebagai adzab dan siksaan di dunia.
55
QS. Al-Zalzalah [99] : 7-8 Aam Amiruddin, Tafsir Al-Qur‟ân Kontemporer I Surat-surat Pendek, Percik Press, Bandung, 2004, cet. I, hlm. 178. 56
35
“Hai
manusia,
bertakwalah
kepada
Tuhanmu;
sesungguhnya
kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.”57
3. Kategorisasi kiamat dalam Al-Qur’ân Kiamat dapat diketegorisasikan menjadi tiga macam, yaitu :
57
QS. Al-Hajj [22] : 1-2
36
a. Nama-nama Kiamat; b. Karakteristik/sifat Kiamat; c. Situasi Kiamat. Kategorisasi kiamat dapat dibagankan sebagai berikut : Nomor
Nama-nama kiamat
Karakteristik/sifat
Situasi kiamat
kiamat 1
Yaum al-Qiyâmah
2
Yaum al-Sâ‟ah
3
Yaum al-Âkhir
Hari waqi‟ah (yaumul Hari ketika semua wâqi‟ah) mata terbuka dan dapat melihat masing-masing amalnya. Hari haqqah (yaumul Hari ketika seorang hâqqah) karib tidak memberi manfa‟at kepada karibnya. Hari lâ raiba fîhi (hari Yaum al-Zalzalah yang tidak disangsikan lagi terjadinya) Hari al-Ba‟s (yaumul Hari terpisahnya ba‟s) seseorang dari keluarganya ketika Hari at-tammah (yaumul Hari seseorang tidak tâmmah) dapat memberi pertolongan kepada orang lain Hari al-Hisab (yaumul Hari ketika Hisâb) banyaknya anak dan harta tidak bermanfa‟at Hari Al-Ghasyiyah Hari nusyur (yaumul (yaumul ghâsyiyah) an-nusyur) Hari al-Wazni (yaumul Hari al-mahsyar wazn) (yaumul mahsyar) Hari al-din (yaumul Hari al-Jam‟I dîn), yaitu hari (yaumul jam‟i) keputusan untuk memberi balasan yang setimpal Hari al-Wa‟id (yaumul Hari „arad (yaumul
37
wa‟îd) Hari al-Khizy (yaumul khizy) ) Hari al-Khulud (yaumul khulûd)
Yaumul jazâ
„arad) Hari at-Tanad (yaumul tanad) Hari at-Thalaq atau hari liqa‟ (yaumul thalâq wa yaumul liqa‟) Hari qari‟ah (yaumul qâri‟ah) Hari sa‟iqah (yaumul sa‟iqah) Hari „asir (yaumun „asir) Hari al-Fasl (yaumul fasl) Hari Rajifah (yaumul râjifah)
Hari kiamat banyak disebutkan dengan beberapa istilah dalam al-Qur‟ân, diantaranya al-Hâqqah, al-Ghâsyiah, ash-Shâkhah dan ath-Thâmmah dan sebagainya. Bentuk pengulangan seperti di atas merupakan salah satu gaya bahasa alQur‟ân untuk mengundang perhatian pembaca. Pengulangan pada ayat-ayat kiamat dimaksudkan agar kita memusatkan seluruh perhatiannya, karena masalah yang akan dijelaskan merupakan peristiwa yang sangat penting, menarik, dan penuh kedahsyatan. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah istilah untuk hari kiamat. Tapi di sini penyusun akan mengambil pendapat dari buku ensiklopedi Islam yang jumlahnya ada 32 nama. Yaitu sebagai berikut : 1. Hari Kiamat (yaum al-Qiyâmah).
38
Kata ini paling banyak digunakan Allah swt. untuk hari tersebut. Istilah ini di antaranya ditemukan dalam beberapa ayat. Pembicaraan ataupun sebutan hari kiamat (yaum al-Qiyâmah) dalam al-Qur‟ân ditemukan dalam 71 tempat.58 Ayatayat yang menggunakan istilah ini pada umumnya menjelaskan kepastian datangnya hari kiamat, suatu hari yang ditentukan untuk melangsungkan pengadilan bagi setiap makhluk dan selanjutnya mendapat keputusan yang Maha Benar dari Allah swt.59
Berikut ini adalah ayat-ayat menggunakan yaum al-Qiyâmah : A. Surat Al-Baqarah [2] : 85, 113, 174, dan 212.
“dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”60
58
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, op. cit. , hlm.61. Ibid, hlm. 62. 60 QS. Al-Baqarah [2] : 85. 59
39
“……..Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.”61
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api[109], dan Allah tidak akan berbicara[110] kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.”62
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”63
61
Ibid, ayat : 113 Ibid, ayat : 174. 63 Ibid, ayat : 212. 62
40
B. Surat Ali-Imran [3] ayat : 55, 77, 161, 180, 185, dan 194.
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orangorang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya".64
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka
64
QS. Ali-Imran [3] : 55.
41
dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.”65
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”66
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”67
65
Ibid, ayat : 77. Ibid, ayat : 161. 67 Ibid, ayat : 180. 66
42
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”68
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."69 C. Surat An-Nisâ [4] ayat : 87, 109, 141, 159.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?”70
68
Ibid, ayat : 185. Ibid, ayat : 194. 70 QS. An-Nisa [4] : 87. 69
43
“Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)?”71
“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu ?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu[363], dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”72
71 72
QS. An-Nisa [4] :109 QS. An-Nisa [4] : 141
44
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya[380]. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”73
D. QS. Al-Mâidah [5] ayat : 14, 36, dan 64.
“Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orangorang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.”74
73 74
QS. An-Nisa [4] : 159 QS. Al-Maidah [5] : 14.
45
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang dibumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebusi diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.”75
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu"[426], sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu[427] dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi keduadua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”76
E. QS. Al-‘An’âm [6] ayat : 12
75 76
Ibid, ayat : 36 QS. Al-Maidah [5] : 64
46
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[462]. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman[463].”
F. QS. Al-A’râf [7] ayat : 32, 167, dan 172.
“Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat[536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orangorang yang mengetahui.”77
77
QS. Al-A‟raf [7] : 32.
47
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburukburuknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".78
78
Ibid, ayat : 172.
48
G. QS. Yunus [10] ayat : 60 dan 93.
“Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat ? Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)”
“Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus[705] dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” H. QS. Hûd [11] ayat : 60, 98, dan 99.
49
“Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu.”
“Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi. Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. La'nat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan.” I. QS. An-Nahl [16] ayat : 25, 27, 92, dan 124
“(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”
50
“Kemudian Allah menghinakan mereka di hari kiamat, dan berfirman: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?" Berkatalah orangorang yang telah diberi ilmu:[821] "Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini ditimpakan atas orang-orang yang kafir"
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain[838]. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.”
51
“Sesungguhnya diwajibkan (menghormati)[844] hari Sabtu atas orangorang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benarbenar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.”
J. QS. Al-Isrâ [17] ayat : 13, 58, 62, dan 97
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.”
“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).”
52
“Dia (iblis) berkata:"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil"
“Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahanam. Tiap-tiap kali nyala api jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya”
K. QS. Al-Kahfi [18] ayat : 105
53
“Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat” L. QS. Maryam [19] ayat 95
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendir”i
M. QS. Thaha [20] ayat : 100, 101, dan 124
“Barangsiapa yang berpaling daripada al-Qur‟ân maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat,”
54
“Dan sesungguhnya
barangsiapa baginya
yang
berpaling
penghidupan
yang
dari
peringatan-Ku,
sempit,
dan
Kami
maka akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" N. QS. Al-Anbiyâ [21] ayat : 47
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” O. QS. Al-Hâjj [22] ayat : 9, 17, dan 69
« Dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat Kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar. »
55
“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orangorang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”
“Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya” P. QS. Al-Mu’minûn [23] ayat : 16
“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat” Q. QS. Al-Furqân [25] ayat : 69
“(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” R. QS. Al-Qasas [28] ayat : 41, 42, 61, 71, dan 72
“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami
56
ikutkan la'nat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).”
“Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?”
« Katakanlah:"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-memerus sampai hari kiamat, siapakah Ilah selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu Maka apakah kamu tidak mendengar?. Katakanlah:"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Ilah selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya Maka apakah kamu tidak memperhatikan? »
S. QS. Al-‘Ankabût [29] ayat : 13 dan 25
57
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) disamping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan”
“Dan berkata Ibrahim:"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalm kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu adalah neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolongpun” T. QS. As-Sajdah [32] ayat : 25
58
“Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada Hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.”
U. QS. Fâtir [35] ayat : 14
“Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada menmendengar seruanmu; dan
kalau
mereka
mendengar,
mereka
tidak
dapat
memperkenankan
permintaanmu.Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui” V. QS. Az-Zumâr [39] Ayat : 15, 24, 31, 47, 60, dan 67
“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia.Katakanlah:"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat".Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”
59
“Maka
apakah
orang-orang
yang
menoleh
dengan
mukanya
menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mu'min yang tidak kena azab) Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim:"Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan"
“
Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-
bantah di hadapan Rabbmu.”
“Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat.Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”
60
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam.Bukankahdalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?”
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan”
W. QS. Asy-Syura [42] ayat : 45
“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) terhina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu.Dan orang-orang yang beriman berkata:"Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan)
61
keluarga mereka pada hari kiamat.Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal”
X. QS. Fushilat [41] ayat : 40
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami.Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Y. QS. Al-Jatsiyah [45] ayat : 17 dan 26
“Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.Sesungguhnya Rabbmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.”
62
“Katakanlah:"Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Z. QS. Al-Ahqâf [46] ayat : 5
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka”
28. QS. Al-Mujâdilah [58] ayat : 7
“Tidakkan kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi Tiada pembicaraan rahasia antara
63
tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya.Dan tiadak (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada.Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
29. QS. Al-Mumtahanah [60] ayat : 3
“Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfa'at bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
30. QS. Al-Qalâm [68] ayat : 39
“Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)” 31. QS. Al-Qiyâmah [75] ayat : 1 dan 6
64
“Aku bersumpah dengan hari kiamat.”
“Ia bertanya:"Bilakah hari kiamat itu"
2. Hari Akhîr (yaum al-akhîr), Karena pada hari itu adalah hari yang paling akhir dari sejarah makhluk sebelum kembali ke alam baka, Syurga dan neraka. 79 Dalam al-Qur‟ân Allah swt berfirman dalam surat Al-Ankabût ayat : 36; Al-Ahzâb ayat 21 dan Al-Mumtahânah ayat 6 :
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, maka ia berkata:"Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan"
79
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, loc. cit, hlm. 62.
65
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha terpuji.” 3. Hari Zalzalah (yaum al-Zalzalah) Yaum al-Zalzalah berarti kegoncangan, keruntuhan, karena pada saat itu terjadi kegoncangan yang sangat dahsyat di bumi.80 Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 1 dan Al-Zalzalah ayat 1 :
“Hai
manusia,
bertaqwalah
kepada
Rabbmu;
sesungguhnya
kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).”
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat)” 4. Hari Waqi’ah (yaum al-Wâqiah)
80
Ibid.
66
Hari yang sangat dahsyat, sehingga pada waktu semua manusia tidak ada dapat mendustakannya. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Waqi‟ah ayat 1-2
“Apabila terjadi hari kiamat. terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal)” 5. Hari râjifah (yaum ar-râjifah) Yang berarti hari gempa yang besar, karena merupakan hari yang mengoncangkan alam, sehingga gunung-gunung menjadi tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan.81 Allah swt. berfirman dalam surat Al-MuZzammil ayat 14 dan Al-Nâzi‟at ayat 6
“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan”
“(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam.”
81
Ibid.
67
6. Hari Hâqqah (yaum al-hâqqah) Hari kebenaran, karena hari ini benar-benar terjadi dan Allah swt. akan membuktikan janji-janji-Nya. Allah swt. berfirman dalam surat al-Hâqqah ayat 1-3
“Hari kiamat. apakah hari kiamat itu?. Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?” 7. Hari Qâri’ah (yaum al-qâri’ah) Hari peritiwa membingungkan, karena ketika terjadi hari kiamat manusia berada dalam kebingungan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qari‟ah ayat 1-3
“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu.” 8. Hari sa’iqah (yaum al-sa’iqah) Yang berarti pada waktu terjadi kiamat nanti akan ada suara yang bergemuruh. Allah SWT berfirman dalam surat az-Zumar ayat 68
68
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnyamasing-masing)” 9. Hari ‘asîr (yaum ‘asîr) Pada hari kiamat nanti, manusia penuh dengan kesulitan dan kesengsaraan. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Mudatsir ayat 9
“maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” 10. Hari lâ raiba fîhi Maksudanya hari yang tidak bisa diragukan lagi adanya. Hari kiamat pasti terjadi. Allah swt. pasti melaksanakan janji-janji-Nya. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 21
“Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata:"Dirikanlah sebuah bangunan diatas (gua) mereka, Rabb mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata:"Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya"
69
11. Hari terpisahnya seseorang dari keluarganya, sebab pada hari itu setiap orang akan terpisah dari Ibu-Bapaknya, suami-istrinya, dan anak-anaknya. Allah swt berfirman dalam surat „Abasa ayat 34-36
“pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. dari ibu dan bapaknya. dari isteri dan anak-anaknya.” 12. Hari al-Ba’st (yaum al-Ba’st) Disebut juga hari berbangkit, maksudnya hari kiamat merupakan salah satu tahap yang dilalui oleh manusia, yakni hari manusia dibangkitkan dari kuburnya. Allah swt. berfirman dalam surat al-Mu‟minûn ayat 16 dan al-Infithâr ayat 4-5.
“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”
“dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.” Pada hari itu juga para malaikat dibangkitkan untuk melaksanakan perintah Allah swt. Mengatur umat manusia. Allah swt. berfirman dalam surat anNabâ ayat 38.
70
“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar”
13. Hari nusyur (yaum al- Nusyur) Disebut demikian karena seluruh manusia hidup setelah mereka mati. Allah swt. berfirman dalam surat Fâthir ayat 9.
“Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu.Demikianklah kebangkitan itu” 14. Hari al-Mahsyar (yaum al-Mahsyar) Maksudnya adalah hari tempat berkumpul seluruh manusia dari zaman Nabi Adam as. sampai Nabi akhir zaman Muhammad saw. Di padang yang sangat luas tanpa batas. Allah swt. berfirman dalam surat al-An‟âm ayat 128 dan Maryam ayat 39.
71
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman):"Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:"Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman:"Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal didalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” 15. Hari al-Jam’I (yaum al-jam’i) Hari kiamat disebut juga hari al-jam‟I, karena seluruh
makhluk
dikumpulkan. Allah swt. berfriman dalam surat at-taghâbun ayat 9
72
“(Ingatlah) hari (yang diwaktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab), itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahankesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar” 16. Hari ‘arad (yaum ‘arad) Yaitu hari yang diperlihatkan kepada manusia seluruh amal perbuatannya sewaktu di dunia. Allah swt. berfriman dalam surat al-Zalzalah ayat 6-8
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
17. Hari at-Tanad (yaum at-tanad) yaum at-tanad adalah hari panggil – memanggil, sebab pada hari itu setiap orang yang menemui kesulitan dan penderitaan, akan memanggil orang lain untuk mohon pertolongan sementara yang lain menghiraukannya.
73
Allah swt. berfriman dalam surat al-Mukmin ayat 32
“Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil”
18. Hari at-talaq atau liqa Yaum at-talaq adalah hari pertemuan dan perjumpaan dengan Allah swt. Allah swt. berfriman dalam surat al-Mu‟min ayat 15
“(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus
Jibril
dengan
(membawa) perintah-Nya
kepada
siapa
yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).” 19. Hari ath-Thâmmah (yaum ath-thâmmah) Yaum ath-thâmmah hari bencana yang agung, sebab manusia teringat akan apa yang dikerjakannya setelah mengalami bencana tersebut. Allah swt. berfirman dalam surat an-Nâzi‟at ayat 34-35
“Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya.”
74
20. Hari al-Fashl (yaum al-fashl) Yaum al-fashl adalah hari pemisahan, yang merupakan suatu proses yang dilalui oleh makhluk, suatu hari pemisahan keputusan yang benar dan yang salah. Pada hari itu Allah swt. memberi keputusan yang benar dan adil kepada hambahamba-Nya. Allah swt. berfirman dalam surat ash-Shâffat ayat 21, ad-Dukhân ayat 40, al-Mursalat ayat 12-13 dan an-Nabâ ayat 17.
“Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya.”
“Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah hari yang dijanjikan bagi mereka semuanya.”
“(niscaya dikatakan kepada mereka:)"Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu). Sampai hari keputusan.”
“Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan.”
21. Hari Al-Hisâb (yaum al-hisâb) Yaum al-hisâb adalah hari perhitungan amal perbuatan manusia. Pada hari itu, seluruh manusia akan diadili oleh Allah swt.
75
Allah swt. berfirman dalam surat Ibrahîm ayat 41, dan Shâd ayat 26 dan 53.
“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
“Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.” 22. Hari Al-Ghâsyiyah (yaum al-ghâsyiyah) Yaum al-ghâsyiyah adalah pada hari itu manusia akan dibalas oleh Allah sesuai dengan amal-amal yang mereka telah kerjakan di dunia dulu. Amal yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan amal yang jelek akan dibalas dengan kejelekan juga.
76
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 1
“Sudah datangkah kepadamu (tentang) hari pembalasan.” 23. Hari al-Wazni (yaum al-wazn) Yaum al-wazn adalah hari penimbangan antara amal yang baik dan buruk. Yang akan menentukan seseorang masuk syurga dan nereka. Allah swt. berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 105 dan al-A‟râf ayat 8.
“Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.”
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
77
24. Hari ketika seseorang tidak dapat memberi pertolongan kepada orang lain. Adalah pada hari kiamat nanti, manusia tidak akan saling tolongmenolong. Mereka sibuk memikirkan dirinya sendiri, bagaimana caranya menyelamatkan diri dan di mana bersembunyi. Allah swt. berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 48
“Dan jagalah dirimu dari ('azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau seikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.” 25. Hari ketika banyaknya anak dan harta tidak bermanfaat, kecuali bagi orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang sejahtera. Allah swt. berfirman dalam surat asy-Syu‟ara ayat 88 – 89
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” 26. Hari ketika seorang karib tidak dapat memberi manfa’at kepada karibnya. Allah swt. berfirman dalam surat ad-Dukhân ayat 41
78
“yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfa'at kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan.”
27. Hari ketika semua mata terbuka dan dapat melihat masing-masing amalnya. Allah swt. berfirman dalam surat Ibrahîm ayat 42
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.”
28. Yaum al-Dîn Yaum al-Dîn adalah hari keputusan untuk memberi balasan yang setimpal kepada seluruh manusia . Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 35, AsySyu‟ara ayat 82, Ash-Shaffat ayat 20 dan Shad ayat 78.
“dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat"
79
“dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat"
“Dan mereka berkata:"Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan.”
“Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan" 29. Hari al-Wa’îd (yaum al-wa’îd) Yaum al-wa‟îd adalah ketika Allah melaksanakan ancaman-ancaman-Nya berupa azab/siksaan kepada setiap makhluk yang mengingkari perintah-perintahNya. Allah swt. berfirman dalam surat Qaf ayat 14, 20 dan 45; Ibrâhîm ayat 14.
و “dan penduduk Aikah serta kaum Tubba', semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan.”
“Dan ditiuplah sangkakala.Itulah hari terlaksananya ancaman.”
80
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka.Maka beri peringatanlah dengan al-Qur‟ân orang yang takut kepada ancaman-Ku.”
“””dan Kami pasti akan menempatkan kamu dinegeri-negeri itu sesudah mereka.Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku"
30. Hari Al-Khizy (yaum al-khizy) Yaum al-khizy adalah pada hari kiamat nanti orang-orang yang durhaka kepada Allah swt. akan dihinakan sehingga mereka akan bersedih. Allah swt. berfirman dalam surat Hûd ayat 66
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari
81
kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” 31. Hari al-Khulûd (yaum al-khulûd) Yaum al-khulûd adalah, penentuan dan ketetapan Allah untuk kekal di syurga dan neraka. Allah swt. berfirman dalam surat Hûd ayat 34
“masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan.” 32. Yaum al-Jazâ Yaum al-Jazâ adalah hari pembalasan terhadap manusia dari amalamalnya, yang baik maupun yang buruk. Allah swt. berfirman dalam surat al-Mâidah ayat 29 dan asy-Syu‟ara ayat 40.
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni nereka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim" C. Tanda – tanda kiamat Hari kiamat pasti akan terjadi. Semua makhluk Allah swt. tidak mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Bahkan Nabi saja yang merupakan hamba
82
pilihan Allah, tidak mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Terjadinya hari kiamat dirahasiakan oleh Allah swt. Agar manusia mendapatkan balasan dari Allah swt. terhadap amal perbuatan yang mereka telah lakukan di dunia. Di dalam al-Qur‟ân Allah swt. berfirman :
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”82
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”83
82 83
QS. Thaha [20] ayat 15. QS. Lukman [31] ayat 34.
83
Walaupun manusia tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, tapi hari kiamat bisa diketahui tanda-tandanya baik dalam al-Qur‟ân maupun sabda Rasulullah saw. yang tercantum di dalam hadits-haditsnya. Kiamat akan terjadi karena dua faktor: Pertama, perilaku manusia. Adapun tanda-tanda kiamat karena perilaku manusia dapat dibagi ke dalam 3 kategori; yaitu tanda kiamat yang sudah terjadi, tanda kiamat yang sedang terjadi dan tanda kiamat yang belum terjadi. Adapun tanda kiamat yang sudah terjadi adalah : 1. Diutusnya Nabi Muhammad SAW
“
“Telah menceritakan kepada kami Ali ibn Abdillah, telah
menceritakan kepada kami Supyan, Abu Hazim berkata, aku telah mendengarnya dari Sahl ibn Sa‟ad Al-Sa‟idi seorang sahabat Rasulullah SAW ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Aku diutus seiring dengan waktu kiamat itu seperti ini dari ini, atau keduanya. Dan beliau mendekatkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.” 2. Terbelahnya bulan. Di dalam al-Qur‟ân al-Karîm Allah swt. berfirman :
84
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.”84 3. Api Hijaz menerangi Punuk Unta di Basrah85
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah mengkhabarkan kepada kami Syu‟aib dari Az-Zuhri. Telah berkata Sa‟id ibn Musayab, telah mengkhabarkan kepada kami Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul api dari tanah Hijaz yang memerangi punuk-punuk unta di Basrah.”86 Menurut Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya “Ensiklopedi Kiamat” mengatakan : Tanda kiamat yang diberitakan oleh Nabi SAW akan terjadi pada masa yang akan datang ini benar-benar terjadi persis seperti yang digambarkan oleh Nabi saw. Api tersebut muncul pada tahun 654 H.87 4. Terhapusnya Jizyah dan Pajak
84
QS Al-Qamar [54] ayat 1. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2005, hlm. 135. 86 HR. Bukhari dalam kitab al-Fitan, bab Khurûj an-Nâr, no. hadis : 6585. 87 Untuk lebih jelasnya, lihat buku Ensiklopedi Kiamat karya Umar Sulaiman Al-Asyqar halaman 135. 85
85
“Telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibn Ya‟is dan Ishaq ibn Ibrahim dan lapadz hadis ini untuk „Ubaid, ia berkata telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Adam ibn Sulaiman majikan Khalid ibn Khalid, telah menceritakan kepada kami Zuhair dari Suhail ibn Abi Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda : “Iraq akan terhalang dari dirham, dan qafiz-nya.88 Syam terhalang dari Mudd89 dan dinarnya. Mesir terhalang dari Irdib90 dan dinarnya Kalian akan kembali seperti semula.” Ini disaksikan sendiri oleh Abu Hurairah.”91
Jizyah yang dibayar oleh kafir zimi di negara kekuasaan Islam, dan pajak yang dikeluarkan oleh pengelola tanah yang dibuka dinegara kekuasaan Islam adalah dua sumber pemasukan bagi baitul mal kaum muslimin. Rasulullah saw.
88
Timbangan orang Iraq. Timbangan orang Syam. Satu mudd sama dengan 18 liter. 90 Timbangan orang Mesir yang setara dengan 20 sha‟. 91 Shahih Muslim, dalam kitab al-Fitân wa Asyrât as-Sâ‟at, bab, lâ taqum as-sâ‟at hattâ yuhsir afirât „an al-jabal min dzahabin, no. hadis 5156. 89
86
memberitahukan bahwa hal itu akan terhenti, dan karenanya kaum muslimin akan kehilangan sumber pemasukan yang sangat penting.92 Sedangkan tanda kiamat yang sedang terjadi di antaranya adalah : 1. Banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya dan banyak orang yang berlomba-lomba membangun gedung dan bermewah-mewah
“Dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya ia berkata : “……..Malak Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : “Kapan terjadinya kiamat itu ?” Nabi Muhammad SAW menjawab : “Yang ditanya tentang kiamat itu tidak lebih tahu dari yang bertanya, tetapi aku akan memberi tahu kepadamu tentang tanda-tandanya : Apabila budak wanita melahirkan tuannya, dan apabila pengembala kambing berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan……93
2. Penaklukan dan Peperangan
92 93
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit.,, hlm. 143. Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., jilid, I, hlm. 142.
87
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah menghabarkan kepada kami Syu‟aib, telah menceritakan kepada Abu Al-Zinad dari Al-A‟raj dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya dari Nabi Muhammad SAW ia bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai kalian memerangi kaum yang memakai sandal yang terbuat dari bulu, dan memerangi bangsa Turki.”94 Kenyataan yang terjadi sesuai dengan isi hadis Rasulullah SAW kaum muslim berperang dengan bangsa Turki lebih dari sekali. Begitu juga zaman sekarang, peperangan antar negara, suku, etnis perebutan kekuasaan, sekarang sedang terjadi. Dan memang benar hadis Rasulullah SAW sesuai dengan realitas sekarang ini.. 3. Munculnya Dajal-dajal yang Mengaku Nabi Maksudnya adalah bahwa dari umat Nabi Muhammad SAW akan muncul dajal-dajal yang mengaku sebagai Nabi. Rasulullah mengkhabarkan bahwa jumlah mereka kira-kira tiga puluh, atau dua puluh tujuh menurut sebagian hadis. Maksud orang yang mengaku Nabi adalah orang yang menimbulkan fitnah dan diikuti oleh orang (massa) yang tertipu oleh kebatilan Nabi-nabi palsu itu. Rasulullah saw. bersabda : 94
Shahih Al-Bukhari, kitab al-Manâkib, bab, tanda-tanda kenabian menurut Islam, No. hadis. 3322.
88
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah mengkabarkan kepada kami Syu‟aib, telah menceritakan kepada kami Abu Al-Zinad dari Abdu Rahman dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai diutus dajal-dajal pendusta yang jumlahnya hampir tiga puluh, dan masing-masing mengaku bahwa dirinya adalah utusan Allah.”95
4. Banyak fitnah-fitnah Banyak peristiwa – peristiwa yang menggoyahkan akidah muslim. Banyak umat Islam yang masih beriman di pagi hari, tetapi sore harinya menjadi kafir/murtad. Karena mereka menjual agamanya dengan harga sebagian kecil dari dunia. Mereka tergiur oleh kehidupan dunia yang kesenangannya hanyalah sementara. Selain
itu,
banyak
pembunuhan-pembunuhan
yang
merajalela.
Pembunuhan terjadi karena akibat balas dendam, masalah sepele. Semua ini terjadi karena kurangnya ilmu, meninggalkan Islam, mengakibatkan tampaknya kebodohan.
95
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., hlm. 97.
89
“Telah menceritakan kepada kami Al-Maki ibn Ibrahim, ia berkata telah menceritakan kepada kami Handlalah ibn Abi Supyan dari Salim ia berkata aku telah mendengar Abu Hurairah dari Nabi SAW berkata : Ilmu dicabut, dan tampaknya kebodohan dan pitnah-pitnah dan banyak terjadi haraj, ya Rasulullah Apa itu haraj, Rasul menjawab : haraj adalah pembunuhan.”96
“Telah menceritakan kami Musaddad ia berkata, telah menceritakan kepada Yahya dari Syu‟bah dari Qatadah dari Anas ibn Malik ia berkata : Aku akan menceritakan kepada kamu tentang sesuatu hadis. Aku tidak menceritakan sebelumnya kepada seseorang sebelumku. Aku mendengar Rasulullah SAW 96
Shahih Al-Bukhari, kitab al-„Ilmu, bab, min ajab al-fitya bi isyarat al-yadi wa al-ra‟s, no. hadis : 83.
90
bersabda : Di antara tanda-tanda kiamat adalah kurangnya ilmu, tampaknya kebodohan, tampaknya perzinahan, banyaknya wanita daripada laki-laki, sehingga lima puluh orang perempuan dipimpin oleh seorang laki-laki.”
5. Ucapan salam hanya kepada yang dikenal, meluasnya perdagangan, dan putusnya silaturahim.
“telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Adam telah mengkhabarkan kepada kami Basyir Abu Isma‟il dari Sayyat Abi Al-Hakam dari Thariq dari Abdillah ia berkata kepadanya, wahai Abu Abdurrahman taslim laki-laki kepadanya, maka kamu mengatakan : Maha benar Allah dan Rasul-Nya. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : menjelang hari kiamat, mengucapkan salam hanya kepada yang dikenal saja, meluasnya perdagangan sehingga istrinya membantu suaminya dalam perdagangannya itu dan putusnya shilaturahim.”97
Adapun tanda-tanda kiamat yang belum terjadi adalah : 1. Kabut
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia.Inilah azab yang pedih.”98 Dalam Sabda Rasulullah SAW :
97 98
Musnad Ahmad, no. hadis : 3785. QS Ad-Dukhan [44] ayat 10-11.
91
“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah Zuhair ibn Harb dan Ishaq ibn Ibrahim dan Ibn Abi Umar Almaki dan lapaz ini menurut Zuhair, Ishaq berkata dan dia menghabarkan kepada kami dan dua yang lainnya berkata, telah menceritakan kepada kami Supyan ibn Uyainah dari Purrat Alqazzaz dari Abu Thufail dari Hudzaifah ibn Asid Alghifari ia berkata : Nabi Muhammad SAW tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami sedang membincangkan kiamat, beliau bersabda : “Apa yang kalian perbincangkan ?” Kami menjawab, “Kami sedang memperbincangkan tentang kiamat.” Beliau bersabda : Sesungguhnya kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda-tandanya : Asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Ya‟juz dan Ma‟juz, tiga kali tanah tenggelam : Tanah tenggelam di timur, tanah tenggelam di barat dan tanah tenggelam di jazirah Arab. Dan akhir dari semua itu adalah api yang muncul dari arah timur, menggiring manusia menuju tempat penghimpunan mereka.99
2. Fitnah Dajjal
99
HR. Imam Muslim.
92
Fitnah dajjal berada di akhir zaman, dan merupakan salah satu tanda kiamat yang besar. Dalam kamus Al-Munawwir Dajjal berarti Al-Kadz-dzab yang artinya adalah pendusta, pembohong.100 Menurut Ibn Katsir; dalam
Tafsir al-Qur‟ân
al-„Adzim, berpendapat
bahwa dalam hadis-hadis Rasulullah saw. banyak mengisyaratkan berita-berita tentang bakal munculnya para pendusta dan dajjal yang besar dan kecil.101 Rasulullah saw. bersabda :
… “Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Yahya dan Abu Bakar ibn Abi Syaibah, berkata Yahya, telah mengkhabarkan kepada kami. Dan Abu Bakar berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al-Ahwash, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al-Jahdari, telah menceritakan kepada kami Abu „Awanah, keduanya dari Samak dari Jabir ibn Samrah ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya menjelang hari kiamat muncul para pendusta.”102
100
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, Pustaka Progressip, Surabaya, 2002, cet.kedua puluh lima, hlm. 389. 101 Ibnu Katsir, op. cit., hlm. 77. 102 HR. Muslim, Kitab Fitnah-fitnah dan Tanda-tanda kiamat, bab, tidak akan terjadi kiamat sampai seseorang melewati kuburan saudaranya kemudian ia berangan-angan, no. hadis : 5204.
93
. “Telah menceritakan kepada kami Mahmud ibn Ghailan, telah menceritakan kepada kami Abdul Razak, telah mengkhabarkan kepada kami Ma‟mar dari Hammam ibn Munabbih dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai dibangkitkannya para dajjal, yakni para pendusta, yang jumlahnya hampir tiga puluh orang. Masing-masing mengaku dirinya sebagai utusan Allah…..”103
3. Turunnya Isa Al-Masih
103
Sunan Tirmidzi, kitab Fitnah-fitnah yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, bab, tidak akan terjadi kiamat sampai keluar para pendusta, no. hadis : 2144.
94
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah mengkhabarkan kepada kami Ya‟kub ibn Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ayahku, dari Shalih dari Ibnu Shihab, bahwasanya Sa‟id ibn Musayyab mendengar Abu Hurairah RA. Berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW : Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, pasti dalam waktu yang dekat akan turun putra Maryam (Isa ibn Mayam) yang akan menjadi seorang hakim yang adil, menghancurkan salib dan membunuh babi…”104
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”105 4. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj
104 105
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., jilid, 6, hlm. 552. QS. An-Nisa [4] ayat 158-159.
95
Ya‟juz dan Ma‟juz adalah dua bangsa yang banyak jumlahnya. Mereka adalah keturunan Adam as. Mereka berasal dari keturunan Yafits bin Nuh, dan mereka tidak hidup di alam ghaib(metafisika) seperti halnya malaikat dan jin.106 Allah swt. telah berfirman bahwa dinding yang dibangun oleh Zulqarnain mencegah Ya‟juj dan Ma‟juj untuk keluar. Allah swt. berfirman :
“Mereka berkata:"Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka. Dzulqarnain berkata:"Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain:"Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti ) api, diapun berkata:"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atas besi panas itu. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.”107 106
Abdurrahman As-Sa‟di, Sudah Munculkah Dajjal Ya‟juz dan Ma‟juj, Wacana Ilmiah Press, Solo, 2006, hlm. 68. 107 QS. Al-Kahfi [18] ayat 94-97.
96
“Dzulqarnain berkata:"Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.”108
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar(hari berbangkit),maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata):"Aduhai,celakalah kami,sesungguhnya kami
108
Ibid, ayat 98-99.
97
adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.”109 Rasulullah SAW mengabarkan bahwa pada zaman beliau, tembok Ya‟juj dan Ma‟juj telah terbuka sebesar lingkaran ibu jari dan telunjuk. Rasulullah SAW bersabda :
“Bahwasanya Rasulullah SAW datang kepada Zaenab dalam keadaan kaget dan bersabda : Laa ilaha Illallah, celakalah orang Arab karena kejahatan yang sudah dekat! Tembok Ya‟juj dan Ma‟juj sudah terbuka sebesar ini, dan beliau membuat lingkaran dengan jarinya, ibu jari dan telunjuknya. Zainab
109
QS. Al-Anbiya [21] ayat : 96-97.
98
bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa, padahal ada orang – orang shaleh di antara kita ? beliau menjawab : Ya, jika kekejian telah merajalela.”110
5. Hapusnya Islam, Hilangnya Al-Qur’ân , dan Musnahnya orang-orang shaleh Setelah Islam tersebar sedemikian rupa meliputi timur dan barat, Islam kembai redup, kejahatan berkembang, agam agung ini dan al-Qur‟ân hilang, ilmu lenyap, dan Allah mencabut nyawa orang-orang yang dalam jiwanya masih ada iman. Dengan demikian, tidak tersisa di bumi kecuali makhluk-makhluk yang paling jahat, dan atas merekalah kiamat terjadi.111 Rasulullah saw. bersabda :
“Telah menceritakan kepada kami Zuhair ibn Harb, telah menceritakan kepada kami „Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah mengkhabarkan kepada kami Tsabit dari Anas bahwasanya Rasulullah SAW
110
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., 2005, hlm. 235-236.
111
Ibid, hlm. 239
99
bersabda : Kiamat tak akan terjadi sehingga di bumi tidak disebut nama AllahAllah.”112 Ibnu Majah dan Al-Hakim menyampaikan dari Hudzaifah ibn Al-Yaman bahwa Rasulullah saw bersabda : Islam dihapuskan seperti hilangnya warna baju, sampai tidak diketahui apa itu puasa, apa itu shalat, haji, dan sedekah. Kitabullah dimusnahkan dalam satu malam sampai tidak tersisa satu ayat pun, dan yang tersisa adalah kakek-kakek dan nenek-nenek yang mengatakan, „Kami melihat orang tua kami mengatakan Lâ ilâha illâ llâh, maka kami pun mengatakannya.113
6. Manusia kembali kepada kejahiliyahan dan penyembahan berhala Kalau Islam dihapuskan, al-Qur‟ân dihilangkan, dan angin yang sejuk mencabut nyawa semua orang yang dihatinya ada iman sekecil apapun, maka kemanusiaan akan kembali kepada kejahiliyyahan, bahkan lebih dahsyat dari padanya, syetan dipatuhi dan berhala diibadahi.114
112 113
114
Shahih Muslim, kitab al-Îman, bab, Îman akan hilang di akhir zaman, no. hadis : 211. Umar Sulaiman Al-Asyqar, loc. cit. Ibid, hlm. 241.
100
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu‟aib dari Al-Zuhri ia berkata : Telah berkata Sa‟id ibn Musayyab, telah mengkhabarkan kepadaku Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai tangan dan kaki perempuan suku Daus menari di hadapan Dzulkhilshah, yaitu berhala yang disembah di zaman jahiliyyah.”115
7. Penghancuan Ka’bah oleh Dzussuwaiqatain Dalam shahih al-Bukhâri dan dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Seakan-akan saya melihat ka‟bah sedang diruntuhkan batu demi batu.”116 Dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda :
“Telah menceritakan kepada kami Ali ibn Abdillah, telah menceritakan kepada kami Supyan, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibn Sa‟ad dari AlZuhri dari Sa‟id ibn Al-Musayyab dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi
115 116
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., jilid 13, hlm. 89. Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., hlm. 242.
101
kepadanya dari Nabi SAW ia bersabda : Dzussuwaiqatain akan meruntuhkan ka‟bah dari Habasyah.”117 Pada suatu saat nanti Ka‟bah akan dirobohkan oleh seorang manusia terkutuk bernama Dzussuwaiqatain. Ketika itu Nabi Isa AS mengirim pasukannya untuk memerangi balatentara Dzussuwaiqatain. Mereka berkekuatan antara 700 sampai 800 orang. Namun ketika mereka berjalan, Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang beriman. Dan sisanya tinggal manusia-manusia jahat. Mereka bersetubuh bebas seperti binatang.118
8. Matahari terbit dari Barat Rasulullah SAW bersabda :
117
Shahih Al-Bukhari, kitab, Haji, bab, Allah ta‟ala menjadikan ka‟bah sebagai Baitul Haram sebagai arah kiblat dalam shalat, no. hadis, 1488. 118 Ibnu Katsir, op. cit., hlm. 146.
102
“………Rasulullah SAW bersabda : Kiamat tak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Apabila manusia telah melihatnya (terbit dari barat), maka berimanlah seluruh penduduk bumi. Tetapi pada saat itu tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya, yang sebelumnya tidak beriman.”119 Di antara tanda-tanda yang jelas menunjukan terjadinya kiamat adalah terbitnya matahari dari tempat terbenamnya. Karena pada waktu itu manusia melihat dengan jelas, mereka menjadi beriman dan percaya kepada Allah, tapi sayang, keimanan mereka tidak diterima oleh Allah swt., karena sebelumnya mereka tidak beriman dan tidak mematuhi syari‟at Islam. Dalam kisah Fir‟aun juga disebutkan. Ketika Fir‟aun mengejar Nabi Musa as., dia sangat sombong dan berani mengakui bahwa dirinya adalah sebagai Tuhan. Ketika melewati lautan, oleh Allah ditenggelamkan, kemudian dia mengakui dan beriman kepada Tuhannya Nabi Musa AS, tapi sayang, keimanan d dan taubatnya ditolak oleh Allah swt. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟ân :
119
Shahih Al-Bukhari, kitab, Tafsir al-Qur‟ân , bab, Tidak bermanfaat bagi dirinya, no. hadis, 4269.
103
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfa'at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah:"Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu(pula)"120
9. keluarnya binatang melata Allah Ta‟ala berfirman :
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”121
120 121
QS. Al-An‟am [6] ayat : 158. QS. Al-Naml [27] ayat : 82.
104
Rasulullah SAW bersabda :
“……..Dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Ada tiga perkara yang apabila turun ketiganya itu setiap jiwa tidak akan berguna lagi keimanannya karena sebelumnya tidak beriman. ( yaitu ), matahari terbit dari barat, turunnya dajjal sang pendusta dan binatang melata yang keluar dari bumi.” 122
122
Shahih Al-Bukhari, kitab, al-Îman, bab, penjelasan waktu, apabila iman tidak berguna lagi, no. hadis : 227.
105
“…………Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya perkara kiamat yang pertama muncul ialah terbitnya matahari dari Barat dan keluarnya binatang melata mendatangi manusia pada waktu dhuha. Manapun yang keduanya yang lebih dulu terjadi, maka yang lainnya tidak lama lagi akan terjadi pula.”123
Binatang melata tersebut, menurut sebagian ulama bisa berbicara kepada manusia. Tapi kalau melihat firman Allah ta‟ala yang tercantum dalam surat alNaml ayat 82, dengan jelas disebutkan, bahwa binatang melata tersebut akan berbicara kepada manusia. Menurut Ibnu Katsir, bahwa dengan adanya binatang melata yang keluar dari bumi, ini sangat menakjubkan dan sangat luar biasa. Binatang melata itu pandai berbicara dengan manusia dan menandai siapa yang mukmin dan siapa yang kafir. Ini memang luar biasa. Wallahu „alam bish-shawwab. 10. Api yang menghimpun manusia
Ini adalah tanda terakhir sebelum kiamat terjadi. Dalam hadis Rasulullah SAW., disebutkan, api yang menghimpun manusia, adalah urutan terakhir dalam tanda-tanda kiamat.
123
Shahih Muslim, kitab, Fitnah-fitnah dan Tanda-tanda kiamat akan terjadi, bab, Turunnya Dajjal dan turunnya Nabi Isa as. No. hadis :5234
106
“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah Zuhair ibn Harb dan Ishaq ibn Ibrahim dan Ibn Abi Umar Almaki dan lapaz ini menurut Zuhair, Ishaq berkata dan dia menghabarkan kepada kami dan dua yang lainnya berkata, telah menceritakan kepada kami Supyan ibn Uyainah dari Purrat Alqazzaz dari Abu Thufail dari Hudzaifah ibn Asid Alghifari ia berkata : Nabi Muhammad SAW tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami sedang membincangkan kiamat, beliau bersabda : “Apa yang kalian perbincangkan ?” Kami menjawab, “Kami sedang memperbincangkan tentang kiamat.” Beliau bersabda : Sesungguhnya kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda-tandanya : Asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Ya‟juz dan Ma‟juz, tiga kali tanah tenggelam : Tanah tenggelam di timur, tanah tenggelam di barat dan tanah tenggelam di jazirah Arab. Dan akhir
107
dari semua itu adalah api yang muncul dari arah timur, menggiring manusia menuju tempat penghimpunan mereka.124 Dalam shahih Al-Bukhari, dari Anas semoga Allah meridoi kepadanya disebutkan bahwa Abdullah ibn Salam mengetahui kedatangan Rasulullah SAW ke Madinah (Hijrah). Ia pun menermui Nabi untuk menanyakan beberapa hal. Dia berkata : Saya akan menanyakan tiga masalah : Apa tanda kiamat pertama? Rasulullah SAW menjawab : Tanda pertamanya adalah api yang menghimpunkan manusia dari timur ke Barat.125
Kedua, karena perilaku alam. Penulis mengutip dari internet tentang pemanasan global. Pemanasan global
adalah salah satu perilaku alam yang
megakibatkan bumi menjadi panas dan mengakibatkan kehancuran.
Temperatur rata-rata global 1856 sampai 2005
124 125
HR. Imam Muslim. Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., hlm. 244.
108
Anomali temperatur permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada temperatur rata-rata dari 1940 sampai 1980 Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Planet Bumi telah menghangat (dan juga mendingin) berkali-kali selama 4,65 milyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi.126 Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15°C (59°F). Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit). Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100. Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm (4 - 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan musnah. Potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini sangat besar sehingga ilmuan-ilmuan ternama dunia menyerukan perlunya kerjasama internasional serta reaksi yang cepat untuk mengatasi masalah ini.127 126 127
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. Ibid.
109
Efek rumah kaca Artikel utama: Efek rumah kaca Energi yang menerangi Bumi datang dari Matahari. Sebagian besar energi yang membanjiri planet kita ini adalah radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas dan menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan memantulkan kembali sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar; walaupun sebagian tetap terperangkap di atmosfer Bumi. Gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbondioksida, dan metana, menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.128 Semua kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer, akibatnya adalah pemanasan Bumi yang terus berlanjut.129
Mengukur pemanasan global
128 129
Ibid. Ibid.
110
Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.130 Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.131 Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100.132 IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus 130
Ibid. Ibid. 132 Ibid. 131
111
menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbondioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.133
Dampak pemanasan global Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.134
Cuaca Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.135 Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah 133
Ibid. Ibid. 135 Ibid. 134
112
hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.136
Tinggi muka laut Artikel utama: Kenaikan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.137 Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.138
136
Ibid. Ibid. 138 Ibid. 137
113
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.139
Pertanian Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.140
Hewan dan tumbuhan Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesiesspesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.141
Kesehatan manusia Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana 139
Ibid. Ibid. 141 Ibid. 140
114
mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakitpenyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.142
BAB III PEMAHAMAN M. QURAISY SHIHAB TENTANG AYAT-AYAT KIAMAT
A. Biografi M. Quraisy Shihab Merupakan sesuatu yang sangat penting, dalam mengkaji atau meneliti buku-buku karya orang besar atau „ulama sebelum kepada kajian materi itu, di paparkan dulu biografi pengarangnya. Ini penting sekali, untuk mengetahui isi buku dan memberikan gambaran secara umum kualitas buku tersebut. Biografi yang akan penulis paparkan adalah biografi mufassir Indonesia yang sangat terkenal, yaitu Prof. Dr. H. M. Quraisy Shihab, MA. Yang mengarang. Sebuah karya yang paling monumental yaitu Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟ân, yang sedang penulis sedang bahas ini.
1. Kelahirannya
142
Ibid.
115
Muhammad Quraisy Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab (1905-1986), ia berasal dari keturunan Arab yang terpelajar. Sebagaimana ayahnya, M. Quraish Shihab mewarisi kecintaannya terhadap tafsir al-Qur‟ân. Menurut pengakuannya, Abdurrahman Shihab (ayahnya) adalah guru besar dalam bidang tafsir.143 Menurut M. Quraish Shihab minat ayahnya terhadap ilmu sangat besar. Walaupun sibuk berwiraswasta, beliau selalu berusaha menyisihkan waktunya untuk berdakwah dan mengajar, baik di masjid maupun perguruan tinggi. Bahkan sebagian hartanya itu benar-benar dipergunakan untuk kepentingan ilmu, baik dengan cara menyumbangkan buku-buku bacaan maupun membiayai lembagalembaga pendidikan. Dari kecintaan sang ayah terhadap ilmu inilah yang memotivasi M. Quraish Shihab dalam studinya. 144 Ia sangat termotivasi belajar studi al-Qur‟ân karena pengaruh ayahnya, karena sejak usia enam sampai tujuh tahun M. Quraish Shihab sudah harus ikut mendengar ayahya mengaji. Selain menyuruh mengaji, ayahnya juga menjelaskan secara sepintas kisah-kisah yang tertera dalam al-Qur‟ân dan memberikan petuahpetuah keagamaan.145
2. Pendidikannya Muhammad Quraisy Shihab menyelesaikan pendidikan Dasarnya di Ujung Pandang, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil “Nyantri” di Pondok Pesantren Darul-Hadis Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958, ia berangkat ke 143
Mamat Ruhimat, op. cit., hlm. 48. Ibid. 145 Ibid. 144
116
Kaira, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Pada 1967, ia meraih gelas Lc (S-1) pada fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan Hadis Universitas AlAzhar. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang tafsir Al-Qur‟ân dengan tesis berjudul Al-I‟jaz Al-Tasyri‟iy li Al-Qur‟ân Al-Karim. Sekembalinya ke Ujung Pandang, M. Quraisy Shihab dipercayakan untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alaudin. Selain itu, ia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam kampus seperti kordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini, ia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain, penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978). Pada tahun 1980, Quraisy Shihab kembali ke Kaira dan melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa‟iy, Tahqîq wa Dirâsah, ia berhasil meraih gelar doctor dalam ilmu-ilmu al-Qur‟ân dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan I (mumtâz ma‟a martab alsyaraf al-„ula). Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, M. Quraisy Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, ia juga dipercayakan untuk menduduki
117
berbagai jabatan. Antara lain : Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashih al-Qur‟ân Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua Lembaga Pengembangan. Ia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi professional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari‟ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Imdonesia (ICMI). Di sela-sela kesibukannya itu, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri. Yang tidak kalah pentingnya, M. Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis-menulis. Di surat kabar Pelita, pada setiap hari Rabu ia menulis dalam rubric “Pelita Hati”. Ia juga mengasuh rubric “Tafsir Al-Amanah” dalam majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur‟an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan jurnaljurnal ilmiah, hingga kini sudah banyak karya-karya beliau yang sudah diterbitkan.
3. Karya-karyanya Adapun karya-karya M. Quraisy Shihab adalah : 1. Tafsir Al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1984); 2. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);
118
3. Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah) (Jakarta: Untagma, 1988); 4. Membumikan Al-Qur‟ân (Bandung: Mizan, 1992); 5. Wawasan Al-Qur‟ân ; Tafsir Maudhu‟I atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996); 6. Tafsir Al-Qur‟ân Al-Karim; Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997); 7. Yang Tersembunyi; Jin, Iblis, Setan dan Malaikat (Jakarta: Lentera Hati, 1999); 8. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟ân
(Jakarta:
Lentera Hati, 2000)
4. Metodologi Penafsiran M. Quraisy Shihab Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsîr Al-Misbâh tidak semuanya berdasarkan ijtihad beliau, tetapi banyak mengutip dari hasil karya-karya ulama terdahulu
dan
kontemporer,
serta
pandangan-pandangannya,
khususnya
pandangan pakar tafsir Ibrâhîm Ibn „Umar al-Biqâ„i (w. 885 H.-1480 M.), Sayyid Muhammad Thanthâwi, Syekh Mutawalli asy-Sya‟râwi, Sayyid Quthub, Muhammad Thâhir Ibn „Âsyũr, Sayyid Muhammad Husein Thabâthabâ‟i. serta beberapa pakar tafsir yang lain.146
146
M. Quraish Shihab, op. cit., jili I, hlm. xiii.
119
Penulis akan menguraikan metodologi penafsiran M. Quraisy Shihab dalam dua kategori; yakni, “Metodologi penafasiran secara umum yakni dalam Tafsir al-Misbâh dan yang kedua adalah secara khusus, yakni yang berkaitan dengan ayat-ayat kiamat dalam tafsir al-Misbâh.” a. Dalam Tafsir al-Misbâh M. Quraisy Shihab mengemukakan, Bahwa al-Qua‟ân memiliki tiga aspek 1) Aqidah, 2) Syari‟ah dan 3) Akhlak. Pencapaian ketiga tujuan pokok ini diusahakan oleh al-Qur‟ân melalui empat cara : a. Perintah memperhatikan alam raya, b. Perintah mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia, c. Kisah-kisah, dan d. Janji serta ancaman duniawi atau ukhrawi. Sebagai pengarang buku Membumikan al-Qur‟ân, ia menambahkan bahwa, “Dicelah-celah uraian tentang tujuan dan cara al-Qur‟ân itu, ditemukan pula kemukjizatan/keistimewaan al-Qur‟ân, paling tidak dalam tiga aspek : a. Ketelitian dan keindahan redaksinya, b. Isyarat-isyarat ilmiahnya, dan c. Pemberitaan hal gaib masa lalu dan datang yang diungkapnya. Pada tahun 1997, penerbit Pustaka Hidayah menerbitkan karya buku M. Quraisy Shihab “Tafsir al-Qur‟ân al-Karîm”. Ada 24 surah yang dihidangkan dalam buku itu. M. Quraisy Shihab dalam uraiannya banyak merujuk kepada alQur‟ân dan as-Sunnah dengan menggunakan metode taĥlîlî, yakni menafsirkan ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam setiap surah. Penekanan dalam
120
uraian-uraian tafsir itu adalah pada pengertian kosa kata dan ungkapan-ungkapan al-Qur‟ân dengan merujuk kepada pandangan pakar bahasa, kemudian memperhatikan bagaimana kosa kata atau ungkapan itu digunakan oleh alQur‟ân. Dalam buku itu, ia berupaya mendasarkannya pada urutan masa turun surah-surah tersebut. Dimulai dengan al-Fâtiĥah sebagai induk al-Qur‟ân, disusul dengan surah yang memuat wahyu pertama Iqra‟, selanjutnya al-Muddatstsir, alMuzzammil, dan seterusnya hingga surah al-Thâriq. Menghidangkan
tafsir
al-Qur‟ân
berdasar
urutan-urutan
turunnya
diharapkan dapat mengantarkan pembaca mengetahui rentetan petunjuk Ilahi yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya. Di sisi lain, menguraikan tafsir al-Qur‟ân berdasarkan urutan surah-surah dalam mushaf sering kali menimbulkan banyak pengulangan, jika kandungan kosa kata atau pesan ayat atau surahnya sama atau mirip dengan surah atau ayat yang telah ditafsirkan. Ini mengakibatkan diperlukannya waktu yang cukup banyak untuk memahami dan mempelajari kitab suci. Karena itu, dalam tafsir tersebut, M. Quraisy Shihab memaparkan makna kosa kata sebanyak mungkin dan kaidahkaidah tafsir yang menjelaskan makna ayat yang sekaligus dapat digunakan untuk memahami ayat-ayat lainnya yang tidak ditafsirkan. Dalam konteks memperkenalkan al-Qur‟ân, dalam tafsir al-Misbâh ini, M. Quraisy Shihab menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang dinamai tujuan surah, atau tema pokok surah. Memang menurut para pakar, setiap surah ada tema pokoknya. Pada tema itulah berkisar uraian ayat-ayatnya. Jika seseorang
121
mampu memperkenalkan tema-tema pokok itu, maka secara umum dapat memperkenalkan pesan utama setiap surah, dan dengan memperkenalkan ke 114 surah, kitab suci ini akan lebih dikenal lebih dekat dan mudah.
Dari beberapa uraian M. Quraisy Shihab di atas, maka dapat di simpulkan bahwa beliau dalam menafsirkan al-Qur‟ân dalam tafsir al-Misbâh adalah sebagai berikut :
2. Metode/pendekatan taĥlili; Hal ini bisa dilihat ketika M. Quraisy Shihab menafsirkan Ar-Raĥmân ArRaĥîm dalam surah al-Fâtiĥah ayat 3 sebagai berikut : Apabila seorang mengucapkan kata “Allah” maka akan terlintas atau seyogianya terlintas dalam benaknya segala sifat Kesempurnaan. Dia Maha Kuat, Maha Bijaksana, Maha Kaya, Maha Berkreasi, Maha Pengampun, Maha Indah, Maha suci, dan lain sebagainya. Seseorang yang mempercayai Tuhan, pasti meyakini bahwa Tuhannya Maha Sempurna dalam segala hal, serta Maha Suci dari segala sifat kekurangan. Sifat-sifat Tuhan yang diperkenalkan cukup banyak. Dalam salah satu hadis dikatakan bahwa sifat atau nama-nama Tuhan berjumlah sembilan puluh sembilan nama/sifat. Demikian banyak sifat/nama Tuhan, namun yang terpilih dalam Basmallah hanya dua sifat, yaitu Ar-Raĥmân dan Ar-Raĥîm yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya kedua sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling dominant. Dalam hal ini Allah dalam Al-Qur‟ân menegaskan: “Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu” (QS. Al-A‟râf [7]: 156) Kedua kata tersebut Ar-Raĥmân dan Ar-Raĥîm berakar dari kata raĥîm yang juga telah masuk dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia, dalam arti “peranakan”. Apabila disebut kata raĥîm, maka yang dapat terlintas di dalam benak adalah “ibu dan anak” dan ketika itu dapat terbayang betapa besar kasih saying yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahwa sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat ibu, betapapun besarnya kasih saying ibu. Karena telah menjadi keyakinan kita bahwa Allah SWT. Adalah wujud yang tidak memiliki persamaan, dalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya, dengan apapun, baik yang nyata atau dalam khayalan, dan dengan demikian hakikat dan kapasitas rahmat-Nya, tidak dapat dipersamakan dengan hakikat dan kapasitas rahmat siapa pun. Rasulullah SAW., “mendekatkan” gambaran besarnya
122
rahmat Tuhan dengan sabdanya “Allah SWT menjadikan rahmat seratus bagian. Dia menyimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya ke bumi ini satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu meratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan sampai menginjak anaknya” (HR. Muslim). Curahan rahmat Tuhan secara actual dilukiskan dengan kata Raĥmân, sedang sifat yang dimiliki-Nya seperti yang tergambar dalam hadis di atas, dilukiskan dengan kata Raĥîm. Gabungan kedua itu menyiratkan bahwa Allah mencurahkan rahmat kepada makhluk-Nya karena memang Dia merupakan Dzat yang memilki sifat itu. Sesekali boleh jadi seorang yang berwatak pemurah, enggan mengulurkan tangan bantuan kepada orang lain. Namun, keengganan ketika itu, tidak mengubah wataknya karena lahir dari satu dan lain sebab. Dengan kata Ar-Raĥmân digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmatNya, sedangkan dengan kata Ar-Raĥîm dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada diri-Nya. Ada juga ulama yang memahami kata Ar-Raĥmân sebagai sifat Allah SWT. Yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, sedangkan Ar-Raĥîm adalah rahmat-Nya yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang sementara ini meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir. Sedangkan rahmat yang kekal adalah rahmat-Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhlukmakhluk yang mengabdi kepada-Nya.147
3. Dengan memaparkan kosa kata sebanyak mungkin; Hal ini bisa dilihat ketika M. Quraisy Shihab menafsirkan kata
dalam surah al-Fâtiĥah ayat 7 sebagai berikut : Kata (
) adh-dhâllîn berasal dari kata
dhalla. Tidak kurang
dari 190 kali kata dhalla dalam berbagai bentuknya terulang dalam al-Qur‟ân. Kata ini pada mulanya berarti kehilangan jalan, bingung, tidak mengetahui arah. Mskna-makna ini berkembang sehingga kata tersebut juga dipahami dalam arti binasa, terkubur, dan dalam arti immaterial ia berarti sesat dari jalan kebajikan, atau lawan dari petunjuk. Dari penggunaan al-Qur‟ân yang beraneka ragam, dapat disimpulkan bahwa kata ini dalam berbagai bentuknya mengadung makna tindakan atau ucapan yang tidak menyentuh kebenaran.
147
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbâĥ; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟ân, Lentera Hati : Jakarta, 2007, jilid, 1, hlm. 21-22.
123
Anda dapat memahami kata adh-dhâllîn dalam ayat ini adalah orangorang Nasrani, sebagaimana informasi sebuah riwayat yagng dinisbahkan kepada Nabi saw. Tetapi tanpa menolak informasi itu, di sini dapat diulangi penjelasan yang dikemukakan di atas tentang arti al-magdhũb „alaihim yakni bahwa penafsiran ini adalah contoh yang diangkat Nabi dari masyarakat beliau ketika itu. Kata adh-dhâllîn ditemukan dalam al-Qur‟ân sebanyak delapan kali dan kata adh-dhâllũn sebanyak lima kali. Paling sedikit ada tiga ayat dari ayat-ayat yang menggunakan kata adh-dhâllîn dan adh-dhâllũn yang dapat membantu memahami apa yang dimaksud oleh al-Qur‟ân dengan kata tersebut.148
4. Metode munasabah/Keserasian hubungan bagian-bagian AlQur’ân dalam beberapa keserasian, paling tidak dalam enam hal :
1. Keserasian kata demi kata dalam satu surah; M. Quraisy Shihab menerangkan bahwa dalam studi al-Qur‟ân ada yang dinamai „ilmu al-munâsabah, yang intinya menjawab pertanyaan “Mengapa ayat atau surah itu ditempatkan setelah ayat atau surah ini? Ayat-ayat al-Qur‟ân merupakan serat yang membentuk tenunan hidup seorang muslim. Karena itu, sering kali pada saat al-Qur‟ân berbicara tentang aspek dan dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan. Bagi yang
tekun
mempelajarinya
akan
menemukan
keserasian
yang
amat
mengagumkan, serupa dengan keserasian hubungan yang memadukan bisikanbisikan hati manusia yang saling berbeda, sehingga pada akhirnya dimensi dan
148
Ibid, hlm. 77.
124
aspek yang tadinya terkesan kacau menjadi terangkai dan terpadu indah, bagai kalung mutiara yang tidak diketahui di mana ujung di mana pangkalnya, atau seperti vas bunga yang dihiasi oleh aneka kembang berbeda-beda dan berwarnawarni, tetapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang sangat indah. Kata-kata yang terdapat dalam tiap ayat, akan ditemukan keserasian yang sangat menakjubkan. Hal
ini adalah pembuktian bahwa al-Qur‟ân itu
mukjizat, dari segi kata-kata, ayat-ayat sampai surah mengandung keserasian yang sangat mempesona.
2. Keserasian kandungan ayat dengan fâshilat yakni penutup surat; Hal ini bisa dilihat dalam surat al-Mâ‟ûn sebagai berikut :
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik anak yatim. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” M. Quraisy Shihab menyimpulkan dari surah ini bahwa kewajiban dan tuntunan agama yang ditetapkan Allah, sedikit pun tidak bertujuan kecuali untuk kemaslahatan seluruh makhluk, khsusnya umat manusia. Allah menghendaki di
125
balik kewajiban dan tuntunan itu, keharmonisan hubungan antar seluruh makhlukNya demi kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.149 Awal surah ini menjelaskan kecelakaan orang-orang yang mendustakan agama dan mengingkari hari kemudian, sedang akhirnya menguraikan tandanya yaitu pamrih dalam shalat dan enggan memberi bantuan. Demikian bertemu awal dan akhir surah ini. Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya. Wa Allâh A‟lam150.
3. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya; Hal ini bisa dilihat dalam surat al-Fâtiĥah ayat 2-3 :
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Mengapa pada ayat kedua surah al-Fâtiĥah, ketika Allah dipuji, disifati dengan Rabb al-„âlamîn (Pemelihara seluruh alam)? Ini untuk menjelaskan bahwa pujian tersebut wajar bagi-Nya, karena Dia adalah Pemelihara seluruh alam. Mengapa ayat kedua itu disusul oleh ar-raĥmân ar-raĥîm (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)? Karena boleh jadi ada yang menduga bahwa pemeliharaan-Nya, bukan lahir dari kasih sayang yang melekat pada diri-Nya, tetapi karena kepentingan. Bukankah ada yang memelihara atau mendidik dengan tujuan memperoleh keuntungan? Bukankah banyak perusahaan yang mendidik para pegawainya dengan tujuan agar kelak mereka menjadi sumber peningkatan mutu produk yang pada gilirannya menghasilkan keuntungan bagi perusahaan? Bukankah ada yang memelihara ayam, bukan atas dorongan kasih padanya, tetapi agar ayam –ayamnya sehat dan banyak bertelur, sehingga si pemelihara memperoleh keuntungan?151
149
Ibid, jilid 15, hlm. 554. Ibid, jilid 15, hlm. 554. 151 Ibid, hlm. xxii-xxiii. 150
126
4. Keserasian uraian awal (mukadimah) satu surah dengan penutupnya; Hal ini bisa dilihat dalam awal surah al-„Alaq dan akhir surat al-„Alaq :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.”
“sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Rabb).” M. Quraisy Shihab mengatakan diakhir penafsiran ayat ini, Demikian surah ini ditutup oleh Allah swt. Dengan perintah mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan berbagai aktivitas yang menunjang. Dan dengan demikian bertemulah ayat pertama surah ini dan ayat terakhirnya dalams atu keserasian. Ayat pertama memerintahkan membaca demi karena Allah, yang merupakan salah satu contoh upaya mendekatkan diri kepadaNya, sedangkan ayat terakhir menekankan perintah mendekatkan diri secara umum sambil melarang taat kepada siapa pun yang memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan Allah.152
5. Keserasian penutup surah dengan uraian awal (mukadimah) surah sesudahnya; Hal ini bisa dilihat dalam akhir surah al-mursalât dan awal surah annabâ ayat 1-5 :
152
Ibid, jilid 15, hlm. 418.
127
“(Dikatakan kepada orang-orang kafir):"Makanlah dan bersenangsenanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka:"Ruku'lah, niscaya mereka tidak mau ruku'. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada perkataan apakah selain al-Qur'an ini mereka akan beriman.”
Ayat-ayat di atas kembali berbicara tentang kaum musyrikin Makkah yang sebelum ini telah ditujukan kepada mereka firman-Nya pada ayat 7 “Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kamu pasti terjadi”. Uraian yang dikemukakan oleh ayat-ayat yang lalu tentang kenikmatan yang akan diperoleh orang-orang bertakwa menjadikan mereka bagaikan berkata: Itu hanya janji yang tidak bakal terbukti, sedang kami sekarang benar-benar dalam kenikmatan. Menanggapi ucapan itu, ayat di atas menyatakan kepada mereka yang tidak memandang kebahagiaan kecuali pada makanan dan bersenang-senang bahwa “Makan dan bersenang-senanglah” sekarang di dunia ini, kesenangan yang segera akan sirna dan yang kadarnya sedikit, sesungguhnya kamu adalah pendurhaka-pendurhaka yang mantap kedurhakaannya sehingga kamu kelak di hari kemudian pasti akan tersiksa. Kecelakaan besar dan langgeng pada hari itu bagi para pengingkar153. Lalu sambil berpaling dari mereka guna menunjuk murka-Nya, Allah bagaikan berfirman bahwa: Sungguh para pendurhaka itu apabila diajak beriman, mereka enggan beriman, dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ruku‟lah” yakni shalatlah atau patuhlah kepada Allah, niscaya mereka tidak mau ruku‟, karena itu kecelakaan besar dan langgeng pada hari itu bagi para pengingkar. Sungguh telah berulang-ulang al-Qur‟ân menasihati dan memperingatkan mereka, tetapi mereka tetap saja menolak, maka kepada perkataan apakah sesudahnya yakni selain al-Qur‟ân ini mereka akan beriman? Pasti tidak ada lagi, karena al-Qur‟ân adalah puncak yang tidak ada puncak lagi sesudahnya. Jika demikian memang wajar mereka mendapat siksa di hari kemudian.154
153 154
Ibid, jilid 14, hlm. 694. Ibid, hlm. 695.
128
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya ?. Tentang berita yang besar. yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui.”
Pada surah yang lalu - al-mursalât-diuraikan pengingkaran kaum musyrikin terhadap keniscayaan Kiamat, dank arena itu mereka wajar mendapat kecelakaan yang berlipat ganda. Surah itu diakhiri dengan pertanyaan bahwa kalau mereka tidak mempercayai informasi al-Qur‟ân, maka tidak ada lagi selainnya yang dapat mereka percayai. Ternyata mereka tetap bersikeras meragukan dan menolak bahkan saling membicarakan hal tersebut baik dengan tujuan mengejek, atau senda gurau atau menampakkan kemustahilannya. Karena itulah awal surah ini mengajukan pertanyaan yang tujuannya adalah menampakkan keheranan atas sikap mereka itu, serta memperingatkan dan mengancam mereka.155
6. Keserasian tema surah dengan nama surah. Hal ini bisa dilihat dalam surah al-Baqarah ayat 67-74 :
155
Ibid, op. cit, hlm. 5.
129
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata:"Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?". Musa menjawab:"Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil. Mereka menjawab:"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?". Musa menjawab:"sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Mereka berkata:"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab:"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. Mereka berkata:"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk. Musa berkata:"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya". Mereka berkata:"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman:"Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!". Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai
130
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yangmeluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
M. Quraisy Shihab mengatakan : Surah ini dinamai al-Baqarah karena tema pokoknya adalah inti ayat-ayat yang menguraikan kisah al-Baqarah, yakni kisah Banî Isrâ‟îl dengan seekor sapi. Ada seorang yang terbunuh dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Masyarakat Banî Isrâ‟îl saling mencurigai bahkan tuduh menuduh tentang pelaku pembunuhan tanpa ada bukti, sehingga mereka tidak memperoleh kepastian. Menghadapi hal tersebut mereka menoleh kepada Nabi Mûsâ as. Meminta beliau berdo‟a agar Allah menunjukan siapa pembunuhnya. Maka Allag memerintahkan menyembelih seekor sapi. Dari sini dimulai kisah alBaqarah. Akhir dari kisah itu adalah, mereka menyembelihnya –setelah dialog tentang sapi berkepanjangan- dan dengan memukulkan bagian sapi itu kepada mayat yang terbunuh, maka atas kuadrat Allah SWT. Korban hidup kembali dan menyampaikan siapa pembunuhnya.156
b. Tentang ayat-ayat kiamat dalam Tafsir Al-Misbâh M. Quraisy Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah Kiamat, beliau menggunakan metode tahlîlî dan metode maudhû‟i. Metode tahlîlî
adalah menafsirkan al-Qur‟ân secara terperinci, dengan
menguraikan kajian bahasa yang banyak.
156
Ibid, jilid I, hlm. 83-84.
131
Kemudian denga menggunakan metode maudhû‟I. metode maudhu‟I adalah menafsirkan al-Qur‟ân dengan cara menghimpun seluruh / sebahagian ayat-ayat – dari beberapa surah – yang berbicara tentang topic tersebut untuk kemudian dikaitkan satu dengan lainnya sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan al-Qur‟ân. 157
Dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kiamat, M. Quraisy Shihab, beliau menempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan masalah yang akan di bahas; 2. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut dengan masalah tersebut; 3. Menyusun urut-urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, atau perincian masalahnya, dengan memisahkan, misalnya antara periode Makkah dan Madinah; 4. Memahami korelasi/munasabah ayat-ayat dalam surah-surahnya; 5. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang menyangkut dengan masalah yang dibahas tersebut. C. Pemahaman M. Quraisy Shihab Tentang Ayat-ayat Kiamat dalam Tafsir Al-Misbah
Dalam menerangkan penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat, penulis akan membagi ke dalam tiga bagian. Pertama, membahas tentang
157
M. Quraisy Shihab, op. cit.,, hlm. 33.
132
masalah tanda-tanda Kiamat. Kedua, kedahsyatan Kiamat, dan yang ketiga adalah tanggung jawab manusia setelah hari Kiamat. 1. Pemahaman M. Quraisy Shihab yang Berhubungan dengan Tanda-tanda Kiamat Tanda-tanda Kiamat banyak sekali. Selama penulis teliti, ternyata tandatanda Kiamat banyak diterangkan dan diramalkan oleh Rasulullah saw. dalam hadis-hadisnya. Sedangkan dalam al-Qur‟ân, menggambarkan kedahsyatan dan kengerian kehancuran alam semesta ini. Di antara tanda Kiamat yang sampai sekarang – menurut penyusun masih banyak perbedaan pemahaman – yang hangat diperbincangkan adalah masalah Nabi Isa as. Apakah Nabi Isa as. di akhir zaman nanti akan turun lagi, atau tidak? Tentunya sebelum membahas jawaban tentang itu, perhatikan bagaimana penafsiran/pendapat M. Quraisy Shihab tentang Nabi Isa as. Ia menerangkan : Di antara tanda hari kiamat di akhir zaman nanti adalah turunnya Nabi Isa as. M. Quraisy Shihab menafsirkan surat Ali-Imran ayat 55. pada kata
beliau mamaknai dengan sempurna. al-Qur‟ân menggunakannya antara lain untuk makna mati dan tidur. Dia bermakna mati, karena siapa yang wafat, maka umurnya di dunia telah sempurna, dan karena tidur mirip dengan mati, karena siapa yang wafat, maka umurnya di dunia tela sempurna. Dan karena tidur mirip dengan mati, dari sisi hilangnya kesadaran, maka tidur pun di namai mati oleh AlQur‟ân dan as-Sunnah.158
158
M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 2, hlm. 103.
133
Hal tersebut diterangkan dalam surat Al-An‟âm [6] ayat : 60
“an Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” M. Quraisy Shihab menerangkan : Allah swt. menyampaikan kepada Nabi Isa as. Bahwa aku akan menyempurnakan dalam arti mengambilmu secara sempurna, tidak sedikit pun dari tubuhmu yang rusak atau berkurang.159 Hadis –hadis yang menerangkan tentang turunnya Nabi Isa as diperselisihkan nilainya, bahkan sementara peneliti berpendapat bahwa walaupun hadisnya banyak, tetapi kesemuanya bersumber dari dua orang yaitu Ka‟ab alAhbar dan Wahb Ibn Munabbih. Sementara ulama meragukan loyalitasnya. Atau paling tidak kedua tokoh itu tanpa sadar terpengaruholeh kepercayaan orangorang Kristen yang meyakini bahwa Isa as hidup di langit dan satu ketika akan turun ke bumi.
159
Ibid, hlm. 104.
134
Tetapi dari uraian selanjutnya dapat diambil
pelajaran, bahwa Allah,
membersihkanmu wahai Isa dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orangorang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.160 Dalam surah an-Nisâ ayat 159 :
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka” M. Quraisy Shihab menafsirkan : Kesudahan yang akan dialami oleh Ahlu Kitab, baik Yahudi yang tidak mempercayai kenabiannya, maupun Nasrani yang tidak percaya bahwa Nabi Isa as adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, tetapi Tuhan dan anaknya. Ini ditegaskan bahwa, “Tidak seorang pun dari Ahlu Kitab, kecuali pasti akan beriman kepadanya, yakni kepada Nabi Isa as selaku utusan dan hamba Allah sebelum kematiannya, yakni sebelum kematian masing-masing Ahlu Kitab itu. Pada hari kiamat nanti yakni Isa as akan menjadi saksi terhadap mereka.
160
Ibid, hlm. 105.
135
= Sebelum kematian Ahlu Kitab. Pendapat ini dikuatkan oleh
bacaan yang diterima Ubay Ibn Ka‟ab, yaitu :
yakni sebelum
kematian mereka. Penggunaan bentuk jamak “mereka” menjadi jelas bahwa kematian yang dimaksud bukan kematian Isa as., tetapi Ahlu Kitab.161 Untuk memperkuat pendapat di atas, di sini tercantum dalam surat alMâidah ayat 117 :
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:"Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Meyaksikan atas segala sesuatu.” Nabi Isa as menegaskan bahwa: Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, yakni bersungguh-sungguh memberi keteladanan yang dapat mereka
161
Ibid, hlm. 653.
136
saksikan dalam sikap dan perilaku yang aku tampilkan serta selalu berusaha meluruskan kesalahpahaman dan kekeliruan mereka selama aku berada, yakni hidup diantara mereka, maka setelah engkau wafatkan aku, sehingga aku tidak lagi berada ditengah-tengah mereka, maka Engkaulah yang mengawasi mereka. Bahkan melarang mereka mempertuhan siapa pun selain Allah SWT dengan jalan memaparkan aneka bukti keesaan –Mu, dan mengutus Nabi Muhammad dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu, sehingga tidak ada sekecil apapun yang luput dari pengetahuan-Mu.162 2. Pemahaman M. Quraisy Shihab yang Berhubungan dengan Dahsyatnya Hari Kiamat
Pada hari kiamat terjadi perhitungan dan pembalasan Allah, dan juga karena ketika itu semua makhluk tanpa kecuali menampakkan ketaatannya kepada Allah dalam bentuk yang sangat nyata. Terjadinya pembalasan, tak seorang pun yang tahu, al-Qur‟ân hanya menginformasikan :
“Dan Allah Maha cepat perhitungannya”163
Al-Qur‟ân berbicara tentang hari pembalasan, paling tidak ada dua makna yang dikandung oleh penegasan ini, yaitu : 162 163
Ibid, jilid 3, hlm. 251. QS. Al-Baqarah [2] :202.
137
1. Allah yang menentukan dan Dia pula salah satunya yang mengetahui kapan tibanya hari kiamat; 2. Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi, dan apapun yang terdapat ketika itu adalah kekuasaannya. Sedemikian besar sampai-sampai jangankan bertindak atau bersikap menentang-Nya, berbicara pun harus dengan sizing-Nya. Jadi menurut M. Quraisy Shihab kata
dalam surat al-Fâtihah ayat 4
penjelasannya adalah dalam surat Sabâ [34] : 3-4 :
“Dan orang-orang yang kafir berkata:"Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami".Katakanlah:"Pasti datang, demi Rabb-ku yang mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu.Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat zarrahpun yang ada dilangit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Supaya Allah menberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.”
Menurut M. Quraisy Shihab hari pembalasan ini mempunyai dua makna :
138
1. Makna lahiriyah; yaitu hari tampak secara jelas. kemandirian Allah dalam memberi balasan, kemandirian yang menjadikan semua pihak yang tadinya ragu atau menduga memiliki kemampuan menjadi tidak berkutik sama sekali. 2. Makna bathiniyah; yaitu hari pembalasan bermula sejak saat seseorang melakukan pelanggaran, pada saat itu pulalah terjadi pembalasan Tuhan. Pembalasan Allah itu tidak ditunda, hanya saja terkadang ia tidak nampak atau tidak dirasakan manusia. Dan di sinilah letak “bathiniyahnya”. Dalam konsteks ini Nabi SAW bersabda : “Apabila seseorang berdosa, diteteskan ke dalam hatinya suatu titik hitam”. (HR. Tirmidzi, An-Nasa‟I, Ibn Hibban melalui Abu Hurairah).164 Titik hitam ini adalah pembalasan Tuhan.
Firman Allah ta‟ala :
M. Quraisy Shihab menafsirkan bahwa amal kebaikan dan kejahatan masing-masing orang akan ditimbang pada hari kemudian, dan mana yang berat itulah yang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan manuisa.165 Sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-A‟raf [7] : 9
164 165
Ibid, op. cit.jilid 2, hlm. 103. Ibid.
139
“Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orangorang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”
“Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantahbantah di hadapan Rabbmu.” Maksudnya semua kamu yang pernah berselisih, saling berbeda pendapat atau menganiaya dan saling teraniaya akan berbantah-bantahan untuk menuntut haknya masing-masing.166 Dalam surat al-Mumtahânah [60] : 3
“Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfa'at bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Pada hari kiamat nanti kerabat dan anak-anak itu - apalagi orang lain – tidak akan bermanfaat dan pada hari itu juga dipisahkan antara kamu dengan mereka. Kamu atas anugerah Allah berada di surga dan mereka berdasar keadilanNya – jika tetap kafir – akan tersiksa di neraka. Allah Maha kuasa melakukan itu 166
Ibid, jild. 12, hlm. 226.
140
dan Allah terhadap apa yang kamu dari saat ke saat kerjakan Maha Melihat sehingga atas dasarnya Dia melakukan pemisahan itu.167 Yaum al-qiyâmah dapat dikaitkan dengan kata-kata sekali-kali tidak bermanfaat, dengan demikian ayat ini menafikan manfaat keluarga di hari kiamat. Dapat juga kata majmuk itu dikaitkan dengan kata dipisahkan, sehingga ayat ini menginformasikan bahwa pada hari kiamat nanti, akan terjadi pemisahan antar keluarga. Tentu saja ini, bila sebagian mukmin dan sebagiannya kafir. Karena jika semuanya beriman mereka akan menyatu.168 Keniscayaan hari kiamat mestinya disambut dengan pembenaran oleh seluruh makhluk, tetapi ada yang enggan percaya. Mengapa demikian ? Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan kembali tulangbelulangnya yang telah terserak setelah kematiannya? Bukan demikian, sungguh Kami kuasa bukan saja menghimpun tulang-belulangnya, Kami bahkan kuasa menyempurnakan yakni menyusun kembali jari – jemarinya dengan sempurna.169 Sebenarnya keniscayaan hari kiamat sudah demikian jelas, sehingga Allah tidak perlu bersumpah tentang keniscayaannya. Manusia bukannya tidak mengira bahwa Allah tidak kuasa mewujudkannya, bahkan yakni tetapi manusia hendak melampiaskan hawa nafsunya agar ia terus – menerus melakukan kedurhakaan pada masa datangnya.
167 168
Ibid,jilid 14, hlm. 160. Lihat surat at-Thûr [52] : 21.
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat dengan apayang dikerjakannya.” 169 M. Quraisy Shihab, loc. Cit., hlm. 160.
141
ia bertanya : “Bilakah hari kiamat itu?” adalah
sebagai penjelasan tentang keinginan yang bersangkutan untuk terus-menerus melakukan kedurhakaan atau bukti kedurhakaan itu, dapat juga merupakan uraian baru yang berfungsi menggambarkan keheranan tentang pertanyaan itu.170 Manusia diperintah oleh Allah swt untuk bertaqwa agar terhindar dari ancaman hari kiamat yang pasti akan terjadi. Dalam surah al-Hâjj ayat 1 dan 2 menyatakan : Hai seluruh manusia yang sudah dekat datangnya perhitungan mereka, seperti dinyatakan awal surah al-Anbiya, bertaqwalah kepada Tuhan Pembimbing dan pemelihara kamu dengan jalan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dan ketahuilah bahwa; sesungguhnya goncangan bumi menjelang hari kiamat serta sesaat sebelum terbitnya matahari dari sebelah barat adalah suatu peristiwa yang sangat agung dan dahsyat sehingga tidak terjangkau oleh akal, tidak juga digambarkan hakikatnya dengan kata-kata yang kamu gunakan. Pada hari kamu melihatnya yakni goncangan kiamat itu menyebabkan lengah tanpa kecuali – semua wanita yang sedang menyusui – dari anak yang disusuinya dan kamu melihat juga semua orang ketakutan sampai-sampai semua wanita yang memilki kandungan sedemikian takut sehingga ketakutan itu menggugurkan kandungannya yakni anak yang dikandungnya dan engkau melihat semua manusia dalam keadaan mabuk,
170
Ibid,
142
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras sehingga mereka terlihat bagaikan mabuk tak sadarkan diri.171 Kata zilzalah agaknya terambil dari kata zalla yang berarti jatuh terrgelincir. Pengulangan kata zalla mengesankan ketergelinciran yang berulangulang dan penambahan ta‟ marbuthah mengisyaratkan besar dan hebatnya ketergelinciran itu, dalam hal ini adalah penyebabnya yaitu gerakan yang sangat dahsyat/gempa.172 Sebenarnya yang bergerak dan bergoncang adalah bumi atau bersama dengan planet-planet yang lain, tetapi ayat ini menisbahkan goncangan itu kepada kiamat. Hal itu disebabkan karena goncangan / gempa tersebut merupakan tanda datangnya kiamat, atau terjadi pada saat kiamat.173 Bisa juga kata zalzalah pada ayat ini dipahami dalam arti kegoncangan jiwa akibat kedahsyatan dan kengerian yang terjadi menjelang atau saat kiamat. Sama artinya dengan makna kata serupa pada firman-Nya yang melukiskan aneka ujian yang dialami oleh umat beriman generasi lalu, yakni :
M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 9, hlm. 6. Ibid, jilid 15. hlm. 173 Ibid, op. cit. 172
143
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:"Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”174 Ketakwaan yang diperintahkan oleh ayat ini disebabkan karena adanya zalzalah yakni kedahsyatan goncangan hari kiamat, di mana semua orang akan merasa takut dan khawatir. Bahkan bagi yang tidak bertakwa, kekhawatirannya berlanjut tanpa henti disertai oleh siksa yang amat pedih. Ayat ini di samping menggarisbawahi rasa takut sebagai dorongan bertakwa, juga mengisyaratkan kewajaran Allah swt. untuk dipatuhi, berdasar anugerah pemeliharaan-Nya. Dengan demikian, motivasi ketakwaan dapat muncul dari rasa takut atau mengharap anugerah-Nya bahkan oleh dorongan syukur, terima kasih dan cinta kepada-Nya. Al-Wâqi‟ah nama lain hari kiamat, kata itu mempunyai arti kejadian / peristiwa. Karena kejadiannya sedemkian jelas dan pasti, sehingga walaupun tidak dijelaskan peristiwa apa itu, seharusnya semua manusia telah mengetahuinya. Kata yang digunakan ayat di atas dibubuhi (
) al pada awalnya yang dinamai
al-kamâl dan dibubuhi pula ( ) ta‟ marbuthah pada akhirnya yang dinamai ta‟ al-
174
QS, al-Baqarah [2] ayat : 214.
144
mubâlaghah untuk mengisyaratkan betapa hebat dan sempurnanya peristiwa itu. Tidak ada peristiwa lain yang menyamainya.175 Ayat-ayat yang lalu di awal surah al-muzzammil menggambarkan beberapa alat penyiksaan terhadap para pendurhaka. Ayat ini :
“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan.” Ayat ini menjelaskan kapan siksaan itu akan terlaksana. Allah berfirman: Siksa yang diancamkan itu pasti akan terjadi pada hari yang bermula ketika bumi dan gunung-gunung bergoncangan dengan sangat kerasnya. Menjadilah bumi ketika itu datar sama sekali dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan. Kata yaum dalam bentuk tunggal dan berdiri sendiri terulang di dalam alQur‟ân sebanyak 365 kali (sebanyak hari-hari sepanjang tahun). Kata ini biasa diterjemahkan dengan hari.176 Hari atau sesaat yang singkat
atau periode yang panjang begitulah
Quraisy Shihab menerangkan istilah hari/yaum yang terdapat dalam ayat di atas dengan penggunaan al-Qur‟ân. Kegoncangan itu tidak diketahui berapa menit, jam dan berapa lama terjadinya, karena kalau kita perhatikan ukuran hari di sisi Allah dengan ukuran manusia itu jauh berbeda. Quraisy Shihab memberikan dalil
175 176
Ibid, jilid 13, hlm. 544. Ibid, jilid 14, hlm. 528.
145
al-Qur‟ân tentang ukuran hari ini yang tercantum dalam surat al-Hâjj [22] ayat 47 :
“Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” Kemudian kata katsîban dari segi bahasa berarti tumpukan pasir, sedang kata mahîlan berarti runtuh. Ini bisa di terangkan lagi oleh ayat al-Qur‟ân dalam surat al-Qâri‟ah [101] ayat 5 :
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” Yang pada intinya gunung-gunung itu nanti ketika terjadi kiamat akan seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan. Penafsiran M. Quraisy Shihab tentang penggunaan istilah kiamat dengan al-Hâqqah sebagai berikut : Surah al-Qalam diantara isinya antara lain adalah membantah kaum musyrikin yang mempersamakan orang yang taat kepada Allah dan yang durhaka. Di sana dijelaskan pula tentang hari disingkapkan betis yakni kedahsyatan setuasi pada hari Kiamat. Disebutkan juga dalam surah yang lalu itu, keagungan al-Qur‟ân dan fungsinya sebagai peringatan untuk seluruh alam. Al-Qur‟ân antara lain mengingatkan tentang adanya Kiamat di mana akan tampak ketika itu dampak segala amal – yang baik dan yang buruk. Jika demikian, sangat wajar jika awal surah ini menekankan tentang keniscayaan dan kepastian Kiamat itu serta kedahsyatannya yang tidak tergambar dalam benak. Ayat di atas menyatakan : Al-Ĥâqqah yakni yang pasti kehadirannya yaitu Hari Kiamat, apakah al-Ĥâqqah itu yang sungguh dahsyat itu? Dan apakah yang telah menjadikanmu tahu tentang hakikat al-Ĥâqqah dan kedahsyatannya itu?.
146
Kata Al-Ĥâqqah terambil dari kata ĥaqqa yang berarti pasti terjadinya. Kata yang digunakan ayat ini dapat dipahami sebagai adjective dari sesuatu yang tidak disebutkan yakni peristiwa atau situasi, dengan demkiaan ia dapat dipahami dalam arti “satu peristiwa atau situasi yang pasti”. Tidak ada satu peristiwa dan situasi yang lebih pasti dari pada kehadiran hari Kiamat. Atas dasar itu al-Ĥâqqah dipahami dalam arti hari kiamat. Bisa juga kata al-Ĥâqqah terambil dari kata aĥuqquhu yang berarti saya mengetahui hakikatnya. Dengan demikian, kata al-Ĥâqqah berarti “Yang mengetahui semua persoalan sesuai hakikatnya.” Tentu saja yang mengetahui itu bukan peristiwa atau situasi itu, tetapi siapa yang melihat peritiwa atau yang berada dalam peritiwa itu. Yang berada dan melihatnya adalah seluruh makhluk. Jika demikian, pada saat terjadinya peristiwa itu semua pihak mengetahui hakikat segala sesuatu. Tiada lagi yang tersembunyi atau dapat disembunyikan. Ini pun menunjuk kepada hari Kiamat. Pakar bahasa al-Azhari berkata, bahwa bila anda berkata Ĥâqaqtuhu fahaqaqtuhu maka itu berarti Aku melawan (menuntutnya) sehingga aku berhasil mengalahkannya. Di sini peristiwa atau situasi yang dimaksud ayat ini adalah peristiwa dikalahkannya segala penentang kebenaran. Hari Kiamat memang demikian itu halnya terhadap pendurhaka. Kalimat wa mâ adrâka digunakan al-Qur‟ân untuk menggambarkan sesuatu yang sangat agung dan yang amat sulit bahkan mustahil dijangkau hakikatnya oleh manusia - tanpa bantuan Allah – karena pada umumnya redaksi tersebut dikaitkan dengan alam metafisika (ghaib), seperti surga, neraka dalam berbagai namanya dan hal-hal yang amat luar biasa, seperti Lailah al-Qadr dan al-„Aqabah (jalan mendaki menuju kejayaan). Pada ayat ini kalimat tersebut dikaitkan dengan hari kiamat yang memang hakikat dan waktunya tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT. Ada yang menyatakan bahwa ayat-ayat yang menggunakan istilah mâ adr âka pada akhirnya disampaikan juga oleh Allah persoalannya kepada Nabi Muhammad SAW., berbeda dengan istilah serupa tetapi menggunakan bentuk mudhâri‟ (kata kerja bentuk masa kini dan datang) yakni wa mâ yudrîka. Istilah ini digunakan al-Qur‟ân menyangkut waktu kedatangan kiamat. Ini sama sekali tidak dijelaskan Allah kepada beliau bahkan siapa pun. Pendapat ini dinisbahkan dalam beberapa riwayat kepada sahabat Nabi SAW., Ibn „Abbâs ra.177
Hari kiamat dengan menggunakan al-Hâqqah, menekankan kepada kita bahwa kiamat itu memang sesuatu yang hak, pasti benar akan datang. M. Quraisy
177
Ibid, jilid, 14, hlm. 409-410.
147
Shihab menyajikan pemahamannya dengan sangat terperinci dan dapat dipahami. Disertai pendapat para ulama dan kosa kata yang padat maknanya. Penggunaan istilah al-Hâqqah untuk hari Kiamat sebenarnya untuk orangorang yang durhaka dan mengingkari terhadap adanya hari Kiamat, sehingga ketika mereka melihat dan merasakan akan timbul keyakinan dalam hati bahwa Kiamat itu memang benar adanya. Kemudian penyusun lanjutkan, untuk istilah kiamat ini adalah dengan menggunakan al-Qâri‟ah bagaimana kata ini menurut M. Quraisy Shihab? kata ini terambil dari kata qara‟a yang berarti mengetuk178. Mengetuk dengan sangat keras, sehingga memekakkan telinga. Begitupun hari kiamat nanti. Di antara ciri kiamat yang terantum dalam al-Qur‟ân adalah datangnya secara tiba-tiba. Mari kita perhatikan ayat berikut ini :
“Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.”179 Datangnya kiamat secara tiba-tiba itulah yang dlukiskan oleh al-Qur‟ân, makhluk yang ada di langit dan bumi tidak akan tahan meihat kiamat itu. Pada waktu itu manusia seperti binatang, pergaulan bebas, tidak mengenal etika yang baik. Mereka sudah tidak mengenal Allah lagi. Ketika itu langsung oleh Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya, yaitu al-Qâri‟ah (kiamat). 178
179
Ibid, jilid, 15, hlm. 477. QS. Al-A‟raf [7] : 187
148
Kemudian
penafsiran
M.
Quraisy Shihab
tentang kiamat
yang
menggunakan dengan istilah sha‟iqah sebagai berikut dari surat az-Zumar [39] ayat 68 :
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnyamasing-masing).” Ayat di atas menyatakan bahwa : Dan telah ditiuplah oleh malaikat Isrâfîl sangkakala yakni pasti akan ditiup olehnya maka yang pasti juga saat itu matilah siapa yang di langit dan siapa yang di bumi kecuali siapa yang dikehenadaki Allah untuk mati pada waktu yang lain sesudahnya. Kemudian setelah sekian lama ditiup sangkakala itu sekali lagi, yakni untuk kedua kalinya, maka tiba-tiba dan dengan serta merta mereka semua yang tadinya telah mati pada peniupan pertama, kini berdiri menunggu putusannya masing-masing. Ayat di atas mengisyaratkan bahwa peniupan sangkakala terjadi dua kali. Peniupan pertama mengakibatkan ketakutan dan kematian serta kehancuran alam raya, sedang peniupan kedua adalah kebangkitan, atau dengan kata lain perpindahan manusia dari alam kubur/barzakh kea lam perhitungan, surga dan nereka. Sementara ulama menyatakan tiga kali, yang pertama menjadikan hati semua makhluk gentar180, kali kedua menjadikan mereka mati bergelimpangan, dan kali ketiga menjadikan semua bangkit bagaikan belalang beterbangan. Berbeda – beda pendapat ulama tentang siapa yang dikecualikan oleh firman-Nya: Illâ man syâ‟a Allah / kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Ada yang berkata, dia adalah malaikat peniup sangkakala yakni Isrâfîl, 180
Perhatikan ayat berikut ini :
Artinya : Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.
149
atau para malaikat pemikul „Arsy, atau malaikat penjaga surga, penjaga neraka dan para bidadari. Ada juga yang berpendapat bahwa mereka adalah para Nabi dan syuhada. Pendapat yang terbaik adalah tidak menetapkan siapa mereka, karena tidak ada pijakan yang kuat untuk menentukan siapa yang dimaksud. Imâm al-Bukhâri misalnya meriwayatkan hadis yang menyebut bahwa makhluk pertama yang mengangkat kepala menyambut seruan peniupan kedua itu adalah Nabi Muhammad SAW., tetapi – lanjut riwayat itu – ketika beliau mengangkat kepala, beliau menemukan Nabi Musâ as. Sedang berdiri berpegangan pada kaki singgasana Allah. Rasul SAW berkomentar: “Saya tidak tahu apakah saya lebih dahulu bangki ataukah dia.” Ada juga sekian riwayat yang menjelaskan tentang sangkakala yang digunakan itu, demikian juga riwayat yang menguraikan keadaan Isrâfîl yang telah meletakkan sangkakala di mulutnya menunggu perintah atau melukiskan bagaimana kedua matanya bagaikan dua bintang yang menyala. Kata shûr dari segi bahasa berarti sangkakala atau terompet yakni alat yang biasa digunakan untuk memanggil atau mengumpulkan sekelompok orang. Sementara ulama membahas hakikat sangkakala yang dimaksud ayat di atas. Mereka berbeda pendapat apakah itu benar-benar ada wujudnya ataukah yang dimaksud adalah sesuatu yang bersifat metaforis. Hemat penulis, hal itu tidak penting untuk diketahui atau dibahas, karena tidak ada riwayat menyangkut hal itu yang dinilai kesahihannya memuaskan. Yang penting dan wajib dipercaya oleh setiap muslim adalah bahwa ada waktu yang telah ditentukan Allah – yang tidak satu makhluk pun mengetahui kapan datangnya – di mana manusia akan dibangkitkan Allah untuk mempertanggungjawabkan amal masing-masing lalu menerima balasan dan ganjarannya.181 Ibn Hajar al-„Asqalâlani mengatakan, “Telah di kenal luas bahwa peniup sangkakala adalah Isrâfîl as. Al-Halimi menukil bahwa pandangang ini merupakan ijmak.182 Sangkakala yang ditiup, menurut hemat penyusun adalah dua kali, ini berdasar kepada firman Allah yang tercantum dalam QS. Al-A‟raf [7] : 187. Dalam Al-Quran istilah untuk hari Kiamat adalah dengan menggunakan kata „asîr. M. Quraisy Shihab memaknai kata ini dengan sulit antonym dari Yusr.
181 182
M. Quraisy Shihab, op. cit., , jilid, 12, hlm. 265-266. Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., hlm. 268.
150
Al-Qur‟ân menggunakan kata ini dan diartikan dengan “Kesulitan jalan buntu dalam perundingan.”183 Begitulah M. Qurasiy Shihab menerangkan. Pada hari itu, ketika sangkakala ditiup, semua makhluk yang ada dilangit dan bumi akan mengalami kesulitan yang sangat luar biasa. M. Quraisy Shihab menambahkan, bahwa yang mengalami kesulitan itu adalah orang-orang kafir. Orang kafir yang menolak dan mengingkari al-Qur‟ân. Penyusun memahami bahwa yang mengalami kesulitan itu adalah orang-orang yang perbuatannya seperti kaum jahiliyyah. Perbuatan mereka seperti binatang, bahkan lebih sesat lagi dari binatang. Sedangkan bagi orang-orang yang beriman, oleh Allah akan diberi kemudahan. Pada hari kiamat nanti, ketika ditiup sangkakala yang pertama, maka manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, serta dari teman dan anak-anaknya. Para ulama berpendapat bahwa semua yang disebut di ataslari
183
Perhatikan surat ath-Thalâq [65]: 6 dan at-Taubah [9]: 117
Artinya : “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orangorang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.”
151
enggan bertemu karena semua khawatir dituntut walau oleh orang yang terdekat kepadanya. Dapat dibayangkan, jika terjadi gempa bumi, tsunami dan lain sebagainya, manusia pada waktu itu berhamburan meninggalkan sanak keluarga, harta benda dan sebagainya. Yang di pikirkannya adalah bagaimana menyelamatkan diri dari gal itu. Dia Hari kiamat juga dalam al-Qur‟ân disebut dengan istilah ath-Thâmmah alKubrâ, M. Quraisy Shihab mengartikannya dengan mengatasi. Segala sesuatu yang mengalahkan dan mengatasi lainnya dilukiskan dengan kata tersebut. Kemudian kata ini dipahami dalam arti petaka yang mengatasi segala petaka. Dan al-Kubrâ yang menyifatinya menjadikan malapetaka.184 Bisa diambil kesimpulan bahwa arti dari kata ath-Thâmmah al-Kubrâ adalah malapetaka yang sangat besar, sehingga tidak ada lagi malapetaka sesudah itu. Maksudnya adalah kiamat. Hari kiamat bisa disebut dengan istilah al-Ghâsyiyah. M. Quraisy Shihab menerangkan pemahamannya : Kata al-Ghâsyiyah terambil dari kata yaghsyâ yang pada mulanya berarti menutup. al-Ghâsyiyah adalah sesuatu yang menutup secara mantap. Yang dimaksud adalah peristiwa hari Kiamat mengakibatkan tertutupnya akal dan kesadaran manusia akibat rasa takut yang demikian mencekam.185 Dalam QS. Al-Hâjj [22]: 1-2 dinyatakan :
164 185
M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 15, hlm. 47. Ibid, hlm. 228.
152
“Hai
manusia,
bertaqwalah
kepada
Rabbmu;
sesungguhnya
kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” Ayat kedua dari surah al-Hâjj, manusia seperti orang yang mabuk, orang yang sedang mabuk itu tidak sadar. Pada hari kiamat nanti semua manusia akan mabuk, karena mereka menerima siksaan dan adzab dari Allah yang sangat keras. Begitulah siksaan Allah yang diberikan kepada orang-orang kafir. Mereka akan mendapatkan siksaan tidak hanya di akhirat nanti, tetapi di dunia dan ketika kiamat terjadi pun, siksaan Allah mereka dapatkan. Pada hari Kiamat nanti orang-orang tidak akan bisa menolong dan membela orang lain. Ini tercantum dalam surat al-Baqarah [2] ayat 48 :
153
“Dan jagalah dirimu dari ('azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau seikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.” Pada saat itu semua orang akan memikirkan dirinya masing-masing. Teman-teman, anak-anak, istri, ayah – ibu, karib kerabat, semuanya tidak akan bisa membela dan meolong satu sama lain. Begitulah hari Kiamat yang sangat dahsyat. Harta benda, kekayaan yang melimpah, tidak berguna lagi, tak ada artinya ketika peristiwa itu terjadi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh akan menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih. Ini diterangkan dalam alQur‟ân surat asy-Syu‟arâ‟ [26] ayat 88-89 :
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” M. Quraisy Shihab menafsrikan ayat di atas sebagai berikut : Ayat ini dan ayat-ayat berikut dipahami oleh sementara ulama sebagai komentar dan bukan lanjutan dari ucapan dan permohonan Nabi Ibrâhîm as. Ia adalah pemberitaan dari Allah swt.tentang hari kebangkitan yang disinggung sebelumnya oleh Nabi Ibrâhîm as. Dalam doanya yang disebut pada akhir ayat yang lalu. Namun demikian banyak ulama yang menilainya masih merupakan ucapan Nabi Ibrâhîm as. Al-Biqâ‟I menulis bahwa setelah ayat yang lalu Nabi Ibrâhîm as. Mengingatkan tentang arah yang hendaknya dituju, yakni akhirat, maka pada ayat ini, beliau menegaskan tentang perlunya hidup zuhud, tidak memberi perhatian yang besar terhadap kenikmatan duniawi. Dapat juga dikatakan bahwa setelah ayat yang lalu menyebutkan permohonan Nabi Ibrâhîm as. Untuk tidak dipermalukan pada hari
154
kebangkitan, maka di sini beliau menegaskan kepada semua pihak – termasuk para penyembah berhala dari kaumnya- bahwa pada hari itu, tidak ada sesuatu pun yang dapat diandalkan. Semua sebab yang diandalkan manusia dalam kehidupan dunia, tidak lagi bermanfaat. Pada hari kebangkitan itu harta walau sebanyak apapun yang bersedia dikeluarkan dan demikian juga anak-anak laki-laki dan juga anak-anak perempuan yang merupakan kelanjutan wujud seseorang dalam kehidupan dunia ini dan yang biasa diandalkan berapapun berdayanya anak-anak itu – lebih-lebih selain mereka- yang ingin memberi bantuan kepada seseorang, demikian juga hal-hal lain yang biasa dapat berpengaruh dalam kehidupan dunia ini, semuanya tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat, yakni bersih dari kemusyrikan, sikap pamrih dan kedurhakaan. Ayat di atas hanya menyebut harta dan anak-anak lelaki, sejalan dengan kebiasaan dan pandangan masyarakat jahiliah. Dengan harta mereka menebus kesalahan atau membeli pembelaan, dan hanya anak-anak lakilaki yang mereka andalkan pertolongannya. Anak perempuan menurut ungkapan masyarakat Jahiliah : “Pembelaannya adalah tangis dan pengabdiannya adalah mencuri.” Yakni mencuri harta suami untuk diberikan kepada orang tuanya. Nah, kalau harta dan anak-anak lelaki saja sudah tidak dapat diandalkan, maka apalagi selain keduanya. Ayat di atas menginformasikan bahwa semua sebab dan factor yang biasa diandalkan dalam kehidupan dunia ini, tidak akan berdampak positive di hari kemudian. Keahlian, ilmu pengetahuan, kecantikan, kedudukan social, dan apa pun semua tidak bermanfaat. Ini karena semua manusia datang sendiri-sendiri menanggalkan segala atributnya kecuali dirinya sendiri:
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu datang kepada kami sendiri-sendiri kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan dibelakangmu (di dunia) apa yang telah kamu kurniakan kepadamu; dan kami tiada melihat besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutusekutu Allah di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) di antara kamu dan telah lenyap dari pada kamu apa yang dahulu kamu anggap sekutu Allah.”186
186
QS. Al-An‟am [6]: 94.
155
Artinya : “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.”187
Artinya : “pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Dari ibu dan bapaknya. Dari isteri dan anak-anaknya.” Kata salîm yang menyifati qalb pada mulanya berarti selamat,yakni terhindar dari kekurangan dan bencana, baik lahir maupun batin. Sedang qalb/hati dapat dipahami dalam arti wadah, atau alat meraih pengetahuan. Kalbu yang bersifat salîm adalah yang terpelihara kesucian fitrahnya, yakni yang pemiliknya mempertahankan keyakinanTauhid, serta selalu cenderung kepada kebenaran dan kebajikan. Kalbu yang salîm adalah kalbu yang tidak sakit, sehingga pemiliknya senantiasa merasa tenang, terhindar dari keraguan dan kebimbangan, tidak juga dipenuhi sikap angkuh,benci, dendam, fanatisme buta, loba, kikir dan sifat-sifat buruk yang lain.188 Begitulah uraian dan penafsiran M. Quraisy Shihab dalam memahami ayat-ayat yang berhubungan dengan salah satu masalah metafisika, yakni masalah kiamat. Yang sangat terperinci dan kita dapat memahami pemikiran-pemikiran yang beliau paparkan. Walaupun beliau kebanyakan mengutip pendapat-pendapat mufassir yang bukan salaf, yakni banyak mengutip mufasir Al-Biqâ‟I dan mufassir yang beraliran syi‟ah, yakni Thabâthabâ‟i. tapi yang dipaparkan oleh beliau sangat menarik dan membuat kita penasaran untuk mengkaji lebih mendalam lagi.
3. Penafsiran M. Quraisy Shihab yang Berhubungan dengan Tanggung Jawab Manusia setelah Hari Kiamat.
187 188
QS. Al-Mu‟minûn [23]: 101. M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 10, hlm. 80-82.
156
Setelah manusia melewati fase kedahsyatan hari Kiamat, yaitu dengan tiupan sangkakala yang pertama, yang menghancurkan seluruh alam semesta, semua makhluk hidup mati. Kemudian setelah seluruh makhluk hidup mati, maka akan ada tiupan yang kedua, yaitu kebangkitan seluruh makhluk untuk menerima perhitungan dari Allah swt. Semua amal mereka yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Allah SWT berfirman :
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnya masing-masing).”189 Sebelum mereka berdiri menunggu putusan tentang amal-amal perbuatan mereka di dunia. Dalam surat az-Zalzalah [99] ayat 6 :
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.” 189
QS. Az-Zumar : 68.
157
M. Quraisy Shihab menerangkan : Pada hari itu manusia kembali yakni bangkit dengan cepat dari kuburnya menuju Tuhan untuk dillakukan perhitungan di satu tempat yang ditentukan, yakni Padang Mahsyar. Dalam keadaan yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat keimanan dan kekufuran mereka serta sesuai dengan amal-amal mereka. Itu agar supaya diperlihatkan kepada mereka masing-masing catatan amal-amal mereka.190 Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh ketika bangkit dari kubur mereka menampakkan wajah – wajah dan rupa-rupa yang sangat indah dan bagus, karena mereka akan mendapatkan syurga. Sedangkan orang-orang yang kafir, wajah-wajah mereka akan kelihatan buruk, karena perbuatan mereka yang buruk sewaktu di dunia. Mereka layak masuk neraka, karena mereka ingkar terhadap Allah SWT. Setelah mereka berkumpul di Padang Mahsyar, kemudian akan diperlihatkan kepada mereka amal-amal mereka sewaktu di dunia.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
190
M. Quraisy Shihab, op. cit.,jilid. 15, hlm. 453.
158
Pada ayat di atas kata yarah (u) terambil dari kata ra‟a yang pada mulanya berarti melihat dengan mata kepala. Tetapi ia juga digunakan dalam arti mengetahui191. Quraisy Shihab memperkuatkan dua ayat di atas, dengan surat Ali-Imran [3] ayat 30 :
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya” Balasan dan ganjaran Allah SWT sangat Adil. Berbeda dengan di dunia. Bila timbangan amal kebaikannya berat maka dia akan beruntung dan mereka mendapatkan semua apa yang mereka dambakan. Tetapi bagi mereka yang amal timbangan berat kepada keburukan, maka mereka akan jauh dari rahmat Allah dan mereka akan mendapatkan siksaan. Ini sesuai dengan firman Allah yang tercantum dalam surat Al-Qari‟ah ayat 6-8 :
191
Ibid, hlm. 456.
159
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”
D. Analisis Kritis Terhadap Pemahaman M. Quraish Shihab Tentang Ayatayat Kiamat
M. Quraish Shihab adalah mufassir Indonesia yang terkenal. Karyakaryanya yang banyak dan menarik minat pembaca. Karya-karyanya adalah hasil pemikiran dan pemahamannya dan sebagian mengutip pemikiran-pemikiran ulama terdahulu dan kontemporer. Penulis menemukan, khususnya dalam Tafsîr Al-Misbâh M. Quraish Shihab banyak mengutip pendapat dari Al-Biqâ„I dan Thabâthabâ‟i. M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kiamat berpegang kepada pendapat mufassir modern dan kontemporer, sedangkan pemahaman-pemahaman mufassir klasik sedikit beliau kutip. Syaratsyarat bagi mufassir perlu diketahui untuk menilai kualitas mufassir itu. Penulis akan menjelaskan syarat-syarat mufassir menurut Mannâ„ Khalîl al-Qattân, sebagai berikut : Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki setiap mufassir sebagai berikut : 1. Akidah yang benar, sebab akidah sangat berpengaruh terhadap jiwa pemiliknya dan seringkali mendorongnya untuk mengubah nas-nas dan berkhianat dalam penyampaian berita. 2. Bersih dari hawa nafsu, sebab hawa nafsu akan mendorong pemiliknya umtuk membela kepentingan madzhabnya sehingga ia menipu manusia dengan kata-kata halus dan keterangan menarik seperti dilakukan
160
3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
192
goolongan Qadiriah, Syi‟ah Rafidah, Mu‟tazilah dan para pendukung fanatik mazhab sejenis lainnya. Menafsirkan, lebih dahulu, Qur‟an dengan Qur‟an, karena sesuatu yang masih global pada satu tempat telah diperinci ditempat lain dan sesuatu yang dikemukakan secara ringkas di suatu tempat telah diuraikan ditempat lain. Mencari penafsiran dari sunnah, karena sunnah berfungsi sebagai pensyarah Qur‟an dan penjelasnya.192 Apabila tidak didapatkan penafsiran dalam sunnah, hendaklah meninjau pendapat para sahabat karena mereka lebih mengetahui tentang tafsir Qur‟an; mengingat merekalah yang menyaksikan qarînah dan kondisi ketika Qur‟an diturunkan di samping mereka mempunyai pemahaman (penalaran) sempurna, ilmu yang shahih dan amal yang saleh. Apabila tidak ditemukan juga penafsiran dalam Qur‟an, sunnah maupun dalam pendapat para sahabat maka sebagian besar ulama, dalam hal ini, memeriksa pendapat para tabi‟in (generasi setelah sahabat). Pengetahuan bahasa Arab dengan segala cabangnya, karena Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab dan pemahaman tentangnya amat tergantung pada penguraian mufradât (kosa kata) lapazh-lapazh dan pengertian-pengertian yang ditunjukkannya menurut letak kata-kata dalam rangkaian kalimat. Pengetahuan tentang pokok-pokok ilmu yang berkaitan dengan Qur‟an, seperti ilmu qira‟ah, ilmu tauhid, ilmu usul terutama usulut tafsir dengan mendalami masalah-masalah (kaidah-kaidah) yang dapat memperjelas sesuatu makna dan meluruskan maksud-maksud Qur‟an, seperti pengetahuan tentang as-babun nuzul, nasikh-mansukh dan lain sebagainya. Pemahaman yang cermat sehingga mufassir dapat mengukuhkan sesuatu makna atas yang lain atau menyimpulkan makna yang sejalan dengan nas-nas syari‟at.193
Dalam Al-Qur‟ân surah An-Nisâ ayat 105 dan An-Nahl ayat 44:
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.” Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” 193
Mannâ„ Khalîl al-Qattân, loc. cit., hlm. 462-465.
161
Penulis memahami bahwa M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayatayat kiamat bertentangan dengan syarat-syarat mufassir nomor empat sampai enam. Khususnya perihal turunnya Nabi Isa as. Penulis memahami, seharusnya mufassir; M. Quraish Shihab menafsirkan surah Ali-Imrân ayat 55 berdasarkan hadis-hadis Rasulullah saw. atau sunnahnya, kemudian mengutip pendapat sahabat, tabi‟in, dan ulama-ulama klasik. Hadis-hadis yang menerangkan tentang turunnya Nabi Isa as. Sebelum kiamat terjadi cukup banyak. Bahkan para ulama ada yang berpendapat hadishadis tentang turunnya Nabi Isa as. mencapai derajat mutawatir. Penulis akan menguraikan dalil-dalil naqli ( al-Qur‟ân dan al-Sunnah) untuk membuktikan bahwa hadis-hadis tentang turunnya Nabi Isa as. Sumber rowinya tidak hanya bersumber dari Ka’ab al-Ahbâr dan Wahb Ibn Munabbih.
162
M. Quraisy Shihab mengatakan dalam Tafsîr Al-Misbâh pada jilid dua halaman seratus lima, bahwa …………….hadis-hadis tersebut diperselisihkan nilainya, bahkan sementara peneliti berpendapat bahwa walaupun hadisnya banyak, tetapi kesemuanya bersumber dari dua orang yaitu Ka’ab al-Ahbâr dan Wahb Ibn Munabbih. Argumentasi yang penulis paparkan mudah-mudahan menjadi bahan pertimbangan dan dapat dijadikan renungan dan pemikiran, karena perihal turunnya Nabi Isa as. di akhir zaman adalah masalah keimanan kepada Allah swt. dan kepada para Rasul-Nya.
163
BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
Pada bab sebelumnya telah dikemukakan penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah Kiamat. Ayat-ayat tentang kiamat itu banyak sekali, dalam al-Qur‟ân di samping ayat-ayatnya menggunakan
164
istilah Kiamat, di ayat-ayat lain juga menggunakan istilah yang berbeda sampai para ulama untuk istilah Kiamat ada tiga puluh dua istilah. Di dalam bab berikut ini akan dikemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penafsiran M. Quraisy Shihab terhadap ayat-ayat yang berhubunga dengan masalah Kiamat. Kemudian dilanjutkan kepada saran-saran dan penutup. A. Kesimpulan Dari beberapa penjelasan dan uraian Quraisy Shihab tentang ayat-ayat Kiamat dalam Tafsir Al-Misbah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penafsiran terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah Kiamat, Quraisy Shihab menggunakan metode Tahlili dan Maudhu‟i. 2. Al-Qur‟ân banyak menerangkan tentang dahsyatnya hari kiamat agar manusia memperhatikan dan mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa hari kiamat itu pasti akan terjadi. Dan yang mengetahui kapan terjadinya, hanyalah Allah swt. semata.
B. Saran-saran
1. Bagi peneliti selanjutnya - Dalam mengkaji tafsir Al-Misbâh, tentunya hasil penelitian yang penulis paparkan masih kurang sempurna dan kepada para peneliti
165
selanjutnya agar lebih bersungguh-sungguh
dalam melakukan
penelitian, agar masalah yang penulis kaji menjadi sempurna.
2. Bagi Fakultas Ushuluddin - Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan telaah ulang, dan dapat dijadikan sumber referensi untuk menambah khazanah keislaman yang berkaitan dengan penafsiran tentang kiamat.
166