28973_fiqh B.pdf

  • Uploaded by: Raditya Adyatma
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 28973_fiqh B.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 13,823
  • Pages: 30
Hukum Haji Mengerjakan ibadah haji hukumnya wajib ’ain, sekali seumur hidup bagi setiap muslim yang telah mukallaf dan mampu melaksanakannya. Syarat-syarat haji a. Beragama Islam b. Berakal sehat c. Balig, d. Merdeka, bukan hamba sahaya. e. Kuasa atau mampu mengerjakanya. Yang dimaksud dengan kuasa atau mampu mengerjakan ibadah haji, yaitu: 1) Sehat jasmani dan rohani 2) Mempunyai ongklos dan cukup bekal dalam perjalanan. 3) Adanya kendaraan yang diperlukan. 4) Aman dalam perjalanan. 5) Bagi wanita ada muhrim yang menyertainya. Rukun ibadah haji itu ada enam : a. Ihram b. Wukuf, yaitu memulai berkumpulnya jemaah haji di Padang Arafah, pada tanggal 9 Zulhijjah, dari waktu zuhur sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah. 1). Wajib Wukuf: a) Dilakukan di dalam daerah Arafah (Kalau sempat keluar walau sejengkal sebelum terbenam, diwajibkan membayar dam) b) Dilakukan hingga terbenam matahari (kalau mengakhirinya sebelum terbenam, wajib membayar dam). 2) Sunnah-Sunnah Wukuf: a) Melakukan shalat Zhuhur dan Asar (dijama' dan diqashar) b) Mendengarkan secara khidmad Khutbah Arafah c) Memperbanyak dzikir, doa atau baca Al Qur'an. c. Tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad. Tawaf rukun haji dinamakan tawaf ifadah. Syarat Tawaf Ifadah sebagai berikut: a) Menutup Aurat. Hadis nabi yang artinya: b) Suci dari hadas dan najis c) Ketika sedang tawaf, kabah berada disebelah kiri orang yang sedang mengerjakan tawaf. d) Mengelilingi kabah tujuh kali, tiga kali sambil lari-lari kecil, dan empat kali sambil berjalan biasa, dimulai dari Hajar Aswad sambil menciumnya. Ketika mencium Hajar Aswad disunatkan membaca:

“ Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar”

‫بِ ْس ِم هللاِ هللاُ اَ ْك َب‬

1) Macam-macan Thawaf a) Tawaf Ifadah, adalah tawaf yang termasuk rukun ibadah haji. b) Tawaf Qudum, adalah tawaf ketika baru tiba di kota Mekah sebagai penghormatan yang pertama terhadap Kabah dan Masjidil Haram. c) Tawaf Wada, adalah tawaf ketika akan meninggalkan kota Mekah sebagai perpisahan dengan kota suci, Kabah dan Masjidil Haram. d) Tawaf Sunat, adalah tawaf selai yang telah dijelaskan di atas, trawaf yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.. 2) Sunnah-sunnah Thawaf a) Istilam (mengusap) dan mencium Hajar Aswad ketika memulai thowaf dan pada setiap putaran. Cara istilam adalah meletakkan tangan pada Hajar Aswad dan menempelkan mulut pada tangannya dan menciumnya. b) Pada 3 putaran pertama, bagi laki-laki melakukan harwalah (berlari-lari kecil) c) Istilam (mengusap) rukun Yamani. Rukun Yamani tidak perlu dicium dan tidak perlu sujud di hadapannya. Adapun selain Hajar Aswad dan Rukun Yamani, maka tidak disunnahkan untuk diusap.

d) Shalat di belakang "Maqam Ibrahim" dengan membaca: pada raka'at pertama alfaatihah dan Al Kaafirun dan pada raka'at kedua al faatihah dan Al Ikhlas e) Menjaga pandangan dari berbagai hal yang melalaikan. f) Berdoa di depan "Multazam" (sesuai hajat masing-masing). g) Meminum air zamzam (turun menuju tempat sumur zam zam). d. Sa’i, yaitu berlari-lari kecil dari Safa ke Marwah Syarat-syarat melakukan sa’i adalah : - Dilakukan setelah thawaf ifadhah ataupun thawaf qudum, - Dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di bukit Marwah, - Dilakukan tujuh kali perjalanan, dari Shafa ke marwah dihitung sekali dan dari Marwah ke Shafa dihitung sekali perjalanan pula. Adapun di antara sunat sa’i adalah: - Berjalan biasa di antara Shafa dan Marwah, kecuali ketika melewati dua tiang atau pilar dengan lampu hijau, sunat berlari-lari kecil bagi pria. - Memperbanyak bacaan kalimat tauhid, takbir dan doa ketika berada di atas bukit shafa dan Marwah dengan cara menghadap ke arah ka’bah - Membaca doa di sepanjang perjalanan Shafa - Marwah, dan ketika sampai di antara pilar hijau membaca doa :

ِ‫ر‬ ‫السبِْي َل األَقْ َو َام‬ َّ ‫ب ا ْغ ِف ْر َو ْار َح ْم َو ْاه ِدِِن‬ َ

Artinya: ”Ya Allah mohon ampun, kasihanilah dan berilah petunjuk jalan yang lurus”.

e. Tahalul, adalah menghalalkan kembali apa-apa yang tadinya dilarang ketika masih dalam keadaan ihram. Caranya adalah dengan mencukur atau menggunting rambut sekurang-kurangnya tiga helai. Acara tahallul ini dalam ibadah haji dapat diibaratkan ucapan salam dalam shalat, setelah tahallul, maka selesailah ibadah haji kita. Tahallul ada dua macam; 1) Tahallul pertama adalah melakukan pemotongan rambut baik secara keseluruhan atau hanya sebagianm walau hanya sepanjang 2 inci oleh Syafi'i, setelah melakukan dua rukun ditambah satu wajib haji. Jadi setelah melakukan ihram (rukun 1) lalu wukuf (rukun 2), dilanjutkan dengan melempar Jamrah Aqabah, sesorang haji telah diperbolehkan untuk melakukan tahallul pertama. Orang yang telah melakukan tahallul pertama, telah bebas dari beberapa larangan-larangan ihram, kecuali hubungan suami isteri (jima'). 2) Tahallul kedua adalah jika semua rangkaian rukun haji telah dilakukan, termasuk thawaf ifadhah dan Sai' haji. Tahallul kedua tidak dilakukan pemotongan, melainkan jatuh dengan sendirinya jika kedua hal di atas telah dilakukan. Setelah tahallul kedua jatuh, semua larangan ihram boleh dilakukan kembali, termasuk hubungan suami isteri. f.

Tertib, yaitu mengerjakan ibadah haji yang termasuk rukun diatas sesuai dengan urutanya

Wajib Haji Wajib haji adalah amalan-amalan dalam ibadah haji yang wajib dikerjakan, tetapi sahnya haji tidak tergantung kepadanya. Jika ia ditinggalkan, hajinya tetap sah dengan cara menggantinya dengan dam (bayar denda).,Wajib haji ada tujuh, yaitu: a. Berihram sesuai miqatnya, b. Bermalam di Muzdalifah, c. Bermalam (mabit) di Mina, d. Melontar jumrah Aqabah, e. Melontar jumrah Ula, wustha dan Aqabah, f. Menjauhkan diri dari muharramat Ihram. g. Thawaf wada’. 1. Miqat haji Miqat adalah batas waktu atau tempat yang sudah ditentukan untuk memulai ihram dalam melaksasnakan ibadah haji. Miqat ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani. a. Miqat zamani adalah waktu sahnya diselenggarakan pekerjaan-pekerjaan haji. Orang yang melaksanakan ibadah haji ia harus melaksanakannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan, tidak dapat dikerjakan pada sembarang waktu. Allah swt berfirman: Firman Allah:

                                 Artinya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaikbaik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqarah: 197) Miqat zamani dimulai dari awal bulan Syawal sampai dengan terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijjah atau pada akhir pelaksanaan wukuf di padang Arafah. b. Miqat makani Miqat Makani adalah tempat memulai ihram bagi orang-orang yang hendak mengerjakan haji dan umrah. Dalam miqat makani ada beberapa tempat untuk melakukan ihram, di anataranya: 1. Bagi orang yang tinggal di Makkah hendaknya ia ihram di rumahnya masing-masing 2. Bagi orang yang datang dari arah Madinah atau sejajar dengan Madinah, miqatnya di Zulhulaifah atau bir Ali 3. Bagi orang yang datang dari arah Syam, Mesir, Maghribi, dan Negara-negara yang sejajar dengan daerah tersebut maka miqatnya di Juhfah atau dekat Juhfah, yaitu suatu kampong yang bernama Rabig 4. Bagi orang yang datang dari arah Yaman, India, Indonesia, dan negra-negara yang sejajar dengan Negara tersebut, maka miqatnya di Yalamlam (bukit dari beberapa bukit Tuhamah). Ini jika naik kapal laut 5. Bagi orang yang datang dari arah Najdil Yaman dan Negeri Hijaz atau Negara yang sejajar dengan daerah tersebut, maka miqatnya di Qarnul Manazil 6. Bagi orang yang datang dari arah Iraq dan Negara yang sejajar dengan daerah tersebut, maka miqatnya di Zutu Irqin 2. Sunah haji a. Mendahulukan haji daripada umrah. b. Mandi ketika hendak ihram atau sebelum memakai baju ihram c. Shalat sunah ihram dua rakaat. d. Memperbanyak membaca talbiyah, zikir, dan berdo’a setelah berihram sampai tahallul. e. Mencium atau mengusap Hajar Aswad di setiap putaran dalam thawaf, kalau tidak bisa cukup diganti dengan isyarat tangan kanan. Demikian juga mengusap Rukun Yamani disetiap putaran, kalau tidak bisa tidak perlu diganti dengan isyarat tangan

f. g. h. i.

Melakukan tawaf qudum ketika baru masuk ke Masjidil Haram. Menunaikan shalat dua rakaat setelah tawaf qudum. Masuk ke dalam Ka’bah(Baitullah). Minum air zam-zam ketika selesai tawaf.

3. Larangan ibadah haji a. Larangan bagi jama’ah pria: 1) Memakai pakaian yang berjahit selama ihram. 2) Memakai tutup kepala sewaktu ihram. 3) Memakai yang menutupi mata kaki sewaktu ihram. b. Larangan bagi jama’ah wanita: 1) Memakai tutup muka atau cadar 2) Memmakai sarung tangan c. Larangan bagi jama’ah pria dan wanita: 1) Memotong dan mrencabut kuku 2) Memotong atau mencabut bulu kepala 3) Mencabut bulu badan lainnya

4) Menyisir rambut kepala dan lain-lain 5) Memakai harum-haruman pada badan, pakaian maupun rambut, kecuali yang di pakai sebelum 6) 7) 8) 9) 10) 11)

ihram. Memburu atau membunuh binatang darat dengan cara apapun ketika dalam ihram. Mengadakan perkawinan, mengawinkan orang lain atau menjadi wali dalam akad nikah atau melamar . Bercumbu rayu sahwat atau bersenggama. Mencacimaki, mengupat, bertengkar. Mengucapkan kata-kata kotor, dan lain-lain. Memotong atau menebang pohon atau menabur segala macam yang tumbuh di tanah suci.

4. Dam atau Denda Jenis-jenis dam (denda) adalah sebagai berikut : a. Bersenggama dalam keadaan ihram sebelum tahallul pertama, damnya berupa kifarat yaitu: 1) Menyembelih seekor unta, jika tidak dapat maka 2) Menyembelih seekor lembu, jika tidat dapat maka 3) Menyembelih tujuh ekor kambing, jika tidak dapat maka 4) Memberikan sedekah bagi fakir miskin berupa makanan seharga seekor unta, setiap satu mud ( 0,8 kg) sama dengan satu hari puasa, hal ini diqiyaskan dengan kewajiban puasa dua bulan berturut-turut bagi suami- istri yang senggama di siang hari bulan Ramadhan. b. Berburu atau membunuh binatang buruan, damnya adalah memilih satu di antara tiga jenis berikut ini : 1) Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang diburu atau dibunuh. 2) Bersedekah makanan kepada fakir miskin di tanah Haram senilai binatang tersebut. 3) Berpuasa senilai harga binatang dengan ketentuan setiap satu mud berpuasa satu hari. c. Mengerjakan salah satu dari larangan berikut : 1) Bercukur rambut 2) Memotong kuku 3) Memakai pakaian berjahit. 4) Memakai minyak rambut 5) Memakai harum-haruman. 6) Bersenggama atau pendahuluannya setelah tahallul pertama. Damnya berupa dam takhyir, yaitu boleh memilih salah satu di antara tiga hal, yaitu : 1) Menyembelih seekor kambing 2) Berpuasa tiga hari 3) Bersedekah sebanyak tiga gantang ( 9,3 liter) makanan kepada enam orang fakir miskin. d. Melaksanakan haji dengan cara tamattu’ atau qiran, damnya dibayar dengan urutan sebagai berikut: 1) Memotong seekor kambing, bila tidak mampu maka 2) Wajib berpuasa sepuluh hari, tiga hari dilaksanakan sewaktu ihram sampai idul adha, sedangkan tujuh hari lainnya dilaksanakan setelah kembali ke negerinya. e. Meninggalkan salah satu wajib haji sebagai berikut: 1) Ihram dari miqat 2) Melontar jumrah 3) Bermalam di Muzdalifah 4) Bermalam di Mina pada hari tasyrik 5) Melaksanakan thawaf wada’. Damnya sama dengan dam karena melaksanakan haji dengan tamattu’ atau qiran tersebut di atas. Macam-macam haji Ibadah haji adalah ibadah yang berbeda dengan ibadah yang lainnya, yaitu hanya a. Haji Qiron, yaitu seorang berihram untuk melaksanakan umrah dan haji secara bersamaan, b. Haji Ifrod, yaitu seorang yang berihram untuk melaksanakan ibadah haji dulu baru umrah c. Haji Tamathu', yaitu seorang berihram untuk melaksanakan umrah dulu baru haji Pengertian Umroh Menurut bahasa umrah berarti ziarah ataun berkunjung, sedangkan menurut istilah syara’, umrah adalah menziarahi ka’bah di Mekah dengan niat beribadah kepada Allah di sertai syarat-syarat tertentu. Umrah di sebut juga dengan haji kecil, umrah ada dua macam yaitu: a. Umrah sunnah, yaitu umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu atau kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji). b. Umrah wajib yaitu yang dilaksanakan dalam rangkaian ibadah haji dan dilaksanakan pada batas waktu haji (bulan-bulan haji).

Syarat Wajib Dan Syarat Sah Umroh a. Islam b. Baligh c. Berakal d. Merdeka Rukun umrah itu ada lima, yaitu : a. Ihram, yaitu niat memulai mengerjakan ibadah umrah. b. Tawaf, yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali c. Sa’i d. Tahalul (mencukur atau menggunting rambut paling sedikit tiga helai rambut) e. Tertib (dilakukan secara berurutan) Wajib umrah ada dua macam, yaitu sebagai berikut : a. Niat ihram dari miqat b. Meninggalkan dari segala larangan umrah , sebagaimana halnya larangan dalam mengerjakan haji Hikmah Diwajibkannya Haji Dan Umroh 1. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah 2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah 3. Dapat terbukanya wawasan, 4. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam 5. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin 6. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati 7. Mempelajari Agama Allah swt. Pengertian Sedekah Sedekah ialah penyerahan hak milik suatu benda yang diberikan tanpa imbalan kepada orang yang membutuhkan, semata-mata hanya mengharap ridha Allah swt. Hukum Sedekah Hukum sedekah adalah sunnah muakad (sunnah yang sangat dianjurkan). Namun begitu pada kondisi tertentu sedekah bisa menjadi wajib. Misalnya ada seorang yang sangat membutuhkan bantuan makanan datang kepada kita memohon sedekah. Keadaan orang tersebut sangat kritis, jika tidak diberi maka nyawanya menjadi terancam. Sementara pada waktu itu kita memiliki makanan yang dibutuhkan orang tersebut, sehingga kalau kita tidak memberinya kita menjadi berdosa. Dalil Tentang Sedekah Dasar hukum disyariatkannya sedekah adalah sebagai berikut: a. Al-Qur‘an

ِ ِ ْ‫ب ولَ ِك َّن الِْ َّب من آمن ِِب ََّّللِ والْي وِم ا‬ ِ ِ ‫آلخ ِر َوالْ َمالَئِ َك ِة‬ َ ‫س الِْ َّب أَ ْن تُ َولُّوا ُو ُج‬ َْ َ َ ‫وه ُك ْم قبَ َل الْ َم ْش ِرق َوالْ َم ْغ ِر‬ ََ َْ َ ‫لَْي‬ ِِ َّ ‫السبِ ِيل و‬ ِ ِ ِ َ‫والْ ِكت‬ ‫ني َوِِف‬ َ ‫السائل‬ َ ‫ني َوآتَى الْ َم َال َعلَى ُحبِه َذ ِوي الْ ُق ْرََب َوالْيَ تَ َامى َوالْ َم َساك‬ َ ِ‫اب َوالنَّبِي‬ َ َّ ‫ني َوابْ َن‬ َ ِ َ‫الرق‬ ِ ‫اب‬ Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat-nya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya…” (Q.S. al-Baqarah : 177). Rukun Sedekah a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk mentasharrufkan (memperedarkannya) b. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak syah memberi kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang, karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu. c. Ijab dan qabul. Ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi sedangkan qabul, ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian d. Barang yang diberikan, syaratnya adalah barang tersebut yang dapat dijual.

Dari ayat al-Qur’an di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwasnnya pahala shadaqah bisa hilang dikarenakan: a. Menyebut-nyebut shadaqah yang sudah diberikan dalam artian mengungkit-ungkitnya baik kepada si penerimana maupun kepada orang lain. b. Menyinggung hati si penerima shadaqah. c. Riya’ atau mempunyai niat ingin di puji dan disanjung oleh orang lain. Pengertian hibah hukumnya Menurut bahasa hibah artinya pemberian. Sedangkan menurut istilah hibah ialah pemberian sesuatu kepada seseorang secara cuma-cuma, tanpa mengharapkan apa-apa sebagai tanda kasih sayang. Hukum asal hibah adalah mubah (boleh). Tetapi berdasarkan kondisi dan peran si pemberi dan si penerima hibah bisa menjadi wajib, haram dan makruh. Hukum Hibah a. Wajib Hibah suami kepada kepada istri dan anak hukumnya adalah wajib sesuai kemampuannya. b. Haram Hibah menjadi haram manakala harta yang diberikan berupa barang haram, misal minuman keras dan lain sebagainya. Hibah juga haram apabila diminta kembali, kecuali hibah yang diberikan orangtua kepada anaknya (bukan sebaliknya). c. Makruh Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapat imbalan sesuatu baik berimbang maupun lebih hukumnya adalah makruh. Rukun Hibah dan Syarat-syaratnya Rukun hibah ada empat, yaitu : a. Wahib Wahib adalah pemberi hibah yang menghibahkan barang miliknya. Wahib disyaratkan : 1) Memiliki sesuatu untuk dihibahkan 2) cakap dalam membelanjakan harta, yakni balig dan berakal, 3) Memberi atas dasar kemauan sendiri, 4) Dibenarkan melakukan tindakan hukum . b. Mauhub Lahu Mauhub Lahu adalah penerima hibah, dia disyaratkan disyaratkan sudah wujud ketika akad hibah dilakukan. c. Mauhub adalah barang yang dihibahkan. Syaratnyasebagai berikut: 1) Milik sempurna wahib. 2) Sudah ada ketika akad hibah dilakukan 3) Memiliki nilai atau harga 4) Berupa barang yang boleh dimiliki menurut agama. 5) Telah dipisahkan dari harta milik penghibah 6) Dapat dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah d. Ijab Qabul Hikmah Hibah a. akan terhindar dari sifat kikir atau bakhil b. akan terbentuk sifat dermawan bagi pemberi hibah c. akan dilapangkan rejekinya dan dimudahkan urusannya.

Pengertian hadiah dan hukumnya Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk memuliakan atau memberikan penghargaan. Hukum dan Dalil Hadiah Hukum hadiah adalah mubah. Terdapat perintah untuk menerima hadiah apabila tidak ada padanya sesuatu yang syubhat atau haram.

Rukun dan Syarat Hadiah Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun shadaqah, yaitu a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan yang berhak mentasyarrufkannya (memanfaatkannya) b. Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki. c. Ijab dan qabul d. Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual D. Persamaan dan perbedaan Sedekah, Hibah dan Hadiah Persamaan, sedekah ,hibah dan hadiah adalah: 1. Sedekah,hibah,dan hadiah merupakan wujud kedermawaan yang dimiliki seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi. 2. Ketiganya diberikan secara cumu cuma tanpa mengharapkan pemberian kembali dalam bentuk dan wujud apapun. Sedangkan perbedaannya adalah: 1. Sedekah dan hibah diberikan kepada seseorang karena rasa iba,kasih sayang,atau ingin mempererat persaudaraan. 2. Hadiah diberikan kepada seseorang sebagai imbalan jasa atau penghargaan atas prestasi yang dicapai. 3. Sedekah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya, sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang yang dihormati. E. Perbedaan Antara Hadiah Dengan Suap 1. Hadiah merupakan pemberian yang dianjurkan syariat, dan ia termasuk pemasukan yang halal bagi seorang muslim. Sedangkan suap adalah, pemberian yang diharamkan syariat, dan ia termasuk pemasukan yang haram dan kotor. 2. Hadiah diberikan dengan maksud untuk silaturrahim dan kasih-sayang, seperti kepada kerabat, tetangga atau teman, atau pemberian untuk membalas budi. Sedangkan suap diberikan untuk mencari muka dan mempermudah dalam hal yang batil. 3. Pemberian hadiah dilakukan secara terang-terangan atas dasar sifat kedermawanan dan memotivasi orang lain untuk bisa berprestasi. Sedangkan pemberian suap dilakukan secara sembunyi, dibangun berdasarkan saling tuntut- menuntut, biasanya diberikan dengan berat hati. 4. Hadiah, pemberiannya tidak bersyarat. Sedangkan suap ketika memberinya tentu dengan syarat yang tidak sesuai dengan syariat, baik syarat tersebut disampaikan secara langsung maupun secara tidak langsung. 5. Hadiah diberikan setelahnya, sedangkan suap -biasanya- diberikan sebelum pekerjaan F. Hikmah Dan Manfaat Shadaqah,Hibah Dan Hadiah 1. Menumbuhkan rasa kasih sayang sesama umat manusia 2. Menjadikan harta benda menjadi berlipat 3. Terjauh dari murka Allah swt. 4. Terjauh dari siksa neraka 5. Terjauh dari berbagai macam bencana 6. Didoakan oleh malaikat setiap hari. 7. Dapat membantu meringankan beban orang lain 8. Sebagai Obat penyakit 9. Memperoleh Pahala yang Mengalir Terus 10. Menghapus Kesalahan makanan yang dimakan oleh seorang Muslim hendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu: a. Halal, artinya diperbolehkan untk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum syara’ b. Baik/Thayyib, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan. Pertama: Makanan dan minuman harus halal. halalnya suatu makanan harus meliputi tiga hal, yaitu: a. Halal cara mendapatkannya. b. Halal karena proses/cara pengolahannya. c. Halal karena dzatnya. Kedua, makanan dan minuman harus tayyib artinya baik bagi tubuh dan kesehatan. Makanan yang membahayakan kesehatan misalnya mengandung formalin, mengandung pewarna untuk tekstil, makanan berlemak yang berlebihan, dan lain-lain dikatakan tidak tayyib

Adapun jenis makanan atau binatang yang halal dimakan, 1. Semua makanan dan minuman yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. 2. Semua makanan yang baik, tidak kotor dan tidak menjijikan. 3. Semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan kesehatan jasmani dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah. 4. Binatang ternak, seperti: kerbau, sapi, unta, kambing, domba dan lain-lain. 5. Sebangsa belalang juga halal, bahkan bangkainyapun boleh dimakan walaupun tanpa disembelih, 6. Binatang hasil buruan yang diperoleh dari hutan seperti kijang, kancil atau ayam hutan halal dimakan dagingnya, 7. Binatang yang Hidup di Laut/Air Semua binatang yang hidup di laut atau di air adalah halal untuk dimakan baik yang ditangkap maupun yang ditemukan dalam keadaan mati (bangkai), kecuali binatang itu mengandung racun atau membahayakan kehidupan manusia. Halalnya binatang laut ini berdasarkan dalildalil berikut : Allah swt berfirman:

ِ ‫اعا لَ ُك ْم‬ ً َ‫صْي ُد الْبَ ْح ِر َوطَ َع ُامهُ َمت‬ َ ‫أُح َّل لَ ُك ْم‬

Artinya: ”Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, (Q.S. Al-Maidah:96) 8. Kuda Manfaat mengonsumsi makanan dan minuman yang halal a. Terjaga kesehatnnya sehingga dapat mempertahankan hidupnya sampai dengan batas yang ditetapkan Allah Swt b. Mendapat ridha Allah Swt karena memilih jenis makanan dan minuman yang halal c. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat, serta mendapat perlindungan dari Allah swt, d. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari, dan itu tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya, e. Memiliki akhlaqul karimah karena telah menaati perintah Allah Swt sekaligus terhindar dari akhlak madzmumah (tercela)

Pengertian Makanan & Minuman Yang Haram Haram artinya dilarang, jadi makanan dan minuman yang haram adalah makanan dan minuman yang diharamkan di dalam Al Qur’an dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang melarang, berarti halal. Setiap makanan dan minuman yang diharamkan atau larang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan mendapat pahala. Jenis Makanan dan Minuman Yang Diharamkan Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena dzatnya). Maksudnya hukum asal dari makanan itu sendiri memang sudah haram. Haram bentuk ini ada beberapa, diantaranya: 1) Daging babi 2) Darah 3) Khamar (minuman keras) 4) Semua Jenis Burung Yang Bercakar, Yang Dengan Cakarnya Ia Mencengkeram Atau Menyerang Mangsanya.

ِ َِّ ‫ول‬ ِ ‫ب ِمن‬ ٍ ٍ َ‫السبَ ِاع و َع ْن ُك ِل ِذى ِِمْل‬ ‫ب ِم َن الطَِّْي‬ ُ ‫نَ َهى َر ُس‬ َ َ ‫ َع ْن ُك ِل ذى ََن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬

“Rasulullah  melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring dan semua burung yang mempunyai cakar.” (HR.Muslim Yang dimaksud burung yang memiliki cakar di atas adalah yang buas, seperti burung Elang dan Rajawali. Sehingga tidak termasuk sebangsa ayam, burung merpati dan sejenisnya 5) Semua Binatang Buas Yang Bertaring

ِ ِ ‫ب ِمن‬ ٍ ‫السبَ ِاع فَأَ ْكلُهُ َحَرام‬ َ ‫ُك ُّل ذي ََن‬

Artinya: “Semua binatang buas yang bertaring, maka mengkonsumsinya adalah haram.” (HR. Muslim

6) Binatang yang diperintahkan supaya dibunuh

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم مخس فواسق يقتلن ىف احلل واحلرام احلية‬،‫عن عا ئشة رضي هللا عنها‬ )‫والغراب األبقع الفأرة ولكلب العقور واحلدأة (رواه مسلم‬ Artinya: “Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda: Lima hewan fasik yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun haram yaitu ular, gagak, tikus, anjing hitam (gila), burung elang.” (HR. Muslim) Demikian pula cecak, termasuk binatang yang diperintahkan untuk dibunuh, sebagaimana diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash , dia berkata:

َّ ‫أ‬ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ ََمَر بَِقْت ِل الْ َوَزِغ َو ََسَّاهُ فُ َويْ ِس ًقا‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ِ‫َن الن‬ َ ‫َِّب‬

Artinya: “Bahwa Nabi saw memerintahkan untuk membunuh cecak, dan beliau menamakannya Fuwaisiqah (binatang jahat yang kecil)”. 7) Binatang yang dilarang untuk dibunuh. Ada empat macam binatang yang dilarang dibunuh. Binatang tersebut telah tersebut dalam hadits berikut:

ِ ‫َعن اب ِن َعبَّاس نَهى النَِِّب صلى هللا عليه وسلم َعن قَتَل أَربع ِمن الدو‬ ‫َّحلَة َوا ْْلُْد ُه ِد‬ ْ ‫اب لنَ ْملَة َوالن‬ َ ْ َ َْ َ ْ َ )‫الصَرد (رواه أمحد‬ ُّ ‫َو‬

Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw. melarang membunuh 4 hewan : semut, tawon, burung hud-hud dan burung surad.” (HR Ahmad)

8) Binatang Yang Buruk Atau Menjijikkan 9) Semua makanan yang bermudharat terhadap kesehatan manusia -apalagi kalau sampai membunuh diri- baik dengan segera maupun dengan cara perlahan

a. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal). 1) Bangkai Yaitu semua binatang yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i dan juga bukan hasil perburuan. Jenis-jenis bangkai: o Al-Munhaniqoh, yaitu binatang yang mati karena tercekik. o Al-Mauqudzah, yaitu binatang yang mati karena terkena pukulan keras. o Al-Mutaroddiyah, yaitu binatang yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi. o An-Nathihah, yaitu binatang yang mati karena ditanduk oleh binatang lainnya. o Binatang yang mati karena dimangsa oleh binatang buas. o Semua binatang yang mati tanpa penyembelihan, seperti disetrum. o Semua binatang yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah. o Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca basmalah. o Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan: o Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa semua hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok. o Belalang. Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar , bahwa Rasulullah saw. bersabda:

ِ ‫ان فَالْ َكبِ ُد و‬ ِ ِ ‫اْلراد وأ ََّما الدَّم‬ ِ َ‫ان فَأ ََّما الْمي تَ ت‬ ِ ‫ان ودم‬ ِ ‫ال‬ ْ َ‫ان ف‬ ُ ‫الط َح‬ ْ َّ‫أُحل‬ ُ ُ‫احل‬ َْ َ َ َ َ َ‫ت لَنَا َمْي تَ ت‬ َ َ ُ ََْ ‫وت َو‬

Artinya: “Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad ) o Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. 2) 3) 4)

Binatang Disembelih Untuk Sesaji Binatang Yang Disembelih Tanpa Membaca Basmalah Jallalah

Yaitu binatang yang sebagian besar makanannya adalah feses (kotoran manusia atau hewan lain atau najis), baik berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda, angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses), dan selainnya 5) Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti mencuri, korupsi, menipu, merampok, hasil judi, undian harapan, taruhan, menang togel dan sebagainya. 6) Semua Makanan Halal Yang Tercampur Najis. Contohnya seperti mentega, madu, susu, minyak goreng atau selainnya yang kejatuhan tikus atau cecak. Akibat Dari Memakan Makanan Dan Minuman Yang Haram 1. Amal ibadahya tidak akan diterima dan doanya tidak akan dikabulkan Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: 2. Makanan dan minuman haram bisa merusak jiwa (terutama minuman keras yang mengandung alkohol), seperti: a. Kecerdasan menurun b. Cenderung lupa dan melakukan hal-hal yang negatif c. Senang menyendiri dan melamun d. Semangat kerja berkurangn 3. Makan dan minuman yang haram dapat membahayakan kesehatan 4. Makanan dan minuman yang haram memubadirkan harta 5. Menimbulkan permusuhan dan kebencian 6. Menghalangi terkabulnya doa, karena telah melanggar aturan Allah swt 7. Menghalangi mengingat Allah A. Usaha - usaha untuk menghindari makanan dan minuman ynag haram. 1. Tanamkan di dalam diri sikap benci dan tidak suka terhadap makanan dan minunam yang diharamkan 2. Hendaklah difahami betul macam-macam makanan dan minuman yang diharamkan 3. Jika terdapat keraguan terhadap makanan dan minuman tersebut tanyakanlah kepada ulama terdekat 4. Bbersikap hati-hati terhadap makanan dan minuman yang telah diolah atau dalam kemasan 5. Ttanamkan keyakinan di dalam diri bahwa makan dan minum sesuatu yang haram akan merusak dan membahayakan jiwa kita 6. Mmenjauhi pergaulan yang mengarah pada makanan dan minuman ynag haram. B. Adab Makan Dan Minum Selain kondisi makanan, tatacara makan dan minum pun tidak luput dari perhatian syariat Islam. 1. Sebelum menyantap makanan kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Berniat makan dan minum untuk menambah kekuatan agar dapat menjalankan ibadah dengan baik. b. Tidak makan dan minum secara berlebihan atau melampaui batas yang diperlukan tubuh maupun melampauai batas yang dihalalkan. c. Makan dan minum dengan teratur, baik pagi, siang, maupun sore hari. d. Makan di tempat yang nyaman dan pantas. 2. Ketika sudah menghadapi hidangan perhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kalau makan bersama, ambillah makanan yang dekat dan menggunakan tangan kanan. b. Tidak terlalu banyak mengambil makanan ke dalam piring. c. Membaca doa sebelum makan : d. Gunakan tangan kanan untuk makan/menyuap. e. Bila makan menggunakan sendok dan garpu, peganglah sendok dengan tangan kanan dan garpu di tangan kiri. f. Tidak membenturkan sendok/garpu dengan gigi atau piring makan sehingga menimbulkan bunyi. g. Jangan makan sambil berbicara. h. Tidak meniup makanan ataupun sambil bernafas ketika minum. i. Masukkan makanan kedalam mulut sedikit demi sedikit, jangan makan dengan suapan yang terlalu besar. j. Jangan mencela makanan yang tidak disukai. k. Kunyahlah makanan sampai lembut sebelum ditelan. l. Jangan terburu-buru saat makan. m. Rasakan nikmatnya makanan yang dimakan untuk timbul rasa syukur kepada Allah SWT.

n. o. p. q. r.

Berhentilah makan sebelum terlalu kenyang. Jangan menyisakan makanan di piring makan. Mengambil minuman dengan tangan kanan. Minumlah minuman seteguk demi seteguk tanpa bernafas. Jangan minum langsung dari teko, botol dan sejenisnya, tetapi tuang terlebih dahulu ke dalam gelas. s. Jangan sekali minum langsung habis. t. Mencuci tangan setelah selesai. u. Membaca doa selesai makan : v. Merapikan peralatan dan tempat makan. 3. Dengan makan dan minum sesuai dengan adab yang baik, menunjukkan bahwa kita : a. Manusia yang beradab b. Merefleksikan rasa syukur atas rizki Allah SWT Menghormati makanan dan minuman bahwa mereka adalah makhluk Allah yang disediakan untuk manusia 1. Pengertian Penyembelihan Hewan Sembelihan dalam bahasa Arab disebut Al-Dzakah asalnya berarti wewangian, halal, lezat, manis dan sempurna. Sedangkan secara istilah adalah memutus jalan makan. minium nafas dan urat nadi pada leher binatang yang disembelih dengan pisu, pedang, atau alat lain yang tajam sesuai dengan ketentuan syara`. Maksudnya hewan yang disembelih sesuai dengan ketentuan syara’ akan menjadikan hewan sembelihan itu menjadi baik, suci, halal, dan lezat untuk dimakan. 2. Syarat-Syarat Penyembelihan a. Yang berhubungan dengan binatang sembelihan 1) Binatang yang akan disembelih masih dalam keadaan hidup. Binatang yang mati bukan karena disembelih berarti sudah menjadi bangkai. 2) Binatang yang akan disembelih adalah binatang yang halal, baik zatnya maupun cara memperolehnya. b. Yang berhubungan dengan orang yang menyembelih 1) Islam atau ahli kitab 2) Berakal sehat. 3) Mumayyis Mumayiz adalah orang yang dapat membedakan antara yang benar dan salah. Penyembelihan binatang yang dilakukan oleh anak yang belum mumayiz dinyatakan tidak sah. c. Yang berhubungan dengan niat Niat penyembelihan yang benar ialah penyembelihan binatang dengan tujuan untuk memakan binatang itu, sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara’. d. Alat penyembelih Boleh menggunakan alat apapun asal alat itu tajam dan dapat memutus tenggorokan dan urat nadi besar di leher binatang yang di sembelih. 3. Hal yang Terkait Penyembelihan a. Berbuat ihsan (berbuat baik terhadap hewan)

b. Binatang yang dapat disembelih lehernya, dipotong urat tempat makanan dan urat tempat keluar nafasnya, kedua urat ini harus diputus. Sedangkan binatang yang tidak dapat disembelih lehemya, karena liar atau jatuh ke dalam lubang, sehingga tidak dapat disembelih lehernya, maka menyembelinya dilakukan dimana saja dari badanya, asal dia mati karena luka itu: c.

Membaringkan hewan di sisi sebelah kiri, memegang pisau dengan tangan kanan dan menahan kepala hewan untuk memudahkan penyembelihan.

4. Kewajiban dalam Menyembelih Binatang a. b. c. d. e.

Hendaknya binatang itu dipotong / disembelih pada pangkal leher (leher bagian bawah). Yang dipotog adalah bagian tenggorokan binatang itu yaitu jalan pernafasan. Selain tenggorokan harus juga dipotong kerongkongan yang merupakan jalan makanan. Dua buah urat nadi binatang itu (kiri dan kanan) harus dipotong juga. Pada waktu menyembelih harus menyebut nama Allah swt.

5. Sunah dalam Menyembelih Binatang a. Binatang diihadapkan ke kiblat b. Menyembelih pada bagian pangkal leher binatang, terutama apabila bina tang nya berleher panjang. Hal itu dimaksudkan agar pisau tidak mudah bergeser dan urat-urat leher serta kerongkongan cepat putus. c. Menggunakan alat yang tajam agar dapat mengurangi kadar sakit. d. Memotong dua urat yang ada di kiri kanan leher agar cepat mati. e. Binatang yang disembelih, digulingkan ke sebelah kiri rusuknya, supaya mudah bagi orang yang menyembelihnya. f. Membaca basmalah. g. Membaca Shalawat Nabi. h. Mempercepat proses penyembelihan agar binatang tidak tersiksa. 6. Hal-hal yang dimakruhkan ketika menyembelih a. Menyembelih dengan alat tumpul b. Memukul binatang waktu akan menyembelih c. Memutuskan lehernya atau mengulitinya sebelum binatang itu benar-benar mati. 7. Cara Menyembelih Binatang Ada dua cara dalam menyembelih binatang, yaitu secara tradisional dan mekanik. a. Cara menyembelih binatang dengan cara tradisional: 1) Menyiapkan terlebih dahulu lubang penampung darah. 2) Peralatan yang akan digunakan untuk menyembelih disiapkan terlebih dahulu. 3) Binatang yang akan disembelih dibaringkan menghadap kiblat, lambung kiri bawah. 4) Leher binatang yang akan disembelih diletakkan di atas lubang Penampung darah yang sudah disiapkan. 5) Kaki binatang yang akan disembelih dipegang kuat-kuat atau diikat, kepalanya ditekan ke bawah agar tanduknya menancap ke tanah. 6) Mengucap basmalah, kemudian alat penyembelihan digoreskan pada leher binatang yang disembelih sehingga memutuskan, jalan makan, minum, nafas, serta urat nadi kanan dan kiri pada leher binatang. b. Cara menyembelih binatang secara mekanik: 1) Mempersiapkan peralatan terlebih dahulu. 2) Memasukkan hewan ke dalam ruangan yang sudah dipenuhi gas sehingga hewan tersebut tidak sadarkan diri dan mati. 3) Dengan mengucap basmalah, binatang yang telah pingsan tersebut disembelih dengan alat penyembelihan yang sudah disiapkan sebelumnya. 4) Penyembelihan binatang dengan alat mekanik dibolehkan dan halal dagingnya, asalkan memenuhi persyaratan dalam penyembelihan. Pengertian Kurban Kurban berarti pendekatan diri atau mendekatkan diri, istilah lain yang biasa di gunakan adalah Nahr (sembelihan), dan Udliyyah (sembelihan atau hewan sembelihan). Sedangkan dalam pengertian syariat kurban ialah menyembelih binatang ternak yang memenuhi syarat tertentu yang dilakukan pada Hari Raya (selepas salat hari raya idul adha) dan hari-hari tasyrik yaitu, 11, 12, dan 13 Zulhijjah semata-mata untuk beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. a. Hukum Kurban Kurban hukumnya sunah muakad atas orang yang memenuhi yaitu syarat-syarat yaitu Islam, merdeka (bukan hamba), baligh lagi berakal, mampu untuk berqurban, kecuali kurban sebagai bentuk nadzar maka itu wajib sebagaimana ibadah-ibadah keta’atan lainnya. Ketentuan Hewan Kurban a. Jenis dan Syarat Hewan Kurban Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahiimatul Al An`aam yaitu hewan yang diternakkan untuk diperah susunya dan dikonsumsi dagingnya yaitu, onta, sapi, kerbau, domba atau kambing. Seekor kambing atau domba hanya untuk kurban satu orang, sedangkan seekor unta, sapi atau kerbau masingmasing untuk tujuh orang.

Adapun syarat hewan kurban adalah sebagai berikut: 1) Cukup Umur, yaitu : - Unta sekurang-kurangnya berumur 5 tahun. - Sapi dan kerbau sekurang-kurangnya berumur 2 tahun. - Kambing sekurang-kurangnya 2 tahun. - Domba sekurang-kurangnya 1 tahun. 2) Tidak dalam kondisi cacat, yaitu: - Badannya tidak kurus kering - Tidak sedang hamil atau habis melahirkan anak - Kaki sehat tidak pincang - Mata sehat tidak buta / pice / cacat lainnya - Berbadan sehat walafiat Kuping / daun telinga tidak terpotong b. Waktu dan Tempat Penyembelihan Hewan Kurban - Pada hari raya idul adha, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat idul Adha. -

Pada Hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.

- Tempat menyembelih sebaiknya dekat dengan tempat pelaksanaan shalat Idul Adha. 1. Sunnah dalam menyembelih kurban: a. Disunnahkan, hewan kurban disembelih sendiri jika mudlohi (orang yang berqurban) itu laki-laki dan mampu menyembelih Dan apabila pemilik kurban tidak bisa menyembelih sendiri sebaiknya dia ikut datang meyaksikan penyembelihannya b. Disyariatkan bagi orang yang berkurban bila telah masuk bulan Dzulhijjah untuk tidak mengambil rambut dan kukunya hingga hewan qurbannya disembelih. c. Daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin masih mentahan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1/3 untuk yang berqurban dan keluarganya, 1/3 untuk fakir miskin, dan 1/3 untuk hadiah kepada masyarakat sekita atau disimpan agar sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Tujuan pembagian ini untuk mengikat tali silaturahmi, dan sebagian untuk dirinya seniri (yang berqurban). d. Penyembelih hewan qurban atau pengurus qurban boleh saja menerima daging qurban sebagai, tetapi bukan upah sebagai upah menyembeli atau mengurus. e. Demikian pula dilarang menjual daging qurban 2. Cara Penyembelihan Hewan Kurban a. Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri dengan posisi mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa “Robbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” (Artinya : Ya Tuhan kami, terimalah kiranya qurban kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.) b. Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan, agar hewan itu tidak menggerakgerakkan kepalanya atau meronta. c. Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca : “Bismillaahi Allaahu akbar.” (Artinya : Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). (Dapat pula ditambah bacaan shalawat atas Nabi SAW. Para penonton pun dapat turut memeriahkan dengan gema takbir “Allahu akbar!”) d. Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya qurban diterima Allah) yaitu : “Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min …” (sebut nama orang yang berkurban). (Artinya : Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Ya Allah, terimalah dari…. ) 3. Fungsi Kurban a. Pengamalan dan pelaksanaan perintah Allah swt. b. Mendidik jiwa kearah taqwa dan mendekatkan diri kepada Alah swt. c. Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati mau membelanjakan hartanya dijalan Allah swt. d. Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia terutama antara golongan berada dengan golongan yang kurang bernasib baik e. Sebagai mediator untuk persahabatan dan wujud kesetiakawanan social. f. Ikut meningkatkan gizi masyarakat.

1. Pengertian Akikah Akikah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak yang baru lahir ‘bayi’. Sedangkan menururt, akikah berarti menyembelih binatang ternak berkenaan dengan kelahiran anak sebagai bukti rasa syukur kepada Allah swt dengan syarat-syarat tertentu. Sabda Rasulullah saw:

ُ ‫ ُك ُّل‬: ‫سو َل ا َ ََّّللِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ,‫سا ِب ِع ِه‬ ُ ‫س ُم َرة َ رضي هللا عنه أ َ َّن َر‬ َ ‫ ت ُ ْذبَ ُح‬,‫غ ََل ٍم ُم ْرت َ َه ٌن ِبعَ ِقيقَتِ ِه‬ َ ‫َو‬ َ ‫ع ْنهُ يَ ْو َم‬ َ ‫ع ْن‬ (‫س َّمى ) َر َواهُ اَلتِ ْر ِمذِي‬ َ ُ‫ َوي‬,‫َويُحْ لَ ُق‬

Artinya: ”Anak yang baru lahir masih tergadai sampai disembelihkan baginya akikah pada hari yang ketujuh dari hari lahirnya, dan hari itu juga hendaklah dicukur rambutnya, dan di beri nama” (H.R Tirmidzi) Yang di maksud dengan tergadai ialah sebagaimana jaminan yang harus ditebus dengan membayar utang, begitu juga si anak ditebus dengan akikah. Dan binatang yang sah untuk akikah sama dengan keadaan binatang yang sah untuk Qurban: macamnya, umurnya, dan tidak cacat 2. Dasar Hukumnya Hukum akikah itu adalah sama dengan ibadah kurban yaitu sunah muakad kecuali dinazarkan menjadi wajib. 3. Syariat akikah Disyariatkan aqiqah lebih merupakan perwujudan dari rasa syukur akan kehadiran seorang anak. 4. Ketentuan Akikah a. Dari sudut umur binatang Aqiqah dan kurban sama sahaja. b. Memanfaatkan daging akikah sama dengan daging kurban yaitu disedekahkan kepada fakir miskin, tidak boleh dijual walaupun kulitnya. c. Disunnahkan daging akikah dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan, atau mengundang langsung untuk datang menyantap daging yang sudah dimasak. Dan orang yang melaksanakan akikah boleh memakan dan menyimpan sedikit dari daging tersebut, kecuali akikah karena nazar. d. Waktu penyembelihan, disunnahkan dilangsungkan pada hari ketujuh. Jika tidak, maka pada hari keempat belas. Dan jika yang demikian masih tidak memungkinkan, maka pada hari kedua puluh satu dari hari kelahirannya. Jika masih tidak memungkinkan maka pada kapan saja. b. Anak lelaki disunatkan aqiqah dengan dua ekor kambing dan seekor untuk anak perempuan 5. Hal-hal lain yang disyariatkan terkait akikah a. Disyariatkan memberi nama anak yang lahir dengan nama yang baik pada hari yang ketujuh b. Mencukur (menggundul) semua rambutnya tanpa tersisa, berdasarkan hadist diatas, bukan sebagian saja. Dan bersedekah perak seberat rambut yang digundul itu, c. Men tahniknya, (yaitu mengunyah kurma sampai lembut lalu meletakkanya pada rongga mulut bagian atas si bayi seraya mengoles ngolesnya) d. Mengolesi kepala si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti apa yang dilakukan oleh orang orang jahiliyah yang mengolesi kepala si bayi dengan darah hewan aqiqah. 6. Hikmah disyariatkan ibadah akikah adalah sebagai berikut: a. Merupakan bentuk taqarub (pendekatan diri) kepada Allah swt sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugrahkan Allah swt dengan lahirnya sang anak. b. Menambah kecintaan anak pada orang tua. c. Mewujudkan hubungan yang baik sesama tetangga maupun saudara dengan ikut merasakan kegembiraan atas kelahiran seorang anak d. Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syetan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu. e. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan safaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengataka : “Tergadai dari memberikan safaat dari kedua orang tuanya (dengan akikahnya).” f. Akikah sebagai sarana menampakan rasa gembira dalam melksanakan syariat Islam dan bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah saw pada hari kiamat. g. Akikah memperkuat ukhwah (persaudaraan) diantara masyarakat terutama anatara yang kaya dengan yang fakir maupun miskin.

Antara kurban dan akikah memiliki perbedan yang antara lain: No 1 2

Kurban Kurban disyariatkan agar dilaksanakan diantara tanggal 10 sampai dengan 13 bulan Dzulhijjah Kurban disyariatkan untuk dilaksanakan setiap tahun.

3

Binatang cukup satu ekor

4

Seekor sapi boleh untuk tujuh orang

5

Daging lebih utama dibagikan sebalum dimasak

Akikah Aqiqah disyariatkan berkenaan dengan kelahiran anak Aqiqah disyariatkan satu kali seumur hidup Jumlah binatang (kambing atau domba) untuk anak laki-laki 2 ekor, sedangkan untuk perempuan 1 ekor Binatang (selain kambing jumlah nya adalah 1 ekor untuk seorang anak Daging diberikan setelah matang

Pengertian Jual Beli Jual beli ( ‫ ) ْال َب ْي ُع‬menurut bahasa artinya memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu atau tukar menukar sesuatu. Sedangkan menurut istilah berarti tukar menukar barang dengan uang atau barang dengan barang lain disertai ijab, qabul dengan syarat dan rukun tertentu. 2. Hukum Jual Beli Hukum jual beli pada dasarnya adalah halal atau boleh,

َّ ‫َوأَ َح َّل‬ ‫الربَا‬ ِ ‫اَّللُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬ Artinya: “padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. (QS.Al-Baqarah: 275).

‫اض ِم ْن ُك ْم‬ ِ َ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا الَ ت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِب ْالب‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ً ‫ارة‬ َ ‫اط ِل ِإالَّ أ َ ْن ت َ ُكونَ تِ َج‬

“Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka”. (QS. An-Nisa: 29). 3. Rukun dan Syarat Jual Beli a. Penjual dan Pembeli Syarat penjual dan pembeli Jual beli dianggap sah apabila penjual dan pembeli memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Kedua belah pihak harus sedah baligh, 2) Keduany berakal sehat 3) Bukan pemboros 4) Suka sama suka b. Barang yang diperjualbelikan Syarat barang yang diperjualbelikan Adapun barang-barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. 1) Suci 2) Bermanfaat 3) Milik sendiri 4) Barang yang dijual dapat dikuasai oleh pembeli. 5) Jelas dan dapat dilihat atau diketahui oleh kedua belah pihak. 6) Alat untuk tukar menukar barang haruslah alat yang bernilai dan diakui secara umum penggunannya. c. Ijab dan qabul 4. Jual Beli Terlarang a. Jual beli sistem Ijon Maksud jual beli system ijon adalah jual beli hasil tanaman yang masih belum nyata buahnya, belum ada isinya, belum ada buahnya, seperti jual beli padi masih muda, jual beli mangga masih berujud bunga. Semua itu kemungkinan bisa rusak masih besar, yang akan dapat merugikan kedua belah pihak. b. Jual beli barang haram Jual beli barang yang diharamkan hukumnya tidak sah dan dilarang serta karena haram hukumnya. Seperti jual beli minuman keras (khamar), bangkai, darah, daging babi, patung berhala dan sebagainya.

c. Jual beli sperma hewan Jual beli sperma hewan tidak sah, karena sperma tidak dapat diketahui kadarnya dan tidak dapat diterima wujudnya. d. Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya Hal ini dilarang karena belum jelas kemungkinannya ketika lahir hidup atau mati. e. Jual beli barang yang belum dimiliki Maksudnya adalah jual beli yang barangnya belum diterima dan masih berada di tangan penjual pertama. f. Jual beli barang yang belum jelas Menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya

5. Jual beli yang Sah Hukumnya, tetapi Dilarang Agama Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya suatu sebab atau akibat dari perbuatan tersebut, yaitu: a. Jual beli pada saat Khutbah dan shalat jum’at b. Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai pasar Jual beli seperti ini, penjual tidak mengetahui harga pasar yang sebenarnya, dengan tujuan barang akan dibeli dengan harga yang serendah-rendahnya, selanjutnya akan dijual di pasar dengan harga setinggi-tingginya. c. Jual beli dengan niat menimbun barang Jual beli ini tidak terpuji, oleh karena itu dilarang, karena pada saat orang banyak membutuhkan justru ia menimbun dan akan dijual dengan harga setinggi-tingginya pada saat barang-barang yang ia timbun langka. d. Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan e. Jual beli dengan cara mengecoh Jual beli ini termasuk menipu sehingga dilarang, misalnya penjual mangga meletakkan mangga yang bagus-bagus di atas onggokan, sedangkan yang jelek-jelek ditempatkan di bawah onggokan. f. Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain Qiradh adalah pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk dijadikan modal usaha, dengan harapan memperoleh keuntungan yang akan dibagi sesuai dengan perjanjian. Biasanya qiradh dilakukan pemilik modal (baik perorangan maupun lembaga) dengan pihak lain yang memiliki kemampuan untuk menjalan suatu usaha. Besar kecil bagian tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya, yang penting tidak pihak-pihak yang dirugikan. Apabila qiradh menyangkut modal yang cukup besar, sebaiknya diadakan perjanjian tertulis dan dikuatkan saksi yang disetujui oleh kedua belah pihak. b. Hukum Qiradh Qiradh dalam Islam hukumnya mubah atau boleh c. Rukun Qiradh Rukun qiradh terdiri dari 1) Muqrudh (pemilik modal) dan Muqtaridh (yang menjalankan modal) hendaknya sudah mumayyis, berakal sehat, sukarela dan amanah. 2) Ada modal usaha, bisa berupa uang, barang, ataupun aset lainnya. Modal usaha harus diketahui nilainya, kualitas dan kuantitasnya oleh kedua belah pihak. 3) Jenis usaha, yang dijalankan jelas dan disepakati bersama. 4) Pembagian keuntungan disepakati bersama saat mengadakan perjanjian. 5) Ada ijab dan qabul di antara keduanya, dan harus jelas. d. 1) 2) 3) 4)

Larangan Bagi Orang yang Menjalankan Qiradh Melanggar perjanjian atau akad qiradh Menggunakan modal untuk kepentingan diri sendiri Menghambur-hamburkan modal usaha Menggunakan modal untuk perdagangan yang diharamkan syara'

e. Bentuk-Bentuk Qiradh 1) Bentuk Qiradh sederhana Qiradh seperti saat ini dilakukan oleh perorangan dengan cara bagi hasil dan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw., bahkan sebelum Islam dating, qirah dalam bentuk ini dilakukan oleh umat manusia. Contoh: Nabi sebelum diangkat menjadi Rasul pernah menjalan perdagangan dengan sistem qiradh dengan Siti Khadijah. Rasulullah saw. selalu pelaku usaha sedangkan Khadijah sebagai pemilik modal. Qiradh bentuk sederhan ini sampai sekarang masih dipratekkan di perkotaan maupn di pedesaaan. 2) Bentuk Modern Seperti saat ini orang menabung di bank syariah yang prinsip-prinsip kerjanya berdasarkan syariat Islam dengan cara bagi hasil, sesuai dengan perjanjian. Seorang nasabah yang menyipan uangnya di suatu bank syariah, dia mengaakan akad dengan pihak bank dalam bentuk qirah. Pihak bank akan menjalankan uang itu untuk berusaha, seangkan keuntungannya nanti untuk berdua dengan cara bagi hasil.Qiradh disebut juga Mudharabah. f. 1) 2) 3) 4) 5) 6)

Manfaat Qiradh Membantu sesame dalam mencukupi kebutuhan hidupnya Menggalang ekonomi umat Mewujudkan persaudaraan dan persatuan antara pihak-pihak yang bersangkutan Mengurangi pengangguran Memberikan pertolongan kepada sesame manusia yang kekurangan Mewujudkan masyarakat yang tertib sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

g. Beberapa Ketentuan dalam Qiradh 1) Agar pelaksanaan qiradh dapat berjalan lancar, maka diperlukan kemauan dan kemampuan kedua belah pihak. 2) Pemilik modal harus mempunyai kepercayaan dan kecermatan melihat pengelola dan bidang usaha yang ia modali. 3) Pengelola modalpun harus bersifat jujur, amanah dan profesional. 4) Perjanjian antara pemilik dan pengelolah modal hendaknya dibuat sejelas mungkin, untuk menghindari perselisihan yang mungkin bias terjadi. Jika dipandang perlu dicarikan saksi yang isetujui kedua belah pihak 5) Jika terjadi kehilangan atau kerusakan di luar kesengajaan pengelolah modal, hendaknya ditanggung oleh pemilik modal. Tetapi apabila kerusakkan disebabkan kelalaian yang disengaja oleh pengelolah modal, maka ditanggung oleh pengelolah miodal. 6) Jika terjadi kerugian, hendaknya ditutup engan keuntungan yang lalu. Jika tidak ada, hendaknya kerugian itu ditanggung oleh pemilik modal. RIBA menurut bahasa artinya pertambahan atau kelebihan. Sedang menurut istilah fikih riba ialah kelebihan atau tambahan pembayaran dalam pinjam meminjam atau utang piutang uang atau barang tanpa ada ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah satu dari dua orang yang membuat perjanjian. Sebagai contoh, seseorang meminjamkan uang kepada orang lain dengan syarat pada ,waktu mengembalikan dilebihkan dari nilai semula. a. Hukum Riba Semua agama samawi melarang praktek riba karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi pemberi dan penerima pinjaman. Riba hukumnya haram b. Jenis-Jenis Riba 1). Riba Fadhli Riba fadhli yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarnya. Perkara yang dilarang adalah kelebihan (perbedaannya) ukuran/takaran. Contohnya tukar menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh yang menukarkan.

Supaya tukar menukar ini tidak termasuk riba maka harus ada 3 macam syarat yaitu: a) Tukar menukar barang tersebut harus sama. b) Timbangan atau takarannya harus sama. c) Serah terima pada saat itu juga. 2). Riba Fardhi Riba Qardhi yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari orang yang meminjami, misalnya Umar meminjam uang kepada Budi sebesar Rp. 50.000,00 dan Budi mengharuskan membayar sebesar Rp. 55.000,00. 3). Riba Yad Riba yad yaitu pengambilan keuntungan dari proses jual beli dimana sebelum terjadi serah terima barang antara penjual dan pembeli sudah berpisah. Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad. 4). Riba Nasiah Riba Nasiah yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis atau jual beli yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan dilambatkan. Dan khusus masalah hukum Bunga Bank dianggap sebagai masalah ijtihadiah karena tidak ada nash baik Al-Qur'an maupun al- Hadits. Hukum bunga bank dibagi menjadi 3 diantaranya: a. Haram hukumnya karena telah menetapkan kelebihan yang disebut riba, berapa pun besarnya itu. b. Syubhat yaitu belum jelas halal atau haramnya bunga bank tersebut. c. Halal, karena bunga bank cukup rasional sebagai biaya pengelolaan bank, dan apabila bank-bank itu menjalankan peraturan berdasarkan undang-undang atau, peraturan pemerintah. Selain itu karena dalam keadaan terpaksa (darurat) dan juga untuk kemaslahatan masyarakat. Mengenai riba yang berhubungan dengan bunga bank, seperti riba fardhi, ada tiga pendapat para ulama, yaitu: a. Hukumnya haram dan termasuk riba, karena kelebihan pembayaran tersebut telah ditentukan saat aqad berlangsung. Pendapat ini dikemukakan oleh Musthafa Zarga dan Abu Zahrah yaitu ulama besar pada abad ke 20 ini. b. Tidak termasuk riba, sebab cukup rasional untuk biaya pengelolaan serta jasa yang diberikan kepada pemilik uang. Pendapat ini dikemukakan oleh Mahmud Syalthut dari Al Azhar. Demikian juga pendapat A. Hasan (pendiri pesantren Bangil), bahwa bunga bank di Indonesia bukan riba yang diharamkan. Karena tidak berlipat ganda sebagaimana dinyatakan dalam surat Ali ‘Imran ayat 130. c. Subhat, yaitu belum jelas antara halal atau haram, mereka cenderung berhati-hati, ini pendapat majlis Tarjih Muhammadiyah di Indonesia c. Menghindari Kegiatam Riba Berikut syarat-syarat jual beli agar tidak menjadi riba. 1) Menjual sesuatu yang sejenis ada tiga syarat, yaitu: a) serupa timbangan dan banyaknya b) tunai, dan c) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad. 2) Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu: a) tunai dan b) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad. d. Hikmah diharamkannya riba 1) Menjauhi dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang bukan miliknya 2) Menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis habis semangat kerja sama atau saling menolong sesama manusia. Padahal, semua agama, terutama Islam menyeru kepada manusia untuk saling tolong menolong, membenci orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri atau egois, serta orang yang mengeksploitasi orang lain

3) Menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang tidak mau bekerja keras dan penimbun harta di tangan satu pihak. Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang yang suka bekerja keras sebagai saran pencarian nafkah 4) Menghindari dari perbuatan aniaya karena memeras kaum yang lemah, karena riba merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan dimana satu pihak mengeksploitasi pihak yang lain. 5) Mengarahkan kaum muslimin mengembangkan hartanya dalam mata pencarian yang bebas dari unsur penipuan 6) Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaannya, karena orang yang memakan riba adalah zalim, dan kelak akan binasa. Dan untuk menghindari riba, maka harus memperhatikan hal sebagai berikut: 1) Biasakan selalu hidup sederhana 2) Menghindari kebiasaan berhitang, dan kalau terpaksa harus hutang. jangananlah berhutang kepada rentenir 3) Bekerjalah dengan sungguh-sungguh untuk mencukupi kebutuhan hidup walaupun dengan bersusah payah. Pengertian dan Dalil meminjam Pinjam meminjam dalam bahasa Arab disebut “Ariyah”. Secara bahasa artinya pinjaman. Pinjam-meminjam menurut istilah ‘Syara” ialah akad berupa pemberian manfaat suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain tanpa ada imbalan dengan tidak mengurangi atau merusak benda itu dan dikembalikan setelah diambil manfaatnya Allah swt. berfirman:

َّ ‫اَّللَ ِإ َّن‬ َّ ‫ان َواتَّقُوا‬ ‫ب‬ َ َ‫اَّلل‬ ِ ‫شدِيدُ ْال ِعقَا‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق َوى َوالَ تَعَ َاونُوا‬ َ ‫َوت َ َع َاونُوا‬ ِ ‫علَى اْإلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬ Artinya “Dan tolong-memolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong memolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-nya.” (Al-Maidah: 2). 2. Hukum Pinjam Meminjam Hukum pinjam meminjam dalam syariat Islam dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu : a. Mubah, artinya boleh, ini merupakan hukum asal dari pinjam meminjam. b. Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukan merupakan suatu kebutuhan akan hajatnya, lantaran dirinya tidak punya, misalnya meminjam sepeda untuk mengantarkan tamu, meminjam uang untuk bayar sekolah anaknya dan sebagainya. c. Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan kalau tidak meminjam akan menemukan suatu kerugian misalnya : ada seseorang yang tidak punya kain lantaran hilang atau kecurian semuanya, maka apabil atidak pinjam kain pada orang lain akan telanjang, hal ini wajib pinjam dan yang punya kainjuga wajib meminjami. d. Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan atau untuk berbuat jahat, misalnya seseorang meminjam pisau untuk membunuh, hal ini dilarang oleh agama. Contoh lain, pinjam tempat (rumah) untuk berbuat maksiat. 3. Rukun dan Syarat Pinjam meminjam Rukun meminjam berarti bagian pokok dari pinjam meminjam itu sendiri. Apabila ada bagian dari rukun itu tidak ada, maka dianggap batal. Demikian juga syarat berarti hal-hal yang harus dipenuhi. Rukun pinjam meminjam ada empat macam dengan syaratnya masing-masing sebagai berikut: a. Adanya Mu’iir ( ‫ ) ُم ِعي ٌْر‬yaitu, orang yang meminjami - Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang yang dipaksa anak kecil tidak sah meminjamkan. - Barang yang dipinjamkan itu milik sendiri atau menjadi tanggung jawab orang yang meminjamkannya. b. Adanya Musta’iir ( ‫ ) ُم ْست َ ِعي ٌْر‬yaitu, orang yang meminjam - Mampu berbuat kebaikan. Oleh sebab itu, orang gila atau anak kecil tidak sah meminjam. - Mampu menjaga barang yang dipinjamnya dengan baik agar tidak rusak. - Hanya mengambil manfaat dari barang dari barang yang dipinjam. c. Adanya Musta’aar ( ‫ار‬ ٌ ‫ ) ُم ْست َ َع‬yaitu, barang yang akan dipinjam - Barang yang akan dipinjam benar-benar miliknya, - Ada manfaatnya

- Barang itu kekal (tidak habis setelah diambil manfaatnya). Oleh karena itu, maka yang setelah dimanfaatkan menjadi habis atau berkurang zatnya tidak sah dipinjamkan. d. Dengan perjanjian waktu untuk mengembalikan. Ada pendapat lain bahwa waktu tidak menjadi syarat perjanjian dalam pinjam meminjam, sebab pada hakekatnya pinjam meminjam adalah tanggung jawab bersama dan saling percaya, sehingga apabila terjadi suatu kerusakan atau keadaan yang harus mengeluarkan biaya menjadi tanggung jawab peminjam. e. Adanya lafadz ijab dan qabul, yaitu ucapan rela dan suka atas barang yang dipinjam. 4. Hak dan Kewajiban Pemberi Pinjaman dan Peminjam a. Hak dan Kewajiban Pemberi Pinjaman 1) Menyerahkan atau memberikan benda yang dipinjam dengan ikhlas dan suka rela 2) Barang yang dipinjam harus barang yang bersifat tetap dan memberikan manfaat yang halal 3) Tidak didasarkan atas riba b. Hak dan Kewajiban Peminjam 1) Harus memelihara benda pinjaman dengan rasa tanggung jawab 2) Dapat mengembalikan barang pinjaman dengan tepat 3) Biaya ditanggung peminjam, jika harus mengeluarkan biaya 4) Selama barang itu ada pada peminjam, tanggung jawab berada padanya. 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pinjam meminjam a. Pinjam meminjam harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik dan halal. Pinjam meminjam barang untuk perbuatan maksiat hukumnya haram b. Orang yang meminjam barang hanya boleh menggunakan barang itu sebatas yang diizinkan oleh pemilik barang atau kurang dari batasan yang ditentukan oleh pemilik barang. Misalnya, seseorang meminjamkan tanah dengan akad hanya diperkenankan untuk ditanami padi, maka tidak boleh ditanami tebu. c. Merawat barang dengan baik. d. Jika barang yang dipinjamkan itu rusak atau hilang dengan pemakaian sebatas yang diizinkan pemiliknya, maka peminjam tidak wajib mengganti. Sebab pinjam-meminjam itu sendiri berarti saling percaya- mempercayai, Akan tetapi kalau kerusakan barang yang dipinjam akibat dari pemakaian yang tidak semestinya atau oleh sebab lain, maka wajib menggantinya e. Jika dalam proses mengembalikan barang itu memerlukan ongkos maka yang menanggung adalah pihak peminjam. f. Akad pinjam-meminjam boleh diputus dengan catatan tidak merugikan salah satu pihak. g. Akad pinjam-meminjam akan putus jika salah seorang dari kedua belah pihak meninggal dunia, atau karena gila. Maka jika terjadi hal seperti itu maka ahli waris wajib mengembalikannya, dan tidak halal menggunakannya. Dan andaikan ahli waris menggunakannya maka wajib membayar sewanya. h. Jika terjadi perselisihan antara pemberi pinjaman dengan peminjam, misalnya yang pemberi pinjaman mengatakan bahwa barangnya belum dikembalikan, sedang peminjam mengatakan bahwa barangnya belum dikembalikan, maka pengakuan yang diterima adalah pengakuannya pemberi pinjaman dengan catatan disertai sumpah. i. Setelah si peminjam telah mengetahui bahwa yang meminjamkan sudah memutuskan / membatalkan akad, maka dia tidak boleh memakai barang yang dipinjam itu. Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian bahwa dia akan mengembalikan sesuatu yang diterimanya dalam jangka waktu yang disepakati. Utang piutang disebut dengan “dain” (‫)دين‬. Istilah “dain” (‫ )دين‬ini juga sangat terkait dengan istilah “qard” (‫ )قرض‬yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pinjaman. 1. Hukum dan Dalil Utang Piutang a. Hukum orang yang berhutang adalah mubah (boleh) sedangkan orang yang memberikan hutang hukumnya sunah sebab ia termasuk orang yang menolong sesamanya. b. Hukum orang yang berhutang menjadi sunah dan hukum orang yang menghutangi menjadi wajib, jika peminjam itu benar-benar dalam keadaan terdesak, misalnya hutang beras bagi orang yang kelaparan, hutang uang untuk biaya pengobatan dan lain sebagainya, maka Rasulullah saw bersabda :

‫صدَقَتِ َها َم َّرة ً( رواه ابن ماجه‬ ً ‫ض ُم ْس ِل ًما قَ ْر‬ ُ ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يُض ِْر‬ َ ‫ضا َم َّرتَي ِْن ِإالَّ َكانَ َك‬

Artinya : "Tidak ada seorang muslim yang memberi pinjaman kepada seorang muslim dua kali kecuali seolah-olah dia telah bersedekah kepadanya dua kali". (HR. Ibnu Majah) c. Hukum memberi hutang bisa menjadi haram, misalnya memberi hutang untuk hal-hal yang dilarang dalam ajaran Islam seperti untuk membeli minuman keras, menyewa pelacur dan sebagainya. 2. Beberapa ketentuan dalam Utang Piutang a. Hutang piutang harus ditulis dan dipersaksikan. b. Pemberi hutang atau pinjaman tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang. c. d. e. f.

Melunasi hutang dengan cara yang baik Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya Tidak berhutang kecuali dalam keadaan darurat atau mendesak. Jika terjadi keterlambatan karena kesulitan keuangan, hendaklah orang yang berhutang memberitahukan kepada orang yang memberikan pinjaman. g. Bersegera melunasi hutang h. Memberikan Penangguhan waktu kepada orang yang sedang kesulitan dalam melunasi hutangnya setelah jatuh tempo.

Gadai dalam bahasa arab disebut ar-rahn, secara istilah gadai adalah penyerahan suatu benda yang berharga dari seseorang kepada orang lain untuk mendapatkan hutang. Benda tersebut dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa dibayar dengan harganya oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan) melunasinya. Sebagai contoh, bila ada seseorang memiliki hutang kepada anda sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Lalu dia memberikan suatu barang yang nilainya sekitar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) sebagai jaminan utangnya. Maka di dalam gambaran ini, utangnya kelak dapat dilunasi dengan sebagian nilai barang yang digadaikannya itu bila dijual 2. Hukum Gadai Hukum asal gadai adalah mubah atau diperbolehkan 3. Rukun dan Syarat Gadai a. Rukun gadai ada tiga, yaitu: 1) Shighat (ijab dan qabul). 2) Al-‘aqidan (dua orang yang melakukan akad ar-rahn), yaitu pihak yang menggadaikan (ar-râhin) dan yang menerima gadai/agunan (al- murtahin). 3) Al-ma’qud ‘alaih (yang menjadi obyek akad), yaitu barang yang digadaikan/diagunkan (almarhun) dan utang (al-marhun bih). Selain ketiga ketentuan dasar tersebut, ada ketentuan tambahan yang disebut syarat, yaitu harus ada serah terima. b. Syarat gadai: Disyaratkan dalam transaksi gadai hal-hal berikut: 1) Syarat yang berhubungan dengan orang yang bertransaksi yaitu Orang yang menggadaikan barangnya adalah orang yang memiliki kompetensi beraktivitas, yaitu baligh, berakal dan rusyd (kemampuan mengatur). 2) Syarat yang berhubungan dengan Al-Marhun (barang gadai) ada tiga: a) Barang gadai itu berupa barang berharga yang dapat menutupi hutangnya, baik barang atau nilainya ketika tidak mampu melunasinya. b) Barang gadai tersebut adalah milik orang yang manggadaikannya atau yang dizinkan baginya untuk menjadikannya sebagai jaminan gadai. c) Barang gadai tersebut harus diketahui ukuran, jenis dan sifatnya, karena gadai adalah transaksi atau harta sehingga disyaratkan hal ini. 3) Syarat berhubungan dengan Al-Marhun bihi (hutang) adalah hutang yang wajib atau yang akhirnya menjadi wajib. 4. Beberapa Ketentuan Umum Dalam Muamalah Gadai:

Ada beberapa ketentuan umum dalam muamalah gadai setelah terjadinya serah terima barang gadai. Di antaranya: a. Barang yang Dapat Digadaikan. Barang yang dapat digadaikan adalah barang yang memiliki nilai ekonomi, agar dapat menjadi jaminan bagi pemilik uang. Dengan demikian, barang yang tidak dapat diperjual-belikan, dikarenakan tidak ada harganya, atau haram untuk diperjual-belikan, adalah tergolong barang yang tidak dapat digadaikan. Yang demikian itu dikarenakan, tujuan utama disyariatkannya pegadaian tidak dapat dicapai dengan barang yang haram atau tidak dapat diperjual-belikan. b. Barang Gadai Adalah Amanah. Barang gadai bukanlah sesuatu yang harus ada dalam hutang piutang, dia hanya diadakan dengan kesepakatan kedua belah pihak, misalnya jika pemilik uang khawatir uangnya tidak atau sulit untuk dikembalikan. Jadi, barang gadai itu hanya sebagai penegas dan penjamin bahwa peminjam akan mengembalikan uang yang akan dia pinjam. Karenanya jika dia telah membayar utangnya maka barang tersebut kembali ke tangannya.. c. Barang Gadai Dipegang Pemberi utang. Barang gadai tersebut berada di tangan pemberi utang selama masa perjanjian gadai tersebut, sebagaimana firman Allah: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).” (QS. Al-Baqarah: 283). 5. Pemanfaatan Barang Gadai. Pihak pemberi utang tidak dibenarkan untuk memanfaatkan barang gadaian. Sebab, sebelum dan setelah digadaikan, barang gadai adalah milik orang yang berutang, sehingga pemanfaatannya menjadi milik pihak orang yang berutang, sepenuhnya. Adapun pemberi utang, maka ia hanya berhak untuk menahan barang tersebut, sebagai jaminan atas uangnya yang dipinjam sebagai utang oleh pemilik barang. Namun di sana ada keadaan tertentu yang membolehkan pemberi utang memanfaatkan barang gadaian, yaitu bila barang tersebut berupa kendaraan atau hewan yang diperah air susunya, maka boleh menggunakan dan memerah air susunya apabila ia memberikan nafkah untuk pemeliharaan barang tersebut. Pemanfaatan barang gadai tesebut, tentunya sesuai dengan besarnya nafkah yang dikeluarkan dan memperhatikan keadilan. 6. Biaya Perawatan Barang Gadai. Jika barang gadai butuh biaya perawatan misalnya hewan perahan, hewan tunggangan, dan budak (sebagaimana dalam As-sunnah) maka: a. Jika dia dibiayai oleh pemiliknya maka pemilik uang tetap tidak boleh menggunakan barang gadai tersebut. b. Jika dibiayai oleh pemilik uang maka dia boleh menggunakan menggunakan barang tersebut sesuai dengan biaya yang telah dia keluarkan, tidak boleh lebih. 7. Pelunasan Hutang Dengan Barang Gadai. Apabila pelunasan utang telah jatuh tempo, maka orang yang berutang berkewajiban melunasi utangnya sesuai denga waktu yang telah disepakatinya dengan pemberi utang. Bila telah lunas maka barang gadaian dikembalikan kepada pemiliknya. Namun, bila orang yang berutang tidak mampu melunasi utangnya, maka pemberi utang berhak menjual barang gadaian itu untuk membayar pelunasan utang tersebut. Apa bila ternyata ada sisanya maka sisa tersebut menjadi hak pemilik barang gadai tersebut. Sebaliknya, bila harga barang tersebut belum dapat melunasi utangnya, maka orang yang menggadaikannya tersebut masih menanggung sisa utangnya 7. Hikmah Gadai. Gadai disyari'atkan untuk memelihara harta agar tidak hilang hak pemberi pinjaman. Apabila telah jatuh tempo, yang memberi jaminan wajib membayar. Jika ia tidak bisa membayar, maka jika penggadai mengijinkan kepada yang mendapat jaminan dalam menjualnya, ia menjualnya dan membayar hutang. Dan jika tidak, penguasanya memaksanya membayarnya atau menjual barang yang digadaikan. Jika ia tidak melakukan, niscaya penguasa/pemerintah menjualnya dan membayarkan hutangnya. Gadai adalah amanah di tangan penerima gadai (kreditor) atau orang yang diberi amanah, ia tidak bertanggung jawab kecuali ia melakukan tindakan melewati batas atau melakukan kelalaian.

Upah dalam bahasa Arab disebut dengan Ujrah. Upah dalam istilah adalah pemberian sesuatu sebagai imbalan dari jerih payah seseorang dalam bentuk imbalan di dunia dan dalam bentuk imbalan di akhirat. 2. Hukum Upah Pemberian upah hukumnya mubah, tetapi bila hal itu sudah menyangkut hak seseorang sebagai mata pencaharian berarti wajib. 3. Rukun dan Syarat Upah mengupah a. Pengupah dan pihak pekerja (Mu’jir dan Musta’jir), syaratnya 1) Berakal dan mummayiz, namun tidak disyaratkan baligh. Maka tidak dibenarkan mempekerjakan orang gila, anak-anak yang belum mumayiz dan tidak berakal 2) Ada kerelaan dari keduanya untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah 3) Cakap dalam mengendalikan hasrat b. Shighat (Ijab Qabul) Shiqat adalah ucapan yang dilontarkan oleh pihak pengupah dan pekerja. c. Upah atau Imbalan Yaitu uang dan sebagainya yang di bayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. d. Adanya Kemanfaatan Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki manfaat yang jelas seperti mengerjakan pekerjaan proyek, membajak sawah dan sebagainya. Sebelum melakukan sebuah akad ijarah hendaknya manfaat yang akan menjadi objek ijarah harus diketahui secara jelas agar terhindar dari perselisihan dikemudian hari baik jenis, sifat barang yang akan disewakan ataupun pekerjaan yang akan dilakukan 4. Mensegerakan Membayat Upah Secara umum, pemberian/penyerahan upah dilakukan seketika pekerjaan itu selesai. Sama halnya dengan jual beli yang pembayarannya pada waktu itu juga. Tetapi pada waktu membuat surat perjanjian boleh dibicarakan dan diputuskan untuk mendahulukan pembayaran upah atau mengakhirkannya. Jadi pembayaran upah itu disesuaikan dengan bunyi surat perjanjian pada saat akan melaksanakan akad upah mengupah. Namun demikian, memberikan upah lebih dahulu adalah lebih baik, dalam rangka membina saling pengertian percaya mempercayai. Lebih-lebih apabila upah mengupah itu antara majikan dan karyawan yang pada umumnya sangat memerlukan uang untuk kebutuhan biaya makan keluarga dan dirinya sehari-hari. Yang paling penting adalah agar kedua belah pihak mematuhi perjanjian yang telah disetujui dan ditanda tangani bersama. Karyawan atau buruh hendaknya mematuhi ketentuan dalam perjanjian, baik perjanjian itu tertulis atau perjanjian lisa. Majikan wajib pula memberikan upah sebagaimana yang telah ditentukan sebelum tepat pada waktu yang telah ditentukan. Hadits Nabi Saw :

ُ ‫أ َ ْع‬ )‫ع َرقَهُ (رواه ابن ماجه‬ َ ‫ف‬ َ ‫ط ْوا ْاْل َ ِجي َْر أَجْ َرهُ قَ ْب َل ا َ ْن يَ ِج‬

Artinya : “Berikanlah kepada buruh upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah) 4. Hikmah Disyariatkan Upah Tujuan dibolehkan ujrah pada dasarnya adalah untuk mendapatkan keuntungan materil. Namun itu bukanlah tujuan akhir karena usaha yang dilakukan atau upah yang diterima merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Adapun hikmah diadakannya ujaah antara lain: a. Membina ketentraman dan kebahagiaan b. Memenuhi nafkah keluarga c. Memenuhi hajat hidup masyarakat d. Menolak kemungkaran

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa jenazah yang akan dimandikan harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut. 1. Jenazah itu orang muslim atau muslimah. 2. Badannya, anggota badannya masih ada sekalipun hanya sedikit atau sebagian saja. 3. Keadaan jasatnya masih utuh (belum rusak karena kematiannya sudah terlalu lama) 4. Jenazah itu bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela islam). Karena orang yang mati syahid seperti ini tidak boleh dimandikan. Adapun langkah-langkah dalam memandikan jenazah adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan, secukupnya dan mempersiapkan perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus, sarung tangan, dan peralatan lainnya. 2. Ruangan untuk memandikan jenazah, adalah ruangan yang terlindung dari pandangan orang banyak, dan yang berada pada ruangan itu hanyalah orang yang akan memandikan dan sanak famili yang termasuk muhrim. 3. Jenazah dibaringkan ditempat yang agak tinggi dan bersih, diselimuti dengan kain agar tidak terbuka/terlihat auratnya. 4. Setelah semuanya tersedia, jenazah diletakkan di tempat yang tertutup dan tinggi seperti dipan atau balai-balai. Cukup orang yang memandikan dan yang memandikan dan yang membantunya saja yang berada di tempat tersebut. 5. Jenazah diberikan pakaian basahan seperti sarung atau kain agar tetap tertutup auratnya dan mudah untuk memandikannya. 6. Memasang kain sarung tangan bagi yang memandikan, kemudian memulai membersihkan tubuh jenazah dari semua kotoran dan najis yang mungkin ada dan melekat pada anggota badan mayat, termasuk kotoran yang ada pada kuku tangan dan kaki. Untuk mengeluarkan kotoran dari rongga tubuhnya dapat dilakukan dengan cara menekan-nekan perutnya secara perlahan. 7. Disiram dengan air dingin. Kalau dianggap perlu boleh memakai air hangat untuk memudahkan dan mempecepat menghilangkan kotoran yang masih melekat pada badan mayat. 8. Selama membersihkan badannya, sebaiknya air terus dialirkan mulai dari bagian kepala ke bagian kaki. 9. Cara menyiramnya, dimuali dari lambung sebelah kanan, kemudian lambung sebelah kiri, terus ke punggung sampai keujung kedua kaki. 10. Setelah disiram merata keseluruh badan, kemudian memakai sabun mandi, digosok dengan pelan dan hati-hati. Kemudian disiram lagi dengan air bersih sampai bersih. 11. Rambut kepala dan sela-sela jari tangan dan kaki harus dibersihkan sampai benar-benar merata dan bersih. 12. Meratakan air keseluruh badan mayat, sedikitnya tiga kali atau lima kali atau kalau perlu lebih dari lima kali 13. Siraman terakhir dengan air bersih yang telah dicampuri oleh wangi-wangian, misalnya kapur barus dan sebagainya. 14. Setelah semua badannya dianggap bersih, yang terakhir adalah mayat diwudhukan dengan memenuhi rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya wudhu. Niatnya sebaghai berikut:

‫نويت الوضء هذا الميت قرض الكفاية هلل تعالى‬ 15. Apa-apa yang tercabut atau lepas diwaktu dimandikan, seperti rambut dan sebagainya, hendaklah disimpan dan diletakkan di dalam kafan bersama dengan mayat itu. Adapun jenazah yang tidak mungkin dimandikan karena sesuatu hal misalnya terbakar, maka caranya cukup ditayamuni sebagaimana tayamun untuk shalat. Tata caranya sebagai berikut: 1. Tebahkan tangan di dinding atau tanah yang bersih, kemudian diusapkan pada muka dan kedua ujung tangan sampai pergelangan 2. Bagi wanita yang meninggal yang dilingkungan laki-laki atau laki-laki meninggal di kalangan perempuan, sedangkan orang yang sejenis tidak ada, maka cukup ditayamumkan juga. Orang yang menayamumkan wajib menggunakan kain pelapis beruapa kaus tangan. 1. Ketentuan mengafani jenazah Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengangapani jenazah: a. Jenazah laki-laki disunnahkan kain kafannya berlapis tiga, sedangkan jenazah perempuan berlapis lima b. Kain kafan diusahakan berwarna putih

c. Mengafani jenazah janganlah berlebih-lebihan 2. Cara mengafani jenazah Setelah mayat selesai dimandikan, maka segera dikafani. Dalam melaksanakan pengkafanan jenazah, hendaklah dilakukan dengan sebaik mungkin, menggunakan kain yang baru dan bersih suci, walaupun tidak mesti yang harganya mahal. Sabda Rasulullah saw: Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut: a. Membentangkan kain-kain kafan yang telah disediakan sebelumnya sehelai demi sehelai. b. Kemudian menaburinya dengan wangi-wangian, lembaran yang paling bawah hendaknya dibuat lebih lebar dan halus. Dibawah kain itu, sebelumnya, telah dibentangkan tali pengikat sebanyak lima helai yaitu masing-masing pada arah kepala, dada, punggung lutut dan tumit. c. Setelah itu, secara perlahan-lahan mayat diletakkan diatas kain-kain tersebut dalam posisi membujur, kalau mungkin menaburi tubuhnya lagi dengan wangi-wangian. d. Semua rongga badan yang terbuka, yaitu kedua matanya (yang telah terpejam), dua lubang hidungnya, mulutnya, dua lubang telinga, anggota sujud (kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari jemari kaki), lipatan-lipatan badan seperti: ketiak, lutut bagian belakang dan pusar ditutup dengan kapas yang telah diberi wangi-wangian pula. e. Kedua tangan mayat itu diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, persis seperti orang yang bersedekap dalam salat. f. Selanjutnya menyelimutkan kain kafan dengan cara bagian kiri kain kafan pertama dilipatkan kearah kiri tubuh mayit. Demikian halnya pada lembar kain selanjutnya. g. Sisa (panjang) kafan di bagian kepala dijadikan lebih banyak daripada di bagian kaki. Lalu sisa panjang kafan di bagian kepala tadi dikumpulkan dan dilipatkan ke arah depan wajah. Demikian pula sisa panjang kain bagian kaki dikumpulkan lalu dilipatkan ke arah depan kaki h. Mayat laki-laki biasanya memakai tiga lapis kain kafan tanpa baju dan tanpa tutup kepala. i. Jika semua kain kafan telah membalut jasad jenazah, baru diikat dengan tali-tali yang telah disiapkan di bawahnya. j. Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat

Shalat jenazah adalah salat yang dikejakan sebanyak 4 kali takbir dalam rangka mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Jenazah yang dishalatkan adalah jenazah yang telah dimandikan dan dikafankan. Hukum melaksanakan salat jenazah adalah farduh kifayah (kewajiban yang ditujukan kepada orang banyak, tetapi apabila sebagian dari mereka telah mengerjakannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain), Jika tidak ada seorang pun yang mengerjakan kewajiban itu maka berdosa semua. Menshalatkan nonmuslim (kafir dan musyrik) hukumnya haram. 1. Syarat shalat jenazah sebagai berikut: a. Menutup aurat. b. Suci dari hadas besar dan kecil. c. Bersih badan, pakaian, dan tempat dari najis. d. Menghadap kiblat. e. Jenazah telah dimandikan dan dikafankan. f. Letak jenazah di sebelah kiblat orang yang mensalatkan kecuali salat gaib. 2. a. b. c. d.

Adapun rukun salat jenazah Niat. Berdiri bagi yang mampu. Takbir empat kali. Membaca surah Al-Fatihah.

e. Membaca sholawat atas nabi. f. Mendoakan mayat. g. Memberi salam.

3. Sedangkan sunah shalat jenazah adalah:

a. b. c. d. e.

Mengangkat tangan pada tiap-tiap takbir (empat takbir). Merendahkan suara bacaan (sirr). Membaca ta’awuz. Disunakan banyak pengikutnya. Memperbanyak shaf

4. Cara melaksanakan shalat jenazah Sebagimana disebut diatas bahwa shalat jenazah sedapat mungkin dilakukan dengan cara berjamaah, jika jenazah itu laki-laki maka imam mengambil posisi disamping kepala, dan makmum mengambil tempat dibelakangnya secara berbaris-baris. Jika jenazah itu perempuan, maka imam berdiri di samping perutnya. Setelah imam dan makmum mengambil posisi seperti ketentuan diatas, maka salat jenazah dilaksanakan dengan empat kali takbir. Pada takbir pertama disertai dengan niat menshalatkan jenazah ini empat kali takbir karena Allah. a. Menbaca niat Jenazah laki-laki:

ٍ ‫ت ا َ ْربَ َع نَ ْكبِي َْرا‬ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة ِ ََّّللِ تَعَالَى‬ ِ ِ‫علَى َهذَا اْل َمي‬ َ ‫ص ِلى‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫ا‬ Jenazah Perempuan:

ٍ ‫علَى َه ِذ ِه اْل َم ِيت َ ِة ا َ ْربَ َع نَ ْكبِي َْرا‬ ‫ض اْل ِكفَا َي ِة ِ ََّّللِ ت َ َعالَى‬ َ ‫ص ِلى‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫ا‬ Jenazah Ghaib:

ٍ ‫ب (فَُلَ ْن) ا َ ْربَ َع نَ ْكبِي َْرا‬ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة ِ ََّّللِ ت َ َعالَى‬ ِ ‫علَى اْل َم ِي‬ ِ ِ‫ت اْلغَائ‬ َ ‫ص ِلى‬ َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫ا‬ b. Pada takbir pertama membaca al-fatihah c. Pada takbir kedua, membaca sholawat atas Nabi dengan ucapan sekurang-kurangnya:

‫علَى ُم َح َّمد‬ َ ‫ص ِّلى‬ َ ‫اَلَّل ُه َّم‬ “Ya Allah berilah shalawat atas Nabi Muhammad SAW.” d. Pada takbir ketiga membaca do’a:

ُ‫ع ْنه‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْرلَهُ َو‬ ُ ‫عا ِف ِه َواع‬ َ ‫ْف‬ َ ‫ار َح ْمهُ َو‬

“Ya Allah Ampunilah dia, berilah rahmat dan sejahteralah dan maafkanlah ia”

e. Pada takbir keempat membaca do’a sebagai berikut:

ُ‫اَللَّ ُه َّم الَتَحْ ِّر ْمنَا اَجْ َرهُ َوال َ ت َ ْفتِّنَا بَ ْعدَهُ َوا ْغ ِّف ْرلَنَا َولَه‬ "Ya Allah janganlah engkau halangi kami memperoleh pahalanya dan janganlah engkau memberi fitnah kepada kami sepeniggalnya dan ampunilah kami dan dia.”

Kewajiban yang keempat terhadap jenazah ialah mengkuburkan jenazah. Setelah jenazah dishalatkan, hendaknya segera dibawa ke kubur untuk dimakamkan. Mengantar jenazah ke kubur dilaksanakan dengan cara jenazah diletakkan di atas usungan itu pada setiap sisi tandu atau usungan tersebut. Berikut ini caracara penguburan jenazah sebagai berikut. 1. Orang yang berjalan kaki hendaklah berada di sekitar jenazah dan orang yang berkendaraan di belakang jenazah. 2. Orang yang mengantarkan disunahkan diam dan khusu’ tidak membicarakan keduniaan dan hendaklah lebih banyak mengingat akan mati. 3. Membawa jenazah ke kubur hendaknya dilakukan dengan segera. 4. dan ketika membawa atau memikul jenazah agar dipikul pada empat penjuru keranda oleh empat orang di antara jama'ah dan boleh bergantian, dengan orang yang lain. 5. Setelah dekat kubur sebaiknya membaca doa guna menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat. Setelah sampai di tempat penguburan yang perlu dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut: Adapun tata cara penguburan jenazah adalah sebagai berikut 1. Dibuatkan liang kubur yang dalamnya sekurang-kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, karena maksud mengkuburkan mayat itu ialah menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada disekitar tempat itu 2. Setelah jenazah sampai di kubur, kemudian jenazah dimasukkan ke dalam liang kubur dan ditempatkan pada liang lahat dengan posisi miring ke kanan sehingga jenazah menghadap kiblat.

3. Kemudian seluruh tali pengikat jenazah dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan pada tanah, dan agar posisi jenazah tidak bergerak atau berubah hendaknya diberi ganjalan bulatan tanah. 4. Selanjutnya jenazah ditutup dengan papan atau kayu, kemudian di atasnya ditimbun tanah sampai liang kubur rata dan ditinggikan dari tanah biasa. 5. Meletakkan batu kecil di atas kubur dan menyiramkan air di atasnya. 6. Mendoakan dan memohonkan ampunan agar diberikan keteguhan dalam menjawab pertanyaanpertanyaan malaikat munkar dan naqir. Adapun larangan yang berhubungan dengan penguburan jenazah, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Tidak menguburkan jenazah pada 3 (tiga) waktu: Ketika terbit matahari hingga naik, ketika matahari di tengah-tengah, dan ketika matahari hampir terbenam hingga betul-betul terbenam 2. Menembok kubur secara berlebihan 3. Duduk dan bermain di atasnya 4. Mendirikan bangunan rumah 5. Menjadikan kuburan sebagai masjid 6. Membongkar kubur, kecuali ada kesalahan pada waktu penguburan, atau kuburan itu sudah lama sehingga jasadnya sudah hancur sedangkan bekas makam itu akan digunakan untuk kepentingan umum. Ta’ziyah menurut bahasa adalah menghibur, sedangkan menurut istilah adalah mengunjungi keluarga yang meninggal dan menghiburnya dengan menganjurkan supaya mereka bersabar terhadap taqdir Allah dan mengharapkan pahala dariNya. 1. Hukum takziah Takziyah kepada keluarga mayit adalah Sunnah. 2. Adab ta’ziah a. Orang yang mendengar musibah kematian hendaknya mengucapkan: Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada Nya kami akan kembali” b. Hendaknya memakai yang sopan, rapi atau pakaian yang menunjukkan tanda belasungkawa. Di rumah duka, harus menjaga sikap dengan tidak tertawa dan berbicara keras c. Disunnahkan untuk membuat makanan bagi keluarga mayit, karena mereka sibuk dengan musibah yang menimpanya. d. Orang yang berta’ziah dianjurkan untuk ikut shalat jenazah dan ikut mengantar ke kuburan e. Diperbolehkan menangis, tetapi tidak dalam bentuk meratap-ratap (Nihaya). f. Tidak diperbolehkan mencela orang yang sudah meninggal dunia. 3. Hikmh ta’ziah a. Terciptanya hubungan silaturahmi yang lebih erat antara orang yang berta’ziah dengan keluarga yang terkena musibah b. Keluarga yang terkena musibah terhibur sehingga hal itu dapat mengurangi beban kesedihan yang berkepanjangan c. Orang yang berta’ziyah dapat ikut mendoakan jenazah agar diampuni dosa-dosanya dan amalnya diterima d. Orang yang berta’ziyah mendapat pahala dari Allah swt ziarah kubur adalah mengunjungi kuburan dengan maksud untuk mengambil pelajaran yang terkait dengan kematian dan kehidupan akhirat, dan mendoakannya supaya dosa-dosa mereka diampuni oleh Allah swt Ziarah kubur bagi laki-laki hukumnya sunah atau dianjurkan, sedangkan bagi wanita ziarah kubur hukumnya mubah atau diperbolehkan. Adab Ziarah Kubur Adab ziarah kubur antara lain adalah: a. Ketika masuk, sunnah menyampaikan salam kepada mereka yang telah meninggal dunia. b. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya

c.

Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan atau kegiatan lainnya dengan niat untuk ber-taqarrub (ibadah). Karena hal iti tidak pernah diajarkan Nabi

d.

Tidak boleh memohon pertolongan dan bantuan kepada mayit, meskipun dia seorang nabi atau wali, sebab itu termasuk syirik besar.

e.

Disunnahkan untuk ziarah kubur dengan tujuan untuk mengambil pelajaran dan mengingatkan kematian, meskipun ziarah kubur orang yang mati dalam keadaan kafir

Hikmah Ziarah Kubur Yang termasuk manfaat atau hikmah ziarah kubur adalah sebagai berikut a. Dapat merenungkan tentang kelemahan manusia di dunia b. Menyadari lebih mendalam masalah musibah terutama tentang kematian c. Dapat menghindarkan diri dari cinta dunia yang berlebihan d. Mempunyai rasa takut dan penuh harap di dalam hati bagi orang yang berziarah e. Dapat mengoreksi diri untuk perhitungan amal dan pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. di akhirat kelak. Sebelum harta warisan dibagikan, maka harus dikeluarkan terlebih dahulu hal-hal yang terkait dengan si mayit, antara lain sebagai berikut: 1. Biaya perawatan Jenazah, 2. Melunasi hutang piutangnya, 3. Melaksanakan wasiat, yang dimaksud dengan wasiat adalah pesan tentang sesuatu kebaikan untuk dilaksanakan. Wasiat harus diselesaikan sebelum pembagian warisan dan besarnya wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 harta waris. 4. Membagi harta waris kepada yang berhak Ilmu waris adalah ilmu yang membahas tentang cara pembagian harta warisan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan al-hadits. Ilmu waris disebut juga ilmu faraidl, jama’ dari kata faridloh artinya “bagian tertentu.” Jadi ilmu faraidl artinya ilmu yang membahas bagian-bagian tertentu dalam membagi harta warisan. Istilah-istilah yang ada dalam ilmu waris dan sering digunakan adalah sebagai berikut: a. Muwaris ialah orang yang meninggal dunia atau orang yang meninggalkan harta b. Waris adalah orang yang berhak menerima harta peninggalan c. Mirats adalah harta yang ditinggalkan oleh muwaris yang akan dibagikan kepada ahli waris, disebut juga Mauruts 1. Sebab-sebab menerima atau tidak menerima harta warisan 1. Sebab-sebab menerima harta warisan a. Hubungan keturunan (nasab) seperti : anak, cucu, bapak, ibu dan sebagainya b. Hubungan perkawinan (nikah) yaitu : suami atau isteri c. Hubungan pemerdekaan budak (wala). d. Hubungan agama. 2. Sebab-sebab tidak menerima harta warisan a. Membunuh. Orang yang membunuh keluarganya tidak berhak menerima warisan dari orang yang dibunuhnya itu. b. Perbedaan Agama c. Murtad d. Perbudakan 2. Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Pembagian Harta Warisan a. Ahli Waris laki-laki berjumlah 15 macam, yaitu : 1) Anak laki-laki 2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah 3) Bapak 4) Kakek dari bapak dan seterusnya ke atas 5) Saudara laki-laki sekandung 6) Saudara laki-laki sebapak 7) Saudara laki-laki seibu

8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak 10) Paman sekandung 11) Paman sebapak 12) Anak laki-laki paman sekandung 13) Anak laki-laki paman sebapak 14) Suami 15) Orang laki-laki yang memerdekakan mayat Catatan : Jika ahli waris laki-laki ada semuanya, maka yang berhak menerima warisan adalah Bapak, anak laki-laki dan suami b. Ahli waris perempuan berjumlah 10 macam, yaitu : 1) Anak perempuan 2) Cucu perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah 3) Ibu 4) Ibu dari bapak 5) Ibu dari ibu 6) Saudara perempuan sekandung 7) Saudara perempuan sebapak 8) Saudara perempuan seibu 9) Isteri 10) Orang perempuan yang memerdekakan mayat Catatan : Jika ahli waris perempuan ada semuanya, maka yang berhak menerima warisan adalah : Anak perempuan, Cucu perempuan dari anak laki-laki, Ibu, Isteri dan Saudara perempuan sekandung. c. Jika ahli waris laki-laki dan perempuan ada semuanya, maka yang berhak menerima warisan adalah Bapak, Ibu, Anak laki-laki, Anak perempuan, dan suami atau isteri d. Pembagian dalam harta warisan terdiri ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, 2/3, dan ashabah Yang mendapat ½ 1. Suami, jika istri yang meninggal tidak punya anak 2. Anak perempuan jika dia sendiri Yang mendapat 1/3 2. Ibu, jika yang meninggal tidak punya anak Yang mendapat ¼ 3. Istri, jika suami tidak meninggalkan anak 4. Suami, jika istri yang meninggal punya anak Yang mendapat 1/6 1. Ibu, jika yang meninggal punya anak Yang mendapat 1/8 2. Istri, jika suami yang meninggal punya anak Yang mendapat 2/3 1. Anak perempuan jika ia lebih dari satu 3. Tujuan dan Hikmah Pembagian Warisan Setiap aturan yang ditetapkan Allah swt. pastilah mempunyai hikmah dan itu merupakan kemaslahatan manusia sendiri. Syari’at waris diturunkan untuk memberikan pengaturan bagi manusia danmemberikan rasa adil. Diantara tujuan dan hikmah waris adalah: a. Kewajiban dan hak keluarga mayit teratur dan dihormati. Kewajiban untuk mengurus hak-hak adami mayit: mengurus jenazah, melaksanakanwasiat dan menyelesaikan utang piutang. Serta hak keluarga mayit yakni menerimaharta warisan. b. Menghindari perselisihan antar ahli waris atau keluarga mayit yang ditinggalkan. Menjaga silaturahmi keluarga dari ancaman perpecahanyang disebabkan harta warisan serta memberikan rasa aman dan adil. c. Terjaganya harta warisan hingga sampai kepada individuyang berhak menerima harta warisan. Memberikan legalitas atas kepemilikan hartawarisan.

Adapun tentang perbedaan bagian waris untuk laki-laki dan perempuan, yang sebagian orang menganggap sebagai suatu ketidak adilan. Hal itu karena beberapa sistem yang diatur oleh syariat, yaitu: a. Kaum wanita selalu harus terpenuhi kebutuhan dan keperluannya, dan dalam hal nafkahnya kaum wanita wajib diberi oleh ayahnya, saudara laki-lakinya, anaknya, atau siapa saja yang mampu di antara kaum laki-laki kerabatnya. b. Kaum wanita tidak diwajibkan memberi nafkah kepada siapa pun di dunia ini. Sebaliknya, kaum lelakilah yang mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah kepada keluarga dan kerabatnya, serta siapa saja yang diwajibkan atasnya untuk memberi nafkah dari kerabatnya. c. Nafkah (pengeluaran) kaum laki-laki jauh lebih besar dibandingkan kaum wanita. Dengan demikian, kebutuhan kaum laki-laki untuk mendapatkan dan memiliki harta jauh lebih besar dan banyak dibandingkan kaum wanita. d. Kaum laki-laki diwajibkan untuk membayar mahar kepada istrinya, menyediakan tempat tinggal baginya, memberinya makan, minum, dan sandang. Dan ketika telah dikaruniai anak, ia berkewajiban untuk memberinya sandang, pangan, dan papan. e. Kebutuhan pendidikan anak, pengobatan jika anak sakit (termasuk istri) dan lainnya, seluruhnya dibebankan hanya pada pundak kaum laki-laki. Sementara kaum wanita tidaklah demikian.

More Documents from "Raditya Adyatma"