A. Macam-Macam Najis dan Tata Cara Thaharahnya : Dalam hukum Islam Ada tiga macam najis, yaitu najis mukhaffafah, najis mutawasitah, dan najis mughalazah. a. Najis mukhaffafah Adalah najis yang ringan, seperti air seni bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan apapun kecuali air susu ibu. Cara menyucikannya sangat mudah, cukup dengan memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan yang terkena najis b. Najis mutawasitah Adalah najis pertengahan atau sedang. Yang termasuk najis ini ialah: - Bangkai binatang darat yang berdarah sewaktu hidupnya - Darah - Nanah - Muntah - Kotoran manusia dan binatang - Arak (khamar) Najis jenis ini ada dua macam, yaitu najis hukmiyah dan najis ‘ainiyah. - Najis hukmiyah adalah najis yang diyakini adanya tetapi tidak nyata wujudnya (zatnya), bau dan rasanya seperti air kencing yang sudah kering yang terdapat pada pakaian atau lainnya. Cara menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis. Jika seandainya bekas najis yang sudah dicuci sampai berulang-ulang masih juga tidak dapat dihilangkan semuanya, maka yang demikian itu dapat dimaafkan. - Sedangkan najis ‘ainiyah adalah najis yang tampak wujudnya (zat-nya) dan bisa diketahui melalui bau maupun rasanya. Cara menyucikannya adalah menghilangkan najis ‘ainiyahnya dengan cara membuang dan menggosoknya sampai bersih dan diyakini sudah hilang zat, rasa, warna, dan baunya dengan menggunakan air yang suci. c. Najis mughalazah Adalah najis yang berat. Najis ini bersumber dari anjing dan babi. Cara menyucikannya melalui beberapa tahap, yaitu dengan membasuh air sebanyak tujuh kali, salah satu di antaranya menggunakan air yang dicampur dengan tanah. Nabi Muhammad saw bersabda: Macam-Macam Hadas dan Cara Bersuci Hadas ada dua macam, yaitu Hadas Kecil dan Hadas Besar. a. Hadats kecil Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus berwudhu, dan apabila tidak ada air maka diganti dengan tayamum. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah: - Karena keluar sesuatu dari dua lubang, yaitu qubul dan dubur - Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab lainnya seperti tidur - Persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya tanpa ada batas yang menghalanginya - Karena menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri ataupun kemaluan orang lain dengan telapak tangan atau jari b. Hadats Besar Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus berwudhu, dan apabila tidak ada air maka diganti dengan tayamum. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah: - Karena bertemunya dua kelamin laki-laki dengan perempuan (jima’ atau bersetubuh), baik keluar mani ataupun tidak - Karena keluar mani, baik karena bermimpi atau sebab lain - Karena haid, yaitu darah yang keluar dari perempuan sehat yang telah dewasa pada setiap bulannya - Karena nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu sehabis melahirkan - Karena wiladah, yaitu darah yang keluar ketika melahirkan - Karena meninggal dunia, kecuali yang meninggal dunia dalam perang membela agama Allah, maka dia tidak dimandikan Syarat sah shalat:
1. Suci badan dari hadats besar dan kecil. Hadats kecil ialah tidak dalam keadaan berwudhu dan hadats besar adalah belum mandi dari junub 2. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis 3. Menutup aurat (aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedang aurat perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali kedua telapak tangan dan wajah) 4. Telah masuk waktu shalat. Shalat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk waktunya, dan tidak sah hukumnya shalat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya 5. Menghadap kiblat, jika berada dalam masjid haram Mekah, maka harus menghadap langsung. Dan jika jauh dari baitullah, maka cukup menghadap ke arahnya. Syarat Wajib Shalat: 1. Islam, Maka tidak sah shalat yang dilakukan oleh orang kafir, dan tidak diterima. Begitu pula halnya semua amalan yang mereka lakukan 2. Baligh (lak-laki telah keluar sperma atau sudah berumur 15 tahun, dan perempuan telah keluar darah haid atau sudah berumur 15 tahun). Akan tetapi anak kecil itu hendaknya diperintahkan untuk melaksanakan shalat sejak berumur tujuh tahun dan shalatnya itu sunnah baginya 3. Berakal, Maka tidaklah wajib shalat itu bagi orang gila atau mabuk 4. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan 5. Telah sampai dakwah kepadanya, dan 6. Terjaga, tidak sedang tidur. Sunnah shalat Sunah shalat merupakan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam shalat selain rukun shalat. Sunah-sunah shalat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Sunah `Ab`ad Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan harus diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah : - Tasyahud awal - Membaca shalawat pada tasyahud awal - Membaca shalawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir. - Membaca qunut pada shalat Shubuh dan shalat witir pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan 2. Sunah Hai`at Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah : - Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram - Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap. - Memandang ke tempat sujud - Membaca do`a iftitah - Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah. - Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah. - Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah. - Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum) - Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama shalat maghrib, isya dan subuh. - Membaca takbir intiqal setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`. - Membaca ketika i`tidal. Yang Membatalkan Shalat Adapun yang Membatalkan Shalat, antara lain: - Berbicara dengan sengaja - Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut) - Berhadats - Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja - Terbuka auratnya - Merubah niat - Membelakangi kiblat - Makan dan minum - Tertawa - Murtad
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara: 1. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat 2. Berdiri, bagi yang berkuasa: (tidak dapat berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan berbaring). 3. Takbiratul ihram: membaca "Allahu Akbar", 4. Membaca Surat Fatihah. 5. Ruku' dan thuma'ninah, artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut. 6. I'tidal dengan thuma'ninah, artinya bangkit bangun dari ruku' dan kembali tegak lurus, thuma'ninah. 7. Sujud dua kali dengan thuma'ninah, yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan, kening dan hidung ke atas lantai. 8. Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah: artinya bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk sebentar, sementara menanti sujud yang kedua. 9. Duduk untuk tasyahud pertama. 10. Membaca tasyahud akhir: di waktu duduk di raka'at yang terakhir. 11. Membaca shalawat atas Nabi: artinya setelah selesai tasyahud akhir, maka dilanjutkan membaca pula shalawat atas Nabi dan keluarganya. 12. Mengucapkan salam yang pertama. Bila setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat atas Nabi dan keluarga beliau maka memberi salam. Yang wajib hanya salam pertama. 13. Tertib artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan. Ketentuan Waktu Shalat Fardhu 1. Shalat Zhuhur Awal waktunya setelah condong matahari ke barat dari pertengahan langit dan akhir waktunya apabila bayang-bayang telah sama panjangnya dengan sesuatu. 2. Waktu 'Ashar Waktunya mulai dari habis waktu Zhuhur, sampai terbenam matahari 3. Waktu Maghrib Waktunya dari terbenam matahari, sampai terbenam syafaq yang merah (cahaya merah di kaki langit sebelah barat) 4. Shalat 'Isya Waktu 'Isya dari hilangnya syafaq merah sampai terbit fajar shadiq (Rasulullah saw kerap kali menta'khirkan 'Isya hingga sepertiga malam) 5. Waktu Shubuh Waktunya dari terbit fajar shadiq sampai terbit matahari. Sebab-sebab sujud sahwi secara lebih rinci ada empat hal, yaitu : - Apabila menambah perbuatan dari jenis shalat karena lupa, seperti berdiri, atau ruku', atau sujud, misalnya ia ruku' dua kali, atau berdiri di waktu ia harus duduk, atau shalat lima rakaat pada shalat yang seharusnya empat rakaat misalnya, maka ia wajib sujud sahwi karena menambah perbuatan, setelah salam, baik ingat sebelum salam atau sesudahnya. - Apabila mengurangi salah satu rukun shalat, apabila ingat sebelum sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka wajib kembali melakukannya, dan apabila ingat setelah sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka tidak kembali, dan rakaatnya batal. Apabila ingat setelah salam, maka wajib melakukan rukun yang ditinggalkan dan seterusnya saja, dan sujud sahwi setelah salam. Jika salam sebelum cukup rakaatnya, seperti orang yang shalat tiga rakaat pada shalat yang empat rakaat, kemudian salam, lalu diingatkan, maka harus berdiri tanpa bertakbir dengan niat shalat, kemudian melakukan rakaat keempat, kemudian tahiyyat dan salam, kemudian sujud sahwi. - Apabila meninggalkan salah satu wajib shalat, seperti lupa tidak tahiyat awal, maka gugur baginya tahiyyat, dan wajib sujud sahwi sebelum salam. - Apabila ragu tentang jumlah rakaat, apakah baru tiga rakaat atau empat, maka menganggap yang lebih sedikit, lalu menambah satu rakaat lagi, dan sujud sahwi sebelum salam, apabila dugaannya lebih kuat pada salah satu kemungkinan, maka harus melakukan yang lebih yakin, dan sujud setelah salam
2. Lafaz Sujud Sahwi Sujud sahwi ialah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam shalat. Cara mengerjakannya sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir di antara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahyat akhir sebelum salam. Adapun lafadz sujud sahwi:
ُسْب َحا َن َم ْن الَيَنَ ُام َوالَ يَ ْس ُه ْوا Artinya: "Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa". Hukum dan Dalil Shalat Jama’ah Hukum berjamaah dalam shalat menurut jumhur ulama adalah sunnah muakad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan Nabi saw jarang sekali meninggalkannya. Hal sesuai hadits riwayat Muslim:
ِ ِ َ اَّللِ ب ِن عمر أَ هن رس ِ ِ اْلم ِ ِِ ين ُ اعة تَ ْف َ َ َْ ُصالة َ ض ُل َ صلهى هللاُ َعلَْيه َو َسله َم قَ َال َ ول هللا ُ َ َ َ ُ ْ َع ْن َعْبد ه َ صال َة الْ َفذ ب َسْب ٍع َوع ْش ِر َد َر َجة Artinya : Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 27 derajat. (H.R. Muslim) Walaupun sebagai ulama menyebutkan bahwa hukumnya adalah fardhu `ain, sehingga orang yang tidak ikut shalat berjamaah berdosa. Ada yang mengatakan fardhu kifayah sehingga bila sudah ada shalat jamaah, gugurlah kewajiban orang lain untuk harus shalat berjamaah. Ada yang mengatakan bahwa shalat jamaah hukumnya fardhu kifayah. Dan ada juga yang mengatakan hukumnya sunnah muakkadah. Adapun dalil berkaitan dengan shalat berjama’ah, Allah swt berfirman dalam surat al baqarah ayat 43:
Artinya: “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku” ( QS. Al-Baqarah :43). Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa kita diperingatkan untuk mengikuti shalat berjama’ah. Selanjutnya pada surat an-Nisa ayat 102
... Artinya: “Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka, lalu engkau hendak melaksankanakan shalat bersama mereka …” 3. Syarat Imam dan makmum a. Syarat Menjadi Imam Jika kamu melaksanakan sholat berjamaah, paling sedikit harus ada dua orang atau lebih. Satu orang menjadi imam, dan yang lain menjadi makmum. Yang dimaksud imam dalam sholat adalah seseorang yang diangkat untuk memimpin pelaksanaan sholat berjamaah. Secara umum ketentuan untuk menjadi imam sholat meliputi: - Imam hendaklah orang yang lebih dalam ilmu agamanya - Imam hendaklah orang yang lebih fasih bacaan Al-Qur'annya dan banyak hafalannya - Imam hendaklah orang yang lebih tua umurnya dan baik penampilannya - Imam hendaklah berdiri di depan makmun - Imam hendaklah orang yang berakhlak mulia - Imam hendaklah berniat menjadi imam b. Syarat Menjadi Makmum
Makmum dalam sholat berjamaah adalah orang yang dipimpin oleh seorang imam dam menjadi pengikut di dalam sholat atau orang yang ikut bersembahyang di belakang imam. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi makmum dalah sholat berjamaah sebagai berikut. - Makmum hendaklah berniat menjadi makmum
c.
Makmum hendaklah mengetahui dan mengikuti gerak gerik imam Makmum hendaklah tidak mendahului imam dalam gerakan sholat Makmum hendaklah berada dalam satu tempat dengan imam Tempat berdiri makmum tidak lebih maju kedepan daripada imam
Cara Melakukan Shalat Jama’ah Shalat berjama’ah hanya isa terwujud dengan cara-cara tertentu yang sudah dijelaskan para ulama, di antaranya sebagai berikut: 1. Tempat makmum tidak boleh di depan imam. Yang menjadi patokannya adalah tumit, yakni bagian belakang telapak kaki. Kalau makmum terdiri dari dua orang atau lebih , maka mereka semuanya berbaris di belakang imam. Tetapi, kalau hanya seorang maka dia berdiri di sebelah kiri imam agak mundur sedikit ke belakang. 2. Mengikuti imam dalam semua gerakannya. Makmum memulai pekerjaannya sesudah imam, sedang imam mendahulukan selesainya makmum dalam setiap pekerjaan. Apabila makmum tertinggal oleh imam selama satu rukun, maka makruh hukumnya. Bahkan dianggap shalatnya jika dia tertinggal dua rukun yang panjang misalnya imam sudah sujud dan bangkit, sementra makmum masih berdiri untuk sujud, padahal tidak ada udzur. Jika ada udzur seperti karena lambaat bacaannya atau factor fisik, maka itu tidak apa-apa. 3. Mengetahui perpindahan-perpindahan imam dengan cara melihat langsung atau melihat sebagian shaf, atau mendengar suara imam atau mubaligah. 4. Antara imam dan makmum tidak ada jarak tempat yang terlampau jauh, apabila kedua-duanya tidak berada dalam masjid. Adapun kalau berkumpul dalam satu masjid, maka jama’ah tetap sah. Kalau imam ada di masjid dan makmum berada di luar masjid, maka dipersyaratkan agar jarak antara keduanya tidak terlampau jauh 5. Makmum berniat berjama’ah atau menjadi makmun. Niat ini disyaratkan agar berbareng dengan takbiratul ihram. Jadi kalau ada seseorang tidak berniat menjadi makmum, namum demikian dia mengikuti gerakan-gerakan imam, maka shalatnya batal. Tetapi kalau mengikuti gerakan imam hanya karena kebetulan saja atanpa sengaja, maka shalatnya tidak batal. Adapun tata cara pengaturan saf dalam shalat jama’ah sebagai berikut: - Jika makmum hanya seorang, maka ia berdiri di belakang sebelah kanan imam. Jika lebih dari seorang maka makmum berada di belakang imam, sehingga imam didepan saf tengah mereka.Saf hendaknya diluruskan dan dirapatkan dan jangan membuat saf baru ketika saf depan belum penuh. Apabila makmumnya terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak, maka laki-laki menempati saf paling depan, kemudian anak-anak dan saf wanita yang paling belakang. Wanita tidak boleh menjadi satu saf dengan laki-laki. - Gerakan-gerakan salat makmum, mulai dari takbiratul ihram sampai dengan selesai (salam), selalu mengikuti gerakan-gerakan imam dan tidak boleh mendahului. - Dalam salat berjamaah ketika imam membaca ayat atau surat dengan suara keras, makmum tidak usah lagi membaca, cukup dengan mendengarkannya saja
d.
Ketentuan Makmum Masbuk
Masbuk artinya tertinggal, maka yang dimaksud dengan makmum masbuk adalah orang yang tertinggal atau datang terlambat untuk mengikuti shalat jama’ah. Bagi makmum masbuk, berlaku beberapa ketentuan, yaitu sebagai berikut: 1. Makmum masbuk harus mengikuti imam pada keadaan yang dia dapati yaitu dia langsung berniat dan mengucapkan takbiratul ihram, lalu mengikuti gerakan imam. Apabila imam sujud, maka dia juga ikut sujud. 2. Makmum masbuk dihitung mendapat satu raka’at apabila dia masih sempat mendapati ruku bersama imam 3. Makmum masbuk mengganti raka’at yang tertinggal setelah imam salam e. Cara Mengingatkn Imam yang Lupa Jika imam keliru dalam bacaannya atau gerakannya maka hendaklah makmum mengingatkannya. Untuk mengingatkan perbuatan imam yang keliru, makmum mengucapkan tasbih (subhanallah) bagi makmum laki-laki dan bagi makmum wanita dengan menepukkan punggung telapak tangan kiri pada bagian dalam telapak tangan kanan. Kedua cara tersebut, baik ucapatn tasbih amaupun tepuk tangan harus bias terdengar oleh imam. Apabila kekeliruan itu adalah bacaannya, hendaklah makmum membenarkannya. Bila imam lupa meninggalkan rukun shalat seperti sujud dan ruku', dan makmum telah mengingatkannya dengan tasbih, ia wajib segera melaksanakannya dan setelah itu melaksanakan sujud sahwi. Khusus pada masalah imam lupa melaksanakan tashahhud awal, bila imam telah terlanjur berdiri tegak ketika makmum mengingatkannya, maka imam tidak perlu kembali duduk, namun
melanjutkan shalat dan melakukan sujud sahwi. Namun bila imam belum berdiri tegak, misalnya masih dalam keadaan jongkok, ia harus kembali duduk dan melakukan sujud sahwi. Jadi hanya dalam masalah lupa meninggalkan amalan sunnah shalat, imam boleh melanjutkan shalat dan tidak menggubris peringatan dari makmum Cara Menggantikan Imam yang Batal Apabila seorang imam batal, maka dia digantikkan oleh makmum yang tepat di belakangnya. Imam dapat diganti melalui isyarat yang mudah dipahami. Makanya sangat dianjurkan yang berada di belakang imam itu adalah yang siap menggantikan imam apabila dia lupa, yaitu orang yang paham ilmu agama. Ada beberapa yang harus diperhatikan terkait imam yang batal dalam shalat berjama’ah, yaitu: - Makmum sebelah belakang kanan imam yang berhak menjadi pengganti imam kalau batal solatnya. - Imam memberi isyarat kalau dirinya batal, dengan cara bergeser ke"kanan" dan balik kanan. - Makmum yang dikanan imam menggantikan maju kedepan menempati posisi Imam dan melanjutkan tugas Ada juga model yang imam keluar barisan dengan shof bergeser, yang kanan bergeser kekiri menempati ruang kosong begitu seterusnya sampai lengkap, imam yang batal ambil wudlu dan masuk dibarisan paling belakang atau yang kosong (sesuai kondisi) untuk melanjutkan ikut imam baru secara masbuk B. Pengertian Dzikir dan Doa a. Dzikir Kata dzikir berasal dari kata “dzakaro”” ذكـَــَرyadzkuru” " ـــر ُ يــذْ ُكdzikran” ــــرا ً ِذ ْكartinya; mengingat, menyebut, menuturkan atau merenungi. Sedangkan menurut istilah adalah mengingat Allah SWT, dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT.dengan cara menyebut semua sifat-sifat keagungan-Nya atau kemulian-Nya, seperti membaca tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. B. Ketentuan Doa Doa ( ) الدُّ َعاءmenurut bahasa adalah memanggil atau memohon sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah memohon kepada Alloh swt. dengan merendahkan diri dan tunduk kepada-Nya. Bagi seorang mukmin yang ingin berhasil dalam kehidupan ini, ada dua cara yang harus ditempuhnya yaitu: berusaha dan berdoa kepada Allah. Kedua hal ini harus ditempuh, karena di dalam kehidupan ini ada hal-hal yang dapat dijangkau oleh pemikiran manusia, tetapi ada pula yang tidak dijangkaunya. Oleh karena itu kedua cara ini harus ditempuh secara bersama-sama. C. MANFAAT ZIKIR DAN DOA
a. Dapat menentramkan hati
Artinya: “…ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S ar-Ra’d: 28) b. Dapat menimbulkan kesabaran c. Menambah pahala dan menambahkan rasa kasih sayang kepada sesama. d. Menimbulkan sifat berhati-hati Dengan sering kita berdoa setelah shalat fardu banyak manfaat yang akan diperoleh, diantaranya: a. Akan terhindar dari sifat sombong dan congkak b. Akan terhindar dari sifat gampang putus asa c. Hati dan pikiran kita akan tenang dan tentram d. Akan memberi motivasi atau dorongan yang kuat dalam menjalani kehidupan ini e. Memberikan perlindungan dalam menempuh kehidupan f. Kita akan merasa semakin dekat dengan Allah SWT g. Di akhirat kelak, kita akan mendapat tempat yang mulia di sisi Alloh, yaitu surga D. Tata Dzikir dan Berdoa Mengucap zikir pada dasarnya tidak dibatasi jumlah bilangan. Demikian pula mengenai lafal, waktu, cara dan tempat melaksanakannya. Akan tetapi, zikir seyogyanya di lakukan di tempat-tempat yang suci dilandasi dengan niat yang ikhlas, di samping sikap kusyu dan tawaduk. Firman Allah Swt,di atas memuat tata cara (adab) berzikir, antara lain :
a. zikir hendaknya di lakukan dengan sikap tadaruk (merasa dirinya hina dan papa di hadapan Allah swt). Dengan demikian orang yang berzikir harus memperlihatkan sikap tawaduk kepada-NYa. b. Zikir dilakukan dengan rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada keagungan dan kemuliaan Allah swt. c. Zikir dilakukan dengan suara yang lembut,pelan dan kusyuk. Cara berdzikir ada tiga macam, yaitu: a. Dzikir dengan hati Dzikir dengan hati ialah dengan cara bertafakur memikirkan ciptaan Allah swt, sehingga timbul di dalam pikiran kita bahwa Allah swt. adalah Dzat yang Maha Kuasa. Semua yang ada di dalam alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah swt. b. Dzikir dengan perbuatan Yaitu dengan melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya. Dan semua itu mesti diawali dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah swt. Jadi menuntut ilmu, bersilaturahmi, mencari nafkah, dan amalan-amalan lainnya yang diperintahkan oleh agama adalah termasuk dalam lingkup dzikir dengan perbuatan c. Dzikir dengan ucapan Dzikir dengan ucapan yaitu dengan cara menyebut asma Allah atau dengan mengucapkan kalimatkalimat toyibah. Sehingga setiap kali menyebut-Nya akan semakin bertambah keimanan kita kepada Allah Swt. Agar doa kita dikabulkan oleh Allah Swt, hendaklah kita memperhatikan tatacara sebagai berikut : a. Memulai berdoa dengan membaca bismillah,hamdalah dan sholawat b. Mengangkat tangan ketika berdoa dan mengusapkan kedua tangan pada wajah setelah selesai berdoa. c. Hendaklah disertai dengan hati yang kusyu’ dan meyakini bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah Swt. Ada beberapa waktu yang lebih utama untuk berdoa, yaitu sebagai berikut : a. Waktu tengah malam (sepertiga malam yang terakhir) b. Pada hari jumat(waktu antara dua khutbah) c. Pada waktu seseorang sedang puasa d. Sesudah shalat lima waktu e. Saat kritis/genting. f. Saat teraniaya dan g. Ketika minum air Zamzam
FUNGSI ZIKIR DABN DOA DALAM KEHIDUPAN Orang yang baik dan benar perlu permulaan yang baik dan benar pula. Permaulaan yang baik dan benar membutuhkan keikhlasan, sedangkan pangkal keikhlasan adalah niat yang baik dan benar. Sumber niat yang baik dan benar adalah hati yang bersih nan suci, namun hati yang bersih nan suci itu tak pernah akan bisa kita raih kecuali dengan zikrullah (mengingat Allah). Setiap manusia, setiap detiknya selalu bergantung kepada rahmat dan nikmat Allah. Alangkah sombongnya kita jika hampa dari aktivitas zikir dan doa. Zikir dan doa layak dilaksanakan meskipun kita dalam kesibukan dan dalam kondisi apapun. “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9). Zikir dan doa merupakan salah satu manifestasi peribadatan dan ketaatan manusia kepada Tuhan-Nya. Disamping ibadah-ibadah lainnya yang utama dan tidak terbilang, kita diperintahkan untuk melantunkan zikir dan doa kepada Allah, karena luas dan begitu dalamnya mutiara hikmah yang dikandungnya. Zikir diperintahkan Allah setiap saat dan setiap waktu, “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzab: 41). Dengan berzikir, kita berusaha untuk taqarrub ilallah, mendekat pada-Nya, serta agar selalu merasa diawasi oleh-Nya. Dan hasilnya adalah ketenangan batin, (QS. Ar Ra’du: 28) dan hubungan sejati dengan Tuhan. Selain itu, efek dari aktivitas zikir ini ialah akan merubah segenap keputusan dan prilaku masyarakat manusia sesuai lintasan-Nya.
Dengan zikir juga kita bisa menjaga kesinambungan dan keselarasan perspektif agama sesuai dengan jiwa rohani masyarakat modern yang cenderung vis-a-vis dislokasi terhadap ajaran agama. Karena zikir adalah salah satu obat bagi manusia modern agar tidak terperangkap dalam labirin berbagai gagasan dan kecenderungan yang khilaf. Sebagaimana jasmani, rohani pun membutuhkan makanan. Lain halnya dengan jasmani, rohani bersifat abstrak (hanya Allah yang tahu hakikatnya), maka makanannya pun abstrak pula. Karena abstrak, tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya kecuali mengikuti petunjuk-Nya, yang menciptakan roh itu. Dan Allah mengajarkan zikir sebagai obat (makanan) bagi ketenangan rohani. Shalat jum`at adalah shalat yang wajib dikerjakan pada waktu zuhur di hari jum`at yang diawali dengan 2 (dua) khutbah. Dasar hukum shalat jum`at surat Al-Jumu`ah : 9 Syarat Wajib Shalat Jum`at: muslim, baligh, berakal, laki-laki, merdeka, dan orang sakit, muqim dan bukan musafir, dan orang yang tidak ada uzur/halangan yang mencegahnya untuk menghadiri Jum’atan Syarat Sah Shalat Jum`at: diselenggarakan di dalam satu tempat (tempat tinggal) baik di kota maupun di desa, dilaksanakan pada waktu dhuhur dengan berjamaah, dan dikerjakan setelah dua khutbah Rukun Khutbah Jum`at: hamdalah, shalawat kepada Nabi saw, washiyat untuk taqwa, membaca ayat AlQuran pada salah satunya, dan berdoa untuk umat Islam Syarat Khutbah Jum`at: dilaksanakan pada waktu dhuhur, berdiri jika mampu, dengan suara yang keras, duduk di antara dua khutbah , menutup aurat, berurutan antara khutbah pertama dan kedua, berdoa untuk kaum musliminin, dan tertib Syarat Khatib Jum`at: muslim yang telah baligh, berakal sehat, dan taat beribadah, mengetahui syarat, rukun dan sunat khutbah, suci dari hadatas baik badan dan pakaian serta tertutup auratnya, fasih mengucapkan alQur’an dan Al Hadits, memiliki akhlak yang baik, tidak tercela di mata masyarakat dan tidak melakukan perbuatan dosa, dan berpenampilan baik, rapi dam sopan. Sunnah Kutbah Jum`at: dilakukan di tempat yang lebih tinggi atau di atas mimbar, memberi salam pada permulaan khutbah jum`at, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, di sampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematik dan temanya sesuai dengan kondisi yang terjadi, materi khutbah hendaklah pendek, jangan terlalu panjang sebaiknya shalatnya saja yang panjang, dan khatib menghadap jama`ah. Adab shalat jum’at: mandi sebelum pergi ke masjid, berpakain rapi bagus,memakai wangi-wangian, bersegerah pergi ke masjid, memperbanyak dzikir, berod’a membaca shalawat Nabi atau membaca al-Qur’an sebelum imam naik mimbar, mendengarkan khutbah, dan sebagainya Pengertian Shalat Jama’ Jama` menurut bahasa berarti mengumpulkan. Sedangkan shalat jama` menurut istilah adalah mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu waktu. Hal ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah dalam melaksanakan shalat dalam keadaan tertentu. Menjamak shalat hukumnya mubah atau boleh bagi orang yang sudah memenuhi syarat.
Macam -Macam Shalat jama` a. Jamak Taqdim, adalah mengumpulkan dua shalat wajib dikerjakan pada waktu yang pertama (awal). b. Jamak Ta'khir, adalah mengumpulkan dua shalatwajib yang dikerjakan pada waktu yang kedua (akhir). Syarat-Syarat Umum Shalat Jama` a) Musafir, orang yang sedang dalam perjalanan dan perjalanannya tidak untuk maksiat. b) Jarak perjalanan minimal 80.64 km ( menurut sebagian ulama` tidak disyaratkan jarak jauhnya perjalanan sebagaimana tersebut di atas (jauh dekat sama saja) c) Tidak boleh makmum dengan orang yang mukim d) Dalam keadaan tertentu, seperti : sedang sakit, hujan lebat e) Berniat shalat jamak
Syarat Jama’ Ta’qdim a. Dikerjakan dengan tertib; yakni dengan shalat yang pertama misalnya zhuhur dahulu, kemudian ashar. Dan maghrib dahulu kemudian isya. b. Niat jama’ dilakukan (dilahirkan) pada shalat pertama. c. Berurutan antara keduanya; yakni tidak boleh disela dengan shalat sunat atau lain-lain. Syarat Jama’ Ta’khir 1) Niat jama’ ta’khir dilakukan pada shalat yang pertama. 2) Masih dalam perjalanan tempat datangnya waktu yang kedua. Pengertian Shalat Qashar Qashar menurut bahasa berarti meringkas, sedangkan shalat qashar adalah meringkas shalat wajib empat raka`at menjadi dua raka`at. Mengqashar shalat bagi orang yang memenuhi syarat hukumnya mubah (boleh) karena merupakan rukhshah (keringanan) dalam melaksanakan shalat bagi orang -orang yang sudah memenuhi syarat. Shalat yang boleh diqashar adalah shalat zhuhur, ashar dan isya. Shalat Maghrib dan Subuh tidak boleh diqashar karena jumlah rakaatnya tidak empat rakaat. Dalam prakteknya, shalat qashar dilaksanakan bersamaan shalat jama`, jarang shalat qashar dilaksanakan sendiri/tidak bersamaan shalat jama. Dengan demikian, shalat jama` qashar adalah shalat jama` yang dilaksanakan dengan cara qashar/diringkas.
Syarat sah Shalat Qashar 1. Orang yang boleh mengqashar adalah musafir yang bukan karena maksiat. 2. Berniat mengqashar pada waktu takbiratul ikhram. 3. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki, atau dua marhalah (yaitu sama dengan 16 farsah). Ulama berbeda pendapat ukuran 16 farsah, Jarak perjalanannya sudah ada 80,64 km. Cara mengqasar shalat: salat yang berjumlah 4 rakaat (zuhur, asar dan isya) dapat diqasar menjadi 2 rakaat. Dalam prakteknya, bila sesorang melaksanakan sahalat jama’ qasar zuhur dan asar maka zuhurnya dikerjakan 2 rakaat dan asarnya 2 rakaat salat magrib adalah salat yang rakaatnya tidak bisa diqasar. Apabila diqasar tetap dilaksanakan 3 rakaat. sesorang yang ingin melaksanakan jama, qasar antara salat magrib dan isya, maka magrib dilaksanakan 3 rakaat dan isya 2 rakaat. Adapun salat subuh tidak dapat dijama’ ataupun diqasar Salat Jamak Qasar menggunakan Jamak Takdim:
misalnya salat duhur dengan asar. Tata caranya sebagai berikut: 1. Berniat menjamak qasar salat duhur dengan jamak takdim. Jika dilafalkan sebagai berikut:
ُ ض ال ص ُر َج ْم َع ت َ ْق ِد ْي ًما هللِ ت َ َعالَى ً ص ًرا َمجْ ُم ْو ْ عا اِلَ ْي ِه ال َع ْ َظ ْه ِر َر ْك َعتَي ِْن ق َ صلّى فَ ْر َ ُا
“ Saya berniat salat duhur dua rakaat digabungkan dengan salat asar dengan jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala” 1. Takbiratul ihram. 2. Salat duhur dua rakaat (diringkas) 3. Salam. 4. Berdiri dan niat salat asar, jika dilafalkan sebagai berikut:
ُ عا اِلَى ال ظ ْه ِر َج ْم َع ت َ ْق ِد ْي ًما هللِ ت َ َعالَى ً ص ًرا َمجْ ُم ْو ْ َص ِر َر ْك َعتَي ِْن ق ْ ض ال َع َ صلّى فَ ْر َ ُا
“ Saya berniat salat asar dua rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala” 1. Takbiratul ihram. 2. Salat asar dua rakaat (diringkas) 3. Salam Salat Jamak Qasar menggunakan Jamak Ta’khir: Misalnya salat magrib dengan ‘isya. Tata caranya sebagai berikut: 1. Berniat menjamak qasar salat magrib denganjamak ta’khir. Jika dilafalkan sebagai berikut:
َ َض المغرب ثَال ٍ ث َر َكعَا َاء َج ْم َع تَا ْ ِخي ًْرا هللِ تَعَالَى ِ عا اِلَى ال ِعش ً ت َمجْ ُم ْو َ صلّى فَ ْر َ ُا
“ Saya berniat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat isya’ dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.” 1. Takbiratul ihram.
2. Salat magrib tiga rakaat seperti biasa. 3. Salam. 4. Berdiri dan niat salat isya’. Jika dilafalkan sebagai berikut:
ب َج ْم َع تَا ْ ِخي ًْرا هللِ تَعَالَى ُ عا اِلَ ْي ِه ال َم ْغ ِر ً ص ًرا َمجْ ُم ْو ِ ض ال ِعش ْ ََاء َر ْكعَتَي ِْن ق َ صلّى فَ ْر َ ُا
“ Saya berniat salat isya’ dua rakaat digabungkan dengan salat magrib dengan jamak ta’khir, diqasar karena Allah Ta’ala.” 1. Takbiratul Ihram. 2. Salat isya’ dua rakaat (diringkas) 3. Salam Shalat jamak dan Qashar merupakan rukhsah (kemurahan) dari Allah SWT terhadap hamba-Nya manakala kita sedang bepergian sehingga dapat melaksanakan ibadah secara mudah sesuai dengan kondisinya Melaksanakan shalat secara jamak dan Qashar mengandung arti bahwa Allah SWT tidak memperberat terhadap hamba-Nya karena sekalipun shalatnya dikumpulkan dan diringkas tetapi tidak mengurangi pahalanya. Disyariatkan shalat jamak dan Qashar supaya manusia tidak berani meninggalkan shalat karena ia dapat melaksanakan dengan mudah dan cepat. a. Shalat Dalam Kendaraan Seseorang yang berpegian dengan kendaraan, tidak bisa melakukan banyak aktivitasnya secara normal, termasuk melaksanakan shalat. Mengingat kita di atas kendaraan, bisa jadi tidak memungkinkan untuk shalat dengan sempurna. Karena itu, ada beberapa catatan penting yang perlu kita perhatikan: 1) Shalat wajib harus dilakukan dengan cara sempurna, yaitu dengan berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat. Jika di atas sebuah kendaraan seseorang bisa shalat sambil berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat maka dia boleh shalat wajib di atas kendaraan tersebut. Seperti orang yang shalat di kapal. 2) Bersuci (wudu), bila tidak memungkinkan menggunakan air karena keterbatasan air, boleh bertayamum. 3) jika di atas sebuah kendaraan seseorang tidak mungkin shalat sambil berdiri dan menghadap kiblat, maka cara shalatnya adalah duduk semampunya. Dari Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu, Nabi 4) jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, dia bisa shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan. Allah juga berfirman, 5) Pada waktu takbiratul ihram hendaklah menghadap kiblat, seterusnya dapat menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraan. Firman Allah : 6) ketentuan di atas hanya berlaku untuk shalat wajib. Adapun shalat sunah, boleh dilakukan dengan duduk dan tidak menghadap kiblat, meskipun dua hal itu bisa dilakukan. b. Shalat Bagi Orang Sakit Orang yang sedang sakit diwajibkan pula melaksanakan shalat selama akal dan ingatannya masih sehat atau masih sadar. Shalat adalah fardu ain yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap pribadi muslim. Telah kita ketahui bersama bahwa shalat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat berarti agamanya telah tegak, sebaliknya jika meninggalkan shalat berarti agamanya telah roboh. Karena pentingnya shalat itu, maka dalam kondisi dan situasi apa pun kita wajib melaksanakan shalat. Bagi orang yang tidak bisa berdiri, maka dapat mengerjakan shalat dengan duduk seperti duduk di antara dua sujud. Jika tidak mampu dengan duduk dengan berbaring di atas lambung, dan jika tidak mampu, maka dengan berbaring terlentang. Orang yang akan menunaikan shalat hendaklah suci dari hadas dan najis. Namun jika tidak bisa melaksanakan sendiri bisa minta bantuan orang lain. Dan jika tidak mungkin boleh bersuci sebisanya. Cara wudhunya, jika masih mampu menggunakan air wudu dapat dilakukan di atas tempat tidur atau dengan bantuan orang lain atau diwudukan orang lain, akan tetapi jika tidak sanggup menggunakan air atau menurut pertimbangan dokter tidak boleh, maka digantikan dengan tayamum atau ditayamumkan oleh orang lain sebagai ganti wudu dan mandi. 1. Cara shalat dengan duduk a. Duduklah seperti duduk di antara dua sujud seperti pada (tahiyat awal), sedekap, membaca doa iftitah, fatihah dan membaca ayat Al-Qur'an. b. Rukuk yaitu dengan duduk membungkuk membaca tasbih rukuk sebagaimana biasa. c. I'tidal (dengan duduk kembali). d. Sesudah itu sujud sebagaimana sujud biasa dengan membaca tasbih. Kemudian menyempurnakan rakaat yang kedua sebagaimana rakaat yang pertama. 2. Cara shalat dengan tidur pada lambung a. Hendaklah berbaring dengan di atas lambung kanannya (tidur miring) membujur ke selatan. b. Telinga sebelah kanan tertindih kepala bagian kanan. c. Perut dada kaki menghadap kiblat, kemudian niat dan takbiratul ihram, lalu membaca
bacaan seperti biasa dalam shalat. d. Untuk melakukan rukuk dan sujud cukup dengan anggukan kepala dan ke depan pelupuk mata. e. Jika tidak bisa, maka gunakan dalam hati selama kita masih sadar. Demikian dilakukan hingga salam. 3. Cara shalat dengan terlentang a. Dengan cara tidur terlentang kepala ditinggikan dengan bantal muka diarahkan ke kiblat. b. Kemudian berniat shalat sesuai dengan shalat yang diinginkan. c. Untuk melakukan rukuk sujud cukup dengan kedipan mata. d. Jika tidak bisa gunakan dalam hati selama masih sadar. e. Adapun bacaan-bacaannya adalah seperti dalam bacaan shalat biasa sampai selesai. a. Shalat Jama’ Takdim Misalnya salat duhur dengan asar: salat duhur dahulu empat rakaat kemudian salat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur. Tata caranya sebagai berikut: 1) Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu: ُ ض ال ٍ ظ ْه ِر ا َ ْر َب َع َر َك َعا ص ِر فَ ْرضًا هللِ ت َ َعالى ْ ت َج ْم ًعا ت َ ْق ِد ْي ًما َم َع ال َع َ ص ِ ّلى فَ ْر َ ُا 2) ” Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala” 3) Takbiratul ihram 4) Salat duhur empat rakaat seperti biasa. 5) Salam. 6) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai berikut; ُ ت َج ْمعًا ت َ ْق ِد ْي ًما َم َع ال ٍ ص ِر ا َ ْربَ َع َر َكعَا ظ ْه ِر فَ ْرضًا هللِ تَعَالى ْ َض الع َ ص ِلّى فَ ْر َ ُا 7) Takbiratul Ihram 8) Salat asar empat rakaat seperti biasa. 9) Salam. Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap dan lain-lain). b. Shalat Jama’ Takhir Misalnya salat magrib dengan ‘isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat kemudian salat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya. Tata caranya sebagai berikut: 1) Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkanyaitu: َ َب ثَال ٍ ث َر َكعَا َاء فَ ْرضًا هللِ تَ ََ َعالَى ِ َأخي ًْرا َم َع ال ِعش ِ ت َج ْمعًا ت ِ ض ال َم ْغ ِر َ ص ِلى فَ ْر َ ُا 2) Takbiratul ihram 3) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa. 4) Salam. 5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai berikut; ٍ اء ا َ ْربَ َع َر َكعَا ب فَ ْرضًا هللِ تَ ََ َعالَى ِ ت َج ْمعًا ت ِ س ِ َأخي ًْرا َم َع ال َم ْغ ِر َ ض ال ِع َ صلّى فَ ْر َ ُا 6) Takbiratul Ihram 7) Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa. 8) Salam. Catatan: Ketentuan setelah salam pada salat yang pertama sama seperti salat jamak takdim. Untuk menghormati datangnya waktu salat, hendaknya keuika waktu salat pertama sudah tiba, maka orang yang akan menjamak ta’khir, sudah berniat untuk menjamak ta’khir salatnya, walaupun salatnya dilaksanakan pada waktu yang kedua. c. Shalat Jamak Qasar menggunakan Jamak Takdim Misalnya salat duhur dengan asar. Tata caranya sebagai berikut: 1) Berniat menjamak qasar salat duhur dengan jamak takdim. Jika dilafalkan sebagai berikut: ُ ض ال ص ُر َج ْم َع ت َ ْق ِد ْي ًما هللِ ت َ َعالَى ْ ص ًرا َمجْ ُم ْوعًا اِلَ ْي ِه ال َع ْ َظ ْه ِر َر ْك َعتَي ِْن ق َ صلّى فَ ْر َ ُا 2) Takbiratul ihram. 3) Salat duhur dua rakaat (diringkas) 4) Salam. 5) Berdiri dan niat salat asar, jika dilafalkan sebagai berikut: ُ ص ًرا َمجْ ُم ْوعًا اِل ََِى ال ظ ْه ِر َج ْم َع ت َ ْق ِد ْي ًما هللِ تَعَالَى ْ َص ِر َر ْكعَتَي ِْن ق ْ َض الع َ صلّى فَ ْر َ ُا 6) Takbiratul ihram. 7) Salat asar dua rakaat (diringkas) 8) Salam d. Shalat dalam keadaan sakit
1) Shalat Berdiri tetapi tidak bisa ruku atau sujud Orang yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud, ia tetap wajib berdiri. Ia harus shalat dengan berdiri dan melakukan ruku’ dengan menundukkan badannya. Bila ia tidak mampu membungkukkan punggungnya sama sekali, maka cukup dengan menundukkan lehernya, kemudian duduk, lalu menundukkan badan untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sebisa mungkin 2) Shalat Dengan Duduk Shalat dengan duduk boleh dilakukan dengan berbagai posisi duduk, tetapi yang lebih utama adalah dengan duduk iftirosy seperti ketika tasyahud awal. Sedangkan rukun shalat yang lain dilakukan seperti orang yang sehat, termasuk ruku’ dan sujudnya. Hanya saja, apabila tidak mampu ruku’ secara sempurna, maka ruku’ dilakukan dalam keadaan duduk dengan cara membungkukkan kepala sekira kening sejajar dengan kedua lutut atau sejajar dengan tempat sujud, dan sujud dilakukan secara sempurna. Bila tidak mampu, maka dengan membungkukkan kepala sekira posisi kepala saat sujud lebih rendah dibanding saat ruku’. 3) Shalat dengan Tidur Miring Saat shalat dilakukan dengan tidur miring, maka sunah memakai sisi lambung sebelah kanan, dan posisi kepala berada di utara. Seperti halnya shalat dengan posisi duduk, shalat dengan posisi ini juga harus melakukan rukun shalat yang lain seperti orang sehat. Untuk ruku’ dan sujud bila tidak bisa dilakukan dengan sempurna, maka isyaroh kepala untuk sujud lebih rendah dibanding isyaroh untuk ruku’. 4) Shalat dengan Terlentang Bila shalat dilakukan dengan terlentang, maka posisi kepala wajib sedikit diangkat. Hal ini agar kepala dan sebagian dada dapat menghadap ke arah qiblat. Sedangkan untuk ruku’ dan sujud dilakukan dengan isyaroh kepala bila tidak mampu dilakukan secara sempurna. Dan yang harus diperhatikan di sini adalah isyaroh kepala untuk sujud harus lebih rendah dibanding isyaroh untuk ruku’. 5) Shalat dengan Isyaroh Mata dan Shalat dalam Hati Saat kondisi seseorang benar-benar kritis dan yang bisa digerakkan hanya matanya, maka semua rukun shalat dikerjakan dengan isyaroh mata. shalat Sunnah Muakkad : Yaitu shalat sunah yang sangat dikuatkan (selalu dikerjakan) Rasulullah saw. shalat sunnah muakkad merupakan shalat yang betul-betul dianjurkan untuk dikerjakan bagi umat Islam sebagaimana Nabi juga melakukannya. Salat Sunnah Muakkad terdiri dari beberapa macam, diantaranya : 1. Salat sunnah rawatib, yaitu shalat sunah yang dikerjakan mengiringi shalat fardu lima waktu, baik yang dilakukan sebelumnya (Qabliyah) maupun sesudahnya (Ba’diyah) Salat sunnah rawatib muakkad meliputi : 1) dua rakaat sebelum shalat Dzuhur 2) dua rakaat sesudah shalat Dzuhur 3) dua rakaat sesudah shalat Magrib 4) dua rakaat sesudah shalat Isya 5) dua rakaat sebelum shalat Subuh 2. Salat sunnah malam, yaitu shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari sesudah shalat Isya sampai sebelum fajar. Salat sunnah malam meliputi : 1) Salat Tarawih, Tarawih merupakan bentuk jamak dari kata tarwihah yang berarti istirahat, dan bisa juga berarti jalsah (duduk). Kemudian perbuatan duduk pada bulan Ramadhan setelah selesai shalat malam 4 rakaat disebut tarwihah; karena dengan duduk itu orang-orang bisa beristirahat setelah lama melaksanakan qiyam Ramadhan. Sedangkan hukum shalat tarawih adalah sunnah muakkad. Adapun bilangan rakaat shalat tarawih sebagai berikut : a) 20 rakaat menurut mazhab Imam Hanafi, Imam Syafi’I dan Imam Hambali serta Khalifah Umar bin Khattab b) 36 rakaat menurut mazhab Imam Maliki c) 8 rakaat menurut hadist dari Aisyah r.a. yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw pada bulan Ramadhan maupun selain bulan Ramadhan hanya melaksanakan shalat malam sebanyak sebelas rakaat (8 rakaat shalat Tarawih dan 3 rakaat shalat Witir) 2) shalat Tahajud, yaitu shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari sesudah bangun tidur setelah shalat Isya, dan waktu yang utama melaksanakannya di sepertiga malam yang terakhir. Shalat sunnah tahajud
dalam bahasa arab disebut Sholatun Lail yang artinya sholat di malam hari. Jumlah rakaat rakaat sholat tahajud minimal adalah dua rakaat dua kali salam, dan paling banyak atau maksimal bisa sebanyak-sebanyaknya sesuai dengan kemampuan. Nabi saw, beliau pernah mengerjakan shalat tahajud sebanyak 10 rakaat ditambah 1 rakaat sunat witir, pernah juga 8 rakaat ditambah 1 rakaat sunat witir, dan dan pernah juga 8 rakaat ditambah 3 rakaat sunat witir. Jadi dalam melaksanakan shalat tahajud sebaiknya ditambah dengan shalat sunat witir. 3) Salat Witir, Witir artinya ganjil, jadi shalat witir ialah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari dengan jumlah rakaatnya ganjil, paling sedikit 1 rakaat dan paling banyak 11 rakaat. Shalat witir hukumnya sunnah muakkadah. Salat Witir disunnahkan setiap hari dan tidak hanya pada bulan Ramadhan Waktunya adalah mulai setelah salat Isya' sampai dengan shalat Subuh. 3. Salat Idain, yaitu dua shalat hari raya bagi umat Islam, yang pelaksanaannya pada waktu duha. Hukum melaksanakan shalat ‘idain adalah sunnah muakkad, artinya sunnah yang dikuatkan. 1) Macam-macam shalat Idain : a) Salat Idul Fitri, yaitu shalat hari raya yang dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal mulai terbit matahari sampai tergelincirnya matahari. b) Salat Idul Adha, yaitu shalat hari raya yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah mulai terbit matahari sampai tergelincirnya matahari 2) Amalan sunnah sebelum shalat Id : a) Membaca takbir (Idul Fitri mulai tenggelam matahari pada malam tanggal 1 Syawwal sampai dengan dimulainya shalat Idul Fitri, Sedangkan Idul Adha mulai waktu Subuh pada hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan waktu Ashar pada akhir hari Tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah) b) Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus dan memakai wangi-wangian c) Makan sebelum shalat Idul Fitri. Sedangkan Idul Adha makannya sesudah shalat ied. d) Berangkat menuju tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang berbeda. 3) Amalan sunnah pada waktu shalat Id : a) Dilaksanakan dengan berjamaah b) Takbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua c) Mengangkat tangan setiap kali takbir d) Membaca doa tasbih diantara beberapa takbir e) Membaca surat Al-A’la pada rakaat pertama dan surat Al-Gasyiyah pada rakaat kedua atau surta Qof pada rakaat pertama dan surat Al-Qomar pada rakaat kedua f) Khutbah dua kali setelah selesai shalat ied diawali dengan membaca takbir sembilan kali pada khutbah pertama 4) Tata cara shalat Id : Pelaksanaan shalat Id dilakukan dengan berjamaah, terdiri dari dua rakaat yang dilanjutkan dengan khutbah. shalat Id sama seperti shalat fardu yang dua rakaat, hanya saja setelah takbir pada rakaat pertama dilanjutkan dengan takbir sebanyak tujuh kali, dan pada rakaat kedua dilanjutkan dengan takbir sebanyak lima kali. 4. Shalat Tahiyatul Masjid, secara bahasa adalah menghormati masjid. Sedangkan shalat sunah tahiyatul masjid adalah shalat sunnah dua rakaat yang di kerjakan sesaat setelah kita memasuki masjid. Salat Tahiyatul Masjid dilaksanakan sebanyak dua rakaat sebelum duduk di dalam masjid. Bacaanbacaan shalat Tahiyatul Masjid sama dengan bacaan shalat yang lainnya, hanya niat saja yang berbeda. 5. Salat Sunnah Duha Adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha, yaitu ketika matahari telah terbit atau naik kurang lebih 7 hasta hingga terasa panas menjelang shalat dzhur. atau sekitar jam 7 sampai jam 11, tentunya setiap daerah berbeda, tergantung posisi matahari pada daerah masing-masing. Shalat dhuha sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua dalam sehari, atau sekitar pukul sembilan pagi. Shalat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah (Munfarid) Shalat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu untuk berapa jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para ulama, ada yang mengatakan maksimal 8 rakaat, ada yang maksimal 12 rakaat, dan ada juga yang berpendapat tidak ada batasan shalat Sunnah Gairu Muakkad :
Yaitu shalat sunnah yang tidak dikuatkan (kadang-kadang dikerjakan Rasulullah saw, kadang-kadang tidak dikerjakan). Salat Sunnah Gairu Muakkad terdiri dari beberapa macam, diantaranya : 1. Salat Sunnah Rawatib Gairu Muakkad, meliputi : a. empat rakaat sebelum shalat Ashar b. dua rakaat sebelum shalat Magrib c. dua rakaat sebelum shalat Isya 2. Salat istisqa’ (mohon hujan) Shalat sunnah istisqa’ ini hukumnya sunnah biasa, dikerjakan 2 rakaat saja bertempat di tanah lapang dengan berjamaah ketika musim kemarau. 3. Salat khusuf/kusuf (salat gerhana)
Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf ( ) الخسوفdan juga kusuf ( ) الكسوفsekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang sama. Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan sama-sama disebut dengan kusuf dan juga khusuf sekaligus. Namun masyhur juga di kalangan ulama penggunaan istilah khusuf untuk gerhana bulan dan kusuf untuk gerhana matahari. 4. Salat istikharah Shalat istikharah adalah shalat sunah dua rakaat dikerjakan menjelang tidur malam hari. Tujuan agar dipilihkan yang lebih baik dari dua pilihan oleh Allah SWT. Pilihan tersebut ditunjukan lewat mimpi tidur malam. Apabila sekali shalat istikharah belum diberi pilihan oleh Allah swt maka agar malam-malam berikutnya diulang shalat lagi sampai Allah memberikan pilihan. Adapun hikmah shalat sunnah yangakan kita dapatkan adalah : 1. Hati akan menjadi tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Allah SWT 2. Salat sunnah dua rakaat sebelum subuh itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya 3. Allah swt akan bangun sebuah rumah di surga bagi orang yang melaksnakan shalat sunnah rawatib 12 rakaat dalam sehari semalam 4. Sebagai tambahan bekal amal soleh di akhirat kelak Pengertian Dan Dalil Sujud Syukur Syukur secara bahasa artinya adalah terimakasih Menurut istilah sujud syukur adalah sujud yang dilakukan sebagai tanda terima kasih seorang hamba kepada Sang Pencipta, yaitu Allah swt. Firman Allah :
Artinya : ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)
Artinya : ”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (QS. Al-Baqarah :152) Hukum Bersyukur dan Sujud Syukur Hukum bersyukur kepada Allah swt adalah wajib. Sementara itu hukum bersyukur dengan cara melakukan sujud syukur adalah sunnah. Sebab-Sebab Sujud Syukur Hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan sujud syukur adalah : a. Karena ia mendapat nikmat dan karunia dari Allah swt b. Mendapatkan berita yang menyenangkan. c. Terhindar dari bahaya (musibah) yang akan menimpanya.
Rukun Sujud Syukur a. Niat (di dalam hati) b. Takbiratul ihram c. Sujud d. Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud) e. Salam Ketika melakukan sujud syukur, hendaklah membaca doa sebagai berikut :
Artinya: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (QS. An-Naml: 19) Manfaat Sujud Syukur a. Menjadikan manusia selalu ingat kepada Allah swt., karena nikmat, karunia dan anugrah hanya datang dari Nya. b. Terhindar dari sifat sombong, karena apa yang diraih manusia berasal dari Allah swt c. Akan menambah nikmat Allah, karena orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya. d. Di akherat akan disediakan tempat yang istimewa bagi manusia yang pandai bersyukur. Pengertian dan dalil Sujud Tilawah Menurut bahasa tilawah berarti bacaan. Sedangkan menurut istilah sujud tilawah ialah sujud yang dikerjakan pada saat membaca atau mendengar ayat-ayat "sajdah" dalam AI-Qur'an. Sujud tilawah dilakukan untuk menyatakan keagungan Allah swt. dan sekaligus pengakuan bahwa diri kita ini sangat kecil dan lemah di hadapan Allah, karena Allah adalah Sang Pencipta alam semesta dan pemberi semua anugerah yang kita miliki. Hukum sujud tilawah adalah sunnah, Namun apabila dalam shalat jama'ah makmum wajib mengikuti imam. Artinya jika imam membaca ayat sajdah lalu bersujud, maka makmum wajib ikut sujud. Tetapi jika imam tidak sujud, maka makmumpun tidak boleh sujud sendirian. Syarat dan Rukun Sujud Tilawah Syarat sujud tilawah adalah sebagai berikut: a. Suci dari hadats dan najis, baik badan, pakaian maupun tempat b. Menutup aurat c. Menghadap ke arah kiblat d. Setelah mendengar atau membaca ayat sajdah Sedangkan rukun sujud tilawah sama dengan rukun sujud syukur, yaitu: a. Niat (di dalam hati) b. Takbiratullhram c. Sujud d. Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud) e. Salam Tatacara Sujud Tilawah a. Ketika kita berada dalam shalat - Jika shalat sendirian, caranya: begitu mendengar atau membaca ayat sajdah dalam shalat, hendaklahsujud sekali, kemudian kembali berdiri meneruskan bacaan ayat tersebut dan meneruskan shalat. Namun apabila dalam shalat jama'ah makmum wajib mengikuti imam. Artinya jika imam membaca ayat sajdah lalu bersujud, maka makmum wajib ikut sujud. Tetapi jika imam tidak sujud, maka makmum pun tidak boleh sujud sendirian b. Ketika diluar shalat. Begitu selesai membaca atau mendengar ayat sajdah, maka langsung menghadap kiblat dan niat melakukan sujud tilawah. Bertakbir (seperti takbirotul ihrom) kemudian langsung sujud dan membaca doa sujud, setelah itu bertakbir untuk duduk kemudian salam (seperti dalam shalat biasa).
Niat Sujud Tilawah
نويت سجود التالوة هلل تعلى Artimya: Saya berniat sujud tilawah hanya karena Allah swt. Bacaan dalam Sujud Tilawah Ketika sujud tilawah, hendaklah membaca doa di bawah ini :
ِِ ْ اَّلل أَحسن ِِ ِِ ِ سج َد وج ِهى لِله ِذى خلَ َقه و َش هق َسَْعه وب ي َ اْلَالق َْ َ َ َ ََ ُ َ َُ َ ُ َ ْ ُصَرهُ ِبَ ْوله َوقُ هوته فتَ بَ َارَك ه
Artinya: "Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta." (HR. Tirmizi) Sebab-Sebab Sujud Tilawah Seseorang melakukan sujud tilawah karena ia membaca ayat-ayat sajdah atau mendengar bacaan ayat-ayat sajdah. Di dalam Al-Qur'an terdapat 15 ayat yang berkenaan dengan ayat-ayat sajdah, yaitu sebagai berikut : a. Surat al-A`raf ayat 206:
Artinya : “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan Hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud” b. Surat ar-Ra'du ayat 15:
Artinya : “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari”. c. Surat an-Nahl ayat 49 :
Artinya : “Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri d. Surat al-Isra` ayat 107
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud” e. Surat Maryam ayat 58:
Artinya : “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis” f. Surat al-Hajj ayat 18:
Artinya : “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang Telah ditetapkan azab atasnya. dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki”. g. Surat al-Hajj ayat 77:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” h. Surat al-Furqan ayat 60
Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab:"Siapakah yang Maha Penyayang itu? apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)” i. Surat an-Naml ayat 26:
Artinya : “Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang besar" j. Surat as-Sajdah ayat 15:
Artinya : “Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong k. Surat Shad ayat 24:
Artinya : “Daud berkata : "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat” l. Surat Fussilat ayat 37:
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah” m. Surat An-Najm ayat 62
Artinya : “Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)”. n. Surat al-Insyiqaq ayat 21:
Artinya : “apabila al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud”. o. Surat Al-'Alaq ayat 19
Artinya : “Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)”.
Biasanya di mushaf Al-Qur’an, untuk menandai bahwa ayat tersebut adalah ayat sajdah maka terdapat tanda kubah masjid dan terdapat tulisan ٌ سجْ دَة َ di sebelah ayat-ayat sajdah tersebut. Adapun persamaan sujud syukur dan sujud tilawah adalah: a. Baik sujud tilawah maupun sujud syukur hanya dilakukan sekali sujud saja. b. Sujud tilawah dan sujud syukur boleh dilakukan pada waktu-waktu dilarang shalat c. Hukum sujud tilawah dan sujud syukur adalah sunnah d. Pada sujud tilawah dan sujud syukur tidak disyaratkan berwudhu terlebih dahulu, selama badan, tempat dan pakaian bersih Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut: a. Sujud tilawah dapat dikerjakan di saat shalat maupun di luar shalat, sedangkan sujud syukur hanya boleh dikerjakan di luar shalat dan tidak boleh melakukan sujud syukur di saat shalat. b. Sujud tilawah dikerjakan karena mendengar atau membaea ayat-ayat sajadah, sedangkan sujud syukur dikerjakan karena mendapat nikmat dari Allah SWT. atau karena terhindar dari bahaya yang menganeam dirinya Pengertian Dan Dalil Puasa Menurut bahasa, puasa (shaum/ ص ْوم َ ) الadalah menahan atau mencegah, sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari disertai niat dan beberapa syarat tertentu. Syarat wajib puasa adalah sebagai berikut 1) Islam 2) Baligh 3) Berakal sehat, 4) Mampu (kuasa melakukannya), 5) Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita) 6) Menetap (mukim). Syarat-syarat sah puasa adalah: 1) Islam 2) Tamyiz 3) Suci dari haid dan nifas, 4) Bukan pada hari-hari yang diharamkan. Rukun Puasa adalah: 1) Niat, yaitu menyengaja untuk berpuasa 2) Meninggalkan segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Dan yang membatalkannya ada empat macam: a) Segala sesuatu yang masuk ke dalam rongga melewati mulut, berupa makanan atau minuman yang menjadi konsumsi fisik atau tidak menjadi konsumsi fisik. Sedangkan yang menjadi konsumsi fisik tapi tidak masuk melalui mulut, seperti jarum infus dan sebagainya, dianggap tidak membatalkan puasa. b) Sengaja muntah, sedang yang tidak sengaja maka tidak membatalkan. Rasulullah saw bersabda: c) istimna’, yaitu sengaja mengeluarkan sperma, baik karena ciuman dengan istri, atau sentuhan tangan maka hukumnya batal. Sedangkan jika karena melihat saja, atau berfikir saja maka tidak membatalkan. Demikian juga keluarnya madzi, tidak mempengaruhi puasa. d) al jima’, karena Allah swt. berfirman tidak memperbolehkannya kecuali di waktu malam. Amalan Sunnah Pada Waktu Puasa a. Sahur. b. Menyegerakan berbuka setelah terbukti Maghrib, disunnahkan berbuka dengan kurma segar atau kurma matang dengan bilangan ganjil. c. Memberi buka puasa (tafthir shaim), Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma d. Meninggalkan hal-hal yang akan menghilangkan nilai puasa seperti berdusta, bergunjing, adu domba, berbicara sia-sia dan jorok, serta larangan-larangan Islam lainnya sehingga terbentuk ketaqwaan, inilah tujuan puasa. e. Memperbanyak amal shalih terutama tilawah al Qur’an dan infaq fii sabilillah. f. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah.
1. Hal-Hal yang Makruh Ketika Puasa a. berkumur-kumur yang berlebihan, b. menyikat gigi, bersiwak, c. mencicipi makanan, walaupun tidak ditelan, d. memperbanyak tidur ketika berpuasa, dan e. berbekam atau disuntik 2. Hal-Hal yang membatalkan Puasa a. Makan dan minum dengan sengaja b. Murtad (keluar dari agama Islam) c. Bersetubuh atau melakukan hubungan suami istri pada siang hari d. Keluar darah haid atau nifas e. Keluar air mani atau mazi yang disengaja f. Merubah niat puasa. g. hilang akal karena mabuk, pingsan, gila. 3. Hal-hal yang tidak membatalkan puasa a. Masuk ke air, berendam di dalamnya, mandi. b. Mengenakan sipat mata dan meneteskan obat mata, meskipun ada rasa pahit di tenggorokan, sebab mata bukanlah saluran ke dalam rongga. c. Berkumur dan mengisap air hidung dengan tidak ditekan, dan jika ada air yang tanpa sengaja masuk rongga tidak membatalkannya, karena serupa dengan orang yang lupa. d. Mencium istri bagi orang yang mampu menahan diri. e. Menggunakan suntikan untuk mengeluarkan kotoran tubuh, karena yang masuk ke dalam tubuh adalah obat bukan makanan, di samping masuknya juga bukan dari saluran yang normal. f. Diperbolehkan bagi yang berpuasa menghirup sesuatu yang tak terhindarkan seperti keringat, debu jalanan, sebagaimana aroma sedap yang lain. Diperbolehkan pula dalam keadaan darurat untuk mencicipi makanan, kemudian mengeluarkannya sehingga tidak masuk ke dalam rongga. g. Diperbolehkan pula bagi orang yang berpuasa bangun tidur dalam keadaan junub karena mimpi atau hubungan suami istri. Namun yang utama mandi terlebih dahulu setelah berhubungan sebelum tidur. h. Diperbolehkan meneruskan makan sehingga terbit fajar, dan ketika sudah terbit fajar dan masih ada makanan di mulut maka harus dikeluarkan. 4. Hikmah Puasa a. Membentuk manusia yang bertaqwa b. Puasa sebagai benteng atau perisai dari segala macam tipu daya setan. c. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. d. Membina kejujuran dan kedisiplinan. e. Mendidik rasa belas kasihan terhadap sesama sehingga, muncul kasih sayang dan persatuan yang diikat oleh kesamaan akidah dan praktek keagamaan. f. Dapat memelihara kesehatan. g. Dapat mengendalikan hawa nafsu. h. Diampuni dosa-dosanya. Halangan (Udzur) Puasa a. Boleh tidak berpuasa tetapi harus mengqadha Puasanya, yaitu : 1) Orang yang sedang sakit yang jika dipaksakan berpuasa, sakitnya akan bertambah parah maka mereka boleh berbuka. 2) Dalam perjalanan jauh, sehingga jika berpuasa yang bersangkutan akan menemui kesukaran. 3) Khusus bagi wanita, haidh dan nifas juga merupakan halangan berpuasa yang mewajibkan qadha. b. Boleh tidak berpuasa tetapi harus mengganti dengan membayar fidyah, yaitu yaitu semua halangan yang membuat seseorang tidak sanggup melaksanakan puasa, antara lain: 1) Orang tua yang berumur lanjut atau terlalu tua. 2) Sakit menahun, sehingga tidak mungkin dapat mengqadha puasa di hari-hari lain. 3) Hamil. 4) Menyusui anak. 5) Orang yang pekerjaannya tidak memungkinkan dapat berpuasa Ramadhan dan tidak dapat mengqadha di hari-hari lain Kadar fidyah yang diberikan ialah semisal dengan kebutuhan makan selama satu hari yaitu sekiatr 3/4 liter, diberikan pada hari puasa yang ditinggalkan, sesudah terbit fajar. Khusus bagi wanita hamil atau menyusui anak, ulama dalam madzhab Syafi'i berpendapat sebagai berikut : 1) Kalau mereka takut puasa akan mengganggu kesehatan dirinya sendiri, wajib qadha seperti orang sakit.
2) Kalau mereka takut puasa akan mengganggu kesehatan dirinya dan anaknya, wajib qadha seperti jika hanya takut tergangu kesehatan dirinya sendiri. 3) Kalau mereka takut puasa akan mengganggu anaknya, wajib qadha dan membayar fidyah. Orang yang meninggalkan puasa Ramadhan karena udzur, tetapi sebelurh sempat mengqadhanya ia meninggal dunia, maka keluarganya wajib menggantinya dengan qadha. Sebagian ulama berpendapat diganti dengan fidyah dari harta peninggalannya. Sebagian lagi berpendapat tidak perlu diqadha dan tidak perlu fidyah, sebab yang wajib diganti oleh keluarganya adalah puasa nadzar. Sedangkan puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena udzur dan yang bersangkutan belum sempat mengqadhanya, orang lain tidak dapat menggantikannya 1. Puasa Wajib a. Puasa Ramadhan Bulan ini merupakan bulan yang penuh berkah, penuh dengan ampunan Allah swt. dan rahmat-Nya. Di dalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan yaitu malam lailatul qadar. Begitu pula Al-Qur'an diturunkan pertama kali di salah satu malam pada bulan ini. Puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah swt untuk pertama kalinya pada tahun kedua hijriyah. Pada waktu itu, Rasulullah baru menerima perintah memindahkan arah kiblat dari Baitul Makdis di Palestina ke arah Masjidil Haram di Mekah. Firman Allah swt.:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah : 183). 2. Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan dan Dalilnya a) Ru'yatul hilal, yaitu dengan cara memperhatikan terbitnya bulan di hari ke 29 bulan Sya`ban. Pada sore hari saat matahari terbenam di ufuk barat. Apabila saat itu nampak bulan sabit meski sangat kecil dan hanya dalam waktu yang singkat, maka ditetapkan bahwa mulai malam itu, umat Islam sudah memasuki tanggal 1 bulan Ramadhan. Jadi bulan Sya`ban umurnya hanya 29 hari bukan 30 hari. Maka ditetapkan untuk melakukan ibadah Ramadhan seperti shalat tarawih, makan sahur dan mulai berpuasa. b) Istikmal, yaitu menyempurnakan bilangan bulan sya'ban atau bulan Ramadhan menjadi 30 hari. Hal ini dilakukan bila ru'yatul hilal tempak atau kurang jelas karena tertutup awan atau sebab lain. c) Hisab, yaitu memperhitungkan peredaran bulan dibandingkan dengan perbedaan matahari. Beberapa ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “kira-kira” ialah dihitung menurut hitungan secara ilmu falak. dan karena peredaran bulan dan matahari bersifat tetap, maka Amalan Sunnat Pada Bulan Ramadhan a) Shalat tarawih merupakan salah satu shalat sunnah malam yang hanya dapat dilaksanakan di bulan ramadhan. b) Shalat witir dan shalat sunnah lainnya. c) Jika ada kelebihan rezeki, sedekahkan kepada orang yang sedang berpuasa atau mengajak mereka untuk buka bersama. d) Memperbanyak membaca Al-Qur'an (tadarus). e) I'ktikaf di masjid untuk ibadah. Kafarat bagi Orang yang melanggar larangan puasa Ramadhan Allah swt. hanya melarang umatnya bersetubuh disiang hari pada bulan Ramadhan, sedangkan pada malam hari diperbolehkan. Jadi, barang siapa melakukan persetubuhan dengan istrinya disiang hari maka ia wajib membayar kafarat atau denda. Kafarat bagi orang yang melakukan pelanggaran ini ada tiga tingkatkan, yaitu : a) Membebaskan budak belian. b) Bila tidak mampu membebaskan hamba sahaya, harus berpuasa dua bulan berturut-turut. c) Bila berpuasa selama dua bulan juga tidak kuat, harus memberikan sedekah kepada fakir miskin dengan makanan pokok yang mengenyangkan. Jumlah fakir miskin yang harus disedekahi 60 orang dan masing-masing 3/4 liter perhari. Puasa Nazar Nazar artinya menjadikan sesuatu dari yang tidak wajib menjadi wajib, atau ikatan janji yang diperintahkan untuk melaksanakannya. Jadi, puasa nazar adalah puasa yang telah dijanjikan oleh seseorang karena mendapatkan sesuatu kebaikan.
Puasa Kafarat Kafarat menurut bahasa berarti denda atau tebusan. Dengan demikian, puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan dengan maksud untuk memenuhi denda atau tebusan. Melaksanakan puasa kafarat hukumnya wajib. Ada beberapa macam puasa kafarat, di antaranya sebagai berikut: 1) Puasa yang dilaksanakan karena melanggar larangan haji, yaitu bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dengan cara tamatu` atau qiran wajib membayar denda berupa menyembelih 1 ekor kambing/domba. Apabila tidak mampu, dia wajib berpuasa selama 3 hari ketika masih di tanah suci dan tujuh hari setelah sampai tanah kelahirannya. 2) Puasa Kafarat karena Melanggar Sumpah atau Janji Apabila seseorag berjanji untuk melaksanakan sesuatu tetapi dia tidak memenuhi, maka dia wajib membayar kafarat yaitu puasa tiga hari, ketika tidak mampu memberi makan sepuluh orang miskin. 3) Puasa Kafarat karena Sumpah Dzihar Dzihar adalah seorang suami yang menyerupakan istrinya sama dengan punggung ibunya. Jika dia ingin berdamai, maka dia wajib membayar kafarat, yaitu puasa dua bulan berturut-turut, 4) Puasa kafarat karena pembunuhan tanpa sengaja, yaitu puasa dua bulan berturut-turut 5) Puasa kafarat karena berhubungan badan di bulan Ramadhan dengan sengaja pada saat puasa, yaitu puasa dua bulan berturut-turut sebagaimana yang disebutkan pada hukum berbuka di bulan Ramadhan. 2. Puasa Sunnat Adapun macam-macam puasa sunnah adalah sebagai berikut: a. Puasa 6 hari dibulan syawwal Hadits Nabi :
ِ ٍ )هه ِر (رواه مسلم َ ضا َن ُثُه اَتْ بَ َعهُ ِستًّا ِم ْن َش هوال فَ َذل َ ص َام َرَم ْ ك ِصيَ ُام الد َ َم ْن
b. c.
d.
e.
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari dibulan syawwal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim) Puasa senin dan kamis Puasa Dawud Puasa dawud adalah puasa yang dilaksanakan oleh Nabi Dawud `alaihis salam. Tatacaranya adalah puasa berselang, maksunya satu hari puasa satu hari tidak puasa. Puasa Arafah Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanaka pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, yaitu satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Puasa Asyura (10 muharram) Nabi saw. bersabda :
ِ ِ اشوراء ي َك ِفر ال هسنَةَ الْم َاضيَة َ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ص ْوُم يَ ْوم َع
Artinya:”Puasa'Asyura itu menutup dosa tahun yang telah lalu”(HR. Muslim) f. Puasa Muharram Bulan muharram adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak berpuasa. g. Puasa tengah bulan pada setiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan Qomariah. Puasa ini biasa disebut juga puasa putih karena pada tanggal-tanggal tersebut bulan bersinar penuh, atau hampir penuh, tidak terhalangi oleh bayangan bumi, sehingga bumi menjadi terang. h. Puasa pada pertengahan bulan Sya'ban (Nisfu Sya'ban). Puasa Haram a. Hari Raya Idul Fithri Tanggal 1 Syawwal b. Hari Raya Idul Adha pada tanggal 10 Zulhijjah c. Hari Tasyrik Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. d. Puasa pada hari Syak Hari syak adalah tanggal 30 Sya`ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal (bulan) tidak terlihat. e. Puasa Selamanya (puasa Dahri) Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i puasa seperti itu dilarang oleh Islam. f. Puasa wanita haidh atau nifas Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa. Karena kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadats besar.
Puasa Makruh a. Puasa yang dilakukan pada hari Jumat, kecuali beberapa hari sebelumnya telah berpuasa. b. Puasa sunnah pada paruh kedua bulan Sya`ban Puasa ini mulai tanggal 15 Sya`ban hingga akhir bulan Sya`ban. Namun bila puasa bulan Sya`ban sebulan penuh, justru merupakan sunnah. Zakat mulai disyari'atkan pada bulan Syawal tahun ke 2 Hijriyah sesudah pada bulan Ramadlannya diwajibkan zakat fitrah. Jadi mula mula diwajibkan zakat fitrah, baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan. Pengertian Zakat Menurut bahasa (lughat), bahasa Arab “ “ زَ كَاة. Zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah atau Zakat menurut bahasa dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan, tumbuh dan bertambah. Macam-macam Zakat a. Zakat Fitrah, Fitrah secara bahasa berarti bersih atau suci. Menurut istilah, zakat fitrah adalah sejumlah harta berupa bahan makanan pokok yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim menjelang hari raya idul fitri dengan tujuan membersihkan jiwa dengan syarat tertentu dan rukun tertentu. Melaksanakan zakat fitrah hukumnya fardhu `ain atau wajib atas setiap muslim dan muslimah. Benda yang dapat dipergunakan untuk membayar zakat fitrah adalah bahan makanan pokok daerah setempat. Sebagai contoh daerah yang makanan pokoknya beras, maka membayar zakat fitrah adalah dengan beras. Sedangkan ukurannya adalah 3,5 liter atau setara dengan 2,5 kg beras. Tetapi dapat juga diganti dengan uang yang besarnnya sama dengan harga beras. Adapun tujuan dari zakat fitrah adalah memenuhi kebutuhan orang-orang miskin pada hari raya idul fitri dan untuk menghibur mereka dengan sesuatu yang menjadi makanan pokok penduduk negeri tersebut. Dan zakat fitrah harus memenuhi rukun-rukun tertentu, yakni: a. Niat b. Ada pemberi zakat fitrah (muzaki) c. Ada penerima zakat fitrah (mustahik) d. Ada barang atau makanan pokok yang dizakatkan Sedangkan syarat wajib zakat adalah sebagai berikut: a. Islam, b. Orang tersebut ada pada waktu terbenam matahari paa malam Idul Fitri. Bagi setiap muslim yang melihat matahari terbenam di akhir bulan Ramadhan atau mendapati awal bulan syawal, maka wajib baginya untuk membayar zakat fitrah untuk dirinya dan yang ditanggung. c. Mempunyai kelebihan makanan baik untuk dirinya maupun keluarganya. d. Berupa makanan pokok penduduk setempat. Adapun waktu mengelurakannya adalah: a. Waktu yang diperbolehkan, yaitu sejak awal bulan ramadhan sampai akhir bulan ramadhan. b. Waktu yang diutamakan, yaitu mulai terbenam mata hari pada akhir bulan ramadhan. c. Waktu yang lebih baik, yaitu dilaksanakan setelah shalat shubuh sebelum pergi melaksanakan shalat id. d. Waktu yang tidak diperbolehkan, yaitu membayar zakat fitrah setelah shalat id, karena hanya dianggap sebagai sadaqah biasa.
Zakat Maal (harta) Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, menyimpan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut syara’, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim). zakat mal adalah mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki seseorang untuk diberikan kepada yang berhak, karena sudah sampai nishab (batasan jumlah harta) dan haul (batasan waktu memiliki harta) sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Adapun tujuan daripada zakat maal adalah untuk membersihkan dan mensucikan harta benda mereka dari hak-hak kaum miskin diantara umat Islam. Mengeluarkan zakat mal hukumnya wajib bagi yang sudah memenuhi syarat mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Syarat wajib zakat ada dua, yaitu: 1. Yang menyangkut orang, yaitu: a. Beragama Islam b. Baligh dan berakal c. bebas dari hutang d. Merdeka 2. Yang berkenaan dengan harta Syarat harta yang dizakatkan; a. Harta tersebut harus didapat dengan cara yang baik dan halal. b. Berkembang. Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang berkembang aktif, atau siap berkembang c. Milik sendiri dan berkuasa penuh menggunakannya, d. Mencapai Nishab e. Mencapai Satu Tahun (Al-Haul) f. Lebih dari kebutuhan pokok. g. Dan syarat tambahan untuk hewan ternak adalah: hewan tersebut tidak menjadi alat kerja Adapu jenis harta yang wajib dizakati adalah sebagai berikut: 1. Binatang Ternak Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba). NO JENIS HARTA NISHAB HAUL KADAR ZAKAT 1 Unta 5 ekor 1 tahun 1 ekor kambing umur 2 tahun 25-34 ekor 1 tahun 1 ekor unta umur 2 tahun 35-45 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina umur 2 tahun 45-60 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina umur 3 tahun 61-75 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina umur 4 tahun 76-90 ekor 1 tahun 2 ekor unta betina umur 2 tahun 91 - 124 ekor 1 tahun 2 ekor unta betina umur 3 tahun 2 Sapi/ Kerbau 30-39 ekor 1 tahun 1 ekor sapi umur 1 tahun 40-49 ekor 1 tahun 1 ekor sapi umur 2 tahun 60-69 ekor 1 tahun 2 ekor sapi umur 1 tahun 1 ekor sapi umur 1 tahun dan 70 ekor 1 tahun 1 ekor sapi umur 2 tahun 3 Kambing/ 40-120 ekor 1 tahun 1 ekor kambing/domba Domba 121-200 1 tahun 2 ekor kambing/domba 201-300 1 tahun 3 ekor kambing/domba 2. Emas dan Perak NO JENIS HARTA NISHAB HAUL KADAR ZAKAT 1 Emas 94 gram 1 tahun 2,5% 2 Perak 624 gram 1 tahun 2,5% 3. Harta Perniagaan NO JENIS HARTA Perdagangan (ekspor, impor, 1 penerbitan) Industri baja, tekstil, keramik, 2 granit, batik 3 Industri pariwisata Real Estate(perumahan, 4 penyewaan) Jasa (notaris, akuntan, travel, 5 designer 6 Pertanian, Perkebunan, perikanan Pendapatan (gaji, honorarium, 7 dokter)
NISHAB
HAUL
KADAR ZAKAT
94 gram emas
1 tahun
2,5%
94 gram emas
1 tahun
2,5%
94 gram emas
1 tahun
2,5%
94 gram emas
1 tahun
2,5%
94 gram emas
1 tahun
2,5%
94 gram emas
1 tahun
2,5%
94 gram emas
1 tahun
2,5%
4. Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-
bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll. Adapun kadar zakat pertanian 10% apabila pertanian airnya alami (tadah hujan) atau sumber yang didapatkan dengan tidak mengeluarkan biaya. Apabila pertanian atau perkebunan irigási dan ada pengeluaran biaya untuk mendapatkan air tersebut, maka zakat yang harus dikeluarkan adalan 5 %. 5. Rikaz (temuan) Rikaz adalah barang-barang berharga yang terpendam peninggalan orang-orang terdahulu, yang biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. JENIS HARTA Semua Hasil tambang
NISHAB Tidak ada nishabnya
HAUL KADAR ZAKAT Setiap mendapatkan 20 %
6. Ma’din (Hasil Tambang) Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dan sebagainya. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dan sebagainya. JENIS HARTA Semua Hasil tambang
NISHAB Senilai dengan 94 gr emas
HAUL KADAR ZAKAT Setiap mendapatkan 2,5 %
Mustahiq Zakat Mustahiq zakat adalah orang-orang yang berhak menerima zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal. Orang yang berhak menerima zakat dibagi menjadi delapan golongan sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At -Taubah : 60) Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, Allah telah memberikan ancaman yang sangat keras terhadap orang yang meninggalkan kewajiban zakat dengan beraneka ragam siksaan, di antaranya: 1. Pada hari Kiamat Allah akan mengalungkan harta yang tidak dikeluarkan zakatnya di leher pemiliknya. 2. Harta yang tidak dikeluarkan Zakatnya akan dirubah oleh Allah menjadi seekor ular jantan yang beracun lalu menggigit atau memakan pemiliknya 3. Tubuh orang yang tidak mengeluarkan zakat akan dibakar (dipanggang) di dalam neraka Jahannam dengan hartanya sendiri yang telah dipanaskan. 4. Pemerintah muslim berhak mengambil secara paksa zakat dan juga separuh harta milik orang yang enggan membayar kewajibannya tersebut sebagai hukuman atas perbuatan maksiatnya itu. 5. Dihukumi sebagai orang kafir (murtad) jika ia enggan membayar Zakar karena mengingkari kewajibannya. 6. Adapun orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, tetapi masih mengakui wajibnya berzakat, maka ia memikul dosa dikarenakan keengganan mengeluarkannya namun tidak mengeluarkannya dari Islam. Tujuan zakat dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. membantu mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin dari kesulitan hidup dan penderitaan mereka; 2. membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh al gharimin, ibnu sabil dan para mustahik lainnya; 3. membina dan merentangkan tall solidaritas (persaudaraan) sesama umat manusia 4. mengimbangi ideologi kapitalisme dan komunisme 5. menghilangkan sifat bakhil dan loba pemilik kekayaan dan penguasa modal 6. menghindarkan penumpukan kekayaan perseorangan yang dikumpulkan di atas penderitaan orang lain 7. mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat menimbulkan malapetaka dan kejahatan sosial 8. mengembangkan tanggung jawab perseorangan terhadap kepentingan masyarakat, dan kepentingan umum
9. mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas seorang untuk menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain Adapun faedah disyariatkannya zakat adalah sebagai berikut: a. Faidah Diniyah (segi agama) 1) Berzakat berarti menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat. 2) Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, sehingga akan menambah keimanan. 3) Membayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda 4) Zakat merupakan sarana penghapus dosa. b. Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak) 1) Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat. 2) Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya. 3) Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya. 4) Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak. c. Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan) 1) Zakat merupakan sarana untuk membantu memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia. 2) Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah. 3) Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. 4) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah. 5) Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.