2.1 Perawat Adalah Tugas Mulia.docx

  • Uploaded by: gustri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2.1 Perawat Adalah Tugas Mulia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,772
  • Pages: 12
2.1 perawat adalah tugas mulia

Sejarah Perkembangan Keperawatan Islam

12 Votes

Keperawatan adalah sebuah pekerjaan yang mulia. Keperawatan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk menjaga atau merawat orang yang sakit atau lemah, dengan profesinya adalah perawat. Pekerjaan mulia ini sudah dimulai sejak jaman Nabi Muhammad S. A.W. Tokoh perawat muslim pertama yang membantu rasul untuk mengobati kaum muslimin yang terluka adalah Rufaidah Binti Sa’ad Al-Asalmiya, Ummu Attiyah. Siti Rufaidah selalu memberikan pelayanan terbaiknya tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim. Mengenal Rufaidah binti Sa’ad (Rufaidah Al-Asalmiyah)

Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ad, banyak dari mereka yang lebih mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale, seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris. Rufaidah Al-Asalmiya atau Siti Rufaidah adalah perawat muslim pertama di dunia, ia sudah ada jauh sebelum pioneer of Modern Nurse lahir ke dunia. Di Indonesia nama Rufaidah masih terasa asing dibandingkan tokoh-tokoh keperawatan dunia yang berasal dari golongan barat. Namun dikalangan negara Arab dan Timur Tengah, justru lebih mengenal tokoh Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya, sedangkan nama Florence Nightingale tidak lebih terkenal. Rufaidah Al-Asalmiya memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj.

Ia lahir di Yathrib, Madinah pada tahun 570 M dan wafat pada tahun 632 M. Rufaidah hidup pada masa Rasulullah SAW pada abad pertama Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia termasuk golongan kaum Anshor (Golongan pertama yang menganut agama islam di Madinah). Ayah Rufaidah adalah seorang dokter, Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya. Saat kota Madinah berkembang, ia mengabdikan diri merawat kaum muslimin yang sakit. Saat tidak terjadi peperangan, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Pada saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dan perang Khaibar Rufaidah dengan sukarela merawat korban yang terluka akibat perang. Ia mendirikan rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah. Rufaidah Al-Asalmiya melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat para mujahid yang terluka. Tugas ini digambarkan mulia oleh Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaannya dibidang keperawatan dan medis. Kontribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial dan komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia islam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education). Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti: Ummu Amara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Adapun beberapa wanita muslim yang dikenal sebagai perawat adalah: Ku’ayibat, Aminah Binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nursaibat binti Al Maziniyat. Literatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah: Rufaidah binti Sa’ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays Al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nnusaibat binti Ka’ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata. Sejarah Perkembangan Keperawatan Islam

Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan dalam konteks perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-negara di Timur Tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya.

1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570-632) Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan di masa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan.Hanya sedikit sekali literature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994)2)

2. Masa Setelah Nabi/Post-Prophertic Era (632-1000) Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran di masa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis karangan tentang “The Reason Why Persons and The Common People Leave a Physician Evev If He Is Clever” dan “A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseasis, for That is Not Within the Realm of Possibility”. Di masa ini ada perawat di beri nama “Al Asiyah” dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat dan rehidrasi.

3. Masa Late to Middle Ages (1000-1500) Di masa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antar ruang pasien laki-laki dan perempuan, serta perawat wanita merawat pasien wanita, dan perawat laki-laki merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004)2). 4. Masa Modern (1500-sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development) Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina)yang masuk dan bekerja di RS di negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003)2).

Blog Kelompok 1 PERAWAT BUKAN PEMBANTU DOKTER Sebelum masuk ke pembahasan, jawablah pertanyaan di bawah ini!! Apa yang sekarang kamu pikirkan tentang pekerjaan perawat??

1. Pekerjaan yang menunggu perintah dari tenaga kesehatan lain, atau 2. Pekerjaan utuh sebagai pengabdian serta berdiri sendiri. Yang mana jawabanmu??? Kalo jawaban kamu seperti nomor 1, Maaf, kamu harus ke tingkat dasar n belajar lagi!!! ^_~ Tapi, kalo jawaban kamu seperti nomor 2, SELAMAT… kamu bisa lanjut ke tingkat selanjutnya!! Sebenarnya, Perawat adalah suatu pekerjaan yang menuntut seseorang untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan masyarakat dalam bidang kesehatan Mengapa perawat dikatakan profesi? Apakah perawat itu profesi?? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita ulas dulu apa definisi profesi itu, karakteristiknya bagaimana, dan kenapa sih perawat selalu dianggap negatif? Profesi berasal dari bahasa latin “proffesio” atau “proffasare” berarti janji atau ikrar atau deklarasi dan pekerjaan seseorang sesuai dengan apa yang dimilikinya. Profesi secara historis dikaitkan dengan pendidikan tinggi atau institusi yang di capai melalui proses studi dan riset. Dalam sumber lain, profesi adalah suatu pekerjaan yang memberikan pelayanan mendasar yang berpengaruh pada kehidupan dan keamanan masyarakat. Ciri profesi yang utama adalah adanya wujud konkrit pelayanan. Domain profesi yang spesifik adalah adanya hubungan timbal balik atau saling percaya antara masyarakat konsumen dengan masyarakat profesi. Karakteristik profesi :      

dukungan ilmu yang jelas (memiliki disiplin ilmu) pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi memberi pelayanan kepada masyarakat melalui praktek dalam bidang keprofesian memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian pemberlakuan kode etik motivasi bersifat altruistic atau tanggung jawab (bersifat internal) diri perawat.

Dari karakteristik di atas jelas bahwa keperawatan memenuhi karakteristik yang ditentukan. Inilah mengapa perawat merupakan suatu profesi. kenapa ya profesi perawat selalu dipandang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebelah mata (pembantu dokter)?

mungkin karena masyarakat indonesia belum mengenal betul apa profesi perawat itu… mungkin hal ini disebabkan juga disebabkan oleh perawat sendiri yang kurang menunjukan sikap profesional mereka. Dari hasil riset anggota kelompok kami, mereka yang menganggap perawat berkedudukan “di bawah” dokter dikarenakan pertama, di dalam pikiran mereka sudah terpatri demikian, kedua, mereka melihat pekerjaan perawat hanya itu-itu saja, tidak ada yang spesial dibandingkan dengan pekerjaan profesi dokter yang bisa ‘menyembuhkan’, ketiga, mereka melihat perbedaan penghasilan yang jauh berbeda antara dokter dan perawat yang tentu saja mempengaruhi pandangan mereka tentang status perawat terhadap dokter, dan yang keempat masih jarang ada perawat yang membuka praktek atau klinik umum. Ada satu cerita, baca baik-baik ya!! SPMB Yang kini berubah menjadi SNMPTN sudah di depan mata. Lidya tampak ragu memainkan pensilnya.Jemarinya tak kunjung berhenti seakan memikirkan sesuatu. Tak bisanya Ia seperti ini, biasanya Ia lincah sekali bila dihadapkan pada kertas yang sudah Ia anggap sebagai ladang dakwahnya.tapi kertas ini lain. Lain dari pada yang lain. Ini adalah penentu masa depannya, akan kemanakah Ia melangkah? Faaina Tadzhabun? Ia bingung. Bingung bukan kepalang. Ia harus memilih program studi yang akan Ia ambil. Ini merupakan suatu keputusan yang berat baginya. Padahal pihak panitia disana sudah memberikan keringanan untuknya, membolehkan Ia memilih Dua program studi karena memilih IPA. Tapi itu dulu, kini Ia sangat senang dengan kesibukannya di program studi pilihannya, Ilmu Keperawatan UNPAD. Kok bisa? Begini ceritanya…. Saat dalam kondisi bingung Ia berkonsultasi kepada Ibunya. Ibu yang sangat mengerti dirinya. Lidya diberi nasihat guna memantapkan pilihannya. Ibunya tak memaksakan kehendaknya. Ia hanya menyuruh Lidya untuk ber Istikhhoroh guna menentukan pilihan terbaiknya. Hari-hari begitu cepat berlalu. Ini adalah hari terakhirnya bersama kertas formulir itu. Besok Ia harus mengembalikan kertas itu ke ITB bersama rekannya. Setelah dipikir masak-masak, tekadnya sudah bulat untuk memilih Ilmu keperawatan sebagai pilihan prioritasnya, karena itu pilihan terbaik menurutnya. Di sisi lain banyak orang yang merasa kecewa dengan apa yang sudah Ia putuskan, guru dan kawan-kawannya yang mendukung untuk memilih program studi pendidikan matematika, karena menurutnya Lidya sangat pandia mengolah angkan dan pantas menjadi guru matematika. Tak hanya itu orang yang sudah Ia anggap sebagai Ayah sendiri yaitu kakeknya melarangnya menjadi seorang perawat karena perawat menurutnya hanya pelengkap penderita. Ia bekerja sesuai dengan perintah namun harus bertanggung jawab dengan apa yang Ia lakukan. Selain itu menurutnya, pekerjaan seorang perawat membutuhkan kesabaran yang tinggi, melelahkan dan kadang membuat sebagian orang jijik melihatnya. Perawat pula kadang dianggap rendah oleh tenaga kesehatan lain. Tetapi tekadnya sudah bulat. Sangat bulat. Ia yakin dengan pilihannya ini dapat menggapai ridho-Nya.

Kenapa PERAWAT?? 

Dengan menjadi perawat, kita dapat lebih dekat dengan Sang pencipta, Allah SWT, lebih dekat dengan orang lain, serta dapat mengukur kemampuan dan keterbatasan kita.  Pertolongan yang diberikan seorang perawat merupakan wujud Caringdan Humanism-nya perawat. Perawat pun dapat menjadi muzaki atau orang yang bersedekah, karena bersedekah tidak hanya terkait dengan harta, tetapi juga dengan hati serta pertolongan yang Ia berikan.  Sikap perawat yang penuh perhatian serta rasa tanggung jawab memudahkan Ia memperoleh afeksi orang lain.  Dengan memberikan pertolongan,serta perhatian yangdiwujudakan dengan rasa tanggung jawab serta ikhlas membuat perawat mengenal dirinya, dan dapat mengukur kemampuan & keterbatasannyaserta dapat membuat rancangan perencanaan perubahan untuk mengikis keterbatasannya.

Kalau begitu, kenapa perawat masih dipandang sebelah mata oleh sebagian Mengenai anggapan negatif dari masyarakat itu sangat sulit diubah. Karena apabila kita menghendaki perdebatan dengan mereka hanya akan menimbulkn kebencian serta keegoisan masing-masing. Untuk itu yang bisa kita (perawat) lakukan saat ini adalah merubah pandangan mereka dengan cara berperilaku yang baik, pemberian intervensi yang bertanggung jawab, serta tunjukkan sikap profeional kita. Dengan begitu, sedikit demi sedikit kita bisa merubah pandangan mereka serta kita dapat belajar untuk bekerja lebih baik lagi. Bagi perawat jangan takut atau risih menjalankan profesi kita selama itu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Gunakan hak kita untuk menggugat apa yang menurut standar profesi kita salah. Toh kita punya disiplin ilmu. Jangan berkecil hati, perawat itu adalah tugas mulia, jarang orang mau menekuninya. Tugas mulia ini hanya diamanahkan pada kita. Jangan sia-siakan ya!!! OK Peran Perawat Profesional dalam Membangun Citra Perawat Ideal di Mata Masyarakat

Peran Perawat Profesional dalam Membangun Citra Perawat Ideal di Mata Masyarakat oleh Rani Setiani Sujana* Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang menjadi perawat karena suatu keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan profesi perawat sebagai alternatif terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya. Terlepas dari semua itu, perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang

perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain. Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien. Namun, sudahkah perawat di Indonesia melakukan tugas mulianya tersebut dengan baik? Bagaimanakah citra perawat ideal di mata masyarakat? Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang perawat kian menjadi sorotan. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di mata masyarakat. Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra perawat di mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat seperti yang banyak digambarkan masyarakat memang tidak mudah, tapi itu merupakan suatu keharusan bagi semua perawat, terutama seorang perawat profesional. Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi jaminan bagi perawat untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat. Perawat yang ideal adalah perawat yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab ketika ditanya mengenai bagaimana sosok perawat ideal di mata mereka. Mungkin kedengarannya sangat sederhana. Namun, di balik semua itu, pernyataan tersebut memiliki makna yang besar. Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat bersikap baik dalam arti lembut, sabar, penyayang, ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan keperawatan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang masih menemukan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan tugasnya di rumah sakit. Hal itu memang sangat disayangkan karena bisa membuat citra perawat menjadi tidak baik di mata masyarakat. Ternyata memang hal-hal seperti itulah yang memunculkan jawaban demikian dari masyarakat. Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat. Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi

perawatan, pemberi keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier. Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh dalam membangun citra perawat di masyarakat. Namun, disini saya akan menekankan peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Peran–peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan, peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan merupakan peran yang paling utama bagi seorang perawat. Perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan terampil akan membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata masyarakat. Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik keperawatan di rumah sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki kemampuan aplikasi yang baik dalam melakukan praktik keperawatan. Namun, perawat vokasional memiliki pengetahuan teoritis yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan perawat profesional. Dengan semakin banyaknya jumlah perawat profesional saat ini, diharapkan dapat melengkapi kompetensi yang dimiliki oleh perawat vokasional. Seorang perawat profesional harus memahami landasan teoritis dalam melakukan praktik keperawatan. Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat menjelaskan maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan secara rasional kepada klien. Hal ini tentu saja akan membawa dampak baik bagi terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu perawat yang cerdas, terampil dan profesional. Kenyamanan merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam asuhan keperawatan akan memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh karena itu, peran perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang cukup penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap empati yang ditunjukkan perawat kepada klien pada saat memberikan asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit. Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya. Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan

dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas. Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien. Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Masih banyak lagi hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang perawat profesional untuk menciptakan citra perawat ideal yang lebih baik lagi di mata masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, tentu saja diperlukan kompetensi yang memadai, kemauan yang besar, dan keseriusan dari dalam diri perawat sendiri untuk membangun citra keperawatan menjadi lebih baik. Perawat yang terampil, cerdas, baik, komunikatif, dan dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai dengan kode etik, tampaknya memang merupakan sosok perawat ideal di mata masyarakat. Semoga kita dapat menjadi perawat profesional yang mampu menjadi role model bagi perawatperawat lain dalam membawa citra perawat ideal di mata masyarakat. Hidup perawat Indonesia! (* Student of Faculty of Nursing UI 2008, writer & owner of this blog

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT 19 September 2008 | | 19 Comments | Katagori: Kesehatan

Definisi Peran Perawat Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan. Care Giver : Pada peran ini perawat diharapkan mampu 1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. 2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis. Elemen Peran Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses. Client Advocate (Pembela Klien) Tugas perawat : 1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. 2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140). Hak-Hak Klien antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.

Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya Hak atas informasi tentang penyakitnya Hak atas privacy Hak untuk menentukan nasibnya sendiri Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Hak atas informasi yang benar Hak untuk bekerja sesuai standart Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok Hak atas rahasia pribadi Hak atas balas jasa

Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. Peran perawat : 1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. 2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. 3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. 4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan Educator : Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis. Perawat pekerjaan yang sungguh mulia Warta WASPADA ONLINE

MEDAN - Pekerjaan perawat merupakan pekerjaan sungguh mulia, karena memberikan peran yang besar, dan memberi asuhan keperawatan terhadap pasien. Untuk itu, perawat harus melakukan tugasnya secara transparan, terbuka, akuntabel dan bertanggungjawab. “Dan paling penting menerapkan 3S (Senyum, Sapa dan Santun) kepada pasien, dan seluruh orang yang ada di rumah sakit ini,” kata direktur medik dan keperawatan RSUP HAM, Azwan Hakmi Lubis, tadi malam. Dikatakan, dalam bekerja sebagai perawat haruslah ikhlas, bekerja sepenuh hati dan jangan stress, sebab ini merupakan profesi yang sudah mmilih tenaga kesehatan. “Jadi jangan sesali lagi,” katanya. Ditegaskan, jangan ada pasien mati hanya karena tidak ada uang atau dana untuk berobat di RSUP HAM. “Layani saja dulu, mengenai kelengkapan bisa diurus belakangan. Misalnya kartu Jamkesmasnya tidak ada maka kita akan meminta surat miskin dan dananya akan kita klaim ke provinsi, jadi intinya kita layani terlebih dulu,” ujarnya.

Related Documents


More Documents from "Arif"