2. Isi Proposal Insya'allah Print.docx

  • Uploaded by: Leyni SriWuryaning Dyah Ayu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2. Isi Proposal Insya'allah Print.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,522
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Hanya wanita Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka menganggap keputihan sebagai hal yang wajar terjadi bagi setiap wanita (Iskandar, 2007). Meskipun termasuk penyakit yang sederhana kenyataannya keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir semua umur. Keputihan adalah gejala keluarnya getah atau keluarnya cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam basah. Keputihan sering diderita wanita dalam masa aktif reproduktif (umur 20 – 45 tahun) dan jarang dialami pada masa puber. Pada keadaan normal vagina mengeluarkan cairan dan lendir yang sedikit jumlahnya, lendir ini dihasilkan oleh kelenjar yang ada didalam servik berguna untuk menjaga agar dinding vagina dalam keadaan basah (Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012). Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita didunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami 2 kali atau lebih (Lingga, 2011). Sekitar 75% wanita Indonesia pasti mengalami minimal 1 kali dalam hidupnya. Dampak keputihan fisiologis dan patologis mempunyai dampak bagi wanita. Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang berlangsung terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi wanita. Khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas. Pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, kematian janin dalam kandungan, kelainan konginetal dan kelahiran premature (Kasdu D, 2008).

1

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat stress dengan terjadinya keputihan fisiologis dan patologis pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri?”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat stress dengan terjadinya keputihan fisiologis dan patologis pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri.

1.3.2

Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat stress dengan terjadinya keputihan fisiologis pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri. b. Mengidentifikasi tingkat stress dengan terjadinya keputihan patologis pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri. c. Menganalisis tingkat stress dengan terjadinya keputihan fisiologis dan patologis pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keputihan Leukorea berasal dari kata leuco yang berarti benda putih yang disertai dengan akhiran –rrhea yang berarti aliran atau cairan yang mengalir. Leukorea atau flour albous atau vaginal discharge merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, keputihan juga merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit. Keputihan ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat proses alami dalam tubuh. Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya kelainan alat reproduksi sehingga jumlah, warna, dan baunya perlu diperhatihan.

2.2 Proses Fisiologis Keputihan Proses menstruasi pada wanita terjadi dalam 3 tahapan, yaitu proliferasi, sekresi, dan menstruasi. Pada masing – masing proses mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap endometrium. Keputihan secara fisiologis terjadi sebelum menstruasi karena pengaruh dari proses menstruasi yang melibatkan hormone estrogen dan progesterone. Pada proses proliferasi terjadi pembentukan hormone estrogen oleh ovarium yang menyebabkan pengeluaran sekret yang berbentuk seperti benang, tipis dan elastis. Hormone estrogen berperan dalam produksi sekret pada fase sekretorik, merangsang pengeluaran sekret pada saat wanita terangsang saat menentukan kadar zat gula dalam sel tubuh (Glikogen). Glikogen digunakan untuk proses metabolisme pada bakteri Lactobacillus doderlein. Sisa dari proses metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga keasaman vagina yaitu 3,8 – 4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses seksresi pada endometrium yang dipengaruhi oleh hormone

3

progesterone. Hormone progesterone menyebabkan pengeluaran sekret yang lebih kental seperti jeli. Kemaluan wanita merupakan tempat yang paling sensitif dan merupakan tempat yang terbuka sehingga kuman sangat mudah masuk. Secara anatomi alat kelamin wanita berdekatan dengan anus dan uretra sehingga kuman yang berasal dari anus dan uretra tersebut sangat mudah masuk. Kuman yang masuk ke alat kelamin wanita akan menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan patologis yang ditandai dengan gatal, berbau dan berwarna kuning kehijauan. Vagina wanita dielengkapi dengan barrier alami epitel yang cukup tebal, glikogen,

dan

bakteri

Lactobacillus

doderlein

dalam

vagina

yang

menghasilkan asidum laktidum sehingga vagina menjadi asam dan memperkuat daya tahan vagina. Vagina normal mempunyai bakteri Lactobacillus doderlein lebih banyak yaitu 95% dan bakteri lainnnya yaitu 5%. Wanita yang memakai sabun vagina secara terus menerus dapat membunuh barrier alami vagina karena cairan pencuci vagina bersifat basa. Berkurangnya bakteri Lactobacillus doderlein dalam vagina menyebabkan bakteri dan jamur lain mudah berkembang dalam vagina hingga dapat menyebabkan infeksi. Glikogen banyak terdapat pada sel superfisial mukosa vagina sejak bayi hingga wanita mencapai menopause. Vagina wanita yang tidak hamil dijaga kelembabannya oleh sekret uterus, sedangkan pada saat hamil terdapat sekret vagina yang asam dalam jumlah yang banyak. Bakteri Lactobacillus doderlein pada wanita yang hamil lebih banyak daripada wanita yang tidak hamil sehingga menyebabkan banyak pengeluaran sekret. Peningkatan ini yang menyebabkan pada wanita hamil sering mengalami peningkatan keputihan.

2.3 Jenis Keputihan Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal.

4

2.3.1

Keputihan Normal Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi

peningkatan

vaskularisasi

dari

endometrium

yang

menyebabkan endometrium menjadi sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok – kelok dipengaruhi oleh hormone estrogen dan progesterone dari korpusluteum sehingga mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan. Hormone estrogen dan progesterone juga menyebabkan lendir servik menjadi lebih encer sehingga timbul keputihan selama proses ovulasi. Pada servik menyebabkan mucus menipis dan basa sehingga dapat meningkatkan hidup hingga gerak sperma, sedangkan progesterone menyebabkan mucus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi menjadi elastis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri - ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening, kadang - kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit (Nurmawati, 2010).

Faktor - Faktor Yang Apat Menyebabkan Keputihan Fisiologis 1. Bayi yang baru lahir kira - kira 10 hari, keputihan ini disebab kan oleh pengaruh hormon estrogen dari ibunya. 2. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen. 3. Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjar - kelenjar rahim dan pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone. 4. Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Ransangan seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima

5

penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai pelumas dalam senggama. 5. Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina. 6. Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer. Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik (Yulifah, 2013).

2.3.2

Keputihan Abnormal Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksual). Ciri ciri keputihan patologik adalah terdapat banyak leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (biasanya kuning, hijau, abu - abu, dan menyerupai susu), disertai dengan keluhan (gatal, panas, dan nyeri) serta berbau aspek, amis, dan busuk (Yulifah, 2013). Faktor - Faktor Yang Memicu Keputihan Abnormal 1. Kelelahan fisik Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik. Meningkatnya

pengeluaran

energi

menekan

sekresihormon

estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen menyebab - kan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasit mudah berkembang.

6

2. Ketegangan psikis Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan atau sulit diatasi. Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ - organ tertentu termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah berkembang. Penelitian Agustiyani D. dan Suryani (2011) di Yogyakarta menemukan bahwa remaja yang tingkat stressnya sedang bahkan tinggi lebih mudah mengalami keputihan. 3. Kebersihan diri Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis, keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin (cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi. Penelitian di Pondok Cabe Ilir Jakarta menemukan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan rendah, sikap yang jelek dan perilaku buruk dalam menjaga kebersihan akan memperburuk kondisi keputihan abnormal. (Yulifah, 2013).

7

2.4 Dampak Keputihan Keputihan fisiologis dan patologis mempunyai dampak pada wanita. Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang berlangung terus menerus akan menganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas. Pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK), kelainan kongenital, lahir premature (Benson, 2009).

2.5 Cara Mencegah Keputihan 1. Menjaga kebersihan alat kelamin Vagina secara anatomis berada di antara uretra dan anus. Alat kelamin yang dibersihkan dari belakang ke depan dapat meningkatkan resiko masuknya bakteri ke dalam vagina. Masuknya kuman ke dalam vagina menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan. Cara cebok yang benar adalah dari depan ke belakang sehingga kuman yang berada di anus tidak dapat masuk ke dalam vagina. 2. Menjaga kebersihan pakaian dalam Pakaian dalam yang tidak disetrika dapat menjadi alat perpindahan kuman dari udara ke dalam alat kelamin. Bakteri, jamur, dan parasit dapat mati dengan pemanasan sehingga menyetrika pakaian dalam dapat menghindarkan infeksi kuman melalui pakaian dalam. 3. Tidak bertukar handuk Handuk merupakan media penyebaran bakteri, jamur, dan parasit. Handuk yang telah terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasit apabila digunakan bisa menyebabkan kuman tersebut menginfeksi pengguna handuk tersebut sehingga gunakan handuk untuk satu orang. 4. Menghindari celana ketat Celana ketat dapat menyebabkan alat kelamin menjadi hangat dan lembab. Alat kelamin yang lembab dapat meningkatkan kolonisasi dari

8

bakteri, jamur, dan parasit. Peningkatan kolonisasi dari kuman tersebut dapat meningkatkan infeksi yang bisa memicu keputihan, maka hindari memakai celana ketat terlalu lama. 5. Menghindari cuci vagina Produk cuci vagina dapat membunuh flora normal dalam vagina. Ekosistem dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina bersifat basa sehingga menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik. Produk cuci vagina yang digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina, yaitu : 3,8 – 4,2 dan sesuai dengan petunjuk dokter. 6. Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi. Mencuci tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan perpindahan kuman yang menyebabkan infeksi. 7. Sering mengganti pembalut Mengganti pembalut minimal 3 – 4 kali sehari dapat menghindari kelembaban. 8. Mengelola stress Stress dapat meningkatkan hormone adrenaline yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit menyebabkan aliran estrogen ke vagina terhambat sehingga dengan menghindari stress dapat mengurangi keputihan. (Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC)

2.6 Definisi Stress Stress merupakan reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial, tekanan mental atau beban kehidupan. Kondisi tubuh remaja saat stress akan mengalami perubahan, termasuk perubahan pada hormon - hormon reproduksinya. Hormon esterogen juga akan terpengaruh oleh kondisi stress. Hal ini menjadi penyebab pemicu terjadinya gangguan menstruasi dan

9

keputihan yang dialami oleh wanita usia subur, kehidupan kampus adalah salah satu faktor penyebab stress pada remaja. Tuntutan akademis yang dinilai terlampau berat, hasil ujian yang buruk, tugas yang menumpuk, ekspektasi orang tua dan lingkungan pergaulan juga menyebabkan faktor yang menyebabkan stress bagi mahasiswa (Iskandar, 2009). Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya. Hasil analisis bivariat pada variabel stress ini diuji dengan menggunakan uji chi square dengan hasil uji statistik dengan menggunakan uji fisher’s exact test diperoleh hasil ρvalue= 0.038, pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Oleh karena ρvalue < 0.005, maka H0 di tolak yaitu ada hubungan antara stress dengan kejadian infeksi flour albus pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri. Kondisi tubuh yang kelelahan dan stress baik fisik maupun psikologis (seperti tuntutan akademis yang dinilai terlalu berat, hasil ujian yang buruk dan tugas menumpuk) dan mempengaruhi kerja hormon - hormon yang ada dalam tubuh perempuan termasuk memicu peningkatan hormon esterogen. Pengaruh hormon ini menyebabkan terjadinya keputihan wanita. Orang yang berusia lebih muda akan mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berusia lebih tua. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2004), yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka tingkat kecemasan remaja yang mengalami keputihan akan semakin rendah. Hasil penelitian ini banyak mahasiswa yang mengalami stress yang diakibatkan oleh tuntutan akademik seperti seperti banyaknya tugas yang menumpuk, cemas ketika menjelang ujian, bingung dengan materi yang diberikan oleh dosen, mudah marah ketika tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh dosen, dan lain sebaiknya. Sehingga, stress yang dihadapi mahasiswa tidak dapat dihindari. Disisi lain responden yang tidak mengalami stress akan tetapi masih mengalami infeksi flour hal ini disebabkan oleh pola makan

10

responden yang kurang baik dimana responden sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula yang tinggi sehingga dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula kedalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah gula menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak, dengan bertambah banyaknya jamur atau bakteri perusak dapat menyebabkan terjadinya infeksi flour albus. Salah satunya yang mempengaruhi timbulnya penyakit flour albus yaitu mengkonsumsi jenis buah tertentu yang mengandung fruktosa yang merupakan makanan bagi bakteri candida sehingga dengan mengkonsumsi jenis buah ini dapat memudahkan pertumbuhan bakteri didaerah vagina. Jenis buah tersebut yaitu mentimun, bengkoang, pisang, nanas, anggur, dan jagung manis. Demikian pula dengan minuman yang mengandung soda. Salah satu kandungan minuman bersoda adalah kadar gula yang tinggi. Jenis minuman ini antara lain sprite, fanta, coca cola. Fruktosa dalam soft drink merupakan gula sintetik yang di ekstrak secara kimiawi dari jagung dan berkalori sangat tinggi, sehingga meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.

11

BAB II KERANGKA TEORI

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta, TEORI adalah “Pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan asas – asas, hukum – hokum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan, serta pendapat cara – cara dan aturan – aturan untuk melakukan sesuatu.

Faktor -

Pengukur

Tingkat stress

faktor

kondisi stress

terhadap

pengaruh

secara

keputihan

keputihan

subjektif danobjektif

Pola hidup

Keputihan

Gejala keputihan Kejadian

fisiologis dan

Gejala atau tanda keputihan

gejala keputihan patologis

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat Stress Dengan Keputihan Pada Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri.

12

Keterangan : : Diteliti

: Berhubungan

: Berpengaruh Dari kerangka konseptual diatas, bahwa faktor penyebab terjadinya keputihan Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri antara lain kelelahan fisik, ketegangan psikis, kebersihan

13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalaam, 2010). Pada penelitian ini, penelitian ini menggunakan desain cross sectional penelitian cross sectional variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan antara tingkat strees dengan kejadian keputihan pada Mahasiswa D4 Tingkat 3 Poltekkes Malang Prodi Kebidanan Kediri. 3.2 Kerangka Operasional Kerangka operasional merupakan langkah – langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka /alur penelitian . Populasi

Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri

Pengambilan sample simple random sampling Sample Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri

14

Pengumpulan data Kuesioner

Pengolahan data

Analisis data dengan menggunakan uji statistic Chin Square

Penyusunan laporan

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling 3.3.1 Populasi Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri yang mengalami keputihan pada saat dilakukan studi pendahuluan, sebanyak 46 mahasiswa. 3.3.2 Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh popolasi (Notoatmojo, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri serta memenuhi kriteria inkluasi penelitian.

15

Besarnya sampel dihitung dengan rumus : N

n= 1+N (d2 ) Keterangan : N = populasi populasi N = Besar sampel D = Derajat ketepatan ( tingkat kesalahan) yang di inginkan. Besar sampel : n=

46 1 + 46 (0,052 )

n=

46 1 + 46 (0,0025)

n=

46 1 + 0,115

n=

46 1,115

n= 41,25 dibulatkan menjadi 41 Jadi sampel pada penelitian ini adalah sebesar 41 orang. 3.3.3 Teknik Sampling Teknik sampling merupakam teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2015) Adapun cara penentuan dan pengambil sampel dalam penelitian ini adalah total sampling atau sample jenuh. Analisis data menggunakan Chi Square.

16

3.4 Kriteria Sampel 3.4.1

Kriteria Inklusi Karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2009). Kriteria dalam penelitian ini adalah: a. Semua Mahasiswa D IV Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Malang prodi Kebidanan Kediri. b. Mahasiswa yang mengalami keputihan c. Bersedia menjadi responden

3.4.2

Kriteria Eksklusi Menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria eksklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2009). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : a. Tidak hadir saat dilakukan penelitian b. Tidak menstruasi saat dilakukan penelitian dilakukan c. Tidak menyelesaikan kuesioner d. Mengundurkan diri saat penelitian berlangsung

3.5 Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

3.5.1

Variabel bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat

17

(Sugiyono, 2015). Variabel bebas dalam penelitian adalah tingkat stress. 3.5.2

Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel Terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Nursalam, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah terjadinya keputihan.

3.6 Definisi Operasional Definisi operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian variable - variabel yang diamati atau diteliti, definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variable - variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2012). Definisi operasional dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Definisi Operasional variabel Defiisi Operasional

Jenis

No

Variabel

1.

Terikat:

Pengeluaran

Pengisian

Kejadian

caira normal

kuisioner

keputihan bila cairan putih bening, tidak berbau, tidak terasa gatal, dan yang tidak normal bila cairan bewarna putih susu,

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Kuesioner Jika jawaban a. Ya : Jika

- Sistem

pertanyaan

skoring

tersebut dinilai

angket

benar dengan

menggunak

skor 1

an 2 skala jawaban - Skoring

b. Tidak : Bila pertanyaan tersebut dinilai

untuk

salah dengan

Favorabel

skor 0

diberi skor

dikategorikan

18

Data Ordinal

kuning,

dari 1

tidak normal,

bahkan hijau,

(benar) 0

jika keputihan

caira

(salah) dan

gatal, cairan

bergumpal

sebaliknya

berwarna putih

atau lendir

(Sugiyono,

susu, kuning,

disertai bau

2010)

bahkan hijau,

atau terasa

cairan

gatal

bergumpal atau lendir disertai bau atau terasa gatal dan normal, jika keputihan berwarna bening tidak gatal.

2.

Bebas : Tingkat stres

Tinggi

Pengisian

rendahnya

kuisioner

suatu stress (kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individe dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara

Kuesioner Jika jawaban a. Ya : Jika

- Sistem

pertanyaan

skoring

tersebut dinilai

angket

benar dengan

menggunak

skor 1

an 2 skala jawaban

b. Tidak : Bila pertanyaan

Skoring untuk

tersebut dinilai

Favorabel

salah dengan

diberi skor

skor 0

dari 1 (benar)

dikategorikan

0 (salah) dan

tidak normal

19

Ordinal

tuntutan -

sebaliknya

tuntutan yang (Sugiyono, berasal dari

2010)

jika c. Aspek Emosional :

situasi

perasaan yang

dengan

dialami

sumber daya

mahasiswa

sistem

meras gelisah,

biologis,

kecewa dan

psikologis

frustasi

dan soial

d. Aspek

seseorang

Kognitif : mahasiswa merasakan sulit berkonsentrasi e. Aspek Fisiologis : menyangkut masalah fisik semacam denyut jantung yang tidak teratur dan badan panas dingin

20

21

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralp C & Martin L. Penol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC. Daili, Fahmi. 2009. Penyakit Menular Seksual. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Kasdu. 2008. Solusi Poblem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara. Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono. Saifuddin, Abdul Bahri. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

22

Related Documents


More Documents from "Maspa Hangio"