Isi Proposal Keluarga.docx

  • Uploaded by: syska
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Proposal Keluarga.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,444
  • Pages: 50
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun. Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Pendidikan kesehatan ini berguna untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan bagi klien dan keluarga.

2. Tujuan Khusus a.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Vertigo.

b.

Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Vertigo.

1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar 1.

Konsep Keluarga a.

Definisi keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007). Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Mubarak 2002). b.

Struktur keluarga Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas: 1) Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : a) Bersifat terbuka dan jujur, b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga, c) Berpikiran positif, dan d) Tidak mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri.

2

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi. 2) Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. 3) Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. 4) Nilai- nilai Keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kupulan dari polaperilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untukmenyelesaikan masalah (Murwani, 2007).

3

c.

Tipe atau Bentuk Keluarga Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007),adalah sebagai berikut: 1) Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi. 2) Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families). 3) Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak tiri. 4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal bersama. 5) Keluarga orang tua tunggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama. 6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersamaberbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan bersama.

4

7) Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masingmasing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga. 8) Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anakanaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anakanaknya (poliandri). 9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. d.

Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), adalah sebagai berikut: 1) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga. 2) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 3) Fungsi

Reproduksi

(reproductive

function):

Fungsi

untuk

mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga. 4) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk 5

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function): Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. e.

Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) adalah: 1) Tahap I: keluarga pemula erkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. 2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangan: a) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa transisi, tugas kritis Masalah : suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi suami dan istri, interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu. b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi, kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi c) Mempertahankan pasanganya

:

hubungan pembentukan

yang

memuaskan

kembali

pola

dengan

komunikasi,

pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual menurun, 6

konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. Masalah kesehatan : pendidikan maternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, tumbuh kembang. 3) Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. 4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah, dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. 5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarganya lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. 6) Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. 7) Tahap VII : orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. 8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia diawali dengan salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.

7

B. Asuhan Keperawatan Keluarga Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, proseskeperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang berhubungan dan berurutan yaitu penkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan

Konsep

dan

Praktik,

pengumpulan

data

dalam

proses

keperawatandilakukan dengan cara : 1.

Observasi Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi visualmelalui indera yang berlangsung terus -menerus, dimana data yang dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

2.

Wawancara Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan data, dan dapat dilakukan secara formal dan informal, dimana perlu tekhnik khusus, dan otoritas yang kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.

3.

Studi dokumentasi Mengumpulkan

data-data

yang

berhubungan

dengan

pembahasan seperti data dari puskesmas, data perkembangan anak (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan 4.

Pemeriksaan fisik

8

materi

kesehatan

kesehatan lainnya.

Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan tanda-tanda vital. Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu terdokumentasi. Secara terperinci, proses keperawatan yaitu : 1. Pengkajian Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA).Menurut Suprajitno

(2004) dalam

bukunya

AsuhanKeperawatanKeluarga,menyatakanbeberapahalyangperludilakuka n padapengkajian, yaitu : a. Membina hubungan yang baik anatara perawat dan klien (keluarga) merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. 1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah. 2) Menjelaskan tujuan kunjungan. 3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelsaikan masalah kesehatan yang ada. 9

4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, dan menjelaskan kepada keluarga tentang tim kesehatan lainnya yang menjadi jaringan perawat. b. Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit layanan kesehatan. c. Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar. Menurut suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga, data yang dikajian dalam asuhan keperawatan keluarga yaitu : a. Berkaitan dengan keluarga 1) Data demografi dan sosiokultural 2) Data lingkungan 3) Struktur dan fungsi keluarga 4) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga 5) Perkembangan keluarga b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga 1) Fisik 2) Mental 3) Emosi 4) Sosial 5) Spritual

10

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu : 1) Komunikasi Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan. 2) Observasi Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi. Observasiadalah mengamati perilaku, keadaan klien dan

lingkungan.

3) Pemeriksaan fisik Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu : a) Inspeksiadalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. b) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan jari adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran. c) Perkusi adalah suatu pemeriksaandengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. d) Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, hal-hal yang perlu digali dalam pengkajian antara lain : 11

a.

Pengumpulan data 1) Data umum a) Nama KK, alamat dan telepon b) Komposisi keluaraga (dilengkapi genogram tiga generasi) c) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut. d) Suku bangsa Mengkaji

asal

suku

bangsa

keluarga

tersebut

serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. e) Agama Menkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. f)

Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

g) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengar radio juga aktivitas rekreasi. 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a) Tahap perkembangan keluarga saat ini 12

Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini adalah lansia (bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja. b) Tahapan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala. c) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehata masing-masing

anggota

keluarga,

pencegahan

penyakit,

pelayanan kesehatan. d) Riwayat keluarga sebelumnya Meliputi data-data tentang riwayat orang tuadari pihak suami maupun istri. e) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakkan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. f)

Karakteristik tetangga dan komunitas Menjelaskan

mengenai

karakteristik

komunitas setempat. g) Mobilitas geografis keluarga

13

dari

tetangga

dan

Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. h) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat. i)

Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari masyarakat setempat.

3) Struktur keluarga a) Pola komunikasi Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota kelurga. b) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan

anggota

keluarga

mengendalikan

dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. c) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. d) Nilai dan norma kelurga Meliputi data tentang nila-nilai norma yang dianut keluarga, misalnya keluaraga menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib. 14

4) Fungsi keluarga a) Fungsi afektif Gambaran anggota kelurga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainya. b) Fungsi sosialis Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan perilaku. c) Fungsi keperawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat sakit. Kesanggupan

kelurga

didalam

melaksanakan

perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

dan

keluarga

mampu

memanfaatkan

fasilitas

kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat. d) Fungsi reproduksi Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. e) Fungsi ekonomi

15

Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 5) Stres dan koping keluarga a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang 

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.



Stresor jangan panjang yaitu stresor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stresor. c) Strategi koping Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. d) Strategi adaptasi fungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga apabila mengahadapi permasalahan. 6) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik diklinik. 7) Harapan keluarga Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 16

b.

Analisa data Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya perawatan kesehatan keluarga menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu : 1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota kelurga 2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan 3) Karakteristik keluarga

2. Diagnosis Keperawatan Menurut sprajitno (2004) dalam bukunya asuhan keperawatan keluarga, perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari : a.

Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

b.

Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.

c.

Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosi keperawatan actual dan resiko. Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mecegah dan merubah. a.

Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978) sebagai berikut :

17

NO 1

2

3

4

Kriteria

Skor

Bobot

Sifat masalah

1

Tidak/kurang sehata

3

Ancaman kesehatan

2

Krisis atau keadaan sejahtera

1

Kemungkinan masalah dapat diubah

2

Dengan mudah

2

Hanya sebagian

1

Tidak dapat

0

Potensial masalah untuk dicegah

1

Tinggi

3

Cukup

2

Rendah

1

Menonjolkan masalah

1

Masalah berat, harus segera ditangani

2

Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani

1

Masalah tidak dirasakan

0

Tabel 1.1 Penilaian (Skoring)

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan : 1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat 2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot. skor yang diperoleh X Bobot Skor tertinggi 18

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5. b.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetuan prioritas 1) Sifat masalah Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. 2) Kemungkinan masalah dapat diubah Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah : a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga c) Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu d) Sumber-sumber di masyarakat dan dukungan sosial masyarakat 3) Potensi masalah Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut : a) Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. 19

b) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. c) Kelompok risiko, adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok resiko yang peka atau rawan, hal ini menambah masalah bisa dicegah 4) Menonjolnya masalah masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada cerita ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk menangani segera, maka harus siberi skor tinggi. Diagnosis keperawatan menurut nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik dapat dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu : a.

Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik ditemukan

b.

Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi

c.

Potenssial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.

d.

Diagnosis keperawatan (wellness) adalah keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

e.

Diagosis keperawatan (syndrome) adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi

20

yang diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3. Perencanaan Menurut nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, perencanaan meliputi pengembangan strategi

desain

untuk

mencegah,

mengurangi

atau

mengoreksi

masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana keperawatan, yaitu : a.

Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.

b.

Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yan diharapkan.

c.

Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.

d.

Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam : 1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga 2) Menentukan prioritas masalah 3) Memilih tindakan yang tepat 4) Pelaksanaan tindakan 5) Penilaian hasil tindakan

e.

Dibuat secara tertulis.

4. Pelaksanaan

21

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya asuhan keperawatan keluarga, Menyebutkan tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal berikut, yaitu : a.

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap msalah.

b.

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c.

Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat atau fasilitas yang ada dirumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d.

Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi sehat denan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e.

Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengendalian fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawata untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2008) 22

Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan klien dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan : a.

Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut.

b.

Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan prilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, fleksibel, dan efesiensi.

6. Dokumentasi Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada “medical record”. penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut. Dokuementasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Kegunaan dokumentasi adalah : a.

Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar anggota tim kesehatan lainnya.

b.

Sebagai dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan 23

c.

Dapat digunakan sebagai alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.

d.

Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan keperawatan

e.

Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap klien. Keterampilan standar dokumentasi merupakan keterampilan untuk

dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi penkajian, diagnosis, rencana, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

24

BAB III

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I.

DATA UMUM KELUARGA A. Kepala Keluarga Nama Kepala Keluarga : Tn.S Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 35 Tahun

Alamat

: Jl. Mahir-mahar, kalampangan

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: SMK

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: indonesia, Jawa

B. Table 1.2 Daftar Anggota Keluarga No

Nama

1 2 3

Hub. Dgn KK Istri

TTl/Umur

Pendidikan

pekerjaan

Ny. A

Jenis Kelamin P

32 tahun

SMA

Petani

An. E

L

Anak

18 tahun

SMK

Pelajar

Anak

12 tahun

SD

Pelajar

An. S

P

25

C.

Genogram 3 (tiga) Generasi

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Kepala Keluarga : Klien : Tinggal Serumah : Meninggal

D. Tipe Keluarga Tipe keluarga Tn.S adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anak

E. Latar Belakang Keluarga 1. Latar Belakang Budaya Keluarga Dan Anggota Keluarga Tn.S mengatakan berasal dari suku jawa , dan Ny.A juga berasal dari suku jawa 2. Bahasa Yang Digunakan Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa. 26

3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga Tn.S mengatakan kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan

F. Identifikasi Agama Keluarga Tn.S memeluk agama Islam, keluarga taat melakukan sholat 5 waktu dan sholat sunnah .

G. Status Kelas Sosial Keuarga Tn.S memiliki pendapatan perbulan Rp. 2.800,000,00,- per bulan .

H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Keluarga Tn.S dan Ny.A mengatakan makan tiga kali sehari, keluarga juga mengatakan sering mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, dan ikan

I. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang Keluarg biasanya berkumpul setelah beraktivitas pada sore hari, dan pada malam hari, biasanya keluarga berkumpul untuk menonton TV. Keluarga Tn.S jarang melakukan rekreasi karena menurut mereka lebih penting untuk bekerja.

II.

TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA 1. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan keluarga Tn.S termauk keluarga dengan rejama, An.E berusia 18 Tahun. Keluarga membebaskan anaknya bermain dan bergaul namun tetap harus mengikuti aturan yang dibuat, seperti bila malam hari keluar untuk jalan bersama tema-temannya, maka pukul 8 harus sudah pulang dan berada dirumah.

2. Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi Berdasarkan hasil wawancara maka didapatkan informasi bahwa dimana An.E bersekolah disekolah Negeri dan sebnetar lagi akan lulus dan

27

melanjutkan kebangku kuliah, Karena itu Tn.S dan Ny.A bekerja keras untuk anaknya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti Dalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki riwayat penyakit, namun Ny.A memiliki riwayat penyakit Vertigo kurang lebih sudah 3 tahun, dan sering kambuh.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya Ny. A memiliki penyakit vertigo sampai sekarang

III. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik Rumah

( Disertai Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar

Rumah ) Rumah keluarga Tn.S memiliki jenis bangunan permanen. Letak rumah Tn.S berada di pinggir jalan raya yang berjarak kurang lebih 30 meter, terdapat ruang tamu, jumlah kamar tidur 2, dapur, serta 1 kamar mandi. Jarak rumah dan septitank sekitar 15 meter, kondisi rumah cukup besih, lantai rumah menggunakan keramik, terdapat ventlasi udara, jendela , dan pintu untuk sirkulasi udara. Halaman rumah Tn.S cukup luas serta banyak tanaman bunga. Sampah keluarga di bakar dilahan belakang rumah. Kebersihan rumah cukup, air minum diperoleh dari pengisian ulang air minum. Kondisi got lancar dan tidak berbau.

28

Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah U B

T S

6

KETERANGAN

5

1 = ruang tamu 2 = kamar tidur 3 4

3 = kamar tidur 4 = ruang keluarga

1

2

5 = dapur 6 = kamar mandi

2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Keluaga Tn.S tinggal dilingkungan yang berpenduduk dengan mayoritas suku jawa, tetangga cukup akrab dengan kelurga Tn.S.

3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga Tn. S sudah lama tinggal dirumah tersebut, sekitar 11 tahun. Rumah Tn.S jaraknya 30 m dari jalan raya, jenis kendaraan yang digunakan biasanya Motor. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat Didalam masyarakat Tn.S sering mengikuti gotong royong dan sebagai anggota Mitra Tani. Ny.A sering berkkumpul dengan ibu rumah tangga yang lain dan mengikuti yasinan ibu-ibu didaerah teersebut. Sistem Pendukung Keluarga 29

Anggota keluarga Tn.S sehat hanya Na.A saja yang memiliki sakit Vertigo dan keluarag selalu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas.

IV. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka 2. Struktur Kekuatan Keluarga Keluarga selalu menyelesaian masalah dengan musyawarah 3. Struktur Peran a) Tn.S sebagai kepala kelurga dan pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, disamping itu Tn.S menjadi pendidikn pelindung, dan pemberi rasa aman kelurga. b) Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah, dan Ny.A memiliki peran mengurus rumah dan mengurus anak c) An.E dan An.S berperan sebagai anak sekolah yang harus belajar dan patuh kepada orang tua 4. Nilai-Nilai Keluarga Keluarga mengerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti berdoa dan beribadah

V.

FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Keluarga Tn.S saling mendukung kebutuhan sehingga dapat terpenuhi kehidupan sehari-hari dapat menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan keputusan keluarga yang terakhir ditentukan oleh Tn.S sebagai kepala keluarag

2. Fungsi Sosialisasi Tn.S dan Ny.A dapat membina sosialisasi pada An.E dan An.S , sehingga dapat membentuk norma dan aturan sesuai dengan perkembangan anakanaknya, serta dapat meneruskan budaya.

30

3. Fungsi Perawatan Kesehatan a) Kemampuan keluarga mengenal masalah Keluarga Tn.S mengatakan bahwa Ny.A terkena Vertigo, biasanya setelah sharian lelah bekerja. b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan Tn.S selalu mengambil keputusan dengan tepat seperti saat Ny.A sakit ia segera membawa ke puskesmas c) Kemampuan merawat anggota yang sakit Tn.S dan keluarga akan merawat keluarga yang sakit dengan kemampuan sendiri d) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan yang terdapat adalah puskesmas

4. Fungsi Reproduksi Jumlah anak Tn.S yaitu 2 orang, Ny.A dalam hal ini tidak menggunakan KB VI. PEMERIKSAAN FISIK A. Tn.S Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 120/80 mmHg N : 80 kali/menit S : 36,6 oC RR : 20 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

: 31

BB : 64 Kg TB : 165 Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang jahdjad

32

B. Ny.A

Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 140/100 mmHg N : 88 kali/menit S : 36 oC RR : 22 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

:

BB : 55 Kg TB : 155 Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang

33

C. An.E

Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 120/80 mmHg N : 80 kali/menit S : 36 oC RR : 20 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

:

BB : 50 Kg TB : 159 Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang

34

D. An.S

Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 110/80 mmHg N : 80 kali/menit S : 36 oC RR : 20 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

:

BB : 32 Kg TB : 125 Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang

35

VII. HARAPAN KELUARGA Keluarga mengatakan berharap kepada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah kesehatan pada keluarga Tn.S.

PalangkaRaya, 14-03-2019 Mahasiswa

(Syska Susanti Ningsih) NIM.62.20.1.16.162

36

1. ANALISA DATA Tabel 1.3 . Analisa Data No 1

Data Subjektif dan Objektif DS :

Masalah Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman :

-Ny.A mengatakan saat vertigonya kambuh Nyeri kepalanya nyeri seperti berputar. P :Nyeri dirasakan saat berubah posisi , dan saat berpindah posisi. Q: Nyeri seperti seperti berputar. R: Nyeri dibagian kepala S: skalanya nyeri 5 dari 1-10 T : nyeri dirasakan hilang timbul

2

DO : -Ny.A tampak memegangi kepala. -Ny.A tampak mengerutkan kening -Ny.A tampak memegang kepala -TTV : TD 140/100 mmHg N 88 kali/menit S 36oC RR 22 kali/menit DS : Klien mengatakan jika vertigonya kambuh kepala nya seperti berputar. DO : -Ny.A tampak memegangi kepala. -Ny.A tampak mengerutkan kening -Ny.A tampak memegang kepala -TTV : TD 140/100 mmHg N 88 kali/menit S 36oC RR 22 kali/menit

37

Resiko Jatuh

2. PRIORITAS MASALAH a. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Nyeri Akut Tabel 1.4 Pernilaian Diagnosa Keperawatan nyeri akut No.

Kriteria

Perhitungan

Nilai

Pembenaran

1.

Sifat masalah : Ancaman kesehatan

2/3x1

2/3

Keluarga kurang mengetahui penanganan nyeri vertigo

2.

Kemungkinan Masalah diubah : Hanya sebagian Potensial Masalah untuk dicegah : Cukup

½x2

1

Kemungkinan masalah dapat diubah karena sudah ada upaya untuk pengpbatan namun belum optimal

2/3x1

2/3

Keluarga ingin mengetahui cara penanganan nyeri vertigo klien

2/2x1

1

Keluarga belum mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kuranganya pengetahuan tentang vertigo

3.

4.

Menonjolnya masalah untuk dicegah : Masalah tidak dirasakan Total Skor

10/3

2. Resiko Jatuh No.

Kriteria

Perhitungan

Nilai

Pembenaran

1.

Sifat masalah : Ancaman kesehatan

2/3x1

2/3

Keluarga kurang mengetahui penanganan nyeri vertigo

2.

Kemungkinan Masalah diubah : Hanya sebagian Potensial Masalah untuk dicegah : Cukup

½x2

1

Kemungkinan masalah dapat diubah karena sudah ada upaya untuk pengpbatan namun belum optimal

2/3x1

2/3

Keluarga ingin mengetahui cara penanganan nyeri vertigo klien

3.

38

4.

Menonjolnya masalah untuk dicegah : Masalah tidak dirasakan Total Skor

3. DAFTAR

DIAGNOSA

2/2x1

1

Keluarga belum mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kuranganya pengetahuan tentang vertigo

3

KEPERAWATAN

KELUARGA

PRIORITAS Tabel 1.5 . Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga Sesuai Prioritas Prioritas

Diagnosis Keperawatan

Skor

1

Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri

10/3

2

Resiko Jatuh

3

39

SESUAI

VIII.

Data 1

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Dx Keperawatan Nyeri Akut

Hasil yang di harapkan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan diberikan

Intervensi 1.

Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang vertigo.

2.

Jelaskan penanganan vertigo

3.

Demonstrasikan cara penanganan vertigo

1.

Awasi dan gunakan lingkungan fisik

penyuluhan kesehatan tentang vertigo diharapkan keluarga dan pasien dapat melakukan penangan tentang vertigo secara mandiri. Khusus : Setelah dilakukan kunjungan diharapkan keluarga mampu memahami tentang penanganan vertigo 2.

Resiko Jatuh

Umum :

untuk meningkatkan keamanan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan diberikan penyuluhan kesehatan tentang

2.

Kaji penurunan kognitif dan fisik klien

vertigo diharapkan keluarga dan

yang

mungkin

dapat

meningkatkan resiko jatuh.

pasien dapat mengurangi resiko jatuh. 3.

Khusus :

Kaji

tingkat

keseimbangan

dan

kelelahan dengan ambulasi. Setelah

dilakukan

kunjungan

diharapkan klien mampu berdiri, duduk, dan berjalan tanpa pusing dan klien dapat mennagani vertigo dengan benar. 40

4.

Instruksikan klien untuk memanggil keluarga ketika vertigo kambuh.

5.

Anjurkan klien bedrest saat vertigo kambuh.

Tabel 1.6. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

41

12. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Tabel 1.7. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No

Hari/Tanggal

Implementasi

Evaluasi

/Jam 1

10

Febuari

2019

1. Memberikan penyuluhan

S : Klien dan keluarga mengatakan

kepada keluarga tentang

memahami apa yang dijelaskan

vertigo

oleh perawat.

2. Menjelaskan penanganan O: - Keluarga dapat menyebutkan

vertigo.

penanganan vertigo. -

3. Mendemonstrasikan cara

Keluarga

dapat

membantu

penanganan vertigo.

penanganan vertigo A:

Masalah

nyeri

dapat

teratasi

sebagian P: 10 2

2019

Februari

1. Mengawasi

dan

lingkungan

fisik

Lanjutkan Intervensi

gunakan S :Klien dan keluarga memahami penjelasan perawat untuk

meningkatkan keamanan. O: - Klien Nampak memahami anjuran 2. Mengkaji penurunan kognitif perawat dan fisik klien yang mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh.

-

Klien mendemonstrasikan penanganan vertigo.

3. Mengkaji tingkat keseimbangan dan kelelahan dengan ambulasi.

A: Masalah teratasi sebagian

4. Menginstruksikan klien untuk memanggil

keluarga

vertigo kambuh.

42

ketika P: Lanjutkan Intervensi

dapat

5. Menganjurkan klien bedrest saat vertigo kambuh.

43

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun. Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi. B. Etiologi 1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer : 

Telinga bagian luar : serumen, benda asing.



Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.



Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.



Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor. 44



Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.

2. Penyakit SSP : 

Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.

3.



Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.



Trauma kepala/ labirin.



Tumor.



Migren.



Epilepsi.

Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.

4.

Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.

5.

Kelainan mata.

6.

Intoksikasi : Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer.Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.

45

C. Patofisiologi Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda. D. Pemeriksaan Penunjang Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain: 1. Pemeriksaan fisik a) Pemeriksaan mata b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh c) Pemeriksaan neurologik d) Pemeriksaan otologik e)

Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus a) ENG b)

Audiometri dan BAEP 46

c) Psikiatrik 3. Pemeriksaan tambahan a) Radiologik dan Imaging b) EEG, EMG E. Tanda dan Gejala 1. Kepala Pusing/puyeng (dizziness) 2. Perasaan berputar 3. Mual dan/atau muntah 4. Hilang keseimbangan 5. Mata juling (nistagmus) 6. Kepala terasa berat 7. Penurunan pendengaran 8. Penglihatan kabur. F. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti : a. Anti kolinergik -

Sulfas Atropin : 0,4 mg/im

-

Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

b. Simpatomimetika -

Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

c.

Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

-

Golongan antihistamin

-

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :



Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam



Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam. jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari : 47

a) Terapi kausal b) Terapi simtomatik c) Terapi rehabilitatif 2. Penatalaksanaan Keperawatan a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama. b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup. c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat. d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi. e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari. f)

Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.

48

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

B. SARAN Diharapkan klien dan keluarga mengerti tentang vertigo.

49

DAFTAR PUSTAKA

1.

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

2.

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

3.

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.

4.

Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.

5.

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 25 Maret 2018 .Pukul 21.00 WIB

6.

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika

7.

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

50

Related Documents


More Documents from "sulha"