1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Preeklamsia berat merupakan kelainan pada masa kehamilan, dan
persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan tekanan darah diatas 160 mmHg , dan terdapat proteinuria yang muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu (nanda, 2015). Salah satu masalah penting pada ibu maternal adalah preeklamsia berat. Pada proses preeklamsia berat akan terjadi peningkatan tekanan darah >160 mmHg, tekanan darah diastole >110 mmHg dan menurunnya volume plasma dalam darah. Penurunan volume plasma dalam darah terjadi akibat vasokontriksi pembukuh darah dan mengakibatkan metabolism tubuh terganggu, sehingga fungsi jaringan menurun akibat suplay O2 munuji jaringan berkurang sehingga akan terjadi hipoksia. Apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada pembekuan darah yang menyebabkan jejas iskemi pada bagian organ. Biasanya ditandai dengan sianosis perifer serta oedem. Hal tersebut mengakibatkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada ibu maternal sehingga prioritas apabila tidak segera ditangani akan menggagu kehamilan dan proses persalinan bahkan mengancam janin. Diindonesia sendiri presentase ibu dengan preeklamsia berat terbilang masih besar dan selalu mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2011 sebesar 338 kasus, pada tahun 2012 sebesar 369 kasus, pada tahun 2013 sebesar 392 kasus (WHO, 2013). Di jawa timur, presentase dengan ibu preeklamsia berat juga
terbilang cukup tinggi, pada bulan januari-desember tahun 2013 terdapat 79 kasus. Sedangkan data yang diperoleh pada bulan januari-desember 2014 terdapat 91 kasus dengan indikasi PEB (Dinkes jatim,2014). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada bulan januari-desember 2014 di RSUD Bangil Pasuruan terdapat 19 kasus PEB. Sedangkan pada bulan januari-desember 2015 terdapat 27 kasus dengan indiksi preeklamsia berat. Dari data diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa kasus preeklamsia berat mengalami peningkatan yang sangat pesat. Pada preeklamsia berat adanya tekanan tekanan darah yang tinggi sehingga tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi , akibat arteri spinalis relativ vasokontriksi yang berujung pada terjadinya vasospasme arterional, sehingga terjadi vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran yang menyebabkan terjadinya hipertensi arterial sehingga terjadi hipoksia dan kerusakan endotel pembuluh darah yang merupakan vasokonstriktor kuat. Semua ini menyebabkan kebocoran antar sel endotel, sehingga unsur-unsur pembentukan darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan subendotel. Menurunya volume plasma dalam darah mengakibatkan metabolism tubuh terganggu, sehingga fungsi jaringan menurun akibat suplay O2 menuju jaringan berkurang dan terjadi hipoksia.keadaan ini menurunkan fungsi organ tubuh karena kurangnya suplay makanan dan pertukaran gas. Apabila dibiarkan akan menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan pada ibu. Penatalaksanaan sebelum terjadinya preeklamsia berat dengan dilakukan pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tandatanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit 2
tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspadi terhadap kemungkinan terjadi preeklamsi kalau ada factor-faktor predisposisi. Memberikan obat anti kejang untuk mewaspadai kemungkinan pasien untuk kejang. Memberikan HE terutama tentang diit yang benar yaitu dianjurkan untuk makan makanan yang rendah protein,lemak,serta karbohidrat dan tinggi protein juga menjadi kenaikan berat badan yang berlebihan, HE lebih tepat diberikan pada ibu hamil yang memasuki usia trimester 2. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan menyusun laporan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program diploma
III
keperawatan
dengan
mengambil
kasus
berjudul
“Asuhan
Keperawatan Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Pada Pasien PEB Di Ruang Obstetry Gynekology RSUD BANGIL Kabupaten Pasuruan”. 1.1
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada study kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Dengan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Pada Pasien PEB Di Ruang Obstetry Gynekology RSUD Bangil di Ruang Bersalin RSUD BANGIL Kabupaten Pasuruan”.
1.2
Rumusan Masalah "Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan resiko ketidakefetifan perfusi jaringan perifer yang mengalami preeklamsia berat di Ruang Ostetry Gynekologi RSUD Bangil Pasuruan?
3
1.2.1
Tujuan
1.4.1
Tujuan Umum Melaksanakan
Asuhan
Keperawatan
Pada
Klien
dengan
resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang mengalami Preeklamsia Berat di Ruang Obstetry Gynekoligi RSUD Bangil Pasuruan Tujuan Khusus 1. Melakukan
pengkajian
keperawatan
pada
klien
dengan
resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang mengalami Preeklamsia Berat di Ruang Obstetry Gynekologi RSUD Bangil Pasuruan. 2. Menetapkan
diagnosis
keperawatan
pada
klien
dengan
resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang mengalami preeklamsia berat di Ruang Obstetry Gynekology RSUD Bangil Pasuruan. 3. Menyusun
perencanaan
keperawatan
pada
klien
dengan
resiko
ketidakefetikan perfusi jaringan perifer yang mengalami Preeklamsia Berat di Ruang Obstetry Gynekologi RSUD Bangil Pasuruan. 4. Melaksanakan
tindakan
keperawatan
pada
klien
dengan
resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang mengalami Preeklamsi Berat di Ruang Obstetry Gynekology RSUD Bangil Pasuruan. 5. Melakukan evaluasi pada klien dengan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang mengalami Preeklamsia Berat di Ruang Obstetry Gynekologi RSUD Bangil Pasuruan. 1.5.1
Manfaat 4
1.5.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharap menjadi bahan kepustakaan yang memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan serta teori-teori kesehatan khusunya dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami preeklamsia berat. 1.5.2
Manfaat Praktis Untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi membantu petugas rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang terus diperbarui serta dijadikan bahan diskusi antar perawat. Dan manfaat praktis yang lain adalah sebagai pedoman bagi masyarakat untuk memberikan pertolongan pertama pada penderita preeklamsia berat serta pedoman bagi klien dan keluarga dalam menangani masalah klien secara mandiri setelah kepulangan dari rumah sakit.
5
6