KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE PAKET PEMERIKSAAN SKRING HIPOTIROID KONGENITAL (SHK) TAHUN 2020
A.
Latar Belakang 1. Dasar Hukum Dasar hukum untuk kegiatan ini adalah
Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang – undang No 23 tentang Tahun 2002 tentang perlindungan anak
Undang – undang No 25 Tahun 2004 tentang sistim perencanaan pembangunan nasional
Undang – undang No 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang – undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan Pemerintah Daerah
Permenkes nonor 78 Tahun 2014 Tentang Skrining Hipotiroid Kongenital
Keputusan Mentri Kesehatan RI No 33/Menkes/SK/V/2006 tentang Rencana Strategi Departemen Kesehatan
RPJMN Tahun 2015 – 2019
2. Gambaran Umum Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup.
Dalam undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama
dengan
pendidikan
dan
peningkatan
daya
beli
keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas perlu dilakukan deteksi sedini mungkin sejak bayi baru lahir melalui skrining bay baru lahir. Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir (Neonatal Screening) adalah tes yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa hari. Skrining bayi baru lahir dapat mendeteksi adanya gangguan sejak dini sehingga apabila ditemukan gangguan/kelainan dapat diantisipasi sedini mungkin. Di Indonesia, diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK) merupakan penyakit yang tidak jarang ditemui. Selain pemeriksaan SHK pada bayi baru lahir. B.
Penerima Manfaat Paket Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kengenital (SHK) adalah Dinas Keshatan Provinsi, fasyankes (rumah sakit, puskesmas) tenaga kesehatan, dokter, bidan dan perawat serta bayi baru lahir. Tujuannnya adalah terlaksanannya Skrining hipotiroid Kongenital dengan sasaran bayi baru Lahir usia 48 – 72 jam.
C.
Strategi Pencapaian Keluaran 1.
Metode pelaksanaan kegiatan anatar lain OUTPUT Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kengenital (SHK) adalah dengan swakelola dengan cara pengambilan sampel di fasyankes, rekapan dan pengepakan sampel, pengiriman sampel ke laboratorium rujukan dan feed back dari labaotorium rujukan
2.
Tahapan dan Waktu Pelaksanaan adapun
tahapan
dan
waktu
pelaksanaan
Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kengenital
kegaiatan (SHK)
dari
output
diawalai dengan
mengajukan permohonan ke laboratorium rujukan, pengajuan perjanjian kerjasam (PKS) antara dinkes provinsi dan laboratorium rujukan, distribusi logistik, pengambilan dan pengiriman sampel serta feed back dari laboratorium rujukan, kegiatan ditrencanakan dilaksanakan dari bulan Februari – Desember 2020.
D.
Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Kurun waktu pencapaian kegiatan output
Pemeriksaan Skrining Hipotiroid
Kengenital (SHK) dicapai selama 1o bulan di tahun 2020 E.
Biaya Yang Diperlukan Perkiraan biaya yang diperlukan untuk output Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kengenital (SHK) adalah sebesar Rp.107.250.000,- (Seratus Tujuh Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Ambon,
April 2019
KEPALA BIDANG KESMAS
dr Rosdiana Perau, M.Kes NIP. 19680314 200012 2 002