PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI PADA REMAJA .1 Latar Belakang
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg menurut WHO (World Health Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah <130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa diatas 18 tahun) (Adib.2009). Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan besar, yakni Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder. Hipertensi esensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkanoleh hipertensi sekunder. Oleh sebab itu, perhatian dan penelitian lebih banyak ditujukan kepada hipertensi primer (Gunawan.2001) Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur > 18 tahun sebesar 25,8% , tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan selatan (30,8%), Kalimantan timur (29,6%), dan jawa barat (29,4%). Sedangkan untuk daerah Jawa Timur (26,2%) (Riskesdas.2013). Sementara itu, prevalensi hipertensi remaja di seluruh dunia sekitar 15-20% populasi. Berdasarkan data hasil
pencatatan dan pelaporan Riskesdas Depkes RI Tahun 2007 prevalensi hipertensi remaja sekitar 6-15%. Faktor yang menyebabkan tekanan darah tinggi terdiri dari faktor yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi umur, jenis kelamin, dan faktor genetik, faktor yang dapat diubah meliputi aktivitas fisik, konsumsi makanan, status gizi, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, dan stress (Saputra dan Anam.2106). Semakin awal seorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinyasemakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Selain itu resiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang yang merokok lebih dari 1 pak (12 batang) rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan menderita hipertensi dari yang tidak merokok. Hasil ini di dukung oleh penelitian sabanari (2012) yang dilaksanakan pada pria di puskesmas Ondong menyatakan pria yang merokok setiap hari lebih berisiko 2,3 kali terkena hipertensi dibandingkan pria yang tidak merokok setiap hari. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu adanya penelitian tentang pengaruh pengetahuan masyarakat tentang hipertensi serta peran dari tenaga kesehatan dalam memberikan pengetahuan terhadap masyarakat supaya masyarakat peduli dengan gejala yang dialaminya.
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Dianloka dianloka pustaka popular, Yogyakarta. Gunawan.2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius Riset Kesehatan Dasar. Laporan Provinsi Jawa Tengah 2007, Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, 2008 Abdullah, Naseem A, Qureshi. The Global Younth Tobacco Survey. Saudi Arabia,
2007.
Diakses
melalui
http://www.sa-tcp.com/newsite/user/arabic
news/12GYTS.pdf Bustan, M.N. epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.