Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES DAN FERMENTASI PEMBUATAN YOGURT DAN KURVA PERTUMBUHAN Sampurna Bakti (240210160038) Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 77L8844, 77L570 Fax. (022) 77L5780 Email:
[email protected]
ABSTRAK Yoghurt merupakan salah satu makanan yang difermentasi dari susu segar pada suhu 42oC hingga pH yang didapatkan pada rentang 4,4-4,5 oleh bakteri asam laktat (BAL). Praktikum ini akan membuat yogurt dengan starter yogurt Cimory yang diduga mengandung biakan bakteri asam laktat (BAL) (Streptococcus thermophilus) dan (Lactobacillus bulgaricus) menggunakan yoghurt maker dan bioreaktor kemudian diamati perubahan organoleptik dan pertumbuhan mikroorganismenya. Hasil fermentasi menunjukkan terdapat perubahan warna menjadi putih kekuningan, terdapat perubahan aroma menjadi asam, tidak terdapat penurunan pH. Terdapat perbedaan pertumbuhan mikroorganisme menggunakan yoghurt maker dan bioreaktor Kata kunci: BAL,bioreactor, fermentasi, yoghurt maker I.
PENDAHULUAN Yoghurt merupakan salah satu makanan fermentasi yang terbuat dari susu segar dan dibantu dengan starter mikroorganisme berupa Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bulgaricus (Béal & Helinck, 2015). Yoghurt juga merupakan produk yang difermentasi pada suhu 42oC hingga pH yang didapatkan pada rentang 4,4-4,5 (Leroy & De Vuyst, 2004). Kedua bakteri tersebut tergolong ke dalam bakteri asam laktat atau yang disingkat dengan sebutan BAL. Bakteri asam laktat (BAL) memiliki ciri khas sebagai bakteri gram positif, toleran terhadap asam, berbentuk kokus atau batang,
dan mampu memproduksi asam laktat selama metabolisme heterofermentatif ataupun homofermentatif (Patel, Majumder, & Goyal, 2012). Prinsip pembuatan yogurt adalah dengan menumbuh kembangkan bakteri pada susu. Dasar proses pembuatan yogurt adalah memfermentasikan susu dengan menggunakan biakan (Streptococcus thermophilus) dan (Lactobacillus bulgaricus). Susu yang akan difermentasikan harus dipanaskan terlebih dahulu dengan tujuan untuk menurunkan populasi mikrobia dalam susu dan memberikan 6 kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yogurt serta mengurangi
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 kandungan air dalam susu (Rukmana, 2001). Proses pembuatannya adalah, susu difermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus termophilus dan didalamnya terdapat kultur aktif bakteri tersebut (Widowati dan Misgiyarta, 2009). Praktikum kali ini akan membandingkan pembuatan yoghurt menggunakan bioreaktor dan
youghurt maker, setelah itu diamati mikroorganisme yang tumbuh Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat mengetahui perbedaan penggunaan yoghurt maker dan bioreactor dalam pembuatan yoghurt, mengetahui perubahan yang diakibatkan oleh fermentasi BAL, mengetahui cara pembuatan kurva pertumbuhan BAL
II. METODE 2.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini berupa bioreaktor autoclave, bioreaktor, chamber bioreaktor, corong, ph meter universal, dan yogurt maker. 2.2 Bahan Tidak ada bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah starter yogurt cimory dan susu segar yang sudah di pasteurisasi. 2.3 Prosedur 2.3.1 Penggunaan Bioreaktor Bioreaktor di sterilisasi pada autoclave selama 15 menit dengan suhu 121℃. Susu di pasteurisasi selama 30 detik pada suhu 72℃. Rangkaian bioreaktor dipasang kemudian di masukkan susu sebanyak 700 mL kedalam chamber menggunakan corong steril, setelah itu ditambahkan starter sebanyak 5%. Diinkubasi selama 4 jam pada suhu 42℃. Sampel diambil pada jam ke 0, 1, 2, 3, dan 4. Diamati warna, aroma dan pH. 2.3.2 Penggunaan Yogurt Maker
Susu segar sebanyak 700 mL dipasteurisasi selama 30 detik pada suhu 72℃. Hasil susu yang sudah dipasteurisasi dimasukkan kedalam yogurt maker, kemudian di tambahkan starter sebanyak 5%. Diamati warna, aroma dan diukur pH nya pada jam ke 0, 1, 2, 3 dan 4. 2.3.3 Pengamatan Jumlah Mikroorganisme pada jam ke 0, 1, 2, 3, dan 4. Sebanyak 1 mL yogurt dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 mL NaCl 10-1, kemudian dilakukan 7 kali pengenceran hingga 10-7. Pada pengenceran ke 6 dan ke 7 diambil masing-masing 1 mL untuk ditambahkan ke MRS, kemudian diinkubator selama 48 jam pada suhu 37℃. Dihitung koloni yang muncul. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri asam laktat (BAL) memetabolisme sebagian gula susu (laktosa) pada susu menjadi asam laktat yang beraroma asam, di samping mengubah konsistensi pada
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 susu menjadi yoghurt (Van de Water dan Naiyanetr, 2008). Pembentukan citarasa asam tersebut dihasilkan dari perubahan gugus glukosa yang kemudian membentuk asam laktat dan asam asetat (Gomes & Malcata, 1999). Bakteri asam laktat, seperti yang ada dala+m yoghurt, dapat tumbuh jika kondisi dalam proses pembuatan yoghurt dikondisikan sedemikian rupa, sehingga bakteri tersebut mampu tumbuh dalam kondisi tersebut. Adapun ciri khas bakteri Streptococcus thermophillus dapat merupakan mikroorganisme yang termofil mesofil fakultatif (optimum tumbuh pada suhu 4245oC), merupakan bakteri berbentuk ovoid dengan diameter 0,7-0,9 μm, bersifat anaerob fakultatif, mampu bertahan pada pH 4,0-4,5, lemah terhadap proteolitik sedang, dan lemah terhadap penggunaan garam dengan konsentrasi 2% (Hutkins & Goh, 2014). Lactobacillus bulgaricus merupakan mikroorganisme yang terdapat pada yoghurt dan tergolong sebagai bakteri termofil (Kafsi, et al., 2014). Mikroorganisme tersebut juga mampu bertahan pada kondisi asam menengah (hingga pH 4,0), dan bekerja pada kondisi anaerob fakultatif (Adams & Moss, 2008). Kedua mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dengan baik, apabila parameter tersebut dapat terpenuhi dengan baik dan tidak mengganggu pertumbuhannya (Bhunia & Ray, 2014).
Starter BAL yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Yoghurt Cimory yaitu sebagai pengganti bakteri yang berasal dari biakan murni karena didalam yoghurt Cimory juga terdapat bakteri yang dibutuhkan dalam proses pembuatan yogurt yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Selain membentuk asam laktat, hidrolisis laktosa oleh kedua spesies bakteri tersebut juga metabolism nitrogen dari hidrolisis protein terutama oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus yang menghasilkan senyawa acetaldehyde yang memberikan aroma khas pada yogurt, sedangkan Streptococcus thermophilus berperan pada pembentukan cita rasa pada yogurt. Pembuatan yogurt pada praktikum ini diawali dengan melakukan pasteurisasi kembali pada susu yang di pasteusisasi sehingga waktu yang digunakan dalam pasteurisasi tidak terlalu lama yaitu hanya 30 detik pada suhu 72°C. Hal ini bertujuan untuk untuk memperpanjang umur simpan suatu produk dengan cara membunuh mikroorganisme pembusuk tetapi tidak merusak produk dan dapat menimbulkan citarasa yang lebih baik pada produk (Prihatini, 2008). Ditambahkan starter sebanyak 5% yang merupakan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus sebagai akibat dari inokulasi kedua starter tersebut dimungkinkan terjadinya degradasi laktosa dan produksi asam laktat yang berakibat pada penurunan pH dan terbentuknya gumpalan yoghurt. Pada saat yang bersamaan,
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 produksi asam laktat mampu menghambat pertumbuhan pathogen. Berbagai produk yoghurt dikembangkan dengan penambahakn probiotik yang sering disebut dengan bio-yoghurt Sampel diinkubasi pada suhu 42°C selama 4 jam dengan pengamatan 1 jam sekali. Pengamatan dilakukan dengan melihat perubahan aroma dan warna, serta pengamatan pH pada jam terakhir. Berikut ini merupakan hasil pengamatan terhadap karakteristik organoleptik yogurt menggunakan bioreaktor dan yoghurt maker yang dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 di lampiran. Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada tabel 1 dan 2, pembuatan susu segar menjadi yogurt mengalami perubahan karakteristik warna dan aroma setiap jam pengamatannya. Hampir semua sampel dari masing-masing kelompok memiliki perubahan warna dan aroma yang hampir sama, dimana warnanya menjadi semakin kekuningan dan aromanya semakin asam. Perbedaannya terletak di jam pengamatannya ketika terjadi perubahan tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna susu mulai berubah pada jam ke-1 dimana sampel berubah menjadi putih kekuningan. Warna putih kekuningan berubah semakin pekat seiring dengan bertambahnya waktu pengamatan atau seiring dengan lamanya waktu fermentasi. Menurut pendapat Ginting dan Pasaribu (2005), perubahan warna pada yogurt bergantung pada warna substrat susu. Warna yoghurt dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh ternak yaitu makanan hijau. Makanan hijau adalah sumber yang baik bagi beta karoten dimana warna kuning pada karoten tersebut akan terdapat dalam lemak air susu. Hal ini yang menyebabkan mengapa yoghurt berubah menjadi kekuningan setelah proses fermentasi yaitu dari karoten yang menyumbangkan warna kuning tersebut berasal dari lemak susu. Aroma susu pada semua sampel mengalami perubahan menjadi aroma asam mulai dari pengamatan pada jam ke-4. Perubahan aroma susu menjadi asam ini disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme. Sreptococcus Thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus yang sepenuhnya bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Goff, 2003). Menurut Widodo( 2002), aroma ini berasal dari substansi yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dan komponen volatil memberikan karakteristik asam dan aroma yoghurt. Selama proses fermentasi, bakteri asam laktat akan memfermentasi karbohidrat yang ada hingga terbentuk asam laktat. Selain pengamatan warna dan aroma, sampel yoghurt juga diamati pH nya yang diukur menggunakan pH meter universal. Berdasarkan hasil pengamatan pH yang dihasilkan mencapai 6. Terbentuknya pH asam tersebut disebabkan oleh terbentuknya asam laktat dari proses fermentasi oleh bakteri yang akan menurunkan pH dan mengahasilkan asam. Menurut Winarno dan
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 Fernandez (2007), nilai pH akan berhubungan dengan jumlah asam laktat, semakin tinggi asam laktat yang dihasilkan maka semakin rendah nilai pH produk tersebut. Menurut Widodo (2002) yoghurt yang baik mempunyai total asam laktat sekitar 0,85-0,95%, sedangkan derajat keasaman (pH) yang sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah sekitar 4,5. Kisaran pH tersebut merupakan akibat dari Streptoccus yang menurunkan pH menjadi 5,0 – 5,5 yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas Lactobacillus yang menurunkan pH menjadi 3,8 – 4,4 (Rahman et al., 1992). Hal tersebut menunjukkan bahwa yoghurt yang dibuat pada praktikum kali ini memiliki pH yang tidak sesuai dengan literatur dikarenakan pH yang dihasilkan mencapai 6. Selanjutnya dilakukan perhitungan mikoorganisme yang tumbuh pada yoghurt dengan dilakukan pengenceran. Pengenceran ini bertujuan agar mikroorganisme yang tumbuh tidak terlalu banyak sehingga memudahkan proses pengamatan. Digunakan medium MRS dikarenakan medium tersebut merupakan medium selektif untuk mengisolasi dan menumbuhkan bakteri Lactoacillus dari seluruh jenis bahan. Menurut Supardi (1999)., MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus. Cawan petri diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Berikut ini adalah hasil pengamatan jumlah mikroorganisme pada proses pembuatan yoghurt yang
terdapat pada tabel 3 dan 4 di lampiran. Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada tabel 3 dan 4, jumlah mikroorganisme yang dihasilkan memiliki banyak perbedaan pada mikroorganisme yang tumbuh di setiap kelompok dan setiap jam pengamatan. Perbedaan jam pertumbuhan ini disebabkan pertumbuhan BAL pada setiap sampel berbeda-beda. Waktu masing-masing pembelahan sel berbeda-beda tergantung dari jenis mikroorganisme dan kondisi lingkungan, tetapi untuk kebanyakan bakteri waktu ini berkisar antara 1060 menit (Widodo, 2002). Praktikum kali ini juga dibuatkan grafik pertumbuhan mikroorganisme untuk melihat bagaimana proses pertumbuhannya selama pembuatan yoghurt. Berikut merupakan grafik atau kurva pertumbuhan mikroorganisme menggunakan bioreaktor dan yoghurt maker : Grafik 1. Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme mengggunakan Bioreaktor 2000000 Total
BAL Yoghurt
1000000 0 0
1
2
3
4
5
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) Grafik 2. Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme mengggunakan Yoghurt Maker
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018
Total BAL Yoghurt SPC (CFU/mL)
400000000 200000000 0 0
2 Jam ke- 4
6
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada grafik 1 dan 2, pada pengamatan jam ke-0 sampel dengan menggunakan bioreaktor belum terjadi atau belum terlihat adanya pertumbuhan bakteri BAL, sedangkan dengan menggunakan yoghurt maker telah terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini diduga karena adanya kontaminasi sehingga mikroorganisme kontaminanlah yang tumbuh dan ikut terhitung dan terlihat pada kurva pertumbuhan. Pengamatan pada jam ke-0, mikroorganisme berada pada fase adaptasi. Fase ini belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim mungkin belum disintesis. Jumlah sel pada fase ini mungkin tetap, tetapi kadang-kadng menurun (Fardiaz, 1992). Pengamatan pada jam ke-1 berdasarkan kurva tersebut sudah mulai terlihat adanya pertumbuhan bakteri asam laktat. Fase ini disebut sebagai fase pertumbuhan awal. Menurut Fardiaz (1992), pada fase ini sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri. Pengamatan pada jam ke-2 bakteri asam laktat atau mikroorganisme yang tumbuh mengalami kenaikan
seperti terlihat pada kurva pertumbuhan dengan menggunakan bioreaktor, sedangkan dengan menggunakan yoghurt maker mengalami penurunan. Fase ini disebut fase logaritmik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah sel mikroorganisme secara cepat. Jasad renik pada fase ini membelah dengan cepat dan konstan, dimana pertambahan jumlahnya mengikuti kurva pertumbuhan logaritmik (Fardiaz,1992). Pengamatan pada jam ke-3 kurva pertumbuhan dengan menggunakan bioreaktor mengalami penurunan, sedangkan pada yoghurt maker penurunannya pada jam ke-2. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan pertumbuhan mikoorganisme atau mikroorganisme tersebut mulai menuju fase kematian. Sebagian populasi jasad renik pada fase ini mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu nutrien dalam medium sudah habis dan energi cadanga di dalam sel habis. Jumlah sel yang mati semakin lama akan semakin benyak dan kecepatan lematian dipengaruhi oleh kondisi nutrien, lingkungan dan jasad renik (Fardiaz, 1992). IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan praktikum kali ini Media Man Rogosa Sharpe Agar/MRS agar ini digunakan karena media ini merupakan media selektif untuk bakteri asam laktat .Bakteri yang diperkirakan tumbuh pada praktikum kali ini adalah Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophiles.
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 Hasil fermentasi menyatakan terdapat perubahan warna menjadi putih kekuningan, terdapat perubahan aroma menjadi asam, tidak terdapat penurunan pH. Terdapat perbedaan pertumbuhan mikroorganisme menggunakan yoghurt maker dan bioreaktor Saran pada praktikum kali ini yaitu menggunakan starter yoghurt asli bukan produk yoghurt DAFTAR PUSTAKA Adams, M. R., & Moss, M. O. (2008). Food Microbiology (3rd Edition ed.). Cambridge: The Royal Society Chemistry. Béal, C., & Helinck, S. (2015). Yogurt and Other Fermented Milks. In R. Ray, & D.- Montet, Microorganisms and Fermentation of Traditional Foods. Boca Raton: CRC Press. Bhunia, A., & Ray, B. (2014). Fundamental Food Microbiology (5 ed.). Boca Raton: CRC Press. De Water J.V. and P. Naiyanetr. 2008. Yogurt and immunity, the health benefits of fermented milk products than contain lactic acid bacteria. In: Handbook of Fermented Functional Foods. E.R. Farnworth (ed). 2 nd ed. CRC Press, Taylor and Francis Group, New York. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ginting, N. Dan Elsegutri,P. 2005. Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu Dengan
Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Jurnal Agribisnis, Peternakan. (1) no. 2. Universitas Sumatera Utara, Medan. Goff, D. 2003. Yoghurt, Diary Science, and Technology. Canada: University ofguelph. Gomes, A., & Malcata, F. (1999). Bifidobacterium spp. and Lactobacillus acidophilus: biological, biochemical, technological and therapeutical properties relevant for use as probiotics. Food Science and Technology, 10, 139–157. Hutkins, R., & Goh, Y. (2014). Streptococcus thermophilus. In C. Batt, & M. Tortorello, Encyclopedia of Food Microbiology. London: Academic Press. Leroy, F., & De Vuyst, L. (2004). Lactic acid bacteria as functional starter cultures for the food fermentation industry. Food Science and rs. Patel, S., Majumder, A., & Goyal, A. (2012). Potentials of exopolysaccharides from lactic acid bacteria. Indian Journal of Microbiology, 52(1), 3−12. Prihatini, Rini Indriani. 2008. Analisa Kecukupan Panas pada Proses Pasteurisasi Santan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rukmana, Rahmat .2001. Yoghurt dan Karamel Susu. Kanisius : Yogyakarta. Supardi, I. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 Pangan. Penerbit Bandung.
Alumni
:
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembanagn Bioteknologi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Widowati, S., dan Misgiyarta, (2009), Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. diakses 30/08/2009.
Winarno, F.G. dan I.E. Fernandez. 2007. Susu dan Produk Fermentasinya. M brio Press. Bogor.
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 LAMPIRAN Tabel 1. Hasil Pengamatan Warna, Aroma, dan pH Yoghurt Kelompok
Jam
1 dan 6 A 2 dan 7 A 3 dan 8 A 4 dan 9 A 5 dan 10 A
0 1 2 3 4
Parameter Warna Aroma Putih Khas susu Putih Kekuningan Khas susu Putih Kekuningan Khas susu Putih Kekuningan + Khas susu Putih Kekuningan + Khas susu, asam
pH 6 6 6 6 6
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) Tabel 2. Hasil Pengamatan Warna, Aroma, dan pH Yoghurt Kelompok
Jam
1 dan 6 B 2 dan 7 B 3 dan 8 B 4 dan 9 B 5 dan 10 B
0 1 2 3 4
Parameter Warna Putih Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan + Putih Kekuningan +
Aroma Khas susu Khas susu Khas susu Khas susu Khas susu, asam
pH 6 6 6
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) Tabel 3. Hasil Pengamatan Kuantitatif Total BAL Yoghurt kelas A Pengenceran SPC Jam -6 -7 (CFU/ml) 10 10 0
1 (kapang)
< 1 x 10-6
0
0
< 1 x 10-6
1
2
1 x 106
0
< 1 x 10-6
0
1 2 3
0
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018
0
0
4
< 1 x 10-6
(Sumber: Dokuemntasi Pribadi, 2018) Tabel 4. Hasil Pengamatan Kuantitatif Total BAL Yoghurt Kelas B Pengenceran SPC Kelompo Ja (CFU/m k m 10-6 10-7 l) 19 30
1 dan 6 B
3x108
0
5
2 dan 7 B
1
35
3,5x108
Asisten : Novia Rahmah Maulani Sahab Tanggal Praktikum : 5 Desember 2018 Tanggal Pengumpulan : 17 Desember 2018 Kelompo k
Pengenceran
Ja m
10-6
10
3 dan 8 B
1,0x107
11
1,3x107
3
8 5 dan 10 B
11
2
13
4 dan 9 B
10-7
SPC (CFU/m l)
4
(Sumber: Dokuemntasi Pribadi, 2018) SNI 2897:2008
15 8 x106