Wto Dispute Settlement

  • Uploaded by: Dydi Arifien
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Wto Dispute Settlement as PDF for free.

More details

  • Words: 925
  • Pages: 3
WTO Dispute Settlement Rules & Procedures

Reviewed by Dyah Ayu Paramita . 110110060071

WTO membuat sebuah prosedur penyelesaian sengketa dagang di antara negara-negara anggotanya yang dikenal dengan WTO Dispute Settlement. WTO Dispute Settlement ini adalah hasil penyempurnaan dari kesepakatan-kesepakatan yang terjadi di antara negara-negara anggota selama bertahun-tahun sejak tahun 1947—yakni pada masa General Agreement of Tariffs and Trade—sampai dengan saat ini. Sejak berdiri pada tanggal 1 Januari 1995, WTO telah menjadi salah satu organisasi internasional yang cukup memiliki peranan penting dalam perdagangan dunia. Walaupun dengan berbagai tekanan yang dihadapi dari berbagai kalangan, tidak dapat dipungkiri bahwa WTO tetap memiliki aturan yang masih diperlukan oleh berbagai negara untuk menjaga kepastian hukum dan prosedur sehubungan dengan perdagangan internasional. Selain sekumpulan aturan yang telah mengakar di dalam masyarakat dagang internasional, WTO juga membuat regulasi sehubungan dengan penyelesaian sengketa perdagangan internasional.yang dikenal dengan WTO Dispute Settlement. Secara historis, WTO-DS diawali dengan Dispute Settlement Understanding (DSU) yang mengadaptasi GATT yang tercantum dalam pasal 22 dan 23 GATT 1947. Dan WTO-DS pada akhirnya mengambil alih fungsi yang telah sebelumnya dibentuk oleh sistem GATT. Pada dasarnya WTO-DS sendiri adalah sebuah sistem penyelesaian sengketa dagang internasional yang terintegrasi— integrasi di sini maksudnya adalah segala sesuatunya diselesaikan di dalam satu panel mulai dari tahapan pertama sampai dengan implementasi—dan memiliki sifat yang quasi-judicial—karakternya non-yuridis, lebih memiliki sifat diplomatis. Namun, walaupun karakternya non-yuridis, WTO memiliki yurisdiksi limpahan yang diberikan oleh International Court of Justice untuk menjadi media penyelesaian sengketa dagang internasional.

Sesuai dengan prosedural, sesuatu yang memang merupakan kekuatan WTO dalam melaksanakan aktivitasnya, maka World Trade Organization’s Dispute Settlement pun memiliki tahapan-tahapan perlakuan. WTO-DS memiliki beberapa tahapan, di antaranya yakni: ronde konsultasi, pembahasan dan rekomendasi Panel dan Dewan Appellate (yang memiliki hak dan kewajiban untuk mendengarkan keterangan masing-masing pihak dalam kasus), pengadopsian rekomendasi Dewan Appellate oleh WTO Dispute Settlement Body (WTO-DSB), dan terakhir, implementasi.

Konsultasi Dapat diawali dengan permohonan untuk melakukan konsultasi secara tertulis dari para pihak yang menyebutkan duduk perkara dan landasan hukum dalam melakukan gugatan (klaim). Negara lain, selain dari pada pihak, dapat mengajukan permohonan untuk ikut campur dalam tahapan konsultasi ini sesuai dengan Pasal 22 GATT. Permohonan ini harus disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari, dihitung mulai dari hari pertama permohonan konsultasi masuk ke lembaga ini. Jawaban permohonan konsultasi akan diperoleh dalam waktu maksimal 10 (sepuluh) hari, dan masa konsultasi maksimal telah dimulai 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal masuknya permohonan konsultasi.

Dyah Ayu Paramita | 1101 1006 0071 | WTO-DS review

Penyelesaian pada tahap ini dapat menghasilkan rekomendasi –atau permohonan pembentukan Panel.

Panel (dan Dewan Appellate) Panel dapat dibentuk apabila tahapan konsultasi tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dimiliki oleh kedua belah pihak. Pembentukan panel ini sendiri merupakan refleksi dari tingkat kompleksitas kasus dan juga para pihak yang tergabung di dalamnya. Kasus diajukan di muka panel dalam bentuk Terms of Reference (ToR). ToR ini sendiri terdiri atas 2 (dua) jenis, yakni ToR yang biasa dan ToR yang khusus. Sedangkan Panel tersebut sendiri harus bersifat netral dan terdiri atas beberapa elemen, seperti: individu-individu yang dinilai kompeten yang berasal dari institusi pemerintahan ataupun privat, pihak secretariat lembaga, individu-individu khusus (undangan), dan juga ad-hoc dari masing-masing pihak yang bersengketa. Panel harus membuat analisis objektif dari permasalahan (kasus) yang ditanganinya dan juga telah membuat prakiraan pelaksanaan / eksekusi dari keputusan yang kemudian diputuskan. Panel harus sudah dapat membuat rekomendasi maksimal 6 (enam) bulan setelah ToR diterima—dan 9 (sembilan) bulan dari pembentukan panel, rekomendasi harus sudah dapat diadopsi oleh DSB—dan 12 (dua belas) bulan dari waktu yang sama, laporan pelaksanaan penyelesaian sengketa harus sudah dapat diterima kembali oleh DSB. Rekomendasi ini pun harus dipublikasikan kepada negara-negara anggota dan rekomendasi itu baru dapat diadopsi oleh DSB setelah 20 (dua puluh) hari dipublikasikan. Kesemua tenggat waktu itu terkecuali apabila terdapat ketidak sepakatan lebih lanjut. Dewan Appellate membahas kembali rekomendasi panel, apabila terdapat sengketa lanjutan dengan penunjukkan dari DSB. Walaupun negara-negara anggota dapat melibatkan dirinya ke dalam sengketa, namun yang dapat mengajukan sengketa lanjutan hanyalah pihak-pihak yang bersengketa. Hal-hal yang dapat disengketakan pun terbatas pada kesesuaian aturan dan penafsiran, dan tidak ada lagi pengumpulan fakta atau investigasi lanjutan. Di dalam Dewan Appellate, terdapat prosedur tambahan, yang harus diikuti apabila terdapat sengketa lanjutan. Yang pertama yakni pemberitahuan atas Nota Sengketa, kemudian pihak yang mengajukan harus mengisi Permohonan Tertulis, kemudian diadakan Dengar Pendapat (Sidang Lisan), kemudian penjelasan atas apa-apa saja yang disengketakan dan penyelesaiannya, dan diakhiri dengan publikasi dari hasil semua apa yang telh dijelaskan di atas. Yang dihasilkan oleh Dewan Appellate adalah rekomendasi, yang dapat saja merubah, memodifikasi, dan/atau menguatkan hasil dari panel.

DSB Rekomendasi yang dibuat oleh Panel dan/atau Dewan Appellate tidak memiliki kekuatan hukum sebelum diadopsi oleh DSB. Setelah rekomendasi ini dikuatkan dengan adanya keputusan dari DSB, maka rekomendasi tersebut adalah legally binding dan dapat dipaksakan eksekusinya.

Implementasi Hasil dari rekomendasi yang telah ditetapkan kekuatan hukumnya oleh DSB harus dilaksanakan. Harus di sini yakni dengan adanya sanksi bagi pihak yang tidak melaksanakan bagiannya.

Dyah Ayu Paramita | 1101 1006 0071 | WTO-DS review

WTO-DS adalah salah satu media penyelesaian sengketa perdagangan internasional. Salah satu, berarti sengketa perdagangan internasional dapat diselesaikan melalui media lainnya. Namun dengan banyaknya anggota WTO dan telah mengakarnya aturan-aturan yang dibuat oleh WTO dalam dunia perdagangan internasional, maka WTO-DS dipercaya untuk menyelesaikan sengketa dagang yang rumit sekalipun, terutama dengan adanya limpaha yurisdiksi dari International Court of Justice. Sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa alternatif, banyak yang dapat dipelajari dari prosedur WTO, terutama yakni

Panel yang terintegrasi dan pengaturan waktu yang tidak dapat ditawar, sehingga para pihak yang bersengketa pun merasa aman untuk mendapatkan penyelesaian yang pasti dengan WTO-DS.

Dyah Ayu Paramita | 1101 1006 0071 | WTO-DS review

Related Documents

Wto Dispute Settlement
April 2020 12
Dispute Settlement
May 2020 4
Wto
October 2019 53
Wto
June 2020 29
Wto
November 2019 38

More Documents from "Ardya Syafhana"