DEFINISI Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis (Depkes, 2000). Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).
JENIS/MACAM Waham diklasifikasikan menjadi delapan macam menurut Kusumawati (2012), yaitu sebagai berikut: 1. Waham agama: keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan. 2. Waham kebesaran: keyakinan klien secara berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaannya. 3. Waham omatik: keyakinan klien bahwa tubuh/bagian tubuhnya/terserang penyakit atau dalam tubuhnya ada binatang. 4. Waham curiga: keyakinan klien bahwa ada seseorang atau kelompok tertentu yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya. 5. Waham nihilistik: keyakinan klien bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal. 6. Waham bizar (waham yang aneh-aneh) dimana isinya adalah sebagai berikut: a.
Sisip pikir: keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya.
b.
Siar pikir: keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupunn ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut.
c.
Kontrol pikir: keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar dirinya.
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu :
Jenis waham
Pengertian
Perilaku klien
Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di bahawa dirinya
kementrian semarang!”
memiliki kekuatan khusus
“Saya punya perusahaan
atau kelebihan yang berbeda
paling besar lho “.
dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Waham agama
Keyakinan terhadap suatu
“ Saya adalah tuhan yang
agama secara berlebihan,
bisa menguasai dan
diucapkan berulang-ulang
mengendalikan semua
tetapi tidak sesuai dengan
makhluk”.
kenyataan. Waham curiga
Keyakinan seseorang atau
“ Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang
menghancurkan saya,
mau merugikan atau
karena iri dengan
mencederai dirinya,
kesuksesan saya”.
diucapkan berulang-ulang tetapai tidak sesuai dengan kenyataan. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa
“ Saya menderita kanker”.
tubuh atau sebagian
Padahal hasil pemeriksaan
tubuhnya terserang
lab tidak ada sel kanker
penyakit, diucapkan
pada tubuhnya.
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa
“ ini saya berada di alam
dirinya sudah meninggal
kubur ya, semua yang ada
dunia,
diucapkan disini adalah roh-roh nya”
berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
TANDA DAN GEJALA Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : 1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial). 2. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi. 3. Fungsi emosi Afek tumpul → kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen. 4. Fungsi motorik. Imfulsif → gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang diulangulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. 5. Fungsi sosial kesepian Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah. 6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
FASE/RENTANG RESPON Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi. 2. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. 3. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. 4. Fase envinment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). 6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. PSIKOPATOLOGI Seseorang yang merasa terancam dengan orang lain, atau dirinya sendiri mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dan menyangkal ancaman tersebut, terhadap persepsi diri atau objek realita melalui manifestasi, kesan terhadap suatu kejadian atau suatu keadaan dilanjutkan dengan memproyeksi pikiran dan perasaannya ke lingkungan, sehingga pikiran, perasaan keinginannya yang negatif dan tidak dapat diterima akan datang dari luar dirinya, akibatnya orang tersebut berusaha untuk memberi alasan atau rasional tentang interprestasi perangai (dirinya sendiri/ terhadap realitas dirinya sendiri dan orang lain).
Fase-fase: 1. 2. 3. 4. 5.
Kebutuhan tidak terpenuhi
Fase lack of human need Fase lack of self esteem Fase environment support Fase comforting Fase improving
Gangguan ideal tidak sama realistis dan tidak pernah disetujui oleh pemikiran
Ada support lingkungan Rentang Respon: 1. Kadang prosis pikri teranggu 2. Ilusi 3. Emosi berlebihan 4. Berperilaku yang tidak biasa 5. Menarik diri
Nayaman berbohong
Perubahan pikiran isi: waham
Resiko tinggi menciderai dirinya sendiri, orang lain, lingkungan
Hygine kurang, muka pucat, BB menurun
Curiga berlebihan, dosa
Mengasingkan diri
Isolasi Sosial Deficit perawatan diri
PENGKAJIAN Menurut
tim
Depkes
pengkajian
adalah
langkah
awal
dan
dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis te mpat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajiannya meliputi: 1. Identifikasi Klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan 2. Keluhan/Aalasan masuk Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluargadatang ke rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. 3. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga factor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien
Biologis Ganngguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak
Social budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4. Aspek fisik/biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan), ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan. 5. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yangt erkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
Konsep diri
Citra tubuh mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan
Peran: tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugast ersebut
Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,aktifitas monotorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien
pengetahuan data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah
6. Aspek Medik Terapi yang diterima oleh klien: EAT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terap okupasi, terapi lingkungan. rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Perubahan proses pikir: waham 2. Resiko tinggi perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain. 3. Harga diri rendah: kronis
Strategi Pelaksanaan berdasarkan pertemuan a. SP 1 Pasien:
Mengidentifikasi kebutuhan
Klien berbicara konteks realita
Latih pasien untuk memenuhi kebutuhanya
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
b. SP 2 Pasien:
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki
Pilih dan latih potensi kemmapuan yang dimiliki
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
c. SP 2 Pasien:
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki
Masukan dalam jadwal
d. SP 1 keluarga
Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan proses terjadinya waham
Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham
Latih (stimulasi) cara merawat
RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien
e. SP 2 Keluarga
Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah
Menyusun RTL keluarga//jadwal keluarga untuk merawat klien
f. SP 3 keluarga
Evaluasi kemampuan keluarga SP 1
Evaluasi kemampuan klien
Rencana tidak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan
DAFTAR PUSTAKA Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha. Medika. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa: Jakarta. Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Keliat Budi Ana. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. EGC: Jakarata. Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Revika Aditama.