Voilaa.pdf

  • Uploaded by: Indah Permata Sari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Voilaa.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 15,936
  • Pages: 120
BAB I LATAR BELAKANG

1.1. Gambaran Umum Desa Secara Geografis 1.1.1.

Situasi Keadaan Umum Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten

Tanggerang terletak sebelah Barat Kabupaten Tangerang dengan jarak ± 27 Km dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan luas wilayah 27.99 Km 2 (Profil Puskesmas Kresek, 2017). Kecamatan Kresek memiliki 9 desa binaan/wilayah kerja diantaranya Desa Kresek, Desa Talok, Desa Renged, Desa Patrasana, Desa Pasirampo, Desa Koper, Desa Jengkol, Desa Kemuning, Desa Ranca Ilat. Desa Patrasana sebagai daerah binaan yang dipilih oleh Puskesmas Kresek (Profil Puskesmas Kresek, 2017). Desa Patrasana adalah desa yang berada di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia.

Gambar 1.1 Peta Kecamatan Kresek (Sumber: Google Maps). 1

Gambar 1.2 Peta Desa Patrasana (Sumber: Google Maps).

1.1.2. Batas Wilayah Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sebagai berikut: Sebelah Utara

: Kecamatan Kronjo

Sebelah Barat

: Kabupaten Serang

Sebelah Timur

: Kecamatan Gunung Kaler

Sebelah Selatan

: Kecamatan Sukamulya

1.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Secara Demografi 1.1.3.1. Situasi Kependudukan Menurut Profil Puskesmas Kresek tahun 2017, jumlah penduduk wilayah Kecamatan Kresek 66.207 yang terdiri dari: Laki-Laki

: 33.588 Jiwa

Perempuan

: 32.619 Jiwa

Jumlah Rumah Tangga

: 18.889 KK.

Dengan rata-rata jiwa per RT 3,5 jiwa, dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2365,4 jiwa per km2. 2

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kecamatan Kresek Tahun 2017(Profil Puskesmas Kresek, 2017).

3

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Tangerang tahun 2017. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)

1.1.3.2. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia merupakan kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusianya, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan) dan aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) yang turut serta dalam pembangunan wilayah (Profil Puskesmas Kresek, 2017). 4

Dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia, terkait erat dengan tiga komponen yaitu angka harapan hidup, angka indeks pendidikan (lama sekolah), dan kemampuan daya beli (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

1.1.3.3. Keadaan Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang sehat maka status derajat kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih meningkat, sebaliknya bila keadaan lingkungan kurang sehat dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

a) Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air. Berdasarkan data puskesmas tahun 2017 tentang rumah sehat, jumlah rumah yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang dibina 8.072 (65,23%) sedangkan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan 4.786 (59,29%) dari jumlah rumah yang diperiksa menurut data PHBS (Profil Puskesmas Kresek, 2017). Sementara untuk data tahun 2017 tentang laporan cakupan rumah sehat Puskesmas Kresek, dijabarkan secara detail per desa, baik dari jumlah seluruh rumah yang ada di desa tersebut, jumlah yang diperiksa, jumlah rumah sehat, serta persentase untuk rumah sehat (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

5

Tabel 1.3 Laporan Cakupan Rumah Sehat Puskesmas Kresek Tahun 2017 (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

b) Akses terhadap Air Bersih Dari jumlah penduduk 66.207 Jiwa, yang mendapat akses air bersih ada 57.792 Jiwa, terdiri dari sumur gali terlindung 1.332 jiwa, sumur bor dengan pompa 32.478 jiwa dan pengguna PDAM sebanyak 23.982 jiwa (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

c) Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah dari jumlah 66.207 penduduk yang diperiksa, jumlah penduduk yang memiliki akses sanitasi layak sebanyak 46.402 penduduk. Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. TTU meliputi terminal, pasar, 6

tempat ibadah, stasiun, tempat rekreasi, dll. Sedangkan TUPM meliputi hotel, restoran, depot air dll. TTU dan TUPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehalan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembungan air limbah (SPAL), ventilasi yang baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan jumlah pengunjung dan memiliki pencahayaan yang cukup. Jumlah tempat-tempat Umum yang ada di Kecamatan Kresek berjumlah 57 unit, sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan 47 unit (82,46 %). Untuk Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) berjumlah 86 unit dan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi sebanyak 56 unit (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

1.1.3.4. Keadaan Perilaku Masyarakat Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir, berpendapat, bersikap) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek yang dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) atau aktif yaitu dengan adanya tindakan. Komponen perilaku terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan, dari mulai mengetahui lalu menerima atau menolak dan melakukan tindakan sebagai perwujudan dari pikiran dan jiwa (Notoatmodjo, 2010). Untuk menggambarkan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari 10 indikator (Kemenkes, 2013).

a) Rumah Tangga Sehat Jumlah PHBS Rumah Tangga yaitu 12.375 rumah tangga, dan jumlah rumah tangga tersebut yang yang mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hanya 1.264 rumah tangga (66.88%).

7

1.1.3.5. Kesehatan A. Sepuluh Besar Penyakit

Grafik 1.1 Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek Tahun 2017. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)

Dari grafik diatas, ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi teratas dengan 9.208 kasus, diikuti Hipertensi sebanyak 3.221 kasus dan Faringitis 2.626 kasus, sedangkan Diare menempati posisi terakhir dengan 794 kasus (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

B. Sarana Kesehatan a) Sarana dan Prasarana Unit Pelayanan Teknis Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung tambahan yang diuraikan sebagai berikut: •

Gedung Utama /Rawat Jalan: 1. Ruang Loket / Pendaftaran 8

2. Ruang Tunggu 3. Ruang Periksa BPU 4. Ruang Periksa Kesehatan Anak 5. Ruang Gigi 6. Kamar Obat / Apotik 7. Ruang Periksa Kesehatan Ibu 8. Ruang Gudang Farmasi 9. Ruang Administrasi Bidan 10. Ruang Tata Usaha 11. Ruang Pelayanan terbatan 24 jam (UGD) 12. Ruang Kepala Puskesmas 13. Ruang Bendahara 14. Mushalla untuk Pegawai 15. Ruangan Kamar Inap dengan 5 tempat tidur 16. Ruangan Persalinan (PONED) 17. Ruang Klinik Gizi 18. Ruang Aula 19. Ruang Laboratorium •

Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari: 1. Ruang Periksa TB Paru 2. Ruang Pos Satpam



Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain: 1. Mobil Puskesmas keliling 1 unit 2. Mobil Ambulan untuk merujuk pasien gawat darurat 1 unit 3. Sepeda motor dinas 4 unit (Profil Puskesmas Kresek, 2017) 9

1.2.

Profil Puskesmas Kresek Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 tahun 2014). Puskesmas Kresek berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara maksimal, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yang mengutamakan kepuasan pelanggan dengan mengedepankan mutu setiap bidang pelayanan dan berupaya menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kesehatan baik kegiatan dalam gedung dan di luar gedung (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

1.2.1. Wilayah Kerja dan Kependudukan

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kresek. (Profil Puskesmas Kresek, 2017) 10

1.2.2. Visi dan Misi Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah menetapkan Visi, yaitu: “mewujudkan pembangunan kesehatan bewawasan lingkungan menuju masyarakat kecamatan kresek sehat dan mandiri”, dengan melaksanakan misi: 1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara paripurna 2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu 3) Meningkatkan upaya pencegahan penyakit 4) Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait

1.2.3. Moto Motto Puskesmas Kresek adalah “BERSINAR” yang artinya adalah: 1) Bersih, Puskesmas bebas dari sampah lingkungan, sampah medis dan non medis, sampah organik dan non organik. 2) Sehat, Memiliki lingkungan kerja yang sehat dan tidak menjadi sumber penularan penyakit. 3) Indah, Keselarasan dalam penataan lingkungan kerja. 4) Nyaman, Kondisi puskesmas yang menyenangkan dalam memenuhi kepuasan pelanggan. 5) Amanah, Menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab. 6) Ramah, memberikan pelayanan dengan penuh kesantunan dengan moto pelayanan 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun).

1.2.4. Sistem Pelaporan Strategi penyusunan profil dilakukan dengan metode cek silang data analisa, korelasi dari seluruh program, keakuratan dan informasi yang disajikan dapat memberikan gambaran yang jelas dari kondisi dan situasi yang ada, 11

sehingga dapat dilakukan pengolahan data di tingkat Puskesmas. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan dalam pembahasan menyajikan perbandingan pencapaian indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan dicapai. Profil Puskesmas mengacu kepada tabel indikator Indonesia Sehat 2010 dengan sumber data yang diperoleh dari Kecamatan, Pendidikan, BPS Kecamatan, Balai Pengobatan Swasta yang ada di Kecamatan Kresek dan dari kegiatan internal puskesmas.

1.2.5. Jumlah Kesakitan Dari grafik diatas, ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi teratas dengan 9.208 kasus, diikuti Hipertensi sebanyak 3.221 kasus dan Faringitis 2.626 kasus, sedangkan Diare menempati posisi terakhir dengan 794 kasus (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

1. Penyakit Menular Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari: a. Penyakit menular melalui binatang •

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada kegiatan PSN (Pemberanatasan Sarang Nyamuk) disemua wilayah.

12

Tabel 1.4 Data kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2017

(Profil Puskesmas Kresek, 2017)

b. Penyakit menular langsung •

Penyakit Diare Penyakit diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tinja encer dapat juga disertai dengan darah/lendir.

13

L 50

Grafik 1.2. Jumlah Diare yang Ditangani Per Desa di Wilayah Puskesmas Kresek Tahun 2017 (Profil Puskesmas Kresek, 2017)

Dari grafik diatas Desa Kresek menempati urutan pertama sebanyak 207 penderita, di ikuti Desa Renged 180 penderita, dan Desa Talok 139 penderita adapun daerah terendah penderita diare yang ditangani yaitu Desa Rancailat 16 penderita. •

Kusta Penyakit

Kusta

merupakan

penyakit

kronis

yang

disebabkan

Mycobacterium leprae dengan masa inkubasi rata 3-5 tahun. Di wilayah kerja Puskesmas Kresek masih ditemukan kasus penyakit kusta baru sebanyak 21 penderita. Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta Kering sebanyak 0 orang dan Kusta Multi Basiler (MB) / Kusta Basah sejumlah 21 orang.

14

L

PB

Grafik 1.3. Penderita Kusta Puskesmas Kresek Tahun 2017 (Profil Puskesmas Kresek, 2017) •

HIV/AIDS/ IMS Penyakit-penyakit ini menular melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular, semakin sering ganti pasangan semakin besar kemungkinan untuk tertular. Jumlah kasus HIV sebanyak 8 orang, AIDS sebanyak 1 orang, IMS sebanyak 2 orang pada tahun 2017.



Pneumonia Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru yang dapat disebabakan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru paru akibat penyakit lain. Pada tahun 2017 di Puskesmas Kresek penderita penyakit pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani sejumlah 216 kasus.

15



TB Paru Penderita penyakit Tuberculosis Paru (TB paru) di Puskesmas kresek tahun 2017 ditemukan suspek 397 kasus. TB paru BTA+ sebanyak 55 kasus.

1.2.6. Upaya Kesehatan A. Pemantauan Rumah Tangga yang Ber PHBS Dari hasil kegiatan pemantauan Rumah tangga ber PHBS pada tahun 2017 jumlah sarana atau rumah yang dipantau 1.890 rumah tangga dan yang ber PHBS mencapai 1.264 rumah tangga (66,88 %) (Profil Puskesmas Kresek, 2017).

1.3 Lokasi Keluarga Binaan Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari 4 kepala keluarga, yaitu: 1. Keluarga Tn. Suandi 2. Keluarga Tn. Moh.Efendi 3. Keluarga Ny. Karmanah 4. Keluarga Tn. Suheri Adapun denah lokasi pemukiman keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut:

16

Gambar 1.4 Lokasi Keluarga Binaan

1.3.1

Profil Keluarga Binaan

1.

Keluarga Tn. Suandi Keluarga Tn. Suandi tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala

keluarga yang terdiri dari Tn. Suandi sebagai kepala keluarga, Ny. Erni sebagai istri, Ana sebagai anak dan Ilham, Siti dan Agus sebagai cucu. Tabel 1.5 Data Keluarga Tn. Suandi No

Nama

1

Suandi

Jenis Kelamin Laki-laki

2

Erni

Perempuan

3

Ana

Perempuan

4

Ilham

Laki-laki

5

Siti

Perempuan

Status Usia (Tahun) 58 Menik ah 58 Menik ah 30 Cerai Hidup 12 Belum Menik ah 9 Belum Menik ah

Pendidi kan SD SD SMA SD

Belum tamat SD

Pekerjaan Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Tidak Bekerja Tidak Bekerja

Penghasilan/ Bulan 0 0 Rp. 2.000.000,00 0

0

17

No

Nama

6

Agus

Jenis Kelamin Laki-laki

Status Usia (Tahun) 6 Belum Menik ah

Pendidi kan Belum Sekolah

Pekerjaan Tidak Bekerja

Penghasilan/ Bulan 0

Keluarga Tn. Suandi bertempat tinggal di Kampung Pala Desa Patrasana Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Suandi berusia 58 tahun dan tidak bekerja. Istrinya, Ny.Erni berusia 58 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anaknya, Ny.Ana berusia 30 tahun dan bekerja sebagai pelayan di warung bakso dengan rata-rata penghasilan perbulan Rp.2.000.000.

Cucunya, Ilham berusia 12 tahun baru menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar. Siti berusia 9 tahun sedang menjalankan pendidikan sekolah dasar kelas III. Penghasilan

Ny.Ana

Agus berusia 6 tahun belum masuk sekolah.

cukup

untuk

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari

keluarganya karena bapaknya, Tn.Suandi tidak bekerja.

7 Meter

8 Meter

Gambar 1.5. Denah Rumah Tn. Suandi 18

A. Bangunan Tempat Tinggal Keluarga Tn. Suandi tinggal di rumah milik sendiri dengan ukuran bangunan 8m x 7m. Di dalam terdapat 1 ruang tamu menjadi akses langsung pintu depan dengan alas ubin berukuran 2x2m, 1 ruang keluarga dengan alas ubin masing-masing berukuran 2m x 2m. 3 kamar tidur dengan alas ubin masing-masing berukuran 4m x 2m, 1 dapur dengan alas tanah berukuran 3m x 2m dengan 1 ruang tempat menyimpan bahan makanan. 2 kamar mandi terbuka dengan pintu dan alas semen berukuran 2m x 1m, serta teras rumah dengan alas ubin berukuran 6m x 1m. Bangunan rumah tidak bertingkat dengan atap terbuat dari genteng. Terdapat 8 jendela di bagian depan rumah dan terdapat 2 jendela setiap kamar dan tidak terdapat jendela di ruangan lainnya. Ventilasi hanya terdapat di bagian depan rumah sebanyak 8 buah celah. Sinar matahari di kamar tidur cukup karena ada jendela dan celah terbuka. Di dalam rumah hanya terdapat 6 lampu yang berada di teras rumah, ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. 1 kamar mandi memiliki kloset dan 1 kamar mandi tidak memiliki kloset, masing-masing berukuran 2m x 1m dengan alas semen dan dinding semen dan memiliki pintu. Air untuk MCK didapat dari sumur pompa. Tidak tersedia tempat sampah di dalam rumah, sampah hanya ditampung di plastik yang lalu dibakar tiap hari di pekarangan rumah.

B. Lingkungan Pemukiman Rumah Tn. Suandi terletak di pemukiman padat penduduk. Bagian depan rumah Tn. Suandi merupakan halaman yang menyatu dengan halaman tetangga. Bagian kiri rumah Tn. Suandi merupakan sumur bersama dan tetangga. Bagian kanan rumah Tn. Suandi merupakan sawah. Bagian belakang rumah Tn. Suandi menempel dengan rumah tetangga.

19

C. Pola Makan Keluarga Tn. Suandi rata-rata makan 2 kali sehari, yaitu pagi dan malam hari. Menu sehari-hari antara lain nasi, tahu, tempe. Keluarga Tn. Suandi jarang makan ikan, daging dan telur. Air minum didapat dari air sumur desa dan dimasak. Ny. Erni biasa menggunakan air dari sumur untuk mencuci makanan dan untuk minum. Keluarga Tn. Suandi jarang mencuci tangan sebelum makan.

D. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan tidak ada balita dalam keluarga Tn. Suandi. Anak Tn. Suandi lahir secara normal di puskesmas dibantu oleh bidan. Ketiga anak Ny. Ana juga lahir secara normal di puskesmas dibantu oleh bidan. Pada saat Ny.Erni mengandung anaknya tidak pernah mengalami sakit, tekanan darah tinggi dan bengkak pada kakinya. Begitu juga dengan Ny. Ana saat mengandung ketiga anaknya tidak pernah mengalami sakit, tekanan darah tinggi dan bengkak pada kakinya. Ny. Erni mengaku anak dan cucunya mendapat imunisasi lengkap dari puskesmas.

E. Kebiasaan Berobat Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga tidak langsung berobat kedokter, melainkan mengonsumsi obat warung terlebih dahulu, namun apabila tidak membaik lalu ke dokter. Seluruh keluarga Tn.Suandi tak memiliki kartu BPJS.

20

F. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, atau TB tidak pernah didapatkan oleh anggota keluarga Tn. Suandi. Tn.Suandi mengatakan bahwa seluruh keluarganya tidak pernah ada yang memiliki sakit hipertensi, diabetes, asam urat maupun TB. Penyakit yang pernah dialami antara lain diare dan maag.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-Hari Tn. Suandi merupakan perokok aktif dengan konsumsi rokok kretek 1 bungkus untuk 3 hari dan sering merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Suandi tidak terbiasa olahraga. Keluarga Tn. Suandi mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari dan sikat gigi rutin. Kegiatan bersih-bersih rumah seperti menyapu dilakukan 1 kali sehari.

21

Tabel 1.6 Faktor Internal Keluarga Tn. Suandi

22

Tabel 1.7 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Suandi

23

2. Keluarga Tn. Moh Efendi Keluarga Tn. Moh Efendi terdiri dari 4 anggota keluarga yang terdiri dari istrinya Ny. Aryanti dan anak kandungnya yaitu Herawati dan Tatu Afifah. Tabel 1.8 Data Keluarga Tn. Moh Efendi No Nama

Status

Jenis

Usia

Keluarga Kelamin (Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Terakhir

(L/P) 1

Tn. Moh

Kepala

Efendi

Keluarga

L

35

Sekolah

Karyawan

Menengah

Swasta

Pertama 2

Ny.

Isteri

P

31

Aryanti

3

An.

Anak

P

9

An. Tatu Anak Afifah

Kedua

Mengurus

Menengah

Rumah

Pertama

Tangga

Sekolah

Pelajar

Dasar

Herawati Pertama 4.

Sekolah

P

1 tahun, 9

Belum

Belum

bulan

Sekolah

Bekerja

Keluarga Tn. Moh Efendi bertempat tinggal di Desa Patrasana, RT 007/RW 002, Kp. Pala, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Moh Efendi, berusia 35 tahun, sehari-hari bekerja sebagai karyawan di bengkel, dengan penghasilan kasar berkisar Rp. 1.500.000 per bulan. Pendapatan Tn. Moh Efendi digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar listrik, pengobatan, 24

kebutuhan rumah dan lain-lain. Ny. Aryanti berusia 31 tahun, sehari-hari tidak bekerja dan hanya mengurus rumah tangga saja. Tn. Moh. Efendi memiliki 2 orang anak. Anak pertama bernama An. Herawati berusia 9 tahun dan bersekolah kelas 2 Sekolah Dasar dan anak kedua An. Tatu Afifah berusia 1 tahun 9 bulan dan belum sekolah.

A. Bangunan Tempat Tinggal

8 Meter

6 Meter

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Moh Efendi

Keluarga Tn. Moh Efendi tinggal di rumah mereka, dengan luas tanah sekitar luas bangunan berukuran 6 m x 8 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari satu ruangan untuk menonton TV 2,5 m x 2,5 m, dua 25

kamar tidur berukuran masing-masing 2 m x 2 m, ruang dapur ukuran 2 m x 2,5 m. Terdapat kamar mandi yang tidak disertai kloset, berukuran 2m x 1m dengan alas semen dan dinding semen dan rotan berlubang sebagai penghalang dan tidak tertutup serta tanpa pintu. Air untuk MCK didapat dari aliran sumur pompa dari rumah sebelahnya. Terdapat teras rumah dengan alas ubin berukuran 5m x 1m. Ruangan di rumah ini berlantaikan keramik, beratapkan genteng, dan dindingnya terbuat dari batu bata dan disemen di seluruh bangunan tempat tinggal tanpa dilapisi cat tembok. Di setiap atas jendela terdapat sekat – sekat ventilasi udara dengan ukuran 10 x 30 cm. Tendapat jendela kaca yang berada di depan pintu depan 50 cm x 70 cm namun tertutup oleh kain sehingga cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah. Pencahayaan di rumah ini terdapat 2 buah lampu di dalam rumah, berwarna putih dan terdapat 1 buah lampu di teras rumah dan berwarna putih.

B. Lingkungan Pemukiman Rumah Tn. Moh Efendi terletak di pemukiman yang padat penduduk. Jalan menuju rumah Tn. Moh Efendi harus melewati jalan setapak dari jalan utama. Terdapat lahan kosong yang tidak terawat di depan rumahnya.

C. Pola Makan Keluarga Tn. Moh. Efendi memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Sehari-hari istri Tn. Moh. Efendi memasak makanan dengan menu semampunya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe dan sayuran. Keluarga Tn. Moh. Efendi jarang mengonsumsi ikan, daging dan telur. Air minum didapat dari membeli di warung. Ny. Aryanti biasa menggunakan air dari pompa untuk mencuci makanan. Keluarga Tn. Moh. Efendi sering mencuci tangan sebelum makan. 26

D. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Anak Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan terdapat satu balita dalam keluarga. Ny. Aryanti menggunakan KB suntik 3 bulan. Anak Tn.Moh. Efendi lahir dengan spontan di rumah dengan bantuan bidan desa setempat. Anak Tn. Moh. Efendi juga lahir dengan berat badan normal dengan rata-rata berat lahir 2800 gram dan 3000 gram. Anak Tn. Moh. Efendi mengkonsumsi ASI selama 6 bulan. Tidak ada penyakit atau penyulit selama kehamilan. Imunisasi anak beliau lengkap.

E. Kebiasaan Berobat Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga langsung berobat ke puskesmas. Seluruh anggota keluarga Tn. Moh. Efendi memiliki kartu BPJS.

F. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, riwayat stroke atau TB tidak pernah didapatkan oleh anggota keluarga Tn. Moh. Efendi. Ny. Aryanti mengatakan bahwa seluruh keluarganya tidak pernah ada yang memiliki sakit hipertensi, diabetes mellitus, asam urat maupun TB. Penyakit yang pernah dialami antara lain muntaber dan maag.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari Tn. Moh. Efendi merupakan perokok aktif dengan konsumsi rokok kretek 1 bungkus sehari dan sering merokok di dalam rumah. Keluarga Tn. Moh. Efendi tidak terbiasa berolahraga.

27

Keluarga Tn. Moh. Efendi mempunyai kebiasaan mandi 3 kali sehari dan sikat gigi rutin. Kegiatan bersih-bersih rumah seperti menyapu dilakukan 1 kali sehari. Ny. Aryanti mengaku sering membuang sampah hasil rumah tangganya sekitar 2 hari sekali di tanah kosong depan rumahnya karena merasa tidak ada tempat untuk membuang sampah lalu membakarnya. Ny. Aryanti juga mengatakan tidak pernah memilah – milah sampah hasil rumah tangganya, sehingga langsung dibuang di tanah kosong kemudian dibakar.

28

Tabel 1.9 Faktor Internal Keluarga Tn. Moh. Efendi

29

Tabel 1.10 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Moh. Efendi

30

3. Keluarga Ny. Kasminah Keluarga Ny. Kasminah tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala keluarga yang terdiri dari Ny. Kasminah sebagai kepala keluarga, Sahirin, Ahmad Faisal, Nanda Zulfian, dan M. Sahri Maulana sebagai anak. Tabel 1.11 Data Keluarga Ny. Kasminah Jenis No

Nama

Kelamin

Penghasila Usia

Status

Kasminah Perempua 55

Cerai

n

Hidup

1

Pendidikan Pekerjaan SD

Ibu

n/ bulan Rp.

Rumah

300.000

tangga Buruh Harian 2

Sahirin

Laki-laki 36

Belum

SD

Lepas

Menikah Ahmad 3

Laki-laki 37

Belum

1.500.000 SMA

Sopir

Faisal

Rp. menikah

Nanda 4

Rp.

Laki-laki 19

Belum

1.000.000 SMA

Zulfian

Pelajar/mah

-

asiswa menikah

M. Sahri 5

Maulana

Laki-laki 8

Belum Menikah

Tidak/ Belum

Belum/

-

Tidak

Sekolah Bekerja

Keluarga Ny.Kasminah bertempat tinggal di

Kampung Pala

Desa

Patrasana Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Ny.Kasminah berusia 55 tahun dan bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, namun 31

mempunyai penghasilan tambahan dari jualan hasil pengrajinan keset dengan rata-rata penghasilan perbulan Rp. 300.000 Anaknya, Sahirin berusia 36 tahun dan bekerja sebagai Buruh Harian Lepas dengan rata-rata penghasilan perbulan Rp1.500.000. Anaknya, Ahmad Faisal berusia 37 tahun bekerja sebagai sopir dengan penghasilan Rp. 1.000.000, Nanda Zulfian berusia 19 tahun tidak bekerja, dan M. Sahri Maulana berusia 8 tahun tidak bekerja. Penghasilan Ny. Kasminah dan anak-anaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

20 Meter

10 Meter

Gambar 1.7 Denah Rumah Ny. Kasminah

32

A. Bangunan Tempat Tinggal Keluarga Ny. Kasminah tinggal di rumah milik sendiri dengan ukuran bangunan 20m x 10m. Di dalam terdapat 1 ruang keluarga yang menjadi akses langsung pintu depan dengan alas ubin berukuran 3mx3m, 3 kamar tidur dengan alas ubin masingmasing berukuran 2m x 2m, 1 dapur dengan alas ubin berukuran 2m x 2m dengan dibelakang disertai kandang ayam dengan beralas tanah berukuran 2m x 3m. 1 kamar mandi disertai pintu dengan alas ubin berukuran 2m x 2m, serta teras rumah dengan alas ubin berukuran 5m x 1m. Bangunan rumah tidak bertingkat dengan atap terbuat dari genteng. Terdapat 2 jendela di bagian depan rumah dan 1 jendela di setiap kamar dan tidak terdapat jendela di ruangan lainnya. Ventilasi hanya terdapat di bagian depan rumah sebanyak 2 buah celah di samping rumah, permanen terbuka. Sinar matahari di kamar tidur kurang karena jendela permanen tertutup. Di dalam rumah hanya terdapat 1 lampu yang berada di ruang tamu dan 2 lampu di 2 ruang kamar tidur, 1 lampu di teras rumah. Kamar mandi memiliki kloset dan berukuran 2m x 2m dengan kloset duduk serta dengan pintu. Air untuk MCK didapat dari sumur desa. Tidak tersedia tempat sampah di halaman rumah . sampah hanya ditampung di plastik yang dibuang tiap 3 hari sekali lalu sampah dibakar, dan sampah kaleng di simpan sampai menumpuk, lalu dijual dan ditukar dengan minyak. Sampah kaleng menumpuk sampai 1 minggu.

B. Lingkungan Pemukiman Rumah Ny. Kasminah terletak di pemukiman padat penduduk. Bagian depan rumah Ny. Kasminah merupakan halaman kosong, namun banyak tumpukan sampah dan barang bekas. Bagian kiri rumah Ny. Kasminah bertetangga langsung dengan rumah anaknya. Bagian kanan rumah Ny. Kasminah halaman rumah tetangga. Bagian belakang rumah Ny. Kasminah halaman luas yang terdapat kandang ayam. 33

C. Pola Makan Keluarga Ny. Kasminah rata-rata makan 2 kali sehari, yaitu pagi dan malam hari. Menu sehari-hari seringkali diolah sendiri oleh Ny. Kasminah antara lain nasi, tahu, tempe, jengkol dan ikan. Keluarga Ny. Kasminah jarang makan daging. Air minum didapat dari air sumur desa. Ny. Kasminah biasa menggunakan air dari sumur untuk mencuci makanan dan untuk minum. Keluarga Ny. Kasminah jarang mencuci tangan sebelum makan.

D. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan tidak ada balita dalam keluarga Ny. Kasminah . Anak Ny. Kasminah lahir secara normal di rumah Ny. Kasminah dibantu oleh bidan. Pada saat Ny.Kasminah mengandung keempat anaknya tidak pernah mengalami sakit, tekanan darah tinggi dan bengkak pada kakinya. Menurut pengakuan Ny. Kasminah semua anaknya sudah diberikan imunisasi di bidan desa namun lupa suda berapa kali diberikan dan imunisasi apa saja.

E. Kebiasaan Berobat Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga langsung berobat ke dokter. Seluruh anggota keluarga Ny. Kasminah tidak memiliki kartu BPJS.

F. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, atau TB tidak pernah didapatkan oleh anggota keluarga Ny. Kasminah. Penyakit yang pernah dialami antara lain diare dan maag. 34

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-Hari Keluarga Ny. Kasminah tidak terbiasa memakai alas kaki. Keluarga Ny. Kasminah mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari dan sikat gigi rutin. Kegiatan bersih-bersih rumah seperti menyapu dilakukan 1 kali sehari, dan membuang sampah seminggu sekali. Beberapa sampah seperti kaleng bekas dibiarkan menumpuk sampai penuh agar dapat ditukar dengan minyak goreng.

35

Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Ny. Kasminah

36

Tabel 1.13 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Kasminah

37

4. Keluarga Tn. Suheri Wahyudin Keluarga Tn. Suheri bertempat tinggal di Kampung Pala desa Patrasana Kecamatan Kresek, RT/RW 007/002, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga Tn. Suheri terdiri dari: Tabel 1.14 Data Keluarga Tn. Suheri NO Nama

Jenis

Usia Status

Pendidikan Pekerjaan

Penghasilan

SLTP

Buruh

Rp.

lepas

1.500.000

Kelamin 1

Laki – laki 34

Suheri

Menikah

Wahyudin 2

Sri

Perempuan 30

Menikah

SLTP

tangga

Wijayanti 3

Muhamad

Laki- laki

8

maulana 4

Muhamad erlangga

Ibu rumah

Belum

SD

menikah Perempua 6

Tidak bekerja

Belum

Tidak

Tidak

menikah

sekolah

bekerja

saputra

Tn. Suheri berusia 34 tahun dan bekerja sebagai buruh lepas dengan rata-rata penghasilan perbulan sebesar Rp 1.500.000,- Istrinya, Ny. Sri berusia 30 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Muhammad maulana berusia 8 tahun sekolah 3 SD dan muhamad erlangga berusia 6 tahun belum sekolah.

38

A. Bangunan Tempat Tinggal Keluarga Tn. Suheri tinggal di rumah milik sendiri dengan ukuran bangunan 3 x 6m. Di dalam terdapat 1 ruang keluarga yang menjadi akses langsung pintu depan dengan alas semen berukuran 2 x 2, 1 kamar tidur tanpa pintu dengan alas semen berukuran 2m x 2m, 1 dapur dengan alas semen berukuran dengan 2 x 2 dan langsung berhubungan dengan1 kamar mandi terbuka tanpa adanya jamban dan tanpa pintu dengan alas semen berukuran 1,5 x 2. Bangunan rumah tidak bertingkat dengan atap terbuat dari genteng. Terdapat 1 jendela di bagian depan rumah dan 1 jendela pada bagian kamar dan tidak terdapat jendela di ruangan lainnya. Terdapat ventilasi dibagian kamar dengan ventilasi tersebut berhubungan langsung dengan rumah yang menempel pada rumah sebelahnya. Diketahui ventilasi tersebut berhubungan dengan kamar mandi rumah sebelahnya. Sinar matahari di kamar tidur kurang karena kurangnya jendela dan celah terbuka. Di dalam rumah hanya terdapat 2 lampu yang berada di ruang tamu dan dibagian kamar tidur. Kamar mandi tidak memiliki kloset dan berukuran 2m x 1m dengan alas semen dan dinding semen dan rotan berlubang sebagai penghalang dan tidak tertutup serta tanpa pintu. Air untuk MCK didapat dari mesin pompa air. Tidak tersedia tempat sampah di dalam rumah, sampah hanya ditampung di plastik yang dibuang tiap satu minggu sekali lalu sampah dibakar.

39

6 Meter

3 Meter

Gambar 1.8 Denah Rumah Tn. Suheri

40

B. Lingkungan Pemukiman Rumah keluarga Tn. suheri terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak antara rumah Tn. suheri dan tetangganya. Bagian depan rumah Tn. Suheri merupakan halaman yang menyatu dengan halaman tetangga. Bagian kiri rumah menyatu dengan rumah tetangganya. Bagian kanan merupakan tanah kosong yang digunakan untuk pembuangan dan pembakaran sampah. Keluarga Tn. suheri memiliki kebiasaan membuang dan membakar sampah di halaman samping rumah. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. suheri membuang limbah rumah tangga ke sawah di belakang rumah.

C. Pola Makan Keluarga Tn. suheri mempunyai pola makan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hari. Ny. sri sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan tidak beraneka ragam, makanan sehari hari hanya berupa makanan seperti nasi putih dengan lauk tahu seperti, tempe sepotong, dan ikan asin. Keluarga Tn. Suheri sering mengkonsumsi sayuran hijau dan jarang mengonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn.suheri jarang mengkonsumsi lemak yang berasal dari daging sapi maupun ayam. Keluarga Tn. suheri tidak banyak minum air putih, sehari harinya kurang lebih 4 – 5 gelas.

D. Riwayat Obstetrik dan Pola asuh Anak Saat ini Ny. Sri tidak sedang hamil ataupun mempunyai bayi. Ny. Sri memiliki riwayat melahirkan anak nya di puskesmas kresek dengan persalinan normal. Ny sri selalu mengontrol kehamilan di bidan dan dokter saat hamil. Ny 41

sri menggunakan alat kontrasepsi yang disuntik setiap 3 bulan di puskesmas. Ny. Sri memberikan asi eksklusif sampai usia anak 4 bulan dan sisanya mengkonsumsi susu formula dan mulai untuk makan ketika anaknya umur 5,5 bulan. Untuk imunisasi kedua anaknya mengaku imunisasi dasar lengkap tanpa adanya imunisasi ulangan.

E. Kebiasaan Berobat Apabila sakit, keluarga Tn. Suheri sering beli obat di warung dan jarang ke puskesmas karena menurut pengakuan keluarga, setelah membeli obat di warung penyakitnya langsung sembuh. Keluarga Tn. Sri pergi ke puskesmas jika penyakit semakin parah dan tidak sembuh selama 3 hari ata lebih.

F. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, atau TB tidak pernah didapatkan oleh anggota keluarga Tn. Suandi. Tn.Suandi mengatakan bahwa seluruh keluarganya tidak pernah ada yang memiliki sakit hipertensi, diabetes, asam urat maupun TB. Penyakit yang pernah dialami antara lain diare dan maag.

G. Perilaku dan aktivitas sehari - hari Tn.suheri mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sampai dua bungkus sehari yang sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Tn.suheri merokok di dalam atau di luar rumah. Karena kesibukan kerjanya dari pagi sampai sore hari membuat Tn.suheri tidak sempat untuk berolahraga dan hanya untuk tidur. Keluarga Tn. Suheri selalu menggunakan jamban ketika BAB dan BAK. Tn. Suheri dan keluarga jarang memakai alas kaki saat keluar di 42

pekarangan rumah. Ny. Sri bekerja di rumah mulai dari setengah tujuh pagi sampai jam 8 malam. Keluarga Tn. Suheri jarang membersihkan rumah sehingga rumah tampak kotor. Ny. Sri sering membuang dan membakar sampah disamping rumah satu minggu sekali. Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Tn. Suheri

43

Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Suheri

44

1.5 Penentuan Area Masalah Kesehatan 1.5.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan 1.5.1.1 Keluarga Tn. Suandi a.

Masalah non-medis Lingkungan • Tidak ada tempat sampah didalam maupun luar rumah • Sampah yang berserakan di halaman rumah • Sering membakar sampah di halaman rumah • Tidak tersediannya dapur bersih, Lantai dapur dari tanah. • Penerangan yang kurang pada ruang keluarga dan dapur Tingkat pendidikan dan sosiol ekonomi yang rendah. Tn. Suandi merokok di dalam dan diluar rumah. Kurangnya pengetahuan mengenai cara mengelola sampah dan kesadaran untuk memiliki tong sampah. Tidak membuang sampah ke tempat pembuangan sampah karena jarak yang jauh dari rumah dan lebih memilih membakar sampah di pekarangan rumah.

b.

Masalah medis a) Anggota keluarga memiliki riwayat ISPA.

1.5.1.2 Keluarga Tn. Moh. Efendi a.

Masalah non-Medis Lingkungan • Kurangnya ketersediaan air bersih • Tidak tersediannya dapur bersih 45

• Mempersiapkan makanan yang tidak hygenis • Mencuci bahan makanan dan peralatan makan di kamar mandi • Tidak adanya pembuangan limbah rumah tangga • Kebiasaan membuang sampah di pekarangan rumah lalu dibakar • Kurangnya kebersihana didalam dapur sehingga banyak binatang • Tidak memiliki jamban • Lantai dapur dari tanah Tingkat pendidikan dan sosiol ekonomi yang rendah. Tn. Moh.Effendi merokok di dalam rumah. Kurangnya pengetahuan mengenai cara mengelola sampah dan kesadaran untuk memiliki tong sampah. Tidak membuang sampah ke tempat pembuangan sampah karena jarak yang jauh dari rumah dan lebih memilih membakar sampah di pekarangan rumah.

b.

Masalah medis a) Penyakit diare dalam keluarga binaan. b) ISPA.

1.5.1.3 Keluarga Ny. Kasminah a. Masalah Non Medis Lingkungan •

Tidak tersediannya dapur bersih



Mempersiapkan makanan yang tidak hygenis



Mencuci bahan makanan dan peralatan makan di kamar mandi 46



Tidak adanya pembuangan limbah rumah tangga



Tidak adanya tempat sampah di dapur



Banyak asbes yang rusak



Membakar sampah di belakang rumah

Kurangnya pengetahuan mengenai cara mengelola sampah dan kesadaran untuk memiliki tong sampah. Tidak membuang sampah ke tempat pembuangan sampah karena jarak yang jauh dari rumah dan lebih memilih membakar sampah di pekarangan rumah.

b. Masalah Medis Anggota keluarga memiliki riwayat ISPA.

1.5.1.4 Keluarga Tn. Suheri Wahyudin a. Masalah Non Medis Lingkungan •

Tidak ada tempat sampah didalam maupun luar rumah



Sampah yang berserakan di halaman rumah



Sering membakar sampah di halaman rumah



Tidak tersediannya dapur bersih



Penerangan kurang pada seluruh ruangan



Ventilasi kamar yang berhubungan langsung dengan kamar mandi tetangga



Tidak ada jamban



Pembuangan limbah ke sawah 47

Tn. Suheri merokok di dalam rumah. Kurangnya pengetahuan mengenai cara mengelola sampah dan kesadaran untuk memiliki tong sampah. Tidak membuang sampah ke tempat pembuangan sampah karena jarak yang jauh dari rumah dan lebih memilih membakar sampah di pekarangan rumah.

b. Masalah Medis a) Anggota keluarga memiliki riwayat ISPA.

1.5.2 Alasan Pemilihan Area Masalah Dalam pengambilan sebuah masalah, kelompok kami menggunakan metode Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya (Harold dkk, 1975 : 40-55).

48

Gambar 1.9 Metode Delphi

Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu : 1. Data Primer Dari hasil wawancara pada keempat keluarga binaan didapatkan bahwa masalah kesehatan tersering yang terdapat pada masing-masing keluarga binaan ialah infeksi saluran napas atas (ISPA). Kemudian setelah dianalisis melalui presurvey pertama didapatkan kemungkinan penyebab terjadinya ISPA pada keluarga binaan ialah kebiasaan membakar sampah serta menumpuk sampah sehingga menyebabkan udara yang tercemar. Keluarga binaan juga mengaku belum pernah diadakan penyuluhan pengelolaan sampah. Di lapangan ditemukan sampah yang berserakan di pekarangan rumah serta kurangnya tempat sampah sehingga sampah yang menumpuk dibakar.

49

2. Data sekunder: Menurut Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Kresek, didapatkan rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah 63.1% dari seluruh rumah yang dibina di Desa Patrasana, dimana salah satu syarat rumah sehat yaitu memiliki tempat sampah. ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi teratas dengan 9.208 kasus pada sepuluh besar penyakit di Desa Kresek. 3. Data Agama: Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka bumi, termasuk mengenai bagaimana manusia menjaga kebersihan lingkungan. Dalam sumber ajaran islam yaitu alQur‟an dan al-Sunnah diterangkan bagaimana ajaran Islam menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa anjuran-anjuran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan bukanlah hal baru dalam Islam, karena sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, Islam tidak akan membiarkan manusia merusak atau mengotori lingkungan sekitarnya. Ajaran Islam untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dibuktikan dengan adanya perhatian Rasulullah saw pada lingkungan sekitarnya, misalnya kebersihan jalan, beliau memberikan ancaman

kepada

siapa

saja

yang

membuang

sesuatu

yang

membahayakan dan membuang kotoran di jalan, sebagaimana sabda Nabi saw:

50

“Sesungguhnya Allah tu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci (bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai

kemuliaan,

Allah

itu

penderma

dan

menyukai

kedermawanan maka bersihkanlah teras rumahmu dan janganlah menyerupai kamu yahudi (HR.Tirmidzi)

Kemudian sebagai pendekatan selanjutnya dilakukan analisis langsung pada masalah yang ada pada keluarga binaan di desa Patrasana dengan menggunakan kuesioner presurvey kedua, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui permasalahan terdapat pada pengetahuan, sikap atau perilaku keluarga binaan terhdap pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil presurvey yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari masing-masing keluarga binaan memiliki area masalah yang sama yakni :

51



Kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan sampah pada keluarga binaan, dimana presentase pengetahuan keluarga binaan mengenai pengelolaan sampah ialah 75% tidak baik.



Sikap yang tidak baik mengenai pengelolaan sampah, dimana presentase sikap mengenai pengelolaan sampah pada keluarga binaan ialah 75% tidak baik.



Perilaku yang tidak baik terhadap pengelolaan sampah, dimana presentase

perilaku mengenai pengelolaan sampah pada keluarga

binaan ialah 100 % tidak baik 

Tidak adanya tempat sampah di rumah.

Berdasarkan hasil tersebut kami menyimpulkan bahwa presentase perilaku dan sikap yang tidak baik terhadap pengelolaan sampah pada keluarga binaan didasari oleh tidak baiknya pengetahuan mereka mengenai pengelolaan sampah.

52

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diagnosis dan Intervensi Komunitas Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi) (Notoatmodjo, 2010).

2.2 Pengetahuan 2.2.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Prasetyo, 2007). 53

Adapun ayat yang menjelaskan tentang pengetahuan dalam surah ALZumar/ 39:9 yaitu:

Terjemahnya: (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. ( Kementrian Agama RI, 2012)

Dari surah Al-Zumar di jelaskan bahwa barang siapa yang memiliki pengetahuan, apa pun pengetahuan itu pasti tidak sama dengan yang tidak memilikinya. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bermanfaat yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuannya itu.

2.2.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman danhasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Bloom (dalam Notoadmojdo, 2007) pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: 54

1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat

menggambarkan,

membedakan,

memisahkan,

dan

mengelompokkan.

55

5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhann yang baru.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojdo, 2007).

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : A. Faktor Internal 1. Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak. 56

2. Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu pengetahuan karena adanya saling menukar informasi antara teman-teman di lingkungan kerja (Wawan dan Dewi 2010). 3. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin tua usia seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik sehingga pengetahuan yang ditangkap akan lebih baik lagi, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh usia. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu mengingat atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berusia 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah berusiar 60 tahun. 4. Sumber Informasi Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi 57

tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka itu akan menambah pengetahuannya. 5. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi, tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.

B. Faktor Eksternal 1. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

Jenis – Jenis Pengetahuan

2.2.4

Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya: 1.

Pengetahuan Langsung (Immediate) Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Umumnya dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu manusia. 58

Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali belum pernah dikenal dimana untuk sekali melihat kita langsung mengenalnya 2.

Pengetahuan Tak Langusng (Mediate) Pengetahuan mediate adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu.

3.

Pengetahuan Indrawi (Perceptual) Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra (seperti mata, telinga dan lain-lain).

4.

Pengetahuan Konseptual (Conceptual) Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.

2.2.5

Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

59

a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara ini antara lain: 1. Cara coba-coba (Trial and Error) Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. 2. Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3. Berdasarkan pengalaman pribadi Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. 4. Melalui jalan pikiran kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya

b. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan

60

terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu: 1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. 2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. 3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubahubah pada kondisi-kondisi tertentu

2.3 Sampah 2.3.1 Definisi Sampah Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995). Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).

61

2.3.2 Jenis Sampah Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: A.

Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

1)

Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastic

2)

Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan

sebagainya B.

Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1)

Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu

2)

Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas

C.

Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

1)

Membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging

2)

Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995)

2.3.3 Karakteristik Sampah a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas. b. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantorkantor, tapi yang tidak termasuk garbage. c. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, industri. d. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri

dari kertas-kertas, daun-daunan. 62

e. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. f. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan. g. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta api. h. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industriindustri, pengolahan hasil bumi. i. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. j. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung. k. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan. l. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006) 2.3.4 Sumber Sampah Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut: A.

Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangg, abu atau sisa tumbuhan kebun. (Dainur, 1995)

63

B.

Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

C.

Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat

hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

D.

Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

E. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman. (Chandra, 2007).

64

2.3.4 Pengelolaan Sampah Padat Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya: 

Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut berikut ini : 1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor 2. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan 3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya : 1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah. 2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah. 3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo. 4. Ada kran air untuk membersihkan 5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus. 6. Mudah dijangkau masyarakat Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode : 65

a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.

1.Tahap pengangkutan Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007) 2. Tahap pemusnahan Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain : A.

Sanitary Landfill Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam

metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu: 1.

Metode galian parit (trench method) Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas

galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.

66

2.

Metode area Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-

rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.

3.

Metode ramp Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas.

Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya. 

Incenaration Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain : o Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya. o Tidak memerlukan ruang yang luas. o Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap. o Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain : 1)

Charging apparatus

67

Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk. 2)

Furnace Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan

jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh. 3)

Combustion Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang

lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama. 4)

Chimmey atau stalk Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar

dan mengalirkan udara ke dalam. 5)

Miscellaneous features Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari

debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007). 

Composting Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kumankuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995). Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos: 

Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.



Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm) 68



Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N=1:30)



Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.



Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik.

 

Hog Feeding Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis.



Discharge to sewers Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.



Dumping Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau tempat sampah.



Dumping in water Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. (Mukono, 2006)

69



Individual Incenaration Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan.



Recycling Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan sebagainya.



Reduction Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan lemak.



Salvaging Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra, 2007).

2.3.5 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.

2.3.5.1 Pengaruh Positif Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut : 70

A.

Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawarawa dan dataran rendah.

B.

Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

C.

Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

D.

Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang

E.

buruk sampah tersebut terhadap ternak.

biak serangga dan binatang pengerat.

Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.

F.

Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

G.

Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.

H.

Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk

keperluan lain (Chandra,2007)

2.3.5.2 Pengaruh Negatif Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut. A.

Pengaruh terhadap kesehatan

1)

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga,

2)

jamur.

Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vector Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, 71

pengelolaan

sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan

plastik dengan genangan air) 3)

Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan

4)

Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya

lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan

tempat penumpukan sampah 5)

Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang

kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak

langsung ataupun melalui udara. 6)

Penyakit kecacingan

7)

Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya.

8)

Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain

B.

Pengaruh terhadap lingkungan

1)

Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan

menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya

banyaknya tebaran-tebaran

sampah

sehingga

mengganggu

kesegaran udara lingkungan masyarakat. 2)

Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.

3)

Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

4)

Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan

cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan 72

masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain. (Dinas Kebersihan, 2009) 5)

Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas.

6)

Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.

7)

Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air (Chandra, 2007).

C.

Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

1)

Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosialbudaya masyarakat setempat.

2)

Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. (Mukono, 2006)

3)

Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola.

4)

Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun.

5)

Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

6)

Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.

7)

Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis

73

8)

Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).

2.3.6 Tempat Sampah Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia dalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti penyimpanan (storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan (disposal). Tempat sampah tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik. Tempat sampah sebaiknya tidak ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus dan rumah menjadi banyak tikusnya. Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain (Entjang, 1997): a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak, b) Harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, c) Ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya.

2.3.7. Dampak Rumah dan Lingkungan yang tidak sehat Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan beberapa jenis penyakit, seperti : 74

1. ISPA Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, namun demikian bakteri Streptococcus Pneumoniae merupakan penyebab utama pneumonia di banyak negara (Depkes, 2007). ISPA dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Untuk penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan nafas bagian atas lainnya termasuk dalam golongan bukan pneumonia. Untuk menurunkan angka kejadian ISPA di masyarakat, maka kondisi rumah harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Rumah harus memiliki ventilasi dan kelembaban rumah yang cukup, pemasangan genteng kaca sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah yang akan mengurangi kelembaban dalam rumah (Depkes, 2000). Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.

75

2. Diare Diare akut adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang lebih lunak atau cair yang terjadi dengan frekuensi ≥ 3× dalam 24 jam dan berlangsung dalam waktu < 14 hari. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi rumah yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya mendapat air bersih menyebabkan mudahnya terjadi wabah diare setelah banjir. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan semakin berbahaya jika terjadi pada anak-anak.

3. Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah yang akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala malaria seperti gejala pada penderita influenza, bila tidak diobati maka akan semakin parah dan dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Apabila lingkungan rumah tidak terjaga dengan baik, kondisi ventilasi dan tempat-tempat dimana nyamuk dapat 76

berkembang masih tidak dibersihkan maka malaria akan semakin cepat menyebar. Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut : Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik -

Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan

-

Jauhkan kandang ternak dari rumah ayau membuat kandang kolektif

-

Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidaklembab Lingkungan sekitar rumah tidak terawat

-

Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam

-

Genangan air dialirkan atau ditimbun

-

Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput

-

Menebar ikan pemakan jentik

Perilaku tidak sehat -

Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

-

Tidur dalam kelambu

-

Pada malam hari berada dalam rumah

4. Demam Berdarah Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui 77

gigitan nyamuk Aedes. Aedes aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat menginfeksi manusia. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam, sakit kepala, kulit kemerahan yang tampak seperti campak, dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah dan rendahnya tingkat trombosit darah. Yang kedua adalah Sindrom Renjat Dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. WHO

menyarankan

beberapa

tindakan

khusus

untuk

mengendalikan dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk mengendalikan nyamuk “Aedes Aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya. Masyarakat harus mengosongkan wadah air yang terbuka (sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di dalam wadah-wadah terbuka 78

tersebut). Insektisida atau agen-agen pengendali biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk di wilayah-wilayah ini. Air diam (tidak mengalir) harus dibuang karena air tersebut menarik nyamuk, dan juga karena manusia dapat terkena masalah kesehatan jika insektisida menggenang di dalam air diam. Untuk mencegah gigitan nyamuk, orangorang dapat memakai pakaian yang menutup kulit mereka sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk (seperti semprotan nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. (DEET paling ampuh) selain itu juga dapat menggunakan kelambu saat beristirahat.

5. Penyakit kulit Jika lingkungan sudah tidak bersih lagi maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan penghuninya. Salah satunya adalah penyakit kulit yang biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur. Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara antaralain: -

Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk

-

Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar sinar matahari masuk. 79

Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut: -

Gunakan air dari sumber yang terlindung

-

Penyediaan air tidak memenuhi syarat

-

Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran

Kesehatan perorangan jelek -

Cuci tangan pakai sabun

-

Mandi 2 kali sehari pakai sabun

-

Potong pendek kuku jaritangan Perilaku tidak hygienis

-

Peralatan tidur dijemur

-

Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan

-

Sering mengganti pakaian

-

Pakaian sering dicuci

-

Buang air besar di jamban

-

Istirahat yang cukup

-

Makan makanan bergizi

6. Cacingan Penyakit cacingan merupakan penyakit yang dimana tubuh manusia memiliki cacing parasit di tubuh, cacing ini memakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga merugikan para pengidapnya. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak maupun pada orang dewasa di mana saja, termasuk di Indonesia. Penyakit cacingan biasanya disebabkan oleh Cacing Gelang, Cacing Tambang dan Cacing Kremi.

80

a. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berkembang biak di dalam perut manusia dan di tinja. Telur cacing dapat masuk kedalam mulut melalui makanan yang tercemar atau tangan yang tercemar dengan telur cacing. Telur Cacing menetas menjadi cacing didalam perut, selanjutnya keluar bersama-sama tinja. b. Cacingan yang disebabkan karena Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). Tempat berkembang biak jenis cacing ini di perut manusia dan tinja, dengan cara penularan menelan telur cacing yang telah dibuahi, dapat melalui debu, makanan atau jari tangan (kuku). c. Penyakit cacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang (Anchylostomiasis Duodenale). Jenis cacing ini mempunyai tempat berkembang biak Perut manusia dan tinja. Cara Penularan dimulai ketika telur dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi larva. Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya pada telapak kaki. Pada saat kita menggaruk anus, telur masuk kedalam kuku, jatuh ke sprei atau alas tidur dan terhirup mulut. Telur dapat juga terhirup melaui debu yang ada di udara. atau dengan reinfeksi (telur – larva – masuk anus lagi) Cara efektif mencegah penyakit cacingan (berdasarkan faktor penyebabpenyakit), sebagai berikut : Pembuangan Kotoran Tidak Saniter -

Buang air besar hanya di jamban

-

Lubang WC atau jamban ditutup 81

-

Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan tetangga

-

Plesterisasi lantai rumah

-

Pengelolaan makanan tidak saniter

-

Cuci sayuran dan buanh-buahan yang akan dimakan dengan air bersih

-

Masak makanan sampai benar-benar matang

-

Menutup makanan pakai tudung saji

Perilaku Tidak Hygienis -

Cuci tangan pakai sabun sebelum makan

-

Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar

-

Gunakan selalu alas kaki

-

Potong pendek kuku

-

Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman

7. Keracunan Makanan Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Cara efektif mencegah Keracunan Makanan, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut : a. Makanan rusak atau kadaluwarsa -

Pilih bahan makanan yang baik dan utuh

-

Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan

b. Pengolahan Makanan tidak Akurat -

Memasak dengan matang dan panas yang cukup 82

-

Makan makanan dalam akeadaan panas atau hangat

-

Panaskan makanan bila akan dimakan

c. Lingkungan tidak bersih atau higienis -

Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah

-

Simpan makanan pada tempat yang tertutup

-

Kandang ternak jauh dari rumah

-

Tempat sampah tertutup

d. Perilaku tidak higienis -

Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan

-

Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB

-

Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakailah tutup mulut.

Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Dalam Islam

Islam merupakan akidah pertama, bahkan norma ilmiah pertama yang memperkenalkan dan memerintahkan prinsip kebersihan yang diidentikkan dengan bersuci (tahārah). Salah satu cara yang dianjurkan oleh Islam dalam memelihara kesehatan adalah menjaga kebersihan. Sikap Islam terhadap kebersihan sangat jelas dan didalamnya terkandung nilai ibadah kepada Allah swt. Sesungguhnya kitab-kitab syariat Islam selalu diawali dengan bab altahārah (bersuci), yang merupakan kunci ibadah sehari-hari. Sebagai contoh salat seorang muslim tidak sah jika tidak suci dari hadas, karena kebersihan

83

(kesucian) pakaian, badan dan tempat dari najis merupakan salah satu syarat sahnya salat (Wahid, 2009)

Lebih jauh, tak hanya kebersihan, Islam mengajarkan pula tentang kesucian. Bersih dan suci adalah dua hal yang tidak dapat di pisahkan, keduannya sangat erat berhubungan dengan kesehatan, meskipun arti katanya tak persis sama.

Bersih merupakan kata sifat yang menunjukkan keadaan

bebas dari kotoran. Kebersihan bersifat umum dan tidak terkait langsung dengan tata cara peribadatan. Namun demikian, tetap saja merupakan keharusan bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, suci dalam ajaran Islam ialah terhindar dari najis dan hadas. Agar menjadi suci, seorang muslim harus mejalankan aturan berupa tata cara tahārah (bersuci). Setelah bersuci, baru dapat menjalankan ibadah-ibadah khusus, terutama salat Kebersihan sangat diperhatikan dalam Islam baik secara fisik maupun jiwa, baik secara tampak maupun tidak tampak. Dianjurkan pula agar memelihara dan menjaga sekeliling

lingkungan dari kotoran agar tetap bersih. Dalam

pandangan Yusuf al- Qardhawi ia menyebutkan bahwa perhatian al-sunnah alnabawiyyah terhadap kebersihan muncul dikarenakan beberapa sebab, yaitu: Pertama, sesungguhnya kebersihan adalah sesuatu yang disukai Allah swt. Sebagaimana dalam firmannya dalam Q.S al-Baqarah ayat 222:

84

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang- orang yang mensucikan diri. Kedua, kebersihan adalah cara untuk menuju kepada kesehatan badan dan kekuatan. Sebab hal itu merupakan bekal bagi tiap individu. Disamping itu, badan adalah amanat bagi setiap muslim. Dia tidak boleh menyianyiakan dan meremehkan manfaatnya, jangan sampai dia membiarkan badannya diserang oleh penyakit. Ketiga, kebersihan itu adalah syarat untuk memperbaiki atau menampakkan diri dengan penampilan yang indah yang dicintai oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Keempat, kebersihan dan penampilan yang baik merupakan salah satu penyebab eratnya hubungan seseorang dengan orang lain. Ini karena orang sehat dengan fitrahnya tidak menyukai sesuatu yang kotor dan tidak suka melihat orang yang tidak bersih. (Hasan, 2005) Dalam ilmu pencegahan penyakit (preventif disease) dan ilmu pengetahuan alam diketahui bahwa membiarkan lingkungan kotor atau tidak membersihkannya dari najis, kotoran atau semua perantara yang menyebabkan penyebaran wabah, tentu akan memberi dampak buruk yang sangat besar terhadap manusia, hewan dan tumbuhan. Karenanya pemeliharaan lingkungan menjadi prioritas yang wajib dipenuhi dalam syari‟at. Melanggar atau membiarkannya juga akan terhitung sebagai dosa (Mahmud, 2008). 85

2.4 Kerangka Teori Konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini Menurut Notoatmodjo tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Faktor Internal:    

Pendidikan Minat Pengalaman Usia

PENGETAHUAN

Faktor Eksternal:   

Ekonomi Sumber Informasi Sosial Budaya

(Notoatmodjo, 2003)

Bagan 1. Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di DesaPatrasana, Kp.Pala RT 007/002 Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang Tahun 2018

86

2.5 Kerangka Konsep Berdasarkan buku Notoatmodjo tahun 2010 berjudul “Metodologi Penelitian Kesehatan,” kerangka konsep dibuat dengan menghubungkan variabel independen dari kerangka teori yang relevan dengan “Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana, Kp. Pala Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten" Variabel Independen:    

Usia Pendidikan Sumber Informasi Sosial Budaya

Variabel Dependen: Pengetahuan Pengelolaan Sampah

Bagan 2. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di DesaPatrasana, Kp.Pala RT 007/002 Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang Tahun 2018

87

2.6. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 14. Definisi Operasional No Nama Variabel 1

Definisi

Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui

Pengelolaan

responden mengenai pengelolaan

Sampah Rumah

sampah rumah tangga meliputi :

Tangga

1. Pengetahuan mengenai definisi sampah 2. Pengetahuan daerah tempat

Alat Cara Ukur Hasil Ukur Ukur Kuisioner Wawancara Berdasarkan Skala:

Ordinal

Guttman: 1. Baik : Jika hasil jawaban benar >80% 2. Tidak Baik :

membuang sampah

Jika hasil

3. Pengetahuan mengenai

jawaban

penyakit yang timbul ketika

Skala

benar <20%

membuang sampah sembarangan 4. Pengetahuan dampak membuang sampah di selokan

88

No Nama Variabel

Definisi

Alat

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

Ukur 5. Pengetahuan mengenai contoh sampah layak jual 6. Pengetahuan contoh jenis sampah layak kerajinan 7. Pengetahuan cara mengelola sampah dengan teknik meminimalkan 8. Pengetahuan tentang tata cara mengelola sampah 9. Pengetahuan tentang cara mendaur ulang 10. Pengetahuan tentang tata cara teknik mendaur ulang 2

Usia

Umur responden terhitung sejak

Kuisioner Wawancara 1. < 20 tahun

lahir sampai dilakukannya

2. 20-35 tahun

penelitian

3. > 35 tahun

Ordinal

89

No Nama Variabel

Definisi

Alat

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

Ukur 3

Pendidikan

Merupakan jenjang sekolah formal

Kuisioner Wawancara

1. SD

yang yang pernah ditempuh dan

2. SMP

berijazah

3. SMA

Ordinal

4.Tidak Sekolah 4

Ekonomi

Ekonomi didasarkan pada

Kuisioner Wawancara 1. Tinggi :

pendapatan yaitu segala bentuk

Pendapatan

penghasilan yang

Rp. 3.648.035

Ordinal >

2. Rendah: Pendapatan
90

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian dengan metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung.

3.2

Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkahlangkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi sendiri adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat keluarga binaan di RT/RW 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.3

Sampel Pengumpulan Data Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah dari populasi pengumpulan ada pada empat keluarga binaan di RT/RW 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah 4 orang yaitu keluarga Tn. Suandi sebanyak 1 91

orang, Tn. Moh.Efendi sebanyak 1 orang, Tn. Kasminah sebanyak 1 orang, dan Tn. Suheri sebanyak 1 orang dengan cara total sampling. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu: 1.

Bersedia untuk menjadi informan

2.

Usia di atas 20 tahun

3.

Merupakan anggota keluarga binaan baik laki-laki maupun perempuan

4.

Sehat jasmani dan rohani

Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu: 1.

Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui

3.4

Jenis dan Sumber Data 3.4.1

Jenis Data Data kualitatif didapatkan dari pengalaman orang yang

diterangkan secara mendalam, pengalaman dan interaksi sosial dari subjek penelitian sendiri. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Data kualitatif adalah analisa akar penyebab masalah. Data kuantitatif 92

menggambarkan karakteristik responden, pengetahuan, usia, tingkat pendidikan, penghasilan, sumber informasi dan sosial budaya. 3.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam pengumpulan data ini adalah para responden keempat keluarga binaan di RT/RW 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 3.4.3 Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa skala ordinal dan nominal.

3.5

Penentuan Instrument Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Instrumen pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuantujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas,

serta

cukup

efisien

dalam

penggunaan

waktu

untuk

mengumpulkan data.

93

3.6

Pengumpulan Data Pengumpulan data kualitatif dengan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan terbuka untuk menentukan akar penyebab masalah pengetahuan mengenai cara pengelolaan sampah pada keluarga binaan RT/RW 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data yang diperoleh dapat berupa data primer, sekunder, dan tersier. Data primer didapatkan dari wawancara dan kuesioner pada keluarga binaan di RT/RW 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kresek, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka. Sebelum mengumpulkan data dilakukan persiapan berupa persamaan persepsi antar peneliti. Pengumpulan data dilakukan di RT/RW 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pengumpulan data ini dilakukan selama tujuh hari mulai dari tanggal 30 – 8 Juni 2018, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen dengan teknik wawancara terpimpin kepada responden. Wawancara dengan kuesioner dilakukan dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden). Dari empat keluarga binaan ini diambil 4 orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.

94

Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data pada Keluarga Binaan RT/RW 007/002 Desa Patrasana, Kabupaten Tangerang, 30 Mei – 9 Juni 2018 Tanggal Rabu 30 Mei 2018 Kamis 31 Mei 2018

Jumat 1 Juni 2018 Sabtu 2 Juni 2018

Senin 4 Juni 2018

Selasa 5 Juni 2018 Rabu 6 Juni 2018 Kamis 7 Juni 2018 Jumat 8 Juni 2018 Sabtu 9 Juni 2018

Kegiatan  Pengumpulan data dasar dari Puskesmas Kresek     

Perkenalan dengan Kader Perkenalan serta sambung rasa dengan keluarga binaan Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan Melakukan presurvey ke keluarga binaan Diskusi Kelompok

 Kunjungan ke keluarga binaan untuk presurvey kedua dan pengisian kuisioner presurvey  Pengumpulan dan mengolah data hasil pengisian kuisioner  Kunjungan ke keluarga binaan untuk pengisian kuisioner survey  Pengumpulan dan mengolah data hasil pengisian kuisioner • Diskusi Kelompok • Melengkapi Laporan • Diskusi kelompok dan bimbingan dengan dr. Truly pembimbing lapangan di Puskesmas Kresek • Melengkapi Laporan • Melakukan Intervensi Diagnosis Komunitas • Melengkapi Laporan

95

3.7

Pengolahan dan Analisa Data Untuk pengolahan data tentang “ Gambaran Pengetahuan Pengelolaan

sampah pada keluarga binaan RT 007/002, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara komputerisasi dengan menggunakan program Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah : 1. Tingkat pendidikan responden mengenai cara pengelolaan sampah 2. Usia responden dalam memahami cara pengelolaan sampah 3. Sumber informasi yang didapatkan responden untuk mengetahui cara pengelolaan sampah 4. Pengaruh sosial budaya yang ada terhadap pengetahuan cara pengelolaan sampah 5. Pengaruh tingkat ekonomi terhadap pengetahuan cara pengelolaan sampah

96

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1

Analisis Univariat Hasil analisis data disajikan dalam bentuk pie chart dan tabel berdasarkan variabel–variabel dalam kuesioner yang dijawab 4 responden pada bulan Juni 2018

4.1.1 Karakteristik Responden Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari empat keluarga binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Tn. Suwandi, Tn. Moh. Efendi, Tn. Suhari, dan Ny. Kasminah. a. Usia Responden Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Azwar, 2009) Tabel 16. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Tahun 2018 Umur Responden < 20 Tahun

Jumlah Responden 0

Persentase (%) 0%

20 – 35 Tahun

2

50 %

>35 Tahun

2

50 %

Total

4

100%

97

Berdasarkan dari tabel 16. Tentang distribusi frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan jumlah ibu dengan usia 20 – 35 tahun memiliki frekuensi yang sama yaitu 50% dan 50% berada pada usia > 35 tahun. b. Pendidikan Responden Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. (Notoatmodjo, 2003)

Pendidikan SD

SLTA 25%

SD 50%

SLT P SLT A

SLTP 25%

Diagram 1. Pie Chart Pendidikan Pada Pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Juni 2018

Berdasarkan dari Grafik pie chart 1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan adalah SD yaitu sebanyak 50 %, sedangkan SLTP dan SLTA sebanyak 25%.

98

c. Pekerjaan Responden

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Buruh Lepas

25%

75%

Diagram 2 Pie Chart Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Juni 2018

Berdasarkan dari pie chart 4.2 terlihat jenis pekerjaan dari keluarga binaan adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 75% dan Buruh Lepas 25%.

99

d. Ekonomi Responden

Ekonomi 0%

Rendah Tinggi 100%

Diagram 3 Pie Chart Ekonomi Pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Juni 2018

Berdasarkan dari Diagram pie chart 3 terlihat ekonomi dari seluruh keluarga binaan ialah ekonomi yang rendah dimana tingkat pendapatan keluarga dari masing- masing keluarga masih di bawah Rp 3.648.035

100

4.1.2. Pengetahuan Pengelolaan Sampah Segala sesuatu yang diketahui responden mengenai pengelolaan sampah, meliputi: 1. Pengetahuan mengenai definisi sampah 2. Pengetahuan mengenai daerah tempat pembuangan sampah 3. Pengetahuan mengenai penyakit yang timbul ketika membuang sampah sembarangan 4. Pengetahuan mengenai dampak membuang sampah di selokan 5. Pengetahuan mengenai contoh sampah layak jual 6. Pengetahuan mengenai contoh jenis sampah layak kerajinan 7. Pengetahuan mengenai pengelolaan sampah dengan teknik 8. Pengetahuan mengenai tatacara pengelolaan sampah 9. Pengetahuan mengenai cara mendaur ulang sampah 10. Pengetahuan mengenai cara mendaur ulang sampah yang salah

Dalam hal ini responden diberikan beberapa pertanyaan seputar pengelolaan sampah melalui kuesioner, pengetahuan pengelolaan sampah dikatakan baik apabila responden dapat menjawab > 50% pertanyaan dengan benar.

101

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden mengenai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Juni 2018 Pengetahuan Pengelolaan Sampah Baik

Jumlah Responden

Persentase (%)

1

25%

Tidak baik

3

75%

Total

4

100%

Berdasarkan tabel 17, didapatkan bahwa 75% responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga yang tidak baik dan 25% responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.

4.1.3. Sumber Informasi Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Sumber informasi bisa didapatkan dari media cetak, media elektronik maupun melalui informan seperti penyuluhan maupun seminar. Tabel 18 Distribusi Frekuensi Responden mengenai Sumber Informasi pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Juni 2018 Sumber Informasi Pernah Memperoleh

Jumlah Responden 0

Persentase (%) 0%

Tidak Pernah

4

100%

Total

4

100% 102

Berdasarkan tabel 18 didapatkan bahwa seluruh responden (100%) tidak pernah memperoleh informasi mengenai Pengelolaan Sampah baik dari media cetak, media elektronik maupun dari penyuluhan.

4.1.4. Sosial Budaya Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran terhadap perbuatan yang baik dan buruk. Dalam hal ini sosial budaya yang dianalisis ialah bagaimana perilaku responden dalam mengelola sampah rumah tangganya.

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Responden mengenai Sosial Budaya pada Keluarga Binaan di Desa Patrasana RT 007/ RW 002, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2018 Sosial Budaya

Jumlah Responden

Persentase (%)

Mengelola sampah rumah tangga dengan baik

0

0%

rumah tangga dengan baik

4

100%

Total

4

100%

Tidak mengelola sampah

Berdasarkan tabel 19. didapatkan bahwa 100% dari responden tidak mengelola sampah rumah tangga dengan baik. Responden hanya menumpuk sampah di halaman rumah mereka tanpa memilah-milah sampah terlebih dahulu kemudian dibakar. 103

4.2.

Rencana Intervensi Pemecahan Masalah Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana

intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut:

104

FISHBONE

105

Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut: 1. Kebiasaan yang sudah ada sejak lama untuk membuang sampah tidak pada tempatnya 2. Tidak adanya tempat sampah karena keterbatasan biaya 3. Kurangnya kreativitas dalam pengelolaan sampah rumah tangga 4. Adanya kesulitan untuk mengingat informasi yang baru pada usia lanjut 5. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencari informasi

Tabel 20. Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan di di Desa Patrasana RT 007/ RW 002 Juni 2018 No

1

Akar Penyebab

Alternatif

Masalah

Pemecahan Masalah

Kebiasaan yang

Mendorong

sudah ada sejak lama masyarakat untuk untuk membuang

peduli terhadap

sampah tidak pada

informasi &

tempatnya

lingkungan

Rencana Intervensi

Waktu Pelaksanaan

Mendorong masyarakat

Jangka Pendek untuk

membuat paguyuban serta jadwal

untuk

saling menyampaikan Informasi dan koordinasi pembuangan sampah ke TPA

106

No 2

Akar Penyebab

Alternatif

Rencana Intervensi

Masalah

Pemecahan Masalah

Waktu Pelaksanaan

Keterbatasan

Memotivasi

Mendorong

penghasilan

keluarga binaan

keluarga

keluarga sehingga

untuk

Jangka Pendek binaan

mencari untuk memiliki

tidak

mampu penghasilan

dari UKM

membeli

tempat pekerjaan tambahan

sampah

sebagai

tambahan penghasilan dan pemberian tempat sampah

3

Jangka Menengah

Kurangnya

Mendorong

Mendorong

kreativitas dalam

masyarakat untuk

masyarakat untuk

pengelolaan

lebih kreatif dalam

membuat

sampah rumah

mengelola sampah

paguyuban guna

tangga

memberdayakan prakarya dari sampah

4

Jangka Panjang

Adanya kesulitan

Mendorong

Menyarankan

untuk mengingat

masyarakat untuk

puskesmas

informasi yang

melakukan

diadakan kegiatan

baru pada usia

pemeriksaan

kesehatan

lanjut

kesehatan rutin yang lansia

agar

untuk

dilakukan

107

No

5

Akar Penyebab

Alternatif

Masalah

Pemecahan Masalah

Rencana Intervensi

Pelaksanaan

Kurangnya

Mendorong

Berkordinasi

kesadaran

masyarakat

masyarakat untuk

mengusulkan

untuk memberikan

mencari informasi

adanya sumber

sarana/fasilitas

informasi kepada

kepada masyarakat

puskesmas

agar mudah untuk

untuk

Waktu

Jangka Panjang

dengan puskesmas

mengakses sumber informasi

4.3. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi melalui penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dengan menggunakan poster yang menarik agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Poster akan ditempel di tempat – tempat umum yang mudah diakses oleh warga. Terpilihnya intervensi diatas dikarenakan penyuluhan dan sosialisasi tidak memakan waktu atau tempat yang banyak, selain itu diharapkan dengan adanya poster dan video, lebih dapat menarik minat para responden menyimak penyuluhan dan mudah untuk dimengerti. Intervensi yang tidak dapat dilakukan disertakan di saran. Penyuluhan diselenggarakan pada hari Jumat, 8 Juni 2018 mengenai cara pengelolaan sampah rumah tangga. Menggunakan komunikasi dengan masing – masing keluarga binaan dan warga sekitar yang bertempat di rumah kader desa setempat. Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster dan video mengenai cara pengelolaan sampah rumah tangga yang baik dan benar.

108

Menetapkan Kegiatan Operasional 1.

Konsep Acara Persiapan •

Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan



Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan



Menghubungi dan mendatangi setiap keluarga binaan

Pelaksanaan •

Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB di rumah kader desa



Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan anggota keluarga binaan seperti penyuluhan



Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi dalam bentuk poster dan video

• 2.

Acara berakhr pada pukul 10.30 WIB

Waktu dan Tempat Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Juni 2018 pukul 09.00 di rumah kader desa di Desa Patrasana dan berlangsung pukul 09.00 – 10.30 WIB

4.4 Evaluasi Intervensi Pemecahan Masalah Intervensi pemecahan masalah yang telah dilakukan di seluruh rumah keluarga binaan pada hari Jumat, 8 Juni 2018 Pukul 09:00. Dilakukan pre-test pada warga terlebih dahulu sebelum dilakukan penyuluhan via poster dan video. Hasil pre-test dan post-test adalah sebagai berikut:

109

Tabel 21 Hasil Pre-test Pengetahuan

Jumlah Responden

Presentase

Baik

0

0%

Cukup

1

25%

Buruk

3

75%

Total

4

100 %

Dari Tabel 21 diketahui bahwa 75% pengetahuan responden mengenai pengelolaan sampah adalah buruk sebelum dilakukan penyuluhan. Setelah penyuluhan dilakukan, resbonden diberikan soal yang sama dengan pre-test dan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 22 Hasil Post-test Pengetahuan

Jumlah Responden

Presentase

Baik

3

75%

Cukup

1

25%

Buruk

0

0%

Total

4

100 %

Dari tabel 22 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan penyuluhan warga binaan dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.

110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Area Masalah Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke

keluarga binaan yang bertempat tinggal di di RT 007 / RW 002, Desa Patrasana, Kp. Pala, Kecamatan Kresek , Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2018. Maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu “Gambaran Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Pada Keluarga Binaan RT 007/002 Kp.Pala, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2018”.

5.1.2 1.

Akar Penyebab Masalah Kebiasaan yang sudah ada sejak lama untuk membuang sampah tidak pada tempatnya

2.

Kurangnya kreativitas dalam pengelolaan sampah rumah tangga

3.

Adanya kesulitan untuk mengingat informasi yang baru pada usia lanjut

4.

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencari informasi

5.

Keterbatasan penghasilan keluarga sehingga tidak mampu membeli tempat sampah

5.1.3

Alternatif Pemecahan Masalah

1. Mendorong masyarakat untuk peduli terhadap informasi & lingkungan

111

2. Mendorong masyarakat untuk lebih kreatif dalam mengelola sampah, Meningkatkan keingintahuan masyarakat mengenai sampah 3. Mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan 4. Mendorong masyarakat untuk mengusulkan adanya sumber informasi kepada puskesmas 5. Memotivasi keluarga binaan untuk

mencari penghasilan

dari pekerjaan tambahan

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan 1. Melakukan penyuluhan mengenai pengetahuan pengelolaan sampah 2. Melakukan pemberian tempat sampah dilingkungan desa Patrasana, Kp. Pala Rt007/Rw 002 3. Menyusun jadwal pembuangan sampah ke TPA bersama kader dan warga Kampung Pala

5.2 Saran 5.2.1 Bagi Masyarakat 

Masyarakat agar saling bergotong-royong untuk memahami pengelolaan sampah rumah tangga dan manfaat yang didapatkan apabila sampah dikelola sebagai sampah layak jual



Kader setempat untuk lebih meningkatkan peran dalam memantau dan mengingatkan warga setempat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

112

5.2.2 Bagi Puskesmas Kresek 

Memberikan penyuluhan rutin dan menjangkau masyarakat

yang belum pernah mendapat penyuluhan agar seluruh masyarakat dapat mengerti pengelolaan sampah dan dampak negative sampah bagi kesehatan. 

Meningkatkan pemantauan ke masyarakat agar lebih optimal

dalam meningkatkan pengetahuan kebersihan lingkungan sehingga akan terwujud lingkungan yang bersih dan sehat.

113

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro. Alwi, Hasan,dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai Pustaka. Azwar, Azrul, 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Wijaya. Depkes RI. 2014. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2014. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: P.T. Citra Adtya Bakti Harold A. Linstone, M. T. 1975. The Delphi Method:Techniques and Applications. Mass.: Adison-Wesley Hasan, M.T. 2005 Islam dalam Perspektif Sosio Kultural. Jakarta: Lantabora Press Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Salam, B. 2003. Logika materiil filsafat ilmu pengetahuan, Jakarta : Rineka Cipta Wahid, M. 2009. Ilmu Kesehatan Mayarakat: Teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

114

LAMPIRAN

1.KUISIONER A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama

:

2. Usia

:

3. Penghasilan keluarga dalam 1 bulan : a. < Rp3.670.936 4. Pendidikan terakhir a. SD 5. Pekerjaan

b. SMP

b. Rp3.670.936

c. > Rp3.670.936

: c. SMA

d. Tidak Sekolah

:

B. PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH 1. Menurut anda, daerah tempat membuang sampah adalah? a. Kantong sampah tertutup b. Kantong sampah terbuka c. Sembarang tempat 2. Menurut anda, sampah adalah.... a. Semua benda yang tidak disenangi b. Semua benda bekas c. Semua benda yang tidak terpakai lagi d. Semua benda yang harus di buang e. Jawaban C dan D benar 3. Menurut anda, penyakit yang timbul ketika membuang sampah? a. Sakit mata b. Diare dan DBD c. Cacingan 4. Menurut anda apa yang terjadi jika kita membuang sampah di selokan,? a. Dimarahi pak dukuh b. Menyebabkan kotoran dimana-dimana c. Membuat saluran tersumbat 115

5. Yang termasuk sampah layak jual dibawah ini adalah a. Botol plastik b. Daun kering c. Bungkusan makanan 6. Berikut adalah termasuk ke dalam jenis sampah layak kerajinan, kecuali a. Bungkus detergen b. Bungkus pewangi c. Tissue d. Botol plastik 7. Berikut adalah cara mengelola sampah dengan teknik meminimalkan adalah: a. Memanfaatkan kertas bekas b. Memanfaatkan halaman sebaliknya kertas bekas untuk menulis c. Memanfaatkan kaleng bekas untuk membuat pot tanaman 8. Berikut adalah cara mengelola sampah dengan cara memanfaatkan kecuali: a. Memanfaatkan gelas plastik untuk tempat pembibitan tanaman b. Baju bekas bisa diberikan orang lain c. Menghindari tas plastik pada saat berbelanja 9. Sedangkan, berikut adalah cara untuk mengelola sampah dengan cara mendaur ulang: a. Mengolah sampah organik menjadi kompos b. Memperbaiki sepatu yang rusak c. Vulkanisir ban 10. Berikut adalah cara mengolah sampah dengan teknik mendaur ulang, kecuali: a. Mengolah gabus styrofoam menjadi pot tanaman, batako b. Mengolah/memanfaatkan kaca menjadi aneka bentuk benda seni c. Baju bekas bisa diberikan kepada orang lain C. SUMBER INFORMASI 1. Apakah anda pernah memperoleh informasi mengenai Pengelolaan Sampah? a. Pernah

b. Tidak Pernah

116

2. Jika pernah, darimana anda mendapatkan informasi mengenai Pengelolaan Sampah? a. Media cetak (Buku, Koran, Majalah) b. Media elektronik (TV, Internet, Radio) c. Penyuluhan

D. SOSIAL BUDAYA 1. Apakah anda selalu membuang sampah ke tempat sampah? a.Ya b. Tidak 2. Apakah orang disekitar tempat tinggal anda membuang sampah ke tempatsampah ? a.Ya

b. Tidak

117

2.

POSTER

118

3.

LEMBAR PRE TEST DAN POST TEST

1. Menurut anda, sampah adalah.... a. Semua benda yang tidak disenangi b. Semua benda bekas c. Semua benda yang tidak terpakai lagi d. Semua benda yang harus di buang e. Jawaban C dan D benar 2. Menurut anda, penyakit yang timbul ketika membuang sampah? a. Sakit mata b. Diare dan DBD c. Cacingan 3. Berikut adalah cara mengelola sampah dengan teknik meminimalkan adalah: a. Memanfaatkan kertas bekas b. Memanfaatkan halaman sebaliknya kertas bekas untuk menulis c. Memanfaatkan kaleng bekas untuk membuat pot tanaman 4. Berikut adalah cara mengelola sampah dengan cara memanfaatkan kecuali: a. Memanfaatkan gelas plastik untuk tempat pembibitan tanaman b. Baju bekas bisa diberikan orang lain c. Menghindari tas plastik pada saat berbelanja 5. Berikut adalah cara mengolah sampah dengan teknik mendaur ulang, kecuali: a. Mengolah gabus styrofoam menjadi pot tanaman, batako b. Mengolah/memanfaatkan kaca menjadi aneka bentuk benda seni c. Baju bekas bisa diberikan kepada orang lain

119

4.

FOTO KEGIATAN INTERVENSI

120

More Documents from "Indah Permata Sari"