ANTIHISTAMIN Sewaktu diketahui bahwa histamiri mem~ pengaruhi banyak proses fisiologik dan patologik, maka dicarikan obat yang dapat mengantagonis efek histamin. Epinefrin merupakan antagonis fisiologik . pertama yang digunakan. Antara tahun 1937-1972, beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian digunakan dalam terapi, tetapi efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin misalnya antergan, neoantergan, difenhidr,amin dan .tripelenamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati edema, eritem dan · pruritus- tetapi tidak dapat melawari efek . hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut di golongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1). Sesudah tahun 1972, ditemukan kelompok antihistamin baru, yaitu burimamid, metiamid dan simetidin yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. Kedua:. jenis antihistamin Jni ~bekerja secara • kompetitif, yaitu dengan menghamb.at antihistamin dan reseptor histamifiH1 ·atau: Hf; ' " 2.1. ANTAGONIS RESEPTOR H1 (AH1) KIMIA Struktur dasar AH1 adalah sebagai berikut : Ar1 '-.. -< H ' / X-CH2-CH2-N Ar2 H Dengan Ar = aril dan X dapat diganti dengan N, C atau -C-0-. Pada struktur AH1 ini terdapat gugus:· etilamin yang juga ditemukan pada rumus bangun histamin. Secara kimia AH1 dibedakan atas beberapa golongan yang dapat dilihat pada Tabel 17-1. FARMAKODINAMIK Antagonlsme terhadap histamin. AH1 ·menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos: selain itli AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hiper,;ensivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan hista~. min endogen berlebihan. Otot polos. Secara umum AH1 efektif menghambat kerja histamin pada otot polos usus dan bronkus. Bronkokonstriksi akibat histamin dapat dihambat oleh AH1 pada percobaan dengan marmot. Permeabllltas kapller. Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat histamin, dapat dihambat dengan efektif oleh AH1. Farmakologi dan Terapi Reaksl anafllaksls dan alergl. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1, karena di sini bukan histamin saja yang berperan tetapi autakoid lain yang dilepas- . kan. Efektivitas AH1 melawan beratnya · reaksi hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamin. Kelenjar eksokrln. Efek perangsangan histamin terhadap sekresi cairan lambung tidak dapat di~ hambat oleh AH1. AH1 dapat mencegah asfiksi pada marmot akibat histamin, tetapi hewan ini mungkin mati karena AH1 tidak mencegah perforasi lambung akibat hipersekresi cairan lambung. AH1 dapat menghambat sekresi saliva dan sekresi kelenjar eksokrin lain akibat histamin.
EFEK SAMPING. Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan. diteruskan .. Terdapat variasi yang besar dalam toleransi terhadap obat antar individu, kadangkadang efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi per1u dihentikan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan pasien yang dirawat di RS atau pasien yang per1u banyak tidur. Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memer1ukan kewaspadaan tinggl sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek sedasi lni. AStemizol, terfenadin, loratadln –tldak atau kurang menimbulkan sedasi. Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 lalah vertigo, tinltus, lelah, penat, lrikoordinasl, penglihatan kabur, dlplopia, euforla, gellsah, lns0mnla dan tremor. Efek samping yang termasuk sering· juga ditemukan lalah nafSu makan berkurang,· mual, muntah, keluhan pada epigastrlum, konstipasi atau dlare; efek sampin-g ini akan berkurang_ bila AH1 dlberlkan-. sewaktu · · makan. Penggunpan astemizol, suatu antlhlstamln non. sedatlf, se!ama leblh darl 2 minggu dilapor.kan dapat menyebabkan bertambatmya nafsu rriakan dan berat badan. Efek samping lain yang -mungkln timbul .oleh AH1 · ialah mulut kerlng, disuria, palpltasl, hlpotensl, sakit kepala, rasa berat dan ·1emah pada tangan. lnsidens efek samping karena efek antlkollnergik tersebut kurang. pada paslen yang mendapat antihistamin nonsedatlf. AH1 blsa menimbulkan alergi _pada pemberian oral, tetapi Jebih sering terjadi akibat penggunaan · lokal berupa dermatitis · alergik. Demam dan fotosensitlvitas juga pemah dilaporkan terjadi. AH1 sangat jarang menlmbulkan komplikasi berupa leukoJ)enia dan agranulositosis. · Pemberian terfenadln ata1;1 astemizol dosls terapi bersama ketokonazol, itrakonazol, alau antiblotik golongsn makrolid seperti eritromisln dapat mengakibatkan terjadinya perpanjangan Interval QT . dan meneetuskan terjadinya arltmia . ventrlkel .(torsades de polntes) yang mung_kin fatal. Keadaan ini disebabkan karena antimikroba di. atas menghambat metabolisme terfenadin atau . astemilot . oleh enzim CYP3A4 sehlngga terjadi .peningkalan kadar antihistamin di dalam darah. Karena interaksi yang berbahaya tersebut maka terfenadin dan astemizQI dikontraindikasikan pemberiannya pada pasien yang mendapat ketokonazol, itrakonai;ol, atau antibiotik golongan makrolid, _dan juga pada pasien dengan penyaklt hati. Oerrijkian pula dengan jus grapefruit yang juga menghambat CYP3A4 dan meningkatkan kadar terfenadin plasma secara bermakna. Beberapa negara telah menarik lzin pemasaran terfenadin dan menggantikannya dengan feksofenadin, yang merupakan hasil karboksilasi terfenadin yang tidak toksik terhadap jantung. INTOKSIKASI AKUT AH1. Keracunan akut AH1 . terjadi karena obat . golongan ini sering terdapat sebagal . obat persediaan dalam rumah tangga.· . Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan, · · sedangkan pada orang dewasa akibat U$8ha .. ·· bunuh dlri~ Dosis 20-30 tablet AH1 sudah bersifat - · letar:bagi anak. Efek sentral AH1 merupakan efek yang ~. bahaya. Pada anak kecil efek yang domlnan ialah · perang5angan dengan manifestasi halusinasi,. . eksitasi, ataksia, lnkoordinasi, atetosis dan kejan_g. Kejang , lni . kadang-kadang · disertai tremor dar:i pergerakan atetoid yang bersifat tonik'-klonik . yang sukar dikontrol. Gejala lain mirip gejala keracunan atropin misalnya mldriasis, kemerahan di · muka dan sering pula timbul demam. Akhimya terjadi koma dalam dengan kolaps kardiorespirasi
yang .. dlsusul i<ematian dalam 2-18 ·jam. Pada orang dewasa; manifestasi keracunan biasanya berupa depresi pada permulaan, kemudian eksitasi dan akhlmya depresi SSP lebih lanjut. PENGOBA'fAN. Pengobatan diberikan secara . simtomatik~an suportifkarena-tidak ada antidotum ;spesifik. Deptesi SSP oleh AH1 tidak sedalam yang ditlmbulkari oleh barbiturat. Pemapasan biasanya tidak m_!!ngalami gangguan yang berat dan tekan. an darah dapat dipertahankan secara baik. Bila terjadi gagal napas, maka dilakukan napas buatan, _ ·. tindakan ini lebih -balk daripada memberikan analeptik yani;i justru akan mempermudah timbulnya konvulsi. Bila terjadi konvulsi, maka diberikan · . tiop8ntal atau diazepam. PERHATIAN. Sopir atau peker:ja yang memer1ufqir1 i<ewaspadaan yang menggunakan AH1 harus diperingatkan tentang kemuhgkinan timbulnya kantiJk. Juga AH1 sebagai campuran pada resep, harus digunakan dengan hati-hati karena efek AH1 bersifat aditif dengan alkohol, obat. penenang atau hlpnotik sedatif.