Valuasi Ekonomi Wisata Alam Senggigi (ntb),oleh : Aryo Dwiatmojo Raksa Buana Universitas Mataram

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Valuasi Ekonomi Wisata Alam Senggigi (ntb),oleh : Aryo Dwiatmojo Raksa Buana Universitas Mataram as PDF for free.

More details

  • Words: 8,003
  • Pages: 46
1

1. Judul : Valuasi Ekonomi Wisata Alam Senggigi Dengan Pendekatan Biaya Perjalanan ( Travel Cost ), Studi Kasus Di Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat .

2. Latar Belakang Potensi Sumber daya alam Indonesia sangat berlimpah, wilayah hutan tropis Indonesia terluas ketiga di dunia dengan cadangan minyak, gas alam, emas, tembaga dan mineral lainnya. Terumbu karang dan kehidupan laut memperkaya ke-17.000 pulaunya. Lebih dari itu, Indoensia memiliki tanah dan area lautan yang luas, dan kaya dengan berjenis-jenis ekologi. Menempati hampir 1.3 persen dari wilayah bumi, mempunyai kira-kira 10 persen jenis tanaman dan bunga yang ada di dunia, 12 persen jenis binatang menyusui, 17 persen jenis burung, 25 persen jenis ikan, dan 10 persen sisa area hutan tropis, yang kedua setelah Brazil (world Bank 1994). Walaupun demikian persoalan tentang pengelolaan sumber daya alam hanya mendapat perhatian sedikit dari para pengambil kebijakan (www.jurnal-ekonomi.org) Sedangkan Lingkungan Pesisir dan Kelautan di Indonesia Panjang seluruh garis pesisirnya mencapai 81,000 kilometer, ini adalah 14% dari seluruh pesisir di dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki pesisir terpanjang di dunia. Ekosistem kelautan yang dimiliki oleh Indonesia sungguh sangat bervariasi, dan mendukung kehidupan kumpulan spesies yang sangat besar. Indonesia memiliki hutan bakau yang paling luas, dan memiliki terumbu karang yang paling spektakuler di kawasan Asia. Hutan bakau paling banyak dijumpai di Pesisir Timur Sumatra, pesisir Kalimantan,

2

dan Irian Jaya (yang memiliki 69% dari seluruh habitat hutan bakau di Indonesia). Sedangkan lautan biru di Maluku dan Sulawesi menaungi ekosistem yang sangat kaya akan ikan, terumbu karang, dan organisme terumbu karang yang lain. Walaupun kekayaan Sumberdaya Alam Indonesia begitu berlimpah bukan berarti pengeloaan dari sumberdaya itu harus terabaikan justru Pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan secara terus menerus sebagai usaha untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi,

meningkatkan

kesejahteraan

rakyat

tentu

harus

memperhatikan lingkungan, karena pengelolaan alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya akan membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia ( Firmansyah dan Gunawan, 2007 : 106 ). Oleh sebab itu pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan kelestarian lingkungan dengan bertanggung jawab (Yoeti, 2000 : 35 ). Dengan keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, tentunya hal ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mendirikan industri pariwisata yang nantinya mampu memberikan kontribusi secara multidimensi bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Menurut Spillane, ( 2001: 57 ). Kepariwisataan itu penting disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : (1) Berkurangnya penerimaan devisa dari ekspor minyak dibandingkan waktu sebelumnya, (2) Prospek pariwista yang tetap memperlihatkan kecendrungan meningkat dari waktu-kewaktu dan (3) Besarnya potensi wisata yang dimiliki bagi pengembangan pariwisata di Indonesia .

3

Menurut Swantoro (1997 : 3), dorongan orang melakukan perjalanan timbul karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain atau hanya sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Selain itu munculnya berbagai kepentingan masyarakat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pendapatan, arus modernisasi, dan teknologi. Berdasarkan hasil identifikasi Masyarakat

Ekowisata Indonesia (MEI)

Propinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata (DTE) (Yoeti, 1999 : 44 ) yang banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik. Hal ini disebabkan oleh keanekaragaman obyek wisata yang dimiliki dan juga letak geogerafis provinsi NTB yang berada diantara jalur segi tiga emas pusat pariwisata Indonesaia yaitu Pulau Bali, Pulau Komodo dan Taman Laut Bunaken di Sulawesi. Nusa Tenggara Barat ( NTB) adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang patut untuk dikembangkan, Arus kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu mengalami

peningkatan dari tahun ketahun,. Salah satu

Kabupaten yang memiliki potensi wisata yang cukup terkenal adalah Kabupaten Lombok Barat, dimana kabupaten ini merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi NTB yang memiliki beberapa kawasan wisata yang cukup terkenal secara Internasional seperti Taman Nasional Gunung Rinjani, Pantai Senggigi dan kawasan wisata tiga Gili yang sangat populer . Salah satu objek wisata yang yang ada di Kabupaten Lombok Barat adalah kawasan wisata Senggigi , yaitu salah satu Lokasi di Lombok barat yang cukup

4

mengundang animo wisatawan lokal maupun mancanegara karena keindahan alamnya, sebagai gambaran banyaknya wisatawan yang berkunjung ke lombok barat maka tabel dibawah akan memberikan informasi : Tabel.1: Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lombok Barat tahun 1998-2007 Wisatawan No. Tahun Mancanegara Nusantara Jumlah 1. 1998 154.033 23.935 177.968 2. 1999 150.767 22.269 189.659 3. 2000 65.615 24.511 90.126 4. 2001 54.540 40.098 94.638 5. 2002 104.898 51.606 156.504 6. 2003 73.410 72.596 146.006 7. 2004 104.133 96.107 200.240 8. 2005 134.531 88.199 222.730 9. 2006 131.461 87.819 229.280 2007 131.352 122.260 253.612 10. Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya LOBAR Dari tabel di atas nampak bahwa jumlah kunjungan wisatawan Mancanegara dan Nusantara di Kabupaten Lombok Barat kurun waktu 1998-2007, memiliki tren yang cukup berfluktuasi dimana dalam empat tahun pertama terjadi penurunan yang cukup signifikan, yaitu dari sebesar 177.968 orang pada tahun 1998 turun menjadi 94.638 orang pada tahun 2001, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya krisis moneter yang melanda Indonesia dan beberapa negara di Asia pada pertengahan tahun 1997, yang menyebabkan ketidakstabilan politik, sosial dan ekonomi di dalam negeri, kondisi keamanan yang kurang baik sebagai imbas dari ketidakstabilan politik (pergantian kekuasaan) dan konflik internal masyarakat yang bernuansa SARA

5

(peristiwa 1/7/01) di Mataram yang turut memperburuk keadaan. Untuk lebih jelasnya bagan dibawah memberikan informasi : Grafik 1. Perkembangan jumlah kunjugan Wisatawan Ke Lombok Barat Grafik Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Lombok Barat 300 253.612

250 222.73 200

150

177.968

.

156.504

154.033 150.767

90.126 65.615

50 23.935

22.269

Mancanega ra

200.24

189.659

100

229.28

94.638

Nusantara

146.006

104.898

134.531 131.461 131.352 122.26 104.133 96.107

73.41 72.596 54.54 40.098

88.199

87.819 Jumlah

51.606

24.511

0 Tahun

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Sumber : Data diolah Dari grafik diatas fluktuasi yang begitu ekstrim terjadi pada tahun 2000 dimana jumlah kunjungan mencapai titik terendah sebesar 90.126 orang, dan mulai mengalami peningkatan lagi di tahun 2001 sebesar 94.638 orang, hingga di tahun 2002 mencapai puncak tertinggi dimana angka jumlah kunjungan

wisatawan

mencapai angka 156.504 orang, akan tetapi sejalan dengan peningkatan kunjungan wisatawan yang terjadi, tragedi Bom Bali mencuat, tepat tanggal 12 Oktober 2002 di Jimbaran dan Kute ( www.gatra.com ),

Bali porak poranda, sektor pariwisata

terpukul, kunjungan wisatawan di Lombok Baratpun terkena imbasnya, kunjungan ditahun 2003 anjlok mencapai angka 146.006 orang, selain tragedi Bom Bali Invasi Amerika ke Irakpun menjadi pemicunya, Invasi Amerika

ke Irak mulai terasa

6

dampaknya bagi dunia pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejumlah hotel di kawasan wisata Senggigi, maupun Gili Terawangan, Lombok Barat, tingkat huniannya anjlok hingga di bawah 20 persen ( Harian Kompas, 29 Maret 2003 ). Seiring dengan banyaknya Masalah eksternal yang memukul sektor pariwisata di NTB , Upaya pembenahanpun menjadi jawabannya, Sektor pariwisata di NTB mulai melaksanakan strategi dan upaya untuk meningkatkan kembali kunjungan wisatawan dengan promosi-promosi pariwisata dan kebudayaannya, akhirnya mulai tahun 2004 jumlah kunjungan wisatawan meningkat sebanyak 200.240 orang hingga mencapai 253.612 orang di tahun 2007. Adapun Promosi yang dilakukan selama ini lebih banyak ditujukan untuk menarik wisatawan asing. Pihak terkait, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, bahkan sejumlah anggota DPRD NTB, di tengah suasana psikologis akibat Perang Teluk, pascapeledakan bom di Bali, dan lain-lain yang menyurutkan orang untuk bepergian, hampir tidak pernah absen mengikuti kegiatan promosi, di antaranya ke London dan Berlin ( Harian kompas, 3 mei 2003 ). Sedangkan untuk melihat perkembangan kunjungan wisatawan Domestik dan Mancanegara ke wilayah Senggigi maka tabel dibawah memberikan informasi :

Tabel.2: Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Wisata Alam Senggigi tahun 2004-2007

7

No

Tahun

Wisatawan Wisatawan Domestik Mancanegara 1 2004 90.447 75.592 2 2005 81.975 99.243 3 2006 90.244 91.089 4 2007 111.296 82.212 Total 373.962 348.136 Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya LOBAR

Jumlah 166.039 181.218 181.333 193.508 722.098

Berdasarkan Tabel diatas nampak bahwa kunjungan wisatawan Domestik kesenggigi cukup signifikan, peningkatannya pada tahun 2006 dengan jumlah kunjungan sebesar 90.244 meningkat menjadi 111.296 ditahun 2007 yang walaupun jika dilihat dari tahun 2004 yang mana jumlah kunjungan saat itu sebesar 90.447 menurun menjadi 81.975. sedangkan untuk kunjungan wisatawan Mancanegara kunjungan tertinggi berada pada tahun 2005 yaitu sebesar 99.243 orang, yang kemudian merosot pada tahun berikutnya masing-masing 91.089 orang kunjugan di tahun 2006 dan 82.212 di tahun 2007, sementara secara general apabila dilihat total kunjungan empat tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Adapun informasi lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah :

Grafik Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Senggigi 800 722.098

700 600 500

Grafik 2. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Senggigi Wisatawan

400

373.962 348.136

300 200 100

166.039

181.218

181.333

193.508

90.447 75.592

99.243 81.975

90.244 91.089

111.296 82.212

2005

2006 TAHUN

2007

Wisatawan Mancanegara Jumlah

0 2004

Domestik

Total

8

Sumber : Data primer Diolah Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa tren fluktuasi kunjungan wisatawan empat tahun terakhir cukup fluktuatif, dimana jumlah kunjungan wisatawan domestik tahun 2004 adalah sebesar 90.447, sedangkan Kunjungan wisatawan Mancanegara Angka kunjungannya lebih rendah dengan total kunjungan sebesar 75.592 dibandingkan wisatawan domestik. Di tahun 2005 total kunjungan wisatawan Domestik berfluktuasi tajam mencapai titik terendah dengan angka

81.975,

sedangkan disisi lain terjadi peningkatan yang signifikan dari total kunjungan wisatawan Mancanegara yang mencapai titik tertinggi dengan angka 99.243, ditahun 2006 kunjungan wisatawan domestik mulai mengalami peningkatan kembali dengan angka 90.244, sedangkan kunjungan wisatawan Mancanegara berada pada angka 91.089, ditahun 2007 arus kunjungan wisatawan Domestik mencapai angka tertinggi dengan jumlah kunjungan sebesar 111.296 sedangkan untuk kunjungan wisatawan Mancanegara berada pada angka 82.212 orang kunjungan.

9

Walaupun fenomena fluktuasi dari tingkat kunjungan terutama wisatawan domestik kian membaik, harus di sadari bahwa keadaan tersebut berbanding terbalik dengan tingkat kunjungan wisatawan Mancanegara yang kian mengalami kemerosotan. Tapi secara menyeluruh peningkatan kunjungan total wisatawan mancanegara maupun domestik selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa kondisi Kepariwisataan di Lombok Barat kian membawa angin segar. Ada hal lain juga perlu di pertimbangkan oleh Pemerintah Daerah bahwa baru-baru ini mencuat isu global tentang pelarangan Maskapai penerbangan Indonesia ke Uni Eropa, hal ini menjadi tantangan baru bagi eksistensi Pariwisata di NTB, Imbas dari larangan menggunakan penerbangan Indonesia oleh Uni Eropa langsung dirasakan beberapa biro perjalanan wisata di NTB. Dimana, sebelum adanya larangan dari persatuan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE), banyak wisatawan dari kawasan tersebut, yang akan melakukan pendakian di taman nasional gunung rinjani (TNGR). Namun, setelah larangan tersebut keluar, para wisatawan terpaksa membatalkan niatannya untuk datang ke taman nasional gunung rinjani ( www. Mataram.nusatenggaranwes.com ). Karena berbagai isu global yang berkembang sangat sensitif mempengaruhi eksistensi pariwisata dalam negeri, maka harus ada upaya dalam memperkuat orientasi pengembangan pasar pariwisata, dari wisatawan asing menjadi wisatawan domestik. Sehingga dari awal perlu sekiranya melihat penilaian wisatawan terhadap obyek yang ada, yang berpotensi dikunjungi wisatawan.

10

Alasan lain mengapa penilaian sumberdaya alam penting, karena sumber daya alam adalah merupakan barang publik yang tidak dapat diperjual belikan secara terang-terangan kepada konsumen, akan tetapi bahwa penilaian sumber daya alam terkait di kawasan Wisata alam Senggigi adalah untuk mendapatkan Nilai Ekonomi yang pada akhirnya nanti, pihak-pihak yang terkait dalam proses pengelolaannya seperti Pemerintah Daerah

Lobar dan Seluruh Pengelola hotel yang berada

disepanjang kawasan senggigi sadar bahwa potensi wisata Senggigi mesti ditingkatkan agar nantinya mampu memberikan Kontribusi secara multidimensi dalam sektor kepariwisataan di NTB. Hal lain juga yang patut di pertimbangkan ialah bahwa dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan pariwisata Lombok Barat maka diperlukan suatu dasar perhitungan investasi yang realistik, yaitu dengan penilaian manfaat itangible rekreasi secara kuantitatif dan obyektif. penilaian manfaat intangible rekreasi ini ternyata tidak dapat dinilai dengan sistem pasar konvensional. Untuk tujuan penilaian ini para ahli ekonomi sumber daya alam dan llingkungan telah berusaha mengembangkan pendekatan yang dianggap representatif yaitu Travel Cost Method atau Metode Biaya Perjalanan yang prinsipnya yaitu menggunakan biaya perjalanan untuk menghitung nilai permintaan rekreasi suatu sumber daya alam yang tidak memiliki harga pasar. Pendekatan ini telah dipakai secara meluas untuk mendapatkan kurva permintaan rekreasi. ( Smith,1990 dalam Purwanto, 1998 : I.5 ) 3. Perumusan Masalah

11

1. Berapa besar nilai ekonomi wisata alam Senggigi dilihat dari biaya perjalanan (travel cost ) ? 2. Apakah biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi responden, karakteristik substitusi, Pendapatan Individu, Jumlah Kunjungan Individu, Tingkat Pendidikan, jarak, dan umur mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan lokal di wisata alam Senggigi Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat ? 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui berapa besar nilai ekonomi wisata Alam Senggigi dilihat dari biaya perjalanan (travel cost ) 2. Untuk mengetahui apakah faktor biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi responden, karakteristik substitusi, Pendapatan Individu, Jumlah Kunjungan Individu, Tingkat Pendidikan, jarak, dan umur mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan di wisata alam Senggigi Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat ?

4.2. Manfaat Penelitian Manfaat dari Penelitian ini adalah :

12

1. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai kebulatan program studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. 2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengadakan penelitian yang sama 3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sumber daya lingkungan. 5. Tinjauan Pustaka 5.1. Penelitian terdahulu Penelitian yang di lakukan oleh Zul Hakim (2007 :53-59) yang bejudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Pada Area Wisata Gili Trawangan “ penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai sumber daya alam dan lingkungan di area wisata Gili Trawangan dengan menghitung faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan individu di area wisata tersebut. Variabel-variabel yang di teliti biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi pengunjung (responden), karakteristik substitusi, pendapatan individu, dan tingkat keamanan mempengaruhi jumlah kunjungan individu ke kawasan area wisata Gili Trawangan. Pengukuran nilai sumber daya alam dan lingkungan di lakukan dengan metode Travell Cost Analysis di peroleh hasil penelitian dalam persamaan regresi Linier Beganda sebagai berikut : Y = 0,531 - 0,393X1 – 0,185X2 + 0,176X3 - 0,140X4 + 0,123X5 + 0,728X6 (0,661) (0,079) (0,470) (0,164) (0,257) (0,328) (0,00)

13

Dari persaman di atas menunjukan bahwa dari 7 variabel yang digunakan terdapat dua variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Jumlah kunjungan Individu ) yaitu, variabel pendapatan individu dan biaya perjalanan Sedangkan dari pengujian secara simultan diperoleh hasil bahwa semua variabel bebas (biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi responden, karakteristik substitusi, tingkat keamanan dan pendapatan individu) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya (jumlah kunjungan individu) Penelitian yang dilakukan oleh John A. Dixon (1980 : 159-168) tentang “Penilaian Taman Publik Lumpinee di Bangkok, Thailand”. Penelitian ini menggunakan pedekatan biaya perjalanan (Travel Cost) dengan teknik sederhana yaitu dengan pendekatan zonasi dan menggunakan alat analisis regresi. Responden dibagi kedalam 17 kelompok berdasarkan distrik administratif, dimana diambil 187 responden penganbilan data dengan teknik survey, dari hasil pengambilan sampel dapat di simpulkan 37 persen pengunjung tiap hari kerja dan 67 persen pengunjung akhir minggu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemakaian taman Lumpinee pada akhir minggu lebih banyak jika dibandingkan dengan pemakaian pada hari kerja. Pedekatan yang kedua di gunakan untuk menghitung kesediaan orang untuk membayar digunakan pendekatan penilaian Hipotesis. Dari hasil survey himpunan pertama mencerminkan

nilai pemakai karena wawancara di lakukan di taman,

himpunan kedua datang dari para responden termasuk termasuk baik pemankai atau bukan pemakai taman yang di wawancarai di pemukiman mereka. Dari sampel yang di ambil di 17 distrik dalam lingkaran konsentrik sekitar taman. Kesedian membayar

14

rata-rata mereka yang di wawancarai di kelompokan kedalam sembilan jangkoan moneter. jumlah uang bervariasi dari B 0 sampai B 500 tiap tahun. Sedangakan nilai sosial taman yang lebih luas baik bagi pemakai atau bukan pemakai. Djijono (2002 : 13-16) melakukan penelitian tentang “Valuasi Ekonomi  Menggunakan   Metode  Travell   Cost  Taman   Wisata   Hutan   di   Taman   Wan   Abdul  Rachman, Propinsi  Lampung” penelitian  ini menggunakan biaya perjalanan dengan  teknik pendekatan zonasi dengan alat analisis regresi,  zona dibagi menjadi 13 zona  berdasarkan daerah kecamatan tempat tinggal pengunjung.  Penentuan nilai ekonomi  wisata didasarkan pada pendekatan biaya perjalanan  wisata dengan variabel variabel  yang   diteliti   sebagai   berikut,   jumlah   kunjungan,   biaya   perjalanan   (transportasi,  konsumsi,   karcis  dll),   biaya  transportasi,   pendapatan/uang   saku  per   bulan,   jumlah  penduduk Kecamatan asal pengunjung, pendidikan, waktu kerja per minggu, waktu  luang per minggu. Dari hasil regreasi antara jumlah kunjungan per seribu penduduk (Y) dengan  variabel­variabel   bebas  (X1­X7)   tersebut   menghasilkan   model  permintaan   sebagai  berikut :  Y = 13,1 – 0,000240X1 – 0,000036 X4 – 0,926 X5 + 0,124 X6

15

Dari persamaan regresi di atas menunjukan bahwa dari keseluruhan variable  empat variable bebas yang signifikan mempengaruhi yaitu Biaya perajalanan, jumlah  penduduk, pendidikan dan waktu kerja.  Penelitian yang dilakukan oleh Sahlan  tentang Valuasi ekonomi wisata Alam  Otak Koko Gading (2008 : 39­ 58)   dengan pendekatan biaya perjalanan terbesar berasal dari Kabupaten Lombok Barat yaitu sebesar Rp. 491.686.957,7,-/tahun per 1.000 penduduk. Analisis yang digunakan analisis Regresi Linier Berganda dengan tujuh variabel utama yaitu variabel jumlah kunjungan (Y), biaya perjalanan (X1), biaya waktu (X2), persepsi responden (X3), karakteristik substitusi (X4), Fasilitasfasilitas (X5) dan pendapatan individu (X6) dengan hasil persamaan Y = 5,077 - 3,5X1 – 5,3X2 + 0,065X3 - 1,105X4 + 0,439X5 + 6,96X6 Sig = (0,008) (0,376) (0,787) (0,874) (0,002) (0,221)

(0,030

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa dari enam variabel yang di gunakan hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan tehadap variabel terikat yaitu variabel karakteristik substitusi dan pendapatan individu. Sedangkan hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat (jumlah kunjungan). Nilai koefisien determinasi (R²) adalah sebesar 0,247 artinya bahwa 24,7 persen variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 75,3 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

16

Perbedaan penelitian mengenai “ Valuasi Ekonomi Wisata Alam Senggigi dengan Pendekatan Biaya Perjalanan ( Travel Cost ) Studi Kasus Di Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat “, dengan penelitian-penelitian terdahulu, ialah bahwa penelitian ini mengambil obyek yang berbeda, variabelvariabel yang di masukan dalam modelpun mengandung unsur karakteristik sosial ekonomi yang berbeda, kemudian metode penentuan responden menggunakan metode accidental sampling, selain itu pula dasar model yang dibentuk dalam penelitian ini merupakan suatu fenomena-fenomena yang relevan dijadikan sebagai parameter pendugaan dalam hipotesis. 5.2. Kajian Teoritis 5.2.1 . Pengertian Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi : 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam), museum, waduk,

17

pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya. 3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni : a. Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata); b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya; c. Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Menurut Oka A. Yoeti Kata Pariwisata merupakan sinomin dari kata “tour” yang memiliki makna yaitu pejalanan. Sedangkan menurut Marpaung Happy, (2000 : 1) Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Menurut definisi yang lebih luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan oleh perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

18

“Pada hakikatnya pariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggal. Dorongan bepergian ini adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Swantoro Gamal : 1997 : 3 )”. Definisi wisatawan menurut Word Trade Organisasion dalam Marpaung Happy, (2000 :15) mengatakan : “Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang kewarganegaraanya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat di klsifikasikan pada salah satu dari hal berikut ini, (1) Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga. (2) Bisnis atau mengunjungi keluarga”. Menurut Gamal Swantoro (1997 : 7), Wisatawan adalah

seseorang atau

kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata dan lama tinggalnya sekurangkurangnya 24 jam di daerah atau negara yang di kunjungi. “Menurut ahli kepariwisataan G.A.Schmoll wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik pada perjalanan pada umunya dengan motivsi perjalanan yang pernah ia alakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang di berikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang”. Dari beberapa definisi wisatawan di atas dapat di simpulkan wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam, tinggal di suatu tempat untuk sementara, jauh dari tempat tinggal, tidak untuk mencari penghasilan. 5.2.2. Jenis Pariwisata Menurut motif-motif orang melakukan wisata terdapat banyak orang yang malakukan wisata. Motif wisata adalah sebagai berikut :

19

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk

memenuhi

kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenagan dan kedamaian di luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramian pusat-puast wiasatawan. 2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin ditempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya ditepi pantai, pegunugan,pusat-pusat peristrihatan, obyek-obyek wisata, serta wisat alam lainya. 3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis pariwisata ini biasanya ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, monumen bersejarah peninggalan pradaban masa lalu, atau monumen besar masa kini, dan tempat-tempat besejarah lainnya. 4. Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism). Jenis pariwisata olah raga ini dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu:

20



Big sport event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olimpiade Games,kejuaraan ski dunia atau turnamen olah raga lainnya yang banyak menarik penonton.



Sportying tourism of the practioners, yaitu peristiwa bagi mereka yang ingin berlatih dan memperaktikan sendiri olahraga tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Seperti pendaki gunung, naik kuda dan olahraga pariwisata lainnya.

5. Pariwisata untuk urusan dagang (Busines Tourism ). Jenis pariwisata ini dilakukan untuk kegiatan atau urusan-urusan bisnis atau dagang semata, dan berkaitan dengan urusan-urusan bisnis lainnya. 6. Pariwisata untuk urusan konferensi (Comvention Turism ). Jenis pariwisata mencakup kegiatan konferensi pertemuan baik nasional atau Internasional. 5.2.3. Wisata alam Senggigi Pengertian wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata

yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan

ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat wisata ini terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan

kenyamanan

(Soemarno,2007 :1)

semakin

banyak

dikunjungi

orang

(wisatawan)

21

Menurut Suwantoro (1997: 6) Wisata alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Sedangkan obyek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditunjukkan untuk pembinaan cinta alam baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wisata alam merupakan pemanfaatan sumber daya alam yang di tata dengan baik sehingga dapat menimbulkan rasa senang, rasa indah, nyaman dan bersih dan menggunakan konservasi sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya tariknya. 5.2.4. Konsep Permintaan Berdasarkan Konsep Hukum permintaan bahwa “Pemintaan suatu barang berbanding terbalik dengan harga” artinya jumlah komoditi dibeli oleh seseorang selama periode waktu tertentu adalah fungsi atau tergantung pada harganya, dengan asumsi bahwa pendapatan uangnya, harga komoditi lain dan selera tetap ( cateris paribus). Apabila harga barang naik maka jumlah barang yang di minta turun atau berkurang dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan naik atau bertambah. Menurut Wijaya faried : (1991 :106), permintaan barang atau jasa di pengaruhi oleh (1). harga barang itu sendiri, (2) Selera atau preferensi konsumen, (3). banyaknya konsumen, (4). pendapatan, (5). harga barang lain yang sejenis, (6) perkiraan masa depan Sedangakan permintaan masyarakat terhadap jasa–jasa lingkungan seperti tempat rekreasi, wisata alam juga sama dengan permintaan barang dan jasa.

22

Permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga barang atau jasa lingkungan tersebut, selera konsumen, banyaknya konsumen atau penduduk, harga barang lain yang memiliki daya guna yang sama, pendapatan. Apabila faktor yang mempengaruhi ini tetap sedangkan harga barang dan jasa naik, maka jumlah permintaan barang dan jasa lingkungan ini akan menurun, dan sebaliknya jika harga turun maka permintaan barang dan jasa akan naik. Begitu dengan permintaan terhadap jasa lingkungan wisata alam semakin dekat tempat tinggal seseoarang maka akan semakin kecil biaya yang di keluarkan untuk dapat menikmati jasa lingkungan tersebut, tetapi sebaliknya jika tempat tinggal seseorang jauh dari lokasi wisata alam tersebut maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk dapat menikmati jasa lingkungan wisata alam tersebut. 5.2.5. Pengertian pendapatan Menurut pengertian masyarakat sehari-hari pendapatan adalah penghasilan berupa uang dari hasil satu kegiatan ekonomi yang diperoleh dalam satu periode tertentu. Sedangkan dalam definisi ekonomi pendapatan mempunyai dua pengertian yaitu: 1. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang atau hasil produksi, atau pendapatan yang diterima dari hasil produksi dikalikan dengan harga jual per unit barang atau produksi tersebut. 2. Pendapatan bersih adalah pendapatan kotor setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi.

23

5.2.6. Pengertian biaya Menurut Walter Nicholson (1989 : 240) biaya adalah pengeluaran yang sepantasnya

atau sewajarnya untuk menghasilkan/mendapatkan barang dan jasa.

Dalam melakukan perjalanan wisata atau dalam kegiatan wisata biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan dalam menggunakan jasa lingkungan selama mereka berada di lokasi wisata tersebut. Hal ini mencerminkan nilai dari sumber daya lingkungan atau tempat rekreasi. 5.3. Penilaian sumber daya alam Perhitungan Nilai ekonomi sumber daya alam (Valuasi ekonomi sumber daya alam) hingga saat ini berkembang pesat, ini dalam konteks ilmu ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, perhitungan tentang tentang biaya lingkungan sudah banyak berkembang ( Djijono, 2002 : 2 ). Dalam pemanfaatan sumber daya alam menyebabkan timbulnya biaya yang dijadikan nilai nominal dari sumber daya alam tersebut. Dari biaya nominal akan di ukur manfaat ketersediaan sumber daya alam. Untuk mengukur nilai pasar sumber daya alam itu perlu dilakukan pemberian nilai (harga) sumber daya alam sesuai dengan pemanfaatan jasa lingkungan sumber daya alam tersebut. Dalam analisa ekonomi lingkungan, penilaian lingkungan dari perubahan lingkungan itu sangat komplek karena nilai keuntungan itu bukan hanya nilai moneter (berupa uang) dari konsumen yang menikmati langsung (users) jasa perbaikan kualitas lingkungan tetapi juga nilai yang berasal dari konsumen potensial dan orang lain karena alasan tertentu (non-users) jasa tersebut mungkin juga memperoleh

24

keuntungan dari penyediaan barang lingkungan tersebut. Beberapa sumber benefit yang diperoleh pengguna langsung jasa lingkungan : 1. Penetuan Nilai Lingkungan Terhadap Pengguna Langsung Metode ini mendasarkan diri secara langsung pada harga pasar dan produktivitas. Hal ini dimungkinkan bila perubahan dalam kondisi lingkungan mempengaruhi kemampuan berproduksi. Ada tiga pendekatan yaitu pertama yang menyangkut produktivitas yang berubah dalam kaitannya dengan perubahan kondisi lingkungan, pendekatan ini disebut juga dengan metode dosis-respon; kedua yang menggambarkan hilangnya pendapatan dengan perubahan kondisi lingkungan; dan yang ketiga pengeluaran untuk mencegah. a. Metode Dosis-Respon (The Dose Response Method) Metode ini adalah suatu metode yang menganggap kualitas lingkungan sebagai suatu faktor produksi. Misalnya kualitas air bagi industri yang menggunakan air untuk tujuan proses produksi. Kegiatan-kegiatan itu perlu adanya peningkatan kualitas lingkungan yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya suatu perubahan dalam biaya produksi dan mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap harga, tingkat pengembalian modalnya dengan menganggap bahwa tidak ada kesempurnaan pasar yang mengaggu harga pasar, benefit dari peningkatan kualitas lingkungan itu bisa diukur dari perubahan pasar yang bisa diselediki tersebut. b. Metode Perilaku Mencegah (The Averting Behavior method) Metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi. Contoh kasus pencemaran udara

25

yang mengakibatkan terganggunnya pernafasan sehingga mengharuskan pasien berkunjung ke dokter. Biaya berkunjung kedokter ini dianggap sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki kualitas lingkungan. c. Metode Pengeluaran untuk mempertahankan (Defensive Expenditure Method) Individu, perusahan maupun pemerintah banyak melakukan pengeluaran atau belanja demi menghindari dampak negatif dari pencemaran lingkuntgan. Rusaknya lingkungan seringkali sulit untuk dihitung, namun informasi mengenai pengeluaran yang ditujukan untuk mengurangi dampak yang berupa memburuknya lingkungan dapat diketahui lebih pasti. Pendekatan ini akan memberikan nilai yang lebih rendah bagi kondisi lingkungan yang baik. 2. Penetuan Nilai Lingkungan Terhadap Pengguna Tidak Langsung Penetuan nilai lingkungan ini menggunakan informasi pasar secara tidak langsung. Beberapa metode yang digunakan dalam penentuan nilai lingkungan tidak langsung ini antara lain : a. Metode Evaluasi Kontigensi (Contigency Valuation Method) Metode valuasi kontigensi (MVC) adalah suatu metode survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Secara prinsip metode ini memiliki kemampuan untuk diterapkan dalam menilai keuntungan dari penyediaan barang lingkungan dan juga mampu menetukan pilihan estimasi pada kondisi yang tidak menentu.

26

Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa bagi orang yang memiliki preferensi yang benar tetapi tersembunyai terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian

diasumsikan

bahwa

orang

tersebut

mempunyai

kemampuan

mentransformasi preferensi kedalam bentuk nilai moneter/ uang. Dalam hal ini,diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dikatakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Dengan dasar asumsi ini,maka pada dasarnya metode MVC ini menilai barang lingkungan dengan menanyakan pertanyaan berikut : •

Berapakah jumlah tambahan uang yang ingin dibayar oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to pay) untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan.

Pertanyaan diatas di gunakan untuk menentukan suatu pasar hipotesis terhadap perubahan lingkungan yang diinginkan. Menurut Anwar (1994) dalam Safri et.al ( 9 : 1996 ) pendekatan ini dilakukan dengan cara menentukan kesediaan membayar (willingness to pay) dari konsumen. Pendekatan ini dapat diterapkan pada keadaan yang dapat menimbulkan kesenangan (estetic) seperti pemandangan alam, kebudayaan, historis dan karakteristik lain yang unik serta situasi yang data harganya tidak ada. Penilaian kontigensi atau teknik survey dilakukan untuk menemukan nilai hipotensi konsumen atau rekreasi ( Hufschmidt et.al, 23: 1987 ). Metode ini lebih

27

fleksibel dan diakui bersifat judgment value, sebab pertanyaan diperoleh dari pertanyaan hipotesis. Asumsi yang digunakan dalam metode kontigensi menurut Davis dan Johnson (1987) dalam Safri et.al ( 12: 1996 ). a. Responden harus representative dan comparable untuk semua survey b. Pada survey pertama, pengunjung harus mempunyai kemampuan cukup untuk mengembangkan nilai kreatif. c. Wawancara dan kuisioner secara obyektif dapat menentukan nilai manfaat tanpa ada keadaan interpretasi dari masing-masing responden. b. Metode nilai kekayaan (Hedonic Pricing Method) Lingkup penerapan metode nilai hedonic-MHH relatif terbatas misalnya keuntungan adanya fasilitas rekreasi atau kesenangan yang diperoleh penghuni lokasi tertentu karena peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya. Metode ini didasrkan pada gagasan bahwa barang pasar menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya pembangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitarnya, pembelinya akan menerima senagai pelengkap, mereka mau membayar lebih untuk rumah yang berada diarea dengan kualitas lingkungan yang baik, dibandingkan dengan rumah kualitas yang sama pada tempat lain yang kualitas lingkungannya jelek. Dengan anggapan bahwa orang akan membuat pilihan seperti itu, misalnya membeli rumah sesuai persis seperti rumah yang diingininya informasi tentang kualitas lingkungan akan diperhitungkan dalam harga dari rumah itu.

28

c. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Travel Cost Method (TCM) diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotteling pada tahun 1931, yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan Knetsch (1966). Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Oleh karena itu, fungsi permintaan kegiatan rekreasi tersebut tidak dipengaruhi oleh permintaan kegiatan lainnya seperti menonton, berbelanja, dan lain-lain. Metode Biaya Perjalanan-MBP (Travel

Cost Method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. d.

Metode Perbedaan Tingkat Upah Metode ini didasarkan pada teori dalam pasar persaingan sempurna dimana

tingkat upah tenaga kerja akan sama dengan nilai produktivitas marginal tenaga kerja

29

tersebut, sedangkan penawaran tenaga kerja akan sesuai dengan kondisi kerja dan taraf hidup disuatu daerah. Oleh karena tingkat upah yang tinggi diperlukan untuk menarik tenaga kerja agar mau bekerja didaerah yang tercemar. Perbedaan tingkat upoah dianggap sebagai biaya dari adanya pencemaran tersebut. 5.4 Penentuan Nilai (Valuation) Lingkungan Tanpa Penggunaan 1. Nilai pilihan (Option Value) Meskipun seseorang tidak mempunyai rencana untuk menggunakan jasa lingkungan (estetic) itu, mereka kadang-kadang mau membayar sebagi pilihan untuk memanfaatkannya dimasa yang akan datang, sebagai contoh seorang yang memiliki mobil meskipun tidak ada rencana untuk memanfaatkan transportasi umum, berkeinginan untuk membayar sesuatu untuk mempertahankan operasi transportasi tersebut sebagai pilihan lain kalau suatu saat mobil itu mogok dan rusak. 2. Nilai Eksistensi / Keberadaan (Existence Value) Nilai atau harga yang diberikan oleh seorang terhadap eksistensi barang lingkungan tertentu, spesies atau alam dengan didasarkan pada etika dan norma tertentu, misalnya orang yang mau membayar ikan paus dilautan tetap ada atau hidup, meskipun mereka tidak mempunyai niat untuk pergi melihat. 3. Nilai Masa Depan (Biquest Value) Orang bisa jadi membayar bagi ketersediaan barang-barang tertentu seperti obyek wisata alam untuk generasi yang akan datang, (Adinulyakin,99-224;2004).

30

Salah satu cara untuk menghitung nilai ekonomi adalah dengan menghitung Nilai Ekonomi Total (NET). Nilai Ekonomi Total adalah nilai –nilai yang terkandung dalam suatu sumber daya alam baik nilai guna maupun nilai fungsionalnya. Nilai Ekonomi Total (NET) dapat ditulis dalam persamaan matematik sebagai berikut : TEV = UV + NUV =(DNUV + IUV + OV)+ (XV + VB) Keterangan : TEV

= Total economic value

UV

= Use Values (Nilai Manfaat)

NUV = Non-Use Value (Nilai Bukan Manfaat) DUV = Direct Use Value (Nilai Langsung) IUV

= Indirect Use Value (Nilai Tidak Langsung)

OV

= Option Value (Nilai Pilihan)

XV

= Eqsistence Value (Nilai Keberadaan)

BV

= Beques Value (Nilai Warisan) (Anonim, 2005).

Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost) untuk menghitung atau mengistimasi nilai ekonomi wisata alam Senggigi, pada dasarnya semua metode dapat digunakan untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan. Seseorang yang melakukan kegiatan wisata atau rekreasi pasti melakukan mobilitas atau perjalanan dari rumah menuju obyek wisata, dan dalam melaksanakan kegiatan tersebut pelaku memerlukan biaya-biaya untuk mencapai tujuan rekreasi, sehingga biaya perjalanan (travel cost) dapat memberikan

31

korelasi positif dalam menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata yang sudah berjalan dan berkembang. Penilaian dengan metode biaya perjalanan merupakan penggunaan pasar pengganti untuk menganalisis permintaan terhadap daerah rekreasi. Metode ini akan mengkaji jumlah uang yang di bayar dan waktu yang digunakan untuk mencapai tempat rekreasi.

Jumlah uang tersebut mencakup biaya trasportasi, akomodasi,

konsumsi, dokumentasi, tiket masuk dan lain-lain yang relevan. Biaya perjalanan di repsentasi sebagai nilai atau harga barang lingkungan tersebut, namun selain biaya perjalanan nilai suatu tempat wisata juga menggunakan variabel, biaya perjalanan ke lokasi alternatif, pendapatan Rumah tangga, satu set pereperensi dan variabel tingkah laku (Yakkin, 1997 : 221). Sedangkan untuk menilai ekonomi dengan pendekatan biaya perjalanan ada dua tehnik yang dapat digunkan yaitu : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasi. 2. Pendekatan individual Melalui

metode biaya perjalanan dengan pendekatan zonasi, pengunjung

dibagi dalam beberapa zona kunjungan berdasarkan tempat tinggal atau asal pengunjung, dan jumlah kunjungan tiap minggu dalam penduduk di setiap zona dibagi dengan jumlah pengunjung pertahun untuk memperoleh

data jumlah

kunjungan per seribu penduduk dan penelitiannya dengan menggunakan data skunder. Sedangkan metode biaya perjalanan dengan pendekatan individual metode biaya perjalanan menggunakan data primer yang diperoleh melalui survey.

32

Fungsi permintaan dari suatu kegiatan rekreasi dengan metode biaya perjalanan melalui pendekatan individual dapat diformulasikan sebagai berikut: Vij = f (Cij, Tij, Qij, Sij, Fij, Mi ). dimana Vij adalah jumlah kunjungan oleh individu I ketempat j, Cij adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu I untuk mengunjungi lokasi j, Tij adalah biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu I untuk mengunjungi lokasi j, Qij adalah persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi, Sij adalah karakteristik substitusi yang mungkin ada di daerah lain, Fij adalah faktor fasilitas-fasilitas di daerah j, Mi adalah pendapatan dari individu i. (Fauzi, 2004 : 21).

33

6. Kerangka Konseptual Wisatawan/ Pengunjung

Wisata alam

Wisata Alam Senggigi Perhitungan nilai ekonomi wisata Alam Senggigi

Lokasi Lain

Jumlah Kunjungan

Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan : 1. Biaya perjalanan 2. Biaya waktu 3. Persepsi responden 4. Karakteristik subtitusi 5. Pendapatan individu 6. Jumlah kunjungan 7. Tingkat Pendidikan 8. Jarak 9. Umur

34

Penjelasan Kerangka Konseptual Pada umumnya semakin besar pendapatan seseorang semakin besar permintaannya terhadap barang rekreasi dan jasa lingkungan. Kebutuhan untuk menggunakan jasa lingkungan sebagai tempat berwisata seperti di Senggigi di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi responden, karakteristik substitusi, Pendapatan Individu, Jumlah Kunjungan Individu, Tingkat Pendidikan, jarak, dan umur . Sedangkan untuk menghitung nilai ekonomi wisata alam Senggigi dengan pendekatan biaya perjalanan yang meliputi biaya perjalanan pulang pergi dari tempat tinggal ke wisata alam Senggigi dan pengeluaran lain selama di perjalanann dan di dalam kawasan wisata alam Senggigi mencakup biaya transportasi, dokumentasi, parkir dan lain-lain. 7. Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian dan perumusan masalah di atas, dapat di ambil sebuah hipotesis sebagai berikut : diduga bahwa biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi responden, karakteristik substitusi, Pendapatan Individu, Jumlah Kunjungan Individu, Tingkat Pendidikan, jarak, dan umur mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan di wisata alam Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat ? 8. Metode Penelitian 8.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai nilai ekonomis obyek wisata alam Senggigi dilihat dari metode biaya perjalanan.

35

Menurut Hadari Nawawi & Mimi Martini, (1993 : 73) metode penelitian deskriptif

adalah

prosudur

pemecahan

masalah

menggambarkan/melukiskan keadaan obyek

yang

diselidiki

dengan

penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 8.2. Daerah Penelitian. Penelitian ini dilakukan dikawasan wisata alam Senggigi, Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat. Pengambilan lokasi

ini dengan pertimbangan

bahwa lokasi tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan dan menjadi salah satu andalan wisata di Kabupaten Lombok Barat. Selain itu dikawasan ini pula sebelumnya tidak pernah ada penelitian yang mengangkat tentang valuasi ekonomi, sehingga penting kiranya untuk melakukan penelitian untuk Kuantifikasi seberapa besar potensi wisata alam di Senggigi kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. 8.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode survey. Metode survey adalah salah satu bentuk penyelidikan yang dilakukan dengan cara menghubungi sebagian tertentu dari populasi yang berhubungan dalam area penelitian tertentu guna menggali informasi-informasi yang dibutuhkan (M. Teguh, 2001: 128). Metode survey digunakan untuk mengumpulkan data yang relatif terbatas dari populasi yang ada.

36

8.4. Penentuan Responden Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh wisatawan Nusantara dan

wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke wisata alam Senggigi, dimana dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 100 orang. Penentuan responden yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode accidental sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan yang mana siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data, ( sugiono, 60-61;2005 ). 8.5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara: 1. Studi Kepustakaan yaitu merupakan satu cara untuk memperoleh data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti. 2. Metode Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengambil data yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti dari hasil publikasi lembaga-lenbaga atau instansi pemerintah, organisasi lainnya, seperti Dinas Pariwisata Seni dan Budaya, BPS, Pihak Pengelola dan lainnya. 3. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan mewawancarai langsung responden yang akan dijadikan sampel untuk memperoleh data yang di butuhkan dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya.

37

8.6. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah quisioner. Quisionare adalah

alat penelitian berupa daftar pertayaan untuk memperoleh

keterangan dari sejumlah responden (Nasution, 1987: 165) 8.7. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka seperti data mengenai jumlah biaya perjalanan, biaya waktu, pendapatan individu dan jumlah kunjungan individu. 2. Data kualitatif yaitu data yang dapat digunakan untuk melengkapi dan menjelaskan serta memperkuat data kuantitatif sehingga dapat memberikan kemudahan dalam menganalisa data yang diteliti. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini adalah persepsi responden, karakteristik substitusi, dan fasilitas-fasilitas. Berdasarkan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi: 1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang dijadikan sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua atau data yang diperoleh dari hasil publikasi pihak lain.

38

9. Identifikasi dan kalasifikasi variabel 9.1. Identifikasi variabel Dalam penelitian ini penelitian ini variabel-variabel yang akan digunakan dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Biaya perjalanan 2. Biaya waktu 3. Persepsi responden 4. Karakteristik subsitusi 5. Pendapatan individu 6. Jumlah kunjungan Individu 7. Tingkat Pendidikan 8. Jarak 9. Umur 9.2. Klasifikasi variabel Dalam penelitian ini variabel-variabel yang di gunakan dapat di klasifikasi sebagai berikut : 1. Variabel bebas (independent variable) meliputi biaya perjalanan, biaya waktu, persepsi responden, karakteristik substitusi, Pendapatan Individu, Jumlah Kunjungan Individu, Tingkat Pendidikan, jarak, dan umur. 2. Variabel terikat (dependent variable) Dalam hal ini adalah jumlah kunjungan wisatawan ( Individu ).

39

9.3. Definisi Operasional Variabel Secara Operasional variabel yang ada dalam penelitian ini dapat di definisikan sebagai berikut : 1. Variabel-variabel yang telah diklasifikasikan diatas dapat didefinisikan sebagai berikut : Biaya perjalanan adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengunjungi Kawasan wisata alam Senggigi (dalam rupiah), meliputi, biaya Transportasi, Biaya konsumsi, Biaya dokumentasi, biaya parkir serta biaya-biaya lainnya yang relevan. 2. Biaya waktu adalah pendapatan yang dikorbankan seandainya waktu yang digunakan untuk wisata tersebut digunakan untuk bekerja (rupiah). 3. Persepsi reponden adalah pendapat responden tentang obyek/lokasi wisata tersebut, termasuk dengan lingkungan sekitarnya (skala likert) 4.

Karakteristik subsitusi adalah pandangan responden tentang karakteristik dan kualitas lingkungan tempat wisata lainnya yang bersifat subtitutif (skala likert)

5. Pendapatan individu adalah pendapatan total yang diperoleh individu dari kegiatannya dalam produksi ekonomi selama satu bulan. (dalam rupiah ) 6. Jumlah kunjungan adalah frekwensi kunjungan responden ke obyek wisata tersebut. 7. Tingkat Pendidikan adalah Pendidikan yang ditempuh oleh responden, (skala Ordinal)

40

8. Jarak adalah Jauhnya perjalanan yang ditempuh oleh wisatawan yang di ukur ( dalam Km ) 9. Umur adalah Tingkat Usia dari seluruh pengunjung kawasan wisata alam Senggigi . dalam penelitian ini penulis mengambil sample pengunjung dengan Umur 17 tahun keatas, (Tahun). 10. Prosedur Analisis Data. Dalam penelitian ini, nilai ekonomi wisata alam Senggigi di duga dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travell cost method) yang meliputi biaya transportasi pulang pergi dari tempat tinggal ke wisata alam Senggigi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lain-lain. Menurut Bahruni, (1993) dalam djijono ( 9 : 2002 ), untuk mengetahui nilai ekonomi wisata alam Senggigi dengan biaya perjalanan digunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah kunjungan tahun 2007 (JKT) berdasarkan data yang ada di Pemerintah Daerah Lombok Barat. 2. Menentukan jumlah kunjungan per 1000 penduduk (Y) : Y=

JKT

X 1000

Jp Dimana : Y = Jumlah kunjungan per 1000 penduduk JKT = Jumlah kunjungan total JP = Jumlah penduduk

41

3. Menentukan biaya perjalanan rata-rata (Xii) yang di tentukan berdasarkan biaya perjalanan responden (Bpi) ni

XIi =

∑ 1

ni 4. Untuk menentukan nilai ekonomi dengan kunjungan perjalanan per 1000 penduduk sebagai Y dan biaya perjalanan wisata sebagai X1 (Djijono,2002 : 10). Untuk menghitung biaya perjalanan dapat di tulis dalam persamaan matematis sebagai berikut : BPTi = BTi + BKi + BDi + Bpi + BLi BPTi = Biaya perjalanan dari daerah i BTi

= Biaya transportasi pulang pergi

BKi

= Biaya konsumsi

BDi

= Biaya dokumentasi

BPi

= Biaya parkir

Bli

= Biaya lain-lain

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian karena dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang bersifat kualitatif dan kuantitatif maka variabel yang bersifat kualitatif diukur dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah alat yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang penomena sosial (Sugiono, 2004; 236).

42

Variabel-variabel yang menggunakan skala likert adalah persepsi responden, karakteristik substitusi, fasilitas-fasilitas. Dimana penyekalaan ini menggunakan skor sebagai berikut: a.

Sangat bagus skornya lima (5)

b. Bagus skornya empat (4) c. Cukup bagus skornya tiga (3) d. Jelek skornya dua (2) 1. Sangat jelek skornya satu (1) Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan alat analisis statistik yaitu regresi linier berganda. Adapun formulasinya adalah sebagai berikut: (Supranto, 2001: 236) Ŷi = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+ b9X9 +ei Keterangan: Ŷi

= Jumlah kunjungan individu.

bo

= Konstanta.

b1, b2, b3, b4, b5, b6, b 7,b 8 b 9 ,= Koefisien regresi X1

= Biaya perjalanan.

X2

= Biaya waktu.

X3

= Persepsi Responden

X4

= Kartakteristik substitusi

X5

= Pendapatan

X6

= Jumlah kunjungan.

43

X7

= Tingkat Pendidikan

X8

= Jarak

X9

= Umur

3.7.1. Uji Kriteria Statistik (First Order Test) Untuk menguji ketepatan model dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan digunakan uji statistik yaitu uji t dan uji F dengan formulasi sebagai berikut : 3.7.1.1. Uji Parsial (Uji Secara Individu) Pengujian signifikansi koefisien regresi secara parsial (individual) digunakan uji t (t test). Uji hipotesisnya : 1. Menentukan formulasi hipotesis. Ho : βi = 0 (Masing-masing variabel X (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X6, X7, X8, X9) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y) Ha : βi ≠ 0 (Masing-masing variabel X (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y)

44

2. Kriteria Pengujian

Ha Diterima

Ha Diterima Ho Diterima

-tα/2,(nk)

tα/2,(nk)

Ho diterima apabila: -tα/2, (n-k) ≤ t hitung ≤ tα/2,(n-k) Ho ditolak apabila: t hitung > tα/2,(n-k) dan –t hitung -tα/2,(n-k) 3. Formulasi penghitungan uji t (t test) adalah: (Supranto, 2001: 247)

t hitung

=

bi se(bi )

4. Kesimpulan Apabila t hitung berada pada daerah terima Ho berarti variabel X tidak mempunyai pengaruh yang sitgnifikan terhadap variabel Y dan sebaliknya apabila t hitung berada pada daerah tolak Ho berarti variabel X mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. 3.7.1.2.Uji Simultan (Uji Secara Bersama-sama) Untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara simultan, maka digunakan uji f test dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

45

Langkah-langkah pengujian 1. Formulasi hipotesis Ho dan Ha Ho: β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8= β9= 0, Diduga secara simultan X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. Ha: Other wise, diduga secara simultan X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. 2. Kriteria pengujian

Ho Ditolak Ho Diterim a 0

f tab (fα; k-1, n-k

Ho diterima apabila F hitung < F tabel Ha diterima apabila F hitung > F tabel 3. Uji Statistik (Supranto, 2001:69)

F hitung

=

R 2 /( k − 1) (1 − R 2 ) /(n − k )

Dimana: R2

= Koefisien determinasi

46

k

= Jumlah variabel bebas

n

= Jumlah sampel

4. Kesimpulan 1. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima. Artinya, bahwa secara bersama-sama variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y. 2. Jika F hitung > F tabel maka Ho diterima. Artinya, bahwa secara bersama-sama variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.

Related Documents