Valuasi Ekonomi Kontinjen

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Valuasi Ekonomi Kontinjen as PDF for free.

More details

  • Words: 1,303
  • Pages: 5
VALUASI EKONOMI: METODE KONTINJEN Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Disarikan dan diadaptasi dari: Kevin J. Boyle, 2003. Contingent Valuation in Practice. In Champ, Boyle, and Brown (eds), A Primer on Nonmarket Valuation. Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic Publishing. Jika ingin mengutip, kutip sumber aslinya, bukan intisari ini. Definisi Contongent Valuation Method (CVM) adalah salah satu metodologi berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilain seorang/masyarakat terhadap barang, jasa, dan kenyamanan. Metode ini banyak digunakan untuk mengestimasi nilai sesuatu yang tidak diperjualbelikan di pasar, sementara metode preferensi-tersirat (revealed preference) tidak dapat digunakan. Prosedur 1. 2. 3. 4. 5.

6.

7.

8. 9. 10.

Identifikasi perubahan apa (baik kuantitas ataupun kualitas) yang akan dinilai. Identifikasi pihak-pihak yang akan terkena dampak perubahan. Tentukan teknik pengumpulan data. Tentukan besar sampel. Desain instrumen survei. 5.1. Jelaskan apa yang akan dinilai. 5.2. Jelaskan metode implementasi perubahan yang akan terjadi. 5.3. Tentukan metode pembayaran. 5.4. Tentukan mekanisme keputusan. 5.5. Tentukan jangka waktu pembayaran. Desain pertanyaan CVM. 6.1. Tentukan format tanggapan. 6.2. Beri kesempatan responden untuk memilih membayar Rp 0. 6.3. Sertakan pertanyaan untuk menyaring respon “protes”. Sisipkan pertanyaan pendukung. 7.1. Sertakan pertanyaan kovariat untuk keperluan analisis statistik. 7.2. Sertakan pertanyaan untuk menganalisis validitas repson. Lakukan pre-test. Kemudian lanjutkan ke survei sesungguhnya. Kembangkan prosedur analisis data dan lakukan analisis statistikal. Laporkan hasil estimasi.

1

1. Identifikasi Perubahan Kuantitas atau Kualitas Langkah ini mencakup penyusunan model teoretikal dari nilai yang akan diestimasi, berdasarkan perbedaan antara baseline utility (utilitas awal sebagai patokan) dengan kondisi saat ini dan tingkat utilitas dengan kondisi setelah perubahan. “Hicksian surplus” yang akan dihitung dapat didefinisikan sebagai (1) v( P 0 , Q 0 , y − c) = v( P1 , Q1 , y ) c adalah “Hicksian compensating variation”. Jika perubahan yang terjadi adalah perbaikan, maka ia juga adalah ukuran willingness-to-pay. Bagian yang paling sulit dari langkah ini adalah mengidentifikasikan perubahan fisik yang menjadi objek penelitian dan mengidentifikasikan bagaimana ia dapat mempengaruhi utilitas. Untuk menentukan kondisi status quo dan memprediksi kondisi yang akan terjadi, kita memerlukan informasi sebanyak mungkin. Informasi ini bisa jadi tidak diketahui dengan pasti, dan karenanya kita pun perlu tahu apa unsur-unsur ketidakpastiannya. Misalnya, jika sebuah kebijakan pembuatan laboratorium uang palsu didesain untuk mengurangi kemungkinan meningkatnya pemalsuan uang, definisi dari nilai proyek tersebut akan didefiniskan sebagai: (2)

π 1v( p 0 , Q 0 , y − op) + (1 − π 1 )v( p1 , Q1 , y − op) = π 0 v( p 0 , Q 0 , y ) + (1 − π 0 )v( p1 , Q1 , y )

dimana (1 − π ) adalah kemungkinan bertambahnya pemalsuan uang, π 0 < π 1 , dan “op” (singkatan dari “option price”) dalam hal ini adalah willingness to pay untuk mengurangi kemungkinan meningkatnya pemalsuan uang. (Dengan kata lain, “op” bisa dilihat sebagai WTP maksimum untuk meningkatkan kemungkinan bahwa kondisi sekarang tidak semakin memburuk). Dalam banyak hal, deskripsi fisik atas perubahan tidak mungkin diperoleh. Untuk kasus seperti ini, biasanya satu-satunya cara adalah dengan menyisipkan pertanyaan di survei untuk menjaring jawaban yang akan digunakan sebagai proksi. Responden diberi kebebasan untuk mendefinisikan dan menilai sendiri perubahan kebijakan apa yang mereka harapkan dan mereka anggap akan terjadi. Tentu saja masalah baru timbul: setiap responden bisa saja mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Dengan demikina, tanpa informasi yang jelas tentang perubahan kebijakan apa yang akan berlangsung, responden “dipaksa” untuk membuat dua asumsi: 1) tentang bagaimana perubahan kebijakan mempengaruhi keadaaan; dan 2) tentang bagaimana perubahan keadaan itu mempengaruhi utilitasnya. Kemungkinan lainnya, sebuah studi CVM dilakukan sebelum kebijakan diantisipasi, di mana informasi tentang kebijakan itu sendiri serta bakal dampaknya tidak diketahui.

2

Dalam hal ini, studi CVM didesain untuk mengestimasi serangkaian nilai yang merepresentasikan kondisi yang mungkin terjadi ketika informasi fisik tersedia. Biasanya studi CVM ini menggunakan sistem “best guess” atau tebakan terbaik akan kebijakan yang akan terjadi dan apa dampaknya. Yang harus diingat, definisi teoretis tentang nilai yang akan diukur adalah vital!

2. Identifikasi Pihak-Pihak yang Akan Terkena Dampak Perubahan. Ketika perubahan kebijakan bisa diidentifikasikan, seharusnya populasi atau pihak-pihak yang terkena dampaknya juga bisa diidentifikasikan. Informasi ini penting bagi pemilihan sampel agar studi CVM yang dilakukan bisa dialamatkan ke sebagian kecil masyarakat yang dapat mewakili masyarakat lainnya. Perlu diingat, objek dari studi CVM adalah unit rumah tangga atau pribadi. Untuk mengetahui dampak kebijakan secara agregat, dibutuhkan informasi tentang besarnya populasi yang mungkin terkena dampak. Salah satu masalah dalam langkah ini adalah seringkali dalam survei, terjadi pencampuran pertanyaan antara yang dialamatkan ke individu dan yang dialamatkan ke rumah tangga. Sedapat mungkin masalah ini dihindari dengan mengemas pertanyaan sedemikian rupa sehingga mewakili salah satunya saja.

3. Tentukan Teknik Pengumpulan Data Setiap studi CVM membutuhkan data primer. Metode yang paling banyak digunakan selama ini adalah survei lewat pos. Namun, menurut Mitchell dan Carson (1989), metode yang lebih baik adalah lewat wawancara langsung. Survei lewat telepon juga adalah salah satu sarana. Masing-masing cara ada kelebihan dan kekurangannya. Dengan anggran yang terbatas, memang studi dengan survei lewat pos menjadi alternatif yang banyak dipilih. Penyediaan informasi tentang apa yang sedang dinilai sangat penting dalam survei. Sehubungan dengan hal ini, wawancara langsung adalah metode yang terbaik karena pewawancara dan responden dapat berinteraksi langsung, di mana pewawancar bisa meminimalkan salah pengertian akan nilai yang sedang diukur. Ada beberapa studi yang mencoba membandingkan keefektifan dari berbagai teknik pengumpulan data. Pada dasarnya studi-studi ini melakukan perbandingan dengan menggunakan pertanyaan: 1) Apakah mungkin mengembangkan teknik sampel berbeda tapi menghasilkan sampel dengan karaketrisktik yang sama?; 2) Apakah tingkat respon dari teknik yang berbeda, sama? 3) Apakah semua orang dengan tipe yang sama akan menjawab sama, walaupun teknik pengumpulan datanya berbeda?; 4) Apakah nonresponse (tanggapan kosong) sama banyaknya?; dan 5) Apakah besarnya estimasi kesejahteraan akan sama?

4. Tentukan Besar Sampel Karena tingginya variasi dalam ukuran willingness-to-pay, biasanya diperlukan sampel yang besar. Standard error (error statistik standar) dari WTP adalah seWTP =

σ

n

, atau

3

deviasi standar dibagi akar dari sampel. Dengan demikian, kesalahan statistik dapat diperkecil dengan menambah jumlah sampel. Pertimbangan akan ukuran sampel penting karena dua hal. Pertama, keakuratan estimasi nilai sangat krusial bagi analisis kebijakan. Sebuah estimasi dengan rentang error yang besar tentu kurang kredibel. Kedua, presisi statistik mempengaruhi kemampuan untuk mendeteksi perbedaan antara nilai-nilai estimasi yang selanjutnya akan menyulitkan proses validasi. Penentuan besarnya sampel juga membutuhkan pertimbangan akan response rate (tingkat respon) yang diharapkan, persentase alamat atau nomor telepon responden yang salah, dan banyaknya non-tanggapan.

5. Desain Instrumen Survei 5.1. Jelaskan apa yang akan dinilai Sekali lagi, sangat penting bagi responden untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang dinilai oleh studi. 5.2. Jelaskan metode implementasi perubahan yang akan terjadi Responden juga harus tahu bagaimana perubahan akan terjadi. Pengetahuan akan mekanisme yang akan diambil jika kebijakan yang ditawarkan diimplementasikan, mempengaruhi tanggapan responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam survei. 5.3. Tentukan metode pembayaran Setiap kebijakan publik memerlukan pembiayaan. Responden harus mengetahui, metode pembayaran apa yang mungkin akan diambil oleh otoritas bersangkutan dalam rangka membiayai proyek tersebut. Metode pembayaran dapat mempengaruhi estimasi kesejahteraan secara signifikan. Metode ini meliputi: 1) pajak pendapatan; 2) kenaikan harga dan pajak secara umum; 3) iuran masuk; 4) tagihan; 5) biaya perjalanan; 6) donasi; 7) dll. 5.4. Tentukan mekanisme keputusan -- Untuk didiskusikan di kelas 5.5. Tentukan jangka waktu pembayaran. -- Untuk didiskusikan di kelas

6. Desain pertanyaan CVM 6.1. Tentukan format tanggapan. -- Untuk didiskusikan di kelas 6.2. Beri kesempatan responden untuk memilih membayar Rp 0. -- Untuk didiskusikan di kelas

4

6.3. Sertakan pertanyaan untuk menyaring respon “protes”. -- Untuk didiskusikan di kelas

7. Sisipkan pertanyaan pendukung. 7.1. Sertakan pertanyaan kovariat untuk keperluan analisis statistik. -- Untuk didiskusikan di kelas 7.2. Sertakan pertanyaan untuk menganalisis validitas repson. -- Untuk didiskusikan di kelas

8. Lakukan pre-test. Kemudian lanjutkan ke survei sesungguhnya. -- Untuk didiskusikan di kelas 9. Kembangkan prosedur analisis data dan lakukan analisis statistikal. -- Untuk didiskusikan di kelas 10. Laporkan hasil estimasi. -- Untuk didiskusikan di kelas

5

Related Documents

Ekonomi
June 2020 32
Ekonomi
May 2020 51
Ekonomi
May 2020 44
Ekonomi
May 2020 41
Ekonomi
August 2019 70