BAB I PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas, atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahiran-kemahiran yang dimilikinya. Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989). Kenyataan dan/atau gagasan, serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk dikaji.
1.2 Rumusan Masalah 1
Apa itu Teori kepemimpinan ?
2
Apa saja tipe dan gaya kepemimpinan tersebut ? 1
3
Bagimana effective Leadrship tersebut?
4
Bagaimana cerita sukses kepemimpinan tersebut ?
5
Bagimana langkah-langkah dalam pengembilan keputusan ?
1.3 Tujuan Adapaun tujuan makalah ini disusun adalah sebagai berikut. 1
Untuk mengetahui dan memahami Teori kepemimpinan.
2
Untuk mengetahui dan memahami tipe dan gaya kepemimpinan.
3
Untuk mengetahui dan memahami effective Leadrship.
4
Untuk mengetahui dan memahami cerita sukses kepemimpinan.
5
Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam pengembilan keputusan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 TEORI KEPEMIMPINAN 2.1.1
Trait Theories
Teori ini dikembangkan berdasarkan sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh para pemimpin (competency perspective). Robbins dan Judge (2009) mendefinisikannya sebagai teori yang memperhatikan kualitas dan karakteristik seseorang guna membedakan antara pribadi pemimpin dan bukan pemimpin. A. Karakteristik Pemimpin, George dan Jones merangkum ciri-ciri pemimpin yang sukses dan efektif termasuk keahlian yang umumnya dimiliki adalah sebagai berikut :
intelejensia,
pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan,
pemimpin yang memiliki dominasi,
sikap percaya diri,
enerjik,
kematangan emosional,
toleransi terhadap stres,
integritas dan kejujuran,
jujur dan berani.
B. Pemimpin yang Kharismatik, Pemimpin yang kharismatik mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi para pengikutnya karena kharismanya dan dapat membuat orang-orang biasa mampu melakukan hal-hal yang luar biasa meski pada saat-saat yang sulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keberadaan pemimpin yang kharismatik maka pengikut bisa memiliki kinerja yang lebih tinggi, luar biasa loyal dan taat pada pemimpin, serta antusias dan bangga dengan gagasan pemimpin kharismatik tersebut. Meskipun orang-orang berpendapat bahwa pemimpin yang kharismatik adalah “dilahirkan”, Robbins dan Judge (2009) mengemukakan penelitian bahwa seseorang 3
dapat pula belajar untuk menjadi pemimpin yang kharismatik. Untuk dapat menjadi pemimpin yang kharismatik, hal-hal berikut ini dapat dilakukan :
pertahankan sikap optimis, antusiasme, dan do what
you do untuk
mengembangkan aura kharisma kepemimpinan,
ciptakan sesuatu yang dapat mengikat sang pemimpin dengan para pengikutnya,
beri kesempatan kepada para pengikut untuk menyalurkan emosi mereka.
C. Masalah Gender dalam Kepemimpinan, Dengan semakin banyaknya wanita yang menjadi pemimpin, pembahasan tentang perbedaan dan persamaan antara kepemimpinan pria dan wanita semakin banyak bahkan kontroversial. Kontroversi ini muncul karena beberapa penilitian menyebutkan bahwa pria dan wanita memang memiliki perbedaan gaya kepemimpinan. Misal, pria cenderung menggunakan gaya komando (command-and-control), sedangkan wanita cenderung ke arah gaya transformasional. Sementara itu penelitian lainnya menunjukkan bahwa tidak ada pola yang konsisten dalam perbedaan antara pria dan wanita dalam gaya kepemimpinan.
Dan kalaupun
terdapat perbedaan hal itu tidak signifikan sehingga tidak bisa digeneralisir adanya perbedaan tersebut. Sehingga sikap bijak yang patut diambil adalah tidak mengunggulunggulkan gaya kepemimpinan salah satu gender terhadap gender yang lain karena sebagaimana jenis-jenis pemimpin, baik pria dan wanita, tetap memiliki gaya kepemimpinan masing-masing.
D. Permasalahan dalam Trait Theories, Teori kepemimpinan yang dikembangkan berdasarkan sifat-sifat pemimpin yang baik dan pemimpin yang tidak baik, seperti halnya dalam Trait Teories, sudah sejak lama ditinggalkan. Salah satu sebabnya disebabkan karena “karakteristik individual” seperti cerdas, ramah, pekerja keras, tahan dalam menghadapi ujian, dan sebagainya sangatlah sulit atau bahkan mungkin tidak dapat ditransfer kepada orang lain. “Karakteristik” tersebut merupakan bakat atau pembawaan sejak lahir. Teori kepemimpinan berdasarkan “karakteristik” seperti ini kemudian seolah-olah membenarkan anggapan bahwa pemimpin adalah dilahirkan (leaders are born), bukan 4
dibentuk (leaders are made). Padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa lembagalembaga pengembangan kepemimpinan tumbuh menjamur di seluruh dunia dan menerima siapa pun calon peserta didiknya tanpa batasan pada mereka yang terlahir dengan bakat alamiah. Kelemahan dari Trait Teories inilah maka para peneliti pada akhir tahun 1940-an mulai melakukan riset-riset yang memunculkan teori baru tentang kepemimpinan, yakni teori keperilakuan (behavioral theories).
2.1.2
Behavioral Theories Funk & Wagnalls Standar Desk Dictionary mendefinisikan “perilaku” sebagai
cara seseorang atau sesuatu bertindak pada suatu kondisi tertentu. Dengan demikian teori keperilakuan memfokuskan pada apa saja yang dilakukan oleh para pemimpin, bukan karakteristik apa yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Teori keperilakuan sesuai
dengan definisi kepemimpinan sebagai suatu “proses” sehingga apabila seseorang berperilaku tertentu atau menirukan perilaku seorang pemimpin (leadership style) yang sukses maka ia dapat pula menjadi seorang pemimpin yang berhasil.
1
Ohio State University Study,
Studi yang dimulai pada akhir tahun 1940-an di Ohio State University, US ini merupakan studi yang paling komprehensif dan paling banyak direplikasi. Studi ini bermaksud mengidentifikasi berbagai dimenasi mengenai perilaku pada pemimpin dengan membagi gaya kepemimpinan menjadi dua kategori yakni : initiating structure dan considerations. Penerapan “struktur” berfokus pada penyelesaian pekerjaan dan produksi, sedangkan “pertimbangan” memperhatikan pembinaan hubungan baik antara pemimpin dengan para pengikutnya.
2
Orientasi pada Pengikut dan Produksi,
Penelitian
di
Michigan
University juga
mengidentifikasikan
dua
dimensi
kepemimpinan yang mempengaruhi efektivitas seorang pemimpin yakni employeeoriented dan production-oriented.
Pemimpin yang berorientasi pada pegawai
menekankan pada aspek hubungan antarindividu dalam menjalankan tugasnya, 5
menganggap setiap pegawai sama pentingnya, dan memperbolehkan adanya perbedaan diantara individu. Selain itu, Robert R. Blake dan Jane S. Mouton mengembangkan matriks dua dimensi yang lain dengan menyebut managerial grid atau leadership grip yang didasarkan pada gaya kepemimpinan yang telah dirumuskan di Ohio university maupun Michigan University. Ada lima jenis gaya kepemimpinan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Impoverished management, Gaya ini sangat rendah orientasinya baik pada pegawai maupun kepada produksi (pekerjaan) dengan nilai 1,1. b) Country club management, Gaya ini sangat tinggi orientasinya pada pegawai tetapi sangat rendah pada produksi (pekerjaan) dengan nilai 1,9. c) Middle-of-the-road management, Gaya ini merupakan tengah-tengah antara orientasi pada pegawai dan pada produksi (pekerjaan) dengan nilai 5,5. d) Task management, Gaya ini sangat tinggi orientasinya pada produksi (pekerjaan)tetapi sangat rendah pada pegawai dengan nilai 9,1. Gaya ini merupakan gaya kepemimpinan otokrat (authoritarian, authority compliance) dengan menerapkan pendekatan kekuasaan, otoritas, dan mendikte bawahan. e) Team management, 6
Gaya ini sangat tinggi orientasinya baik pada produksi (pekerjaan) maupun pada pegawai dengan nilai 9,9. Gaya ini merupakan gaya kepemimpinan demokrat dan paling ideal.
3
Perilaku Otokratis dan Partisipatif, Pemimpin otokratis adalah pemimpin yag mengambil keputusan sendiri dengan
keyakinan bahwa para pengikutnya akan menaati tanpa mempedulikan sikap para pengikut tersebut terhadp suatu keputusan serta menjadikan diri pemimpin tersebut sebagai model bagi para anggota tim. Kebalikan dari perilaku ini adalah perilaku partisipatif yaitu pemimpin dalam mengambil keputusan berbagi dengan para pengikutnya, atau bahkan memberi kebebasan bagi bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri dan mengandalkan pada pendelegasian.
4
Orientasi Pengembangan, Beberapa peneliti yang dikategorikan sebagai Scandinavian Studies berargumen
bahwa gaya kepemimpinan yang hanya berorientasi pada pekerjaan dan pegawai terjadi dalam kondisi stabil serta dapat diprediksi dan tidak memperhatikan dinamika atau kekacauan yang terjadi pada lingkungan yang mempengaruhi organisasi. Dari penelitian tersebutlah dikembangkan dimensi baru kepemimpinan yang berorientasi pada pengembangan
(development-oriented
behaviour).
Pemimpin
yang
berorientasi
pengembangan merasakan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan menganggap pemimpin mereka lebih kompeten (Sharma, 2007). 5
Teori-teori Keperilakuan Lainnya,
Transformational leader adalah pemimpin yang menggunakan kharismanya untuk mentransformasi dan merevitalisasi organisasi mereka, membantu mentransformasi para pengikut dengan mengajari bahkan sering membantu mereka menjadi mentor. Pemimpin jenis ini bersipa “tut wuri handayani” yakni memeberi kesempatan bagi pengikut untuk berkembang tetapi tetap memperhatikan mereka sehingga bila sesuatu yang tidak baik terjadi dengan pengikutnya mereka siap untuk memperbaikinya. 7
Transaction leader yakni pemimpin yang mengarahkan dan memotivasi pengikut ke arah tujuan yang ditetapkan dengan menjelaskan peranan dan pekerjaan yang diperlukan. Menurut George dan Jones (2002), kepemimpinan transaksional terjadi bila seorang pemimpin memotivasi para pengikutnya dengan menghadiahi kinerja yang bagus dan menandai atau menyalahkan bawahannya atas kinerja yang buruh atau atas kesalahan yang mereka lakukan. Breakthrough leadership yaitu kepemimpinan yang menginspirasi individu-individu melalui perilaku yang mendorong untuk terus-menerus belajar, membangun rasa percaya diri, dan kompetensi yang pada akhirnya menghasilkan pekerja yang mempunyai komitmen, mengetahui akan hal-hal yang dianggap benar, dan penuh inspirasi. Pemimpin jenis ini menghargai orang lain serta kemauan untuk melihat, mendengar, dan belajar. Sementara pengikutnya memiliki keinginan untuk terus-menerus belajar, rasa percaya diri, serta memiliki kemampuan dan memiliki komitmen.
2.1.3 Aliran Situasional Para peneliti kepemimpinan dalam kategori situasional ini mencari faktorfaktor situasional apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan. a
Model Kontijensi Fred E. Fiedler adalah orang pertama yang menyatakan gagasan bahwa gaya
kepemimpinan yang terbaik ditentukan oleh situasi dimana pemimpin tersebut bekerja.
Ancangan seperti ini dikenal dengan nama Fidler Contingency Model
dimana kontribusi pemimpin terhadap keberhasilan kinerja kelompoknya ditentukan oleh karakteristik pemimpin dan berbagai fitur situasi. Selain itu, Fiedler bersama Joe Garcia mengembangan Cognitive Resource Theory dengan memfokuskan pada peranan stress sebagai situasi yang tidak menguntungkan dan bagaimana kepandaian dan pengalaman pemimpin mempengaruhi reaksinya terhadap stress tersebut. Pada intinya, Fiedler menggunakan asumsi bahwa karakte rpemimpin sulit untuk diubah sehingga untuk membuat pemimpin efektif dengan situasi yang ada,
8
maka ada tiga hal yang dapat dilakukan.
Pertama adalah dengan mengganti
pemimpinnya. Kedua adalah dengan mengganti situasi sesuai dengan pemimpinnya (restrukturisasi pekerjaan).
Ketiga adalah dengan meningkatkan hubungan
pemimpin-bawahan dengan melatih pimpinan dan bawahan mengenai bagaimana cara komunikasi yang terbaik dan cara berhubungan satu dengan lainnya. b
Teori Keputusan Normatif atau Model Partisipasi Pemimpin, Teori ini dikembangkan oleh Victor H. Vroom dan Philip Yetton dengan
asumsi bahwa pemimpin yang membuat keputusan yang baik dalam jangka panjang dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pemimpin yang membuat keputusan yang buruk. Teori ini menghendaki agar pemimpin pertama-tama harus menentukan apakah keputusan yang harus dibuat itu bersifat individual (dalam hal ini melibatkan satu anggota) atau sekelompok bawahan. 2.1.4
Hubungan Atasan dengan Bawahan Greenberg dan Baron (2008) menyatakan bahwa tanpa adanya bawahan maka
pemimpin tidak akan ada artinya. Hal inilah yang mendorong terciptanya teori kepemimpinan dalam sudut pandang atasan dengan bawahan. Berikut ini merupakan beberapa teori kepemimpinan yang termasuk ke dalam teori hubungan atasan dengan bawahan. a. Path-Goal Theory, Menurut McShane dan Von Glinow (2008), Path-Goal Theory dianggap paling baik oleh para kritisi. Teori yang dikembangkan oleh Robert J. House ini didasarkan pada motivasi pengharapan (expectancy theory) yang menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada bagaimana “pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya”. Dengan kata lain, pemimpin membantu para pengikutnya untuk mencapai tujuan dengan cara memebri petunjuk mengenai bagaimana cara mencapainya. Jika hal itu dilakukan oleh pemimpin maka kepuasan kerja, motivasi, dan kinerja para pengikutnya akan menjadi lebih baik.
Path-Goal Theory menyarankan agar
pemimpin memilih empat gaya kepemimpinan pokok dimana seorang pemimpin 9
dapat mengaplikasikan lebih dari satu gaya kepemimpinan dalam waktu dan situasi yang berbeda.
Instrumental atau direktif, yaitu gaya kepemimpinan yang memfokuskan pada penyiapan pedoman-pedoman tertentu, menetapkan jadwal kerja dan peraturanperaturan yang harus diikuti.
Suportif, yaitu gaya kepemimpinan yang memfokuskan pada terbiananya hubungan yang baik dan pada pemuasan kebutuhan bawahan.
Partisipatif, yaitu pola dimana pemimpin berkonsultasi dengan bawahan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Orientasi pada pencapaian tujuan (achievement-oriented), yakni suatu ancangan yang dipilih pemimpin dengan menetapkan tujuan-tujuan yang menantang serta berupaya untuk memperbaiki kinerja.
b. Teori Kepemimpinan Situasional, Kemampuan menurut teori ini berarti seberapa besar keahlian dan pengetahuan pengikut untuk melaksanakan pekerjaan bila tidak ada bimbingan dari pemimpin, sedangkan kemauan berarti komitmen dan motivasi pengikut untuk melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka. Situational Leader Theory menawarkan empat gaya kepemimpinan yang oleh Hersey dan Blanchard dibedakan berdasarkan banyaknya perilaku direktif dan suportif yang ditunjukkan oleh pemimpin. 1) Telling, Gaya kepemimpinan ini akan efektif apabila pengikut tidak mampu dan tidak mau. Dalam hal ini banyaknya arahan yang perlu diberikan oleh pemimpin tinggi, tetapi pengikut hanya memerlukan sedikit dukungan dari pemimpin (high task and low relationship), sehingga pemimpin perlu memberitahukan, menunjukkan, dan menginstruksikan secara rinci, kemudian mengawasi pelaksanaan pekerjaan para pengikutnya. 10
2) Selling, Gaya kepemimpinan ini akan efektif apabila pengikut memiliki kemampuan dan kemauan bahwa mereka bisa melakukan pekerjaan yang dituntut dari mereka. Dalam hal ini banyaknya arahan yang perlu diberikan oleh pemimpin tinggi, dan pengikut juga memerlukan banyak dukungan dari pemimpin (high task and high relationship), sehingga pemimpin menjelaskan keputusan yang sudah diambilnya kemudian memberikan kesempatan bertanya bagi para pengikut yang merasa kurang atau tidak jelas. 3) Participating, Gaya kepemimpinan ini akan efektif apabila pengikut memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan pekerjaan yang dituntut dari mereka.
Dalam hal ini banyaknya arahan yang perlu diberikan oleh pemimpin
rendah, dan pengikut memerlukan banyak dukungan dari pemimpin (low task and high relationship), sehingga pemimpin memberi kesempatan untuk menyampaikan (share) keahlian mereka sambil mendorong keinginan para pengikut untuk melaksanakan pekerjaan. 4) Delegating, Gaya kepemimpinan ini akan efektif apabila pengikut sepenuhnya memahami pekerjaan mereka dan efisien dalam melaksanakannya. Dalam hal ini banyaknya arahan yang perlu diberikan oleh pemimpin hanya sedikit, dan pengikut juga hanya memerlukan sedikit dukungan dari pemimpin. Dalam kondisi ini pemimpin dapat membiarkan pengikut untuk melaksanakan pekerjaan tertentu atas kemampuan dan kemauan mereka sendiri. c. Leader-Member Exchange Theory, Menurut teori Leader-Member Exchange (LMX), pemimpin memperlakukan bawahan mereka secara berbeda, yaitu sebagian diperlakukan memeperlakukan bawahan mereka secara berbeda, yaitu sebagian diperlakukan secara lebih baik dan sebagian lainnya tidak memperoleh perlakuan yang sebaik itu. Greenberg dan Baron
11
(2008) menyatakan bahwa alasan pemimpin membedakan anatara in-group dengan out-group kadang-kadang didasarkan pada informasi yang sepele saja seperti umur atau jenis kelamin yang sama disamping apabila pemimpin tersebut merasa bahwa pengikut tersebut mampu melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. d. Followeship, Pemimpin akan memperoleh kesuksesan apabila bisa mengubah-ubah gaya kepemimpinannya tergantung pada karakter pengikut.
2.2 TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN 2.2.1
Tipe Perilaku Kepemimpinan Pendekatan gaya (style approach) menekankan perilaku pemimpin. Pendekatan
gaya menyatakan bahwa adanya dua tipe perilaku umum : a. Perilaku Tugas Membantu anggota kelompok untuk mencapai tujuan mereka. Perilaku tugas atau inisiasi menurut Hersey dan Blanchard (1982 : 114) adalah kadar upaya pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok (pengikut), menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan, dimana, dan bagaimana cara menyelesaikannya ,dicirikan dengan cara untuk menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan cara penyelesaian pekerjaan secara rinci dan jelas. b. Perilaku Hubungan Membantu pengikut merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Dengan orang lain, dan dengan situasi dimana mereka berada. Perilaku hubungan atau konsederasi menurut Hersey dan Blanchard (1982 : 114) adalah kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi di antara mereka sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) dengan membuka lebar saluran komunikasi, menyediakan komunikasi, menyediakan dukungan sosio-emosional, “sambaransambaran psikologis”, dan pemudahan perilaku. Sementara itu, Lukman Saksono membagi tipe kepemimpinan ke dalam beberapa tipe: 12
1) Kepemimpinan yang memberi arahan, termasuk penentuan tujuan/sasaran, pemecahan persoalan, pengambilan keputusan, dan perencanaan 2) Kepemimpinan yang bersifat pengamalan/pelaksanaan, termasuk berkomunikasi, berkoordinasi, supervisi, dan evaluasi. Di mana ia semua diarahkan untuk mencapai tujuan. 3) Kepemimpinan yang memberi motivasi, termasuk menerapkan prinsip motivasi serta menghargai tingkah laku yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi, termasuk memberikan pelajaran dan bimbingan.
2.2.2
Gaya Kepemimpinan Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang
bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Dalam pengertian lain gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang sering disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung dan tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Terdapat beberapa gaya kepemimpinan atau sering juga disebut dengan tipe kepemimpinan yaitu: 1) Tipe Kepemimpinan Karismatik Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab-sebabnya mengapa seseorang itu memiliki karisma besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuankemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian 13
sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar. Tokoh-tokoh besar semacam ini antara lain: Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John F. Kennedy, Soekarno, Margaret Tacher, dan Gorbachev.
2) Tipe Paternalistis Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut: a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anakanak sendiri yang perlu dikembangkan. b. Bersikap terlalu melindungi (overly protective). c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri. d. Hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif. e. Tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. f. Selalu bersikap maha-tahu dan maha benar.
3) Tipe Militeristis Tipe ini bersifat kemiliteran, namun hanya gaya luaran saja yang mencontoh militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah: 1. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, terhadap bawahannya sangat keras, otoriter, kaku, dan seringkali kurang bijaksana. 2. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan. 3. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran berlebihan. 4. Tidak menghendaki saran, usulan, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya. 5. Komunikasi hanya berlangsung searah.
14
4) Tipe Otokratis Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus dipenuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai pemain tunggal. Pada a one man show, dia sangat berambisi untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri. 5) Tipe Laissez Faire Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis sebab duduknya sebagai direktur atau pemimpin ketua dewan, komandan, atau kepala biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan atau sistem nepotisme. 6) Tipe Populistis Profesor Peter Worsley dalam bukunya the third world mendefiniskan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat misalnya Soekarno dengan ideologi marhaenismenya, yang menekankan masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penindasan serta penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing (luar negeri). Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh kepada nilai-nilai masyarakat tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme. Dan oleh Profesor S.N Einsentadt, populisme erat dikaitkan dengan modernitas-tradisional. 7) Tipe Administratif atau Eksekutif
15
Kepemimpinan
tipe
administratif
ialah
kepemimpinan
yang
mampu
menyelenggarakan ministrasi secara efektif. Sedangkan para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur yang mampu menggerakan dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan demikian, dapat dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah, yaitu untuk memantapkan integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan administratif ini diharapkan adanya perkembangan teknis, yaitu teknologi, industri, manajemen modern dan perkembangan sosial di tengah masyarakat. 8) Tipe Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada “person atau individu pemimpin”, tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu dan mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis sering disebut sebagai kepemimpinan group developer.
2.3 EFFECTIVE LEADERSHIP Keterampilan dan Kepemimpinan yang Efektif Penelitian awal tentang karakteristik pemimpin mengidentifikasi beberapa keterampilan yang terkait dengan kemajuan dan efektivitas para pemimpin. Banyak taksonomi yang berbeda telah diajukan mengklasifikasi keterampilan manajerial, tetapi taksonomi yang paling berguna dan parsimoni menggunakan ketiganya
16
Versi serupa dari taksonomi ini diusulkan oleh Katz (1955) dan Mann (1965). Keterampilan teknis terutama berkaitan dengan kemampuan menerjakan sesuatu, keterampilan interpersonal (atau "keterampilan sosial") terutama berkaitan dengan orang-orang, dan konseptual keterampilan (atau "keterampilan kognitif") terutama berkaitan dengan ide dan konsep.
Keahlian Teknis: Pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan kegiatan khusus, dan kemampuan untuk menggunakan alat dan peralatan yang relevan dengan itu aktivitas.
Interpersonal Interpersonal: Pengetahuan tentang perilaku manusia dan proses interpersonal, kemampuan untuk memahami perasaan, sikap, dan motif orang lain dari apa yang mereka katakan dan lakukan (empati, kepekaan sosial), kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif (kelancaran bicara, persuasif), dan kemampuan untuk membangun hubungan yang efektif dan kooperatif (kebijaksanaan, diplomasi, keterampilan menyimak, pengetahuan tentang perilaku sosial yang dapat diterima).
Keterampilan konseptual: Kemampuan analitis umum, pemikiran logis, kecakapan dalam pembentukan konsep dan konseptualisasi hubungan yang kompleks dan ambigu, kreativitas dalam penciptaan ide dan pemecahan masalah, kemampuan untuk menganalisa peristiwa dan merasakan tren, mengantisipasi perubahan, dan mengenali peluang dan potensi masalah (penalaran induktif dan deduktif).
Keberhasilan seorang pemimpin tidak kalah pentingnya juga dipengaruhi oleh kompetensi sang pemimpin mengenal tipe kepribadiannya dan tipe para pendukungnya (staf). Untuk itu para manajer koperasi agar bisa berhasil hendaknya mengetahui, memahami dan menerapkan tipe-tipe kepribadian.
Menjadi pemimpin yang unggul(Extraordinary) dalam lingkungan kerja.
Memiliki kualitas kepemimpinan yang sejati yang mampu memotivasi team.
Mampu melakukan fungsi Manager atau Supervisor secara maksimal.
17
Menjadi pemimpin yang mampu melakukan Coaching terhadap bawahan.
Mampu menciptakan unsur FUN dalam kepemimpinan.
Menguasai 6 Emotional Needs yang mampu memberdayakan orang yang dipimpin.
Menguasai berbagai tools memimpin secara efektif dan membawa pengaruh positif.
Menjadi mahir dalam membina hubungan dalam lingkungan kerja.
Mampu mengembangkan jaringan yang luas (Networking).
Menguasai teknik-teknik komunikasi yang efektif sebagai seorang pemimpin (Communication Skill).
Memiliki kepribadian yang menarik agar disukai banyak orang(Like Ability Factor)
Kemampuan mengenali tipe kepribadian diri sendiri dan orang lain (Personality Profile).
Mengerti cara melakukan pendekatan yang tepat ke berbagai macam orang.
Mengetahui cara memimpin dan mengatasi orang yang sulit diatur.
Membangun kerjasama dan performance team yang solid(Team Work).
2.4 CERITA SUKSES KEPEMIMPINAN Inilah kisah kegigihan Kolonel Sanders, pendiri waralaba ayam goreng terkenal KFC. Dia memulainya di usia 66 tahun. Pensiunan angkatan darat Amerika ini tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Namun dia memiliki keahlian dalam memasak dan menawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Kolonel Harland Sanders adalah pelopor Kentucky Fried Chicken atau KFC yang telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam industri waralaba makanan siap saji di dunia.Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Pertama, sebagai tukang parkir di usia 15 tahun di New Albany, Indiana dan kemudian menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan ke Kuba. Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu
18
hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel. Selama hampir 9 tahun ia menggunakan resep yang dibuatnya dengan teknik dasar memasak hingga saat ini. Citra Sander semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi negara bagian Cuisine. Dan pada tahun 1939, keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines “Adventures in Good Eating.”Di awal tahun 1950 jalan raya baru antar negara bagian direncanakan melewati kota Corbin. Melihat akan berakhir bisnisnya, Kolonel ini akhirnya menutup restorannya. Setelah membayar sejumlah uang, ia mendapatkan tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105.Dikarenakan memiliki rasa percaya diri kuat akan kualitas ayam gorengnya, Kolonel membuka usaha waralaba yang dimulai tahun 1952. Pada 1964, Kolonel Sanders sudah memiliki lebih dari 600 outlet waralaba untuk ayam gorengnya di seluruh Amerika dan Kanada. Pada tahun itu juga ia menjual bunga dari pembayarannya untuk perusahaan Amerika sebanyak 2 juta dolar kepada sejumlah grup investor termasuk John Y Brown Jr, (kelak menjadi Gubernur Kentucky). Pada tahun 1976, sebuah survey independen menempatkan Kolonel Sanders sebagai peringkat kedua dari deretan selebriti yang terkenal di dunia. Di bawah pemilik baru, perusahaan Kentucky Fried Chicken tumbuh pesat yang kemudian menjadi perusahaan terbuka pada 17 Maret 1966, dan terdaftar pada New York Stock Exchange pada 16 Januari 1969. Lebih dari 3.500 waralaba dan restoran yang dimiliki perusahaan ini beroperasi hampir di seluruh dunia. Kentucky Fried Chicken menjadi anak perusahaan dari RJ Reynolds Industries, Inc. (sekarang RJR Nabisco, Inc.), semenjak Heublein Inc. diakuisisi oleh Reynolds pada tahun 1982. KFC diakuisisi pada Oktober 1986 dari RJR Nabisco Inc oleh PepsiCo Inc, seharga kurang lebih 840 juta dolar.Pada Januari 1997, PepsiCo, Inc mengumumkan spin-off restoran cepat sajinya — KFC, Taco Bell dan Pizza Hut – menjadi perusahaan restoran independen, Tricon Global Restorans Inc. Pada Mei 2002, perusahaan ini mengumumkan persetujuan pemilik saham untuk merubah nama perusahaan menjadi Yum! Brands Inc. Perusahaan, yang dimiliki oleh A&W All-American Food Restorans, KFC, Long John Silvers, Pizza Hut dan Taco Bell restorans, adalah perusahaan restoran terbesar di dunia dalam kategori unit system dengan jumlah mendekati 32,500 di lebih dari 100 negara dan wilayah.KFC berkembang 19
pesat. Kini, lebih dari satu miliar ayam goreng hasil resep Kolonel ini dinikmati setiap tahunnya, bukan hanya di Amerika Utara, bahkan tersedia hampir di 80 negara di seluruh dunia. Tapi Kolonel Sanders tidak lagi bisa menyaksikannya. Pada 1980, di usia 90 tahun, ia terserang leukemia. Ia meninggal seusai melakukan perjalanan 250.000 mil dalam satu tahun kunjungannya ke restoran KFC di seluruh dunia.“Impian meraih sukses tidak harus di masa kecil. Impian bisa juga di saat usia senja.” Kolonel Sanders, pendiri KFC.
2.5 LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGEMBILAN KEPUTUSAN 1
Mendefinisikan masalah (mengenal persoalan) yaitu menetapkan apa yang menjadi persoalan terjadinya penyimpangan
2
Menentukan pedoman pemecahan masalah seperti mencari rambu-rambu yang tepat untuk memecahkan penyebab masalah
3
Mengidentifikasikan alternatif di mana pilihan pemecahan sedapat mungkin harus dimunculkan
4
Mengadakan penilaian terhadap baik buruknya alternatif dengan cara atau model tertentu
5
Menilai alternatif yang terbaik dengan standar ukuran tertentu
6
Mengimplementasikan alternatif yang dipilih, yaitu penerapan keputusan beserta resiko dan konsekuensinya agar dipertimbangkan
20
BAB III PENUTUP 3.1
KESIMPULAN Teori kepemimpinan membicarakan mengenai bagaimana seseorang menjadi
pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin, dan
teori
tentang
kepemimpinan itu diantaranya adalah teori kelebihan, teori sifat, teori keturunan, teori kharismatis, teori bakat dan teori sosial. Tipe kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor pendidikan, pengalaman, usia, karakter tabiat atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk menguasai setiap situasi apabila menjadi pemimpin cenderung akan bersifat otoriter.
21
DAFTAR PUSTAKA Kristiadi. 1996. Kepemimpinan. Jakarta: LAN RI Yukl, Gary, 2010, Kepemimpinan dalam Organisasi, Edisi Kelima. Jakarta: PT. Indeks. Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Index. Jakarta. Bambang Agus Sumantri, S.IP., M.M. Erwin Putera Permana, M.Pd. Manajemen Koperasi dan Usaha MiKro Kecil dan Menengah. Fakultas ekonomi universitas nusantara PGRI Kediri.
22