Uji Evaluasi Shampo.docx

  • Uploaded by: Martha Veronicha Putri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uji Evaluasi Shampo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,890
  • Pages: 7
Kelompok

:5

Nama

:

1. Adin Firmansyah 2. Martha Veronicha P 3. Novia Eka W UJI MUTU SHAMPO Tujuan

:

Untuk mengetahui apakah kadar zinc pyrithione yang terdapat pada shampo memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517. Dasar Teori

:

Zinc pyrithione (ZPT) merupakan bahan aktif produk perawatan rambut sehari-hari (shampo, conditioner, dan lain-lain) yang memiliki manfaat anti bakteri, anti jamur dan anti seboroik (SCCNFP, 2002). Zinc Pyrithione Zinc pyrithione memiliki struktur kimia:

Struktur kimia zinc pyrithione Zinc pyrithione (ZPT, seng bis(2-pyridylthio)-Noksida) merupakan bahan aktif produk perawatan rambut sehari-hari (shampo, conditioner, dan lain-lain), yang memiliki manfaat sebagai anti ketombe, bersifat anti mikotik atau fungisid, bakterisid, dan mencegah agregasi sel korneosit menjadi serpihan yang tampak sebagai ketombe (Shih et al., 2003). Zinc pyrithione memiliki rumus empiris C10H8N2O2S2Zn sering dikenal dengan nama dagang Zinc Omadine atau Vancide ZP. Zinc pyrithione berbentuk bubuk berwarna putih atau kuning memiliki berat jenis 1,782 pada suhu 25°C, memiliki kelarutan rendah pada air, dapat larut terhadap benzene dan chloroform (SCCNFP, 2002). Efek zinc pyrithione pada kulit kepala berketombe menormalkan keratinisasi, mengurangi produksi sebum karena dengan pemakaian shampo menurunkan kadar lipid permukaan kulit kepala yang merupakan habitat atau tempat bersarang jamur sehingga dapat mengurangi jumlah organisme Pityrosporum ovale (Schwartz et al., 2011). Senyawa ini digunakan pada konsentrasi 0,5 sampai 2% dalam shampo (Polano, M.K., 1987). Dalam peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas dan 0,1% produk non bilas (BPOM RI, 2011). Efek samping apabila kadarnya melebihi jumlah maksimum yang disarankan yaitu

dermatitis pada kulit kepala, kerusakan rambut (rambut rontok, berubah warna dan patahpatah), serta pemakaian jangka panjang dan terus-menerus dapat menyebabkan efek samping sistemik (Mohanty et al., 2010). Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007). Secara umum shampo didefinisikan sebagai deterjen bentuk larutan, krim, padat atau bentuk lain yang cocok untuk mencuci rambut, dikemas dalam bentuk yang sesuai untuk digunakan, dan berguna menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada kulit kepala tanpa mempengaruhi keaslian dan kesehatan rambut si pemakai, sehingga didapat rambut yang harum, berkilau, halus dan mudah diatur (Mita dkk., 2009). Macam - macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain (Mita dkk., 2009) : a. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting. Shampo ada yang dibuat untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut. b. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh biasanya mengandung acid atau asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut, hairspray, lilin rambut, jelly rambut, dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan pada pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena unsur asam mengurangi minyak maka jenis shampo ini dapat membuat rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering dan disarankan untuk menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu. c. Shampo penambah volume rambut. Jenis shampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang tipis maka bisa digunakan jenis shampo ini. d. Shampo anti ketombe. Shampo anti ketombe ini mengandung selenium, zinc atau asam salisilat yang telah terbukti cukup berhasil membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala menjadi kering. Syarat shampo Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007) : 1. Dapat membersihkan dengan baik (sifat deterjen) 2. Memiliki sifat membasahi (wetting)

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Memiliki sifat dapat mengemulsi (emulsifying) Memiliki sifat dapat membuat busa (foaming) Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala Mudah dicuci/dibilas kembali Membuat rambut lebih mudah disisir dan dipola Membuat rambut lebih cemerlang Mungkin perlu mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit kepala (medicated shampoo) 10. Aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksis 11. Menyebarkan bau harum Persyaratan yang harus dipenuhi untuk shampo anti ketombe antara lain (Mita dkk., 2009) : 1. Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa membuat rambut menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur. 2. Mengandung zat aktif germisida, fungisida, atau zat antiseptika yang dapat mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah infeksi setelah pemakaian. 3. Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas kulit kepala. 4. Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan ketidaknyamanan. Penetapan kadar Zinc Pyrithione Penetapan kadar Zinc Pyrithione dengan metode Iodimetri. Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I- ). Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiter. Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya (Thayban, 2014). Prinsip Iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (ph 5-8) (Alamsyah, 1994). Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau Amilum 0,5-1%. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2-amilum. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi adalah indikator amilum 0,5%. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi (Thayban, 2014). Larutan Pentiter Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat dengan melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat. Larutan ini dibakukan dengan arsen (III) oksida atau larutan baku natrium tiosulfat (Alamsyah, 1994). Larutan iodin

merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga perlu distandarisasi berulang kali. Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur ph atau dengan menambahkan bahan pengkompleks (Thayban, 2014). Alat dan Bahan A. Alat 1. Aluminium foil 2. Batang pengaduk 3. Beaker glass 4. Buret 5. Centrifuge (ROTOFIX 32 A) 6. Erlenmeyer 7. Gelas ukur 8. Neraca analitik 9. Pipet tetes 10. Spatula B. Bahan 1. Arsen (III) oksida 2. Asam klorida pekat 3. Aquadest 4. Iodium 5. Jingga metil 6. Kalium iodida 7. Kanji 8. Natrium hidroksida 9. Natrium bikarbonat 10. Etanol 96%.

Prosedur A. Pembuatan larutan H2SO4 10% C1 x V1 = C2 x V2 96% x V1 = 10% x 50 ml V1 = 5,20 ml B. Pembuatan larutan indikator amilum 0,5 % a. Ditimbang amilum 500 mg b. Dilarutkan dalam 100 ml air panas c. Didihkan selama beberapa menit sampai larutan transparan, kemudian dinginkan. C. Pembuatan larutan indikator jingga metil 1. Larutkan jingga metil 100 mg dalam 25 ml etanol 20% (21 ml etanol 96% diencerkan dengan air hingga 100 ml). D. Pembuatan larutan baku sekunder I Na2S2O3 Rx : 2 S2O32- S4O62- + 2e 1. Dihitung kebutuhan bahan a) Larutan baku sekunder: Na2S2O3 b) Konsentrasi : 0,05 N c) Volume : 250 ml d) Perhitungan :  Grek = N x Volume = 0,05 N X 0,25 ml = 0,0125 grek 𝑔𝑟𝑒𝑘

0,0125 𝑔𝑟𝑒𝑘



Mol = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 =



Massa = mol x Mr = 0,0125 mol x 248,47 g/mol = 3,1108 gram

1

= 0,0125mol

2. Ditimbang Na2S2O3 sebanyak 3,1108 g tertimbang 3. Dilarutkan dalam beaker glass dengan ± 20 ml aquades 4. Dimasukkan dalam labu ukur 250 ml ,diadkan dengan aquades sampai tanda batas E. Pembuatan larutan baku sekunder II I2 Rx : I2 + 2e  2I1. Dihitung kebutuhan bahan e) Larutan baku sekunder: I2 f) Konsentrasi :0,05 N g) Volume :250 ml h) Perhitungan :  Grek = N x Volume = 0,05 N X 0,25 ml

= 0,0125 grek 𝑔𝑟𝑒𝑘



Mol = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 =

0,0125 𝑔𝑟𝑒𝑘 2

= 0,0125mol



2. 3. 4. 5.

Massa = mol x Mr = 0,0125mol x 254 g/mol = 3,175 gram Ditimbang I2 sebanyak 3,175 g , tertimbang Menimbang KI dua kali dari berat I2 yaitu 6,35 g ,dilarutkan dalam 20 ml aquadest Dilarutkan dalam beaker glass dengan ± 20 ml larutan KI Dimasukkan dalam labu ukur 250 ml ,diadkan dengan aquades sampai tanda batas

F. Membuat KI 0,9N 100 ml untuk penambahan baku primer KIO3 Rx : 2I- I2 + 2e 𝑁 = 𝑀 × 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑙 = 𝑀 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑜𝑙 × 𝑀𝑟 0,9 𝑁 = 𝑀 × 2 𝑀= 1. 2. 3. 4.

0,9 𝑁 1

= 0,9 𝑀 × 0,1 𝐿

= 0,09 𝑚𝑜𝑙

𝑔 = 0,09 𝑚𝑜𝑙 . 166 ⁄𝑚𝑜𝑙 = 14,94 𝑔 (𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖)

𝑀 = 0,9 𝑀 Ditimbang KI sebanyak 14,94 𝑔 Larutkan dengan aquades pada beaker glass Dimasukkan larutan ke labu ukur Ditambah aquades dan diaddkan sampai tanda batas

G. Pembuatan larutan baku primer KIO3 Rx : IO3- + 6H+ + 6e  I + 3H2O 1. Dihitung kebutuhan bahan a) Larutan baku primer : KIO3 b) Konsentrasi :0,05 N c) Volume :100 ml d) Perhitungan :  Grek = N x Volume = 0,05 N X 0,1 ml = 0,005 grek 𝑔𝑟𝑒𝑘

0,005𝑔𝑟𝑒𝑘



Mol = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 =



Massa = mol x Mr = 0,00083 mol x 214,0042 g/mol = 0,1776 gram

6

= 0,00083 mol

2. Ditimbang KIO3 sebanyak 0,1776 g , tertimbang 3. Dilarutkan dalam beaker glass dengan ± 20 ml aquades 4. Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml,diadkan dengan aquades sampai tanda batas H. Pembakuan larutan baku sekunder I Na2S2O3 untuk mengetahui normalitasnya dengan KIO3 dan KI 0,9 N 1. Disiapkan buret dan diisi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 2. Dipipet 10ml KIO3 larutan dalam Erlenmeyer dan ditambah 10 ml KI 0,9 N

3. 4. 5. 6. 7.

Diasamkan dengan 2ml H2SO4 10% Ditambahkan 1-2 ml indikator amylum Dititrasi dengaan larutan Na2S2O3 yang telah dibuat Ditritasi sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak bewarna (putih) Titrasi diulang sampai diperoleh selisih volume titrasi tidak lebih dari 0,1 ml

I. Pembakuan larutan baku sekunder II I2 untuk mengetahui normalitasnya dengan Na2S2O3 1. Disiapkan buret dan diisi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 2. Dipipet 10ml I2 larutan dalam Erlenmeyer 3. Diasamkan dengan 2ml H2SO4 10% 4. Ditambahkan1-2 ml indikator amilum 5. Dititrasi dengaan larutan Na2S2O3 yang telah dibuat 6. Dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak bewarna (putih) 7. Titrasi diulang sampai diperoleh selisih volume titrasi tidak lebih dari 0,1 ml J. Penetapan kadar sampel dengan titran sampo dengan larutan I2 1. Disiapkan buret dan diisi dengan baku sekunder I2 2. Ditimbang 5 g sampel dalam beaker glass 20 ml. 3. Ditambahkan 5 ml air, diaduk perlahan (hindari terbentuknya busa), dipindahkan ke tabung centrifuge 50 ml. 4. Dibilas beaker glass dengan 30 ml air secara kuantitatif, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. 5. Dibuang beningan. Endapan ditambahkan 5 ml air dan 7,5 ml hcl pekat, diaduk hingga larut. 6. Dipindahkan ke erlenmeyer 250 ml, bilas tabung centrifuge dengan 50 ml air dan titrasi dengan Iodium 0,01 N, menggunakan indikator kanji, dengan sekali-sekali dikocok hingga titik akhir titrasi berwarna biru.

K. Perhitungan Kadar Kadar zinc pyrithione Dihitung dengan rumus :

Related Documents

Uji
November 2019 66
Uji
May 2020 50
Evaluasi
May 2020 47
Uji Univariat.docx
December 2019 44

More Documents from "abi"