Tugas Psikopatologi Gg Jiwa Rena.docx

  • Uploaded by: vidyamuqsita
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Psikopatologi Gg Jiwa Rena.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,532
  • Pages: 16
MAKALAH PSIKOPATOLOGI GANGGUAN JIWA Sebagai Tugas Pengganti Tutorial Pertemuan 3.2

Oleh : Rena Hardianty NIM 152010101099

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

SKEMA GANGGUAN JIWA

Gangguan Jiwa Gangguan Pikiran

Gangguan Persepsi

Bentuk Pikiran

Halusinasi

Arus Pikiran

Ilusi

Isi Pikiran

Gangguan Kesadaran Clouding Of Concioousness Dreamy State

Confusional State Delirium

Gangguan Perhatian

Gangguan Orientasi

Distrakbilitas

Disorientasi Waktu

Inattation

Disorientasi Tempat

Gangguan Ingatan Amnesia Paramnensia

Gangguan Emosi/Perasaan

Gangguan Bicara

Gangguan Psikomotorik

Afek

Gagap

Retardasi Psikomotorik

Mood

Mutisma

Stupor Psikomotorik

Neologisma

Agitasi Psikomotorik

Word Salad

Katelepsia

Somnolen

Fleksi Bilitas Cerea

Stupor

Stereotipi

Koma

PENDAHULUAN Pengertian Psikopatologi adalah ilmu psikologi yang khusus menguraikan keadaan psikis yang tak normal (abnormal). Dengan kata lain, psikologi bagi orang orang yang bertindak di luar batas manusia yang jiwanya normal. Akan tetapi, orang yang tergolong psikopat, bukan orang yang gila dalam arti penyakit kejiwaan yang disebabkan oleh saraf otak yang terganggu, yang dapat diperhatikan dengan jelas, seperti orang orang gila yang berkeliaran di pasar pasar atau yang tinggal di rumah sakit jiwa, melainkan orang yang sehari harinya hidup sebagaimana layaknya orang orang yang normal. Refleksi kegilaannya muncul oleh sebab sebab tertentu yang ia sendiri tidak menyadarinya. Orang seperti ini jika tersinggung, marah, akan membunuh. Setelah membunuh, korban dimutilasi, bahkan jantungnya dimakan dan sebagainya. Gangguan jiwa adalah gangguan alam: cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Kebanormalan tersebut dibagi menjadi dua yaitu : gangguan jiwa (neurosa) dan sakit jiwa (psikosa) keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), histeria, rasa lemah, tidak mampu mencpai tujuan, takut pikiran-pikiran buruk. Gelaja umum atau gejala paling menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik).

KELAINAN UMUM 1. GANGGUAN PIKIRAN a. Bentuk Pikiran : Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logis dan terarah kepada tujuan. -

Dereisme atau Pikiran Dereistik : tidak adanya sangkut paut antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman. Contohnya, seorang kepala kantor pemerintah pernah mengakatan: “seorang pegawai negeri dan warga-negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan silahkan keluar. “atau seorang lain lagi: “kita harus memberantas perjudian dan pelacuran, karena hal-hal ini merupakan exploitation de i’homme par i’homme, homo homini lupus, machiavellisme.karena itu segala bentuknya harus dikikis habis tanpa kecuali..”.

-

Pikiran Autistik : pasien merasa hidup di dalam alam pikirannya sendiri yang menyebabkan pasien sering ketawa-ketawa sendiri.

-

Bentuk pikiran yang nonrealistik : bentuk pikiran yang tidak nyata, dinilai dari alasan atau sebab akibat. Asosianya termasuk longgae (susunan pikirannya tidak teratur).

b. Arus Pikiran : “Cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran” Jenis-jenisnya : -

Perseverasi : menceritakan suatu ide “berulang”. Contohnya : “nanti besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah besok saya sudah berada di rumah, sudah makan enak di rumah sendiri, ya Pak Dokter, satu hari lagi saya nanti sudah bisa tidur dirumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang”.

-

Asosiasi Longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya. Satu sama lain (loncat-loncat) dan tidak sampai satu kalimat sudah pindah ke kota-kota lain. Contohnya : saya mau makan semua orang dapat berjalan”.

-

Flight of ideas : ide yang satu belum selesai diceritakan sudah disusul ide yang lain (baru satu kalimat sudah pindah bahasan yang lain). Contohnya : “waktu saya akan dateng ke RS kakak saya baru mendapat SIM, lalu untung saya pakai kemeja biru hingga Pak Dokter menyatakan jika sudah makan”.

-

Inkoheren : mengucapkan kata-kata “tidak logis” dan tidak ada hubungan satu sama lain, begitu pula kalimat yang satu dengan yang lain (Asosiasi longgar yang Ekstrim). Contohnya : “saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan.

-

Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum. Contohnya “Saya radiltu, semua partimun”.

-

Asosiasi Bunyi : perkataan yang mempunyai persamaan bunyi. Contohnya “saya mau makan diTarakan, seakan-akan beramaikan”.

-

Logorea : banyak bicara, kata-kata yang dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol.

-

Benturan (blocking) : jalan pikiran tiba-tiba berhenti dan penderita tidak bisa menerangkan mengapa dia berhenti.

-

Kecepatan Bicara : terbagi menjadi 2 : lambat berbicara dan cepat sekali berbicara.

-

Irrelevansi : isi pikiran tidak sesuai dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan (seperti tidak nyambung).

c. Isi Pikiran : -

Obsesi : isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak dikehendakinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin, misalnya bahwa anaknya sedang sakit keras atau bahkan seorang wanita menjadi hamil karena perbuatannya. Obsesi itu di dapat menimbulkang kompulsi, misalnya obsesi barangnya hilang menyebabkan kompulsi membuka-buka lemari untuk melihat kalau barangnya masih ada di dalamnya.

-

Preokupasi : pikiran terpaku hanya pada sebuah idea saja yang biasanya berhubungan dengan keadaan bernada emosional yang kuat. Ini belum merupakan, tetapi dapat menjadi obsesi. Misalnya preokupasi dengan ujian, anak yang sakit, atau perjalanan yang akan dilakukan, pesta/perayaan perkawinan/ hari ulang tahun.

-

Waham (Delusi) : kenyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya

atau

tidak

cocok

dengan

iteligensi

dan

latar

belakang

kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham banyak jenisnya di antaranya :



Waham kejaran : misalnya pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya atau bahwa dia sedang ditipu, dimata-matain atau dikejar.



Waham somatik atau hipokondrik : kenyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, misalnya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda di dalam perutnya.



Waham kebesaran : yaitu bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, bahkan dia adalah Ratu yang dapat membaca pikiran seseorang, mempunyai puluhan rumah atau mobil.



Waham keagamaan : waham dengan tema keagamaan.



Waham dosa : keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat di ampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik.



Waham pengaruh : yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.



Waham sindiran : ia dibicarakan orang lain.



Waham nihilistik : yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan/atau orang lain sudah mati.



Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham : karena waham, maka ia berbuat atau bertingkah laku demikian.

2. GANGGUAN PERSEPSI Persepsi normal berawal dari stimulasi reseptor sensorik. Halusinasi terjadi bila ada presepsi tanpa adanya stimulasi sensorik dari luar. Tipe halusinasi tergantung pancaindra pasien yang terlibat. Jenisnya : halusinasi lihat, dengar, penciuman, perabaan/taktil, pengecapan, kinestetik, somatik Pasien dapat mempunya ‘insight’ terhadap halusinasinya. Contoh gangguan kognisi pada persepsi yaitu: merasa mendengar bisikan untuk melakukan sesuatu atau halusinasi melihat hantu sementara orang lain yang normal tidak melihatnya. Orang tradisional mungkin menganggap hal ini sebagai gangguan setan, tapi sebenarnya ini adalah gangguan psikologis. Ada 5 tahap ‘insight’ terhadap halusinasi:

1. Dahulu didapatkan halusinasi dan sekarang tidak pernah ada lagi. Pasien mengalami kesadaran menyeluru terhadap halusinasinya. 2. Pernah mengalami halusinasi pada waktu lampau, tetapi tidak pada saat sekarang dan pasien mempersepsi dan mempercayai hal itu sebagai suatu kenyataan yang benar. 3. Halusinasi dialami baru-baru ini tetapi pasien menolak untuk membicarakannya. Tampaknya pasien menyadari kontradiksi antara persepsi psikotik dengan realitas. 4. Pasien membicarakan halusinasinya, tetapi tidak mengikuti dengan perilaku tentang halusinasinya. 5. Pasien melaksanakan halusinasinya sebagai bentuk respon dan perintah. Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. Jadi presepsi itu dapat terganggu oleh gangguan otak (keran kerusakan ota, keracunan, obat halusinogenik), oleh gangguan jiwa (emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi; psikosis dapat menimbulkang halusinasi) atau oleh pengaruh lingkungan sosialbudaya (memengaruhi persepsi karena penilainya yang berbeda karena dari lingkungan sosial budaya yang berbeda pula). Jenis-jenis persepsi : a. Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra, dan terjadi dalam keadaan sadar/bangun. Dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotok ataupun histerik. Jenis halusinasi : -

Halusinasi penglihatan (visual, optik) : tak berbentuk (sinar, kilapan atau cahaya) atau berbentuk (orang binatang atau brang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak;

-

Halusinasi pendengaran (auditif, akustik): suara manusia, hewan atau mesin, barang kejadian alamiah atau musik;

-

Halusinasi penciuman (olfaktorik): mencium suatu bau;

-

Halusinasi pengecapan (gustatorik): rasa mengecap sesuatu;

-

Halusinasi perabaan (taktil): merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya;

-

Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak (misalnya, anggot badan bayangan atau phantom limb);

-

Halusinai viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya.

b. Ilusi : interpretasi yang salah tentang penyerapan yang benar-benra terjadi karena rangsagan pada pancaindra. Contohnya : bunyi angin didengarnya seperti di panggil namanya. Bayangan daun dilihatnya seperti seorang penjahat.

3. GANGGUAN KESADARAN a. Clouding Of Conciousness (Pengaburan Kesadaran) : gangguan dimana pikiran tidak jelas. Hal ini disebabkan oleh gangguan-gangguan fisik dan kimia yang menyebabkan kerusakan fungsional alat aosiatif pada cerebrum. Kapasitas untuk

berpikir

secara

jelas

dan

dengan

kecepatan

yang

biasa

untu

mempersepsikan, merespons dan mengingat stimulus-stimulus saat ini menjadi berkurang. Untuk membuat pasien memahami suatu pertanyaan, mungkin perlu dengan mengguncangkannya, mengajukan pertanyaan itu dengan suara keras, dan cara ini mungkin di ulang beberapa kali sampai ia memahami betul pertanyaan itu dan menjawabnya. Perhatian pasien menjadi menyimpang dan pemahamannya mengenai lingkungan tidak lengkap dan tidak akirat. Simtom ini sering kali kelihatan pada paien-pasien di rumah sakit yang menderita penyakit menular dan kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi oksigenasi otak dan metabolisme. Pengaburan kesadaran mungkin juga terjadi pada gangguan psikogenik reaksireaksi disosiatif. b. Dreamy state : kesadaran menurun disertai dengan halusinasi,biasanya terjadi pada epilepsi. c. Confusional state (kebingungan) : suatu gangguang kesadaran dengan cirinya adalah perasaan yang kacau disorientasi, fungsi-fungsi asosiatif yang kalut, dan kemiskinan ide-ide. Wajak orang yang bingung kelihatannya sedih dan menimbulkan teka-teki. Meskipun gangguan ini juga terdapat pada reaksi-reaksi disosiatif, tetapi pada umumnya hanya terbatas pada kondisi-kondisi di mana terdapat kerusakan yang luas pada fungsi jaringan otak, dan hal ini disebabkan oleh keracunan peradangan atau luka pada otak. d. Delirium : menunjuk kepada sindrom otak organik karena gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yang menghambat

metabolisme otak. Gejala utama ialah kesadaran yang menurun. Gejala-gejala lain ialah: penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisag dan panik, ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkoheren. e. Sommnolen : Mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi ransangan tapi saat ransangan dihentikan, pasien tertidur lagi. Pada somnolen jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis lambat. f. Stupor : Keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan ransangan kuat tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberijawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor reflek kornea dan pupil baik, BAB dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus. g. Koma : Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap nyeri.

4. GANGGUAN PERHATIAN a. Distraktibilitas adalah bagian dari Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP). Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP) adalah suatu gangguan pada otak yang mengakibatkan kesulitan konsentrasi dan pemusatan perhatian. Sebanyak 80% pasien GPP memperlihatkan kesulitan belajar dan kelainan perilaku. Akibat kekurangan perhatian, anak Gangguan Pemusatan perhatian (GPP) mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan rangsang yang kurang menonjol, yang dapat berupa distraktiblitas visual (penglihatan), auditoris (pendengaran), dan internal. Macam-macam Distrakbilitas 

Pada distraktiblitas visual, konsentrasi visual dialihkan ke benda-benda yang dilihatnya. Kedua matanya terus menerus menyelidik dan mencari pengalaman visual yang lebih baru serta lebih baik, Akibatnya anak GPP sering memperlihatkan kekeliruan khas sewaktu membaca dan cenderung melompati kata-kata atau bahkan melewati begitu saja kalimatnya.



Pada distraktibilitas auditoris menyebabkan perhatian anak GPP mudah teralih kepada suara-suara latar belakang.



Pada distraktibilitas internal menyebabkan penderita terganggu oleh rangsangan yang berasal dalam dirinya berupa pikiran, ingatan maupun

asosiasinya sendiri. Terlihat anak GPP sering melamun sehingga tidak memperhatkan pelajaran di kelas. b. Inattantion : gangguan dimana pasiennya tidak dapat memusatkan atau mempertahankan perhatian yang persisten atau setidaknya selama enam bulan sampai

pada

tingat

maladaptif

atau

ketidakkonsistenan

dengan

level

perkembangan.

5. GANGGUAN ORIENTASI a. Disorrentasi waktu : Kondisi dimana pasien secara tidak sadar kehilangan kemampuan untuk mengetahui waktu atau jam secara pasti. b. Disorrentasi tempat : Kondisi dimana pasien secara tidak sadar kehilangan kemampuan untuk mengetahui tempat dan lokasi secara pasti.

6. GANGGUAN INGATAN a. Amnesia : Gangguan yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengingat informasi, pengalaman, atau kejadian yang pernah dialami. 

Amnesia psikogenik -

Posthypnotic : hilangnya memori yang disebabkan oleh hipnotis. Bisa meliputi ketakmampuan mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama hipnotis atau informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

-

Histerical : Hilangnya memori karena trauma psikologis seperti kejahatan seksual. Kondisi ini biasanya tidak menetap.



Amnesia Organik -

Retrograde : jenis amnesia yang menyebabkan penderitanya tidak bisa mengingat informasi atau kejadian yang lalu. Gangguan ini cenderung mempengaruhi ingatan yang baru terbentuk. Sedangkan pada ingatan lama, seperti kenangan masa kecil, gangguannya muncul lebih lambat.

-

Antegrade : Saat mengalami kondisi ini, penderita sulit membentuk ingatan baru. Gangguan ini dapat bersifat sementara atau permanen.

b. Paramensia : Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya. Dapat disebabkan oleh faktor organik di otak misalnya pada demens ia. Namun dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis misalnya pada gangguan disosiasi.

-

Konfabulasi : adalah ingatan palsu yang untuk mengisi kekosongan memori. Biasa terjadi pada orang dengan demensia.

-

De Javu : adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru.Individu merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya.

-

Hiperamnesia : adalah ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu pengalaman e. Screen memory: adalah secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang menyakitkan atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi

7. GANGGUAN EMOSI/PERASAAN (MOOD DAN AFEK) Mood adalah “nada” perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologis. Afek adalah manifestasi mood atau perasaan yang dirasakan di dalam ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, lagi pula biasanya berlangsung relatif tidak lama. Contoh gangguan emosi: pasien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Pasien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan raja dsb. Tetapi di lain waktu ia bisa merasa s angat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya. a. Afek : respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan,

sikap

dan

gerak

gerik

tubuhnya

(bahasa

tubuh).

Afek

mencerminkan situasi emosi sesaat. -

Afek luas : afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.

-

Afek mendatar : adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul. Pada keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan sangat minimal, dan irama suara datar seperti ’robot’.

-

Afek menyempit : menggambarkan nuansa ekspresi yang terbatas. Intensitas dan keluasaan dari ekspresi emosinya berkurang yang dapat dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.

b. Mood : suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.

-

Euphoria : suatu perasaan senang yang berlebihan yang tidak beralasan atau rasa optimisme / kekuatan yang tidak rasional.

-

Depresi : salah satu gangguan mood yang di tandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.

8. GANGGUAN BICARA a. Gagap : gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata, kata atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. b. Mutisma : salah satu gangguan kecemasan pada anak, gangguan ini dicirikan dengan anak yang tidak dapat berbicara bila berda dalam lingkungan sosial padahal di tempat biasa anak dapat berbicara dengan sangat faseh/lancar, memilih tidak berbicara pada situasi-situasi tertentu ataupun orang-orang tertentu. c. Neologisma : kata baru atau kombinasi rapat dari beberapa kata yang diciptakan oleh seseorang untuk mengekspresikan ide yang sangat kompleks/tidak mudah dimengerti oleh orang lain; terlihat pada skizofrenia dan gangguan mental organik. d. Word Salad : campuran kata atau ungkapan yang tidak memiliki arti komprehensif atau tidak memiliki koherensi logis.

9. GANGGUAN MOTORIK a. Retardasi psikomotorik : gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa; jadi, merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. b. Stupor katatonik : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang; gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat, sehingga kelihatan seperti si pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya. c. Agitasi psikomotorik :

suatu bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas

motorik berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan dengan keadaan tegang dan ansietas d. Katalepsia : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, juga bila hendak diubah oleh orang lain e. Fleksi bilitas cerea : mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain

f. Strereotipi :

gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak

bertujuan.

Penanganan Gangguan Jiwa a. Terapi psikofarmaka Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerjasecara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efekutama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapigangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari, 2001).Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan,diantaranya:

antipsikosis,

anti-depresi,

anti-mania,

anti-ansietas,

antiinsomnia,anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic,antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001). b. Terapi somatic Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive Therapy.

Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia di dalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan. (Townsend alih bahasa Daulima, 2006). c. Terapi Modalitas Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain: 1) Terapi Individual Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapisdengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku

klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. 2) Terapi Lingkungan Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi. 3) Terapi Kognitif Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif. 4) Terapi Keluarga Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masingmasing terhadap timbulnya masalah, untuk

kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya. 5) Terapi Kelompok Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Terapi Perilaku Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning operan, Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi atau rileks kondisi. 6) Terapi Bermain Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.

Sumber : Maramis. Willy. F and Maramis. Albert. A. 2009, Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Surabaya: Airlangga University Press. Maslim. Rusdi. 2001, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan ringkasan PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. Internet : https://www.psikoterapis.com/files/rangkuman-gejala-gangguan-psikologis.pdf http://etheses.uin-malang.ac.id/2157/6/08410173_Bab_2.pdf

Related Documents


More Documents from "agustinus putra001"