Tugas Promosi Kesehatan.docx

  • Uploaded by: Yurikek 258
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Promosi Kesehatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,844
  • Pages: 13
TUGAS PROMOSI KESEHATAN BINA SUASANA dan KEMITRAAN

DOSEN: HAFRIZAL, SKM, M.Kes DISUSUN OLEH: CICI WIYANORA KHUSNATUL KHOIRIYA NISWATUL AULIA ANANDA POPI EFRIYANTI RAEZA LUVIANA

POLITEKNIK KESEHATAN SITEBA PADANG DIII-FISIOTERAPI 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “Bina Suasana dan Kemitraan” dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Apapun yang kami sajikan semoga selalu bermanfaat bagi para pembacanya. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi orang-orang yang telah berjasa membantu dalam pembuatan makalah ini. Karna berkat merekalah dapat terciptanya makalah ini Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik isi maupun teknik penulisan. untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan.

Padang, 14 maret 2019

Penulis

2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ..................................4 B. TUJUAN ...................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ...................................................... a. b. c. d. e. f.

Pengertian bina suasana...........................................................................5 Tujuan bina suasan..................................................................................5 Teori cara melakukan pendekatan bina suasana pada masyarakat..........6 Hubungan bina suasana dengan partisipasi masyarakat..........................7 Definisi kemitraan...................................................................................9 Prinsip, landasan, langkah dalam pengembangan kemitraan..................9

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ........................................................11 B. SARAN .....................................................................11

3

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang

Masalah kesehatan ditentukan oleh dua factor utama, yakni factor perilaku dan factor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu,upaya untuk memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan kepada dua factor tersebut. Perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosio-budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan merupakan intervensi atau pendekatan (intervensi) terhadap factor perilaku. Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap factor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan Promosi Kesehatan adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan standar masyarakat mau hidup sehat (Will Lingness), tetapi juga mampu (Obility) untuk hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berprilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan. Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep dan bina suasana dan kemitraan. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan atau hantuan erhada seseorang yang mampunyai permasalahan. Sedangkan Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. B.

Tujuan

1. Pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan bina suasana dalam strategi promosi kesehatan 2. Pembaca dapat mengetahui cara melakukan pendekatan bina suasana yang sudah dipaparkan dalam teori. 3. Pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam stratei promosi kesehatan 4. Pembaca dapat mengetaui landasan kemitraan yang sudah dipaparkan dalam teori C.

Rumusan Masalah

1. 2. 3. 4. 5.

Pengertian Bina Suasana ? Apa tujuan dari bina suasana ? Bagaimana teori cara melakukan pendekatan bina suasana pada masyarakat ? Pengertian kemitraan ? Apa prinsip, landasan, langkah dalam pengembangan kemitraan ?

D.

Manfaat Hasil Penulisan

Dari haris penulisan ini penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber untuk mengetahui bagaimana bina suasana dan kemitraan dalam promosi kesehatan.

4

BAB II PEMBAHASAN A.

Pengertian Bina Suasana ( Dukungan Sosial )

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Dukungan Sosi al (Socil suppor t)Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegitan untuk mencar i dukungan sosial melalui tokoh -tokoh masyarakat ( toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa). Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan. Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima. B.

Tujuan Bina Suasana

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para t okoh masyarakat sebagai jemba tan antara sector kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan denganmasyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melaui toma pada dasarnya adalah mensosi alisasikan program -program kesehatan,agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisi pasi terhadap program kesehatan tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana,atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungansosial ini antara lain : pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan social atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)

5

C.

Teori Cara Melakukan Pendekatan Bina Suasana Pada Masyarakat

Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Individu Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan : a) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. b) dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan.Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah). c) dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu. 2.

Pendekatan Kelompok Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersamasama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya. 3.

Pendekatan Masyarakat Umum Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan : a) Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. b) Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut. c) Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Metode bina suasana dapat berupa : 1) Pelatiha 2) Konferensi pers 3) Dialog terbuka 4) Penyuluhan 5) Pendidikan 6

6) Pertunjukkan tradisional. 7) Diskusi meja bundar (Round table discussiaon) 8) Pertemuan berkala di desa 9) Kunjungan lapangan 10) Studi banding 11) Traveling seminar. Kemitraan dalam kesehatan berarti menggalang partisipasi semua sektor untuk meningkatkan harkat hidup dan derajat kesehatan, semua sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah dan non pemerintah bekerjasama berdasarkan kesepakatan dan fungsi masing-masing. Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan : a) forum komunikasi b) dokumen dan data yang up to date (selalu baru) c) mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat d) hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra e) menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan f) memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat g) adanya umpan balik dan penghargaan D.

Hubungan Bina Suasana Dengna Partisipasi Masyarakat

Bina suasana yang baik sangat berguna untuk petugas puskesmas dalam membina partisipasi masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat Melaksanakan program UKBM gampang-gampang susah. Kalau partisipasi masyarakatnya baik maka semua pekerjaan jadi mudah. Bahkan UKBM-UKBM akan menjadi semacam saluran pemasaran bagi program kesehatan yang kita tawarkan. Tetapi bila situasi yang terjadi sebaliknya, dimana partisipasi masyarakat rendah maka semuanya harus kita lakukan sendiri. Bukan saja program kesehatan tidak terbantu, tetapi UKBM-nya itu sendiri akan menjadi beban tersendiri bagi petugas lapangan untuk menghidupinya. semua orang kesehatan pada umumnya sepakat bahwa paritisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan UKM (upaya kesehatan masyarakat) di puskesmas. Tetapi justru partisipasi inilah yang paling sering dikeluhkan sulit oleh orang puskesmas. Banyak diantara tamu dari berbagai daerah yang pernah studi banding di tempat saya juga mengeluhkan hal yang sama. Beberapa alasan dikemukakan, mulai dari tingkat ekonomi rendah, pendidikan rendah, geografi luas dan terpencil, transportasi sulit, jumlah penduduk yang terlalu banyak bahkan menyebut etnis tertentu sebagai etnis yang memang tidak bisa diajak berubah Mungkin sederet alasan yang dikemukakan tersebut ada benarnya. Tetapi anehnya kondisi kebalikannya sering dengar juga menjadi alasan pembenar mengapa partisipasi masyarakat tidak seperti yang diharapkan. Ternyata beberapa orang mengeluhkan bahwa mereka sulit menarik partisipasi karena masyarakatnya adalah orang-orang elit yang kaya sehingga sulit diajak kerja sama, pinter-pinter sehingga sulit diberi tahu, desanya sudah maju sehingga sulit diajak gotong royong untuk misalnya membentuk desa siaga. Jadi aneh karena kondisi dan situasi apapun menjadi (baca: dianggap) hambatan. Dan yang disalahkan selalu masyarakat. Kondisi masyarakatlah yang dianggap menyebabkan program yang berbasis masyarakat tidak berhasil. Pertanyaannya adalah: 7

Apakah sudah dicoba menggarap satu dusun saja bila desanya luas, menggarap satu komunitas kecil saja dulu bila penduduknya sangat banyak, biarkan mereka yang bicara dan bukan kita yang pidato kalau masyarakatnya pinter-pinter. Kalau suatu entis tertentu sulit difasilitasi lalu mengapa di tempat lain berhasil menggarap etnis yang sama?Akan lebih baik bila penyebab kegagalan menggerakkan masyarakat lebih diarahkan ke diri petugas sendiri. Masyarakat mana saja ada kecenderungan tidak mau repot, tidak mau ruwet, tapi mau enak. Makanya perlu ada petugas yang harus melayani dan memfasilitasi mereka. Di tempat yang sekarang partisipasi masyarakatnya baik sebenarnya juga pernah memiliki masa-masa sulit di awalnya. Kemudahan tidak tiba-tiba datang dari langit dan semua orang menurut saja pada petugas. Sama saja, di tempat manapun perlu proses untuk mencapai keadaan seperti yang diinginkan. Kalau kita datang ke orang lain hanya saat butuh saja dan setelah itu tidak acuh lagi, tentunya sulit berharap terlalu banyak partisipasi dari orang tersebut Sekarang sudah jaman demokrasi, tidak mudah petugas mendikte apalagi memaksa masyarakat mengikutinya. Pada umumnya orang hanya akan melakukan apa yang mereka sukai dan yang mereka pikir menguntungkan. Mudah dipahami bahwa esensi bina suasana sebenarnya berada pada area perang opini. Dan kita hanya bisa menang kalau kita tahu apa yang ada di benak mereka. Itu hanya bisa dicapai kalau benar-nenar mengenali masyarakat dengan segala aspeknya secara cermat dan menguasai medannya. Menang berarti masyarakat telah berpikir atau berpendapat sebagaimana arah opini atau pendapat yang kita bangun. Ingat bukan, orang hanya akan melakukan apa yang menurut benak mereka baik atau menguntungkan. Tapi jangan salah, perang opini yang dimaksud bukan untuk menang-menangan. Bagaimanapun kita tetap harus responsive terhadap aspirasi yang bergulir. Yang kita lakukan adalah pemberdayaan masyarakat. Yang kita tuju adalah kemandirian masyarakat. Kita memfasilitasi mereka untuk memahami masalah mereka sendiri, mencari dan menjalankan pemecahannya dan untuk kehidupan mereka sendiri. Perang opini dalam pemberdayaan tidak identik dengan mendominasi keinginan masyarakat. Salah satu bagian tidak terpisahkan dalam bina suasana adalah citra diri petugas. Yaitu bagaimana kita menilai diri kita sebagaimana orang lain menilai. Citra diri bisa dikembangkan dan tentu akan berpengaruh positif terhadappersonal branding. Selanjutnya Image dan merek diri amat berpengaruh pada penerimaan masyarakat terhadap apa saja yang kita bawa untuk mereka. Jadi mereka mau atau tidak sangat tergantung kita juga. Jangan mengajak orang jadi donatur bila kita dikenal tidak terbuka masalah uang. Jangan mengajak orang lain berperilaku hidup sehat kalau kita suka merokok di tempat umum. Jangan mengajak orang optimis pada suatu hal kalau kita selalu gagal akan hal itu. Dan jangan… jangan … dan seterusnya.

8

A. Defenisi Kemitraan Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan. Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines Leader Forum” (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a formal cross sector relationship between individuals, groups or organization who : 1. Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task 2. Agree in advance what to commint and what to expect 3. Review the relationship regulary and revise their agreement as necessary, and 4. Share both risk and the benefits Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari defenisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu: 1. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu 2. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama) 3. Saling menanggung resiko dan keuntungan. Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan. Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut: a) Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan b) Saling mempercayai dan menghormati c) Tujuan yang jelas dan terukur d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain. B. Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan Dalam membangun Kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu : a) Equity atau Persamaan Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu didalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain. 9

b) Transparancy atau Keterbukaan Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota. c) Mutual Benefit atau Saling Menguntungkan Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama. Tujuh landasan yaitu : 1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur) 2. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau organisasi 3. Saling menghubungi secara proaktif (linkage) 4. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity) 5. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes) 6. Saling mendorong atau mendukung kegiatan (synergy) 7. saling menghargai kenyataan masing-masing (reward). Enam langkah pengembangan : 1. Penjajagan atau persiapan 2. Penyamaan persepsi 3. Pengaturan peran 4. Komunikasi intensif 5. Melakukan kegiatan 6. Melakukan pemantauan & penilaian. Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat adalah : a) Initiator: Memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia Sehat. b) Motor atau dinamisator: Sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.

c) Fasilitator: Memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan lancar. d) Anggota aktif: Berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif. e) Peserta kreatif: Sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif. f) Pemasok input teknis: Memberi masukan teknis (program kesehatan). g) Dukungan sumber daya: Memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada.

10

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan atau bina suasana sama juga dengan Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima. Ada 3 pendekatan bina sauna ntara lain ; 1. Pendekatan individu 2. Pendekatan kelompok 3. Pendekatan masyrakat umum B. Saran Dengan selesainya makalah yang kami buat ini, kami yakin masih banyak kekurangan baik dalam materi, cara penyusunan maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menunujang kesempurnaan makalah selanjutnya

11

DAFTAR PUSTAKA Notoadmodjo,Soekadjo Prof Dr.2008.Promosi Kesehatan Dan iLmu Perilaku;Rineka Cipta.Jakarta Puji Wahyuningsih, Heni.dkk. Hen.2009.Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat ;Fitramaya,Jogjakarta. Iqbal Mubarak,Wahid.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat ;Salemba Medika,Jakarta Syafrudin,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat ;CV.Trans Info Media, Jakarta. http://isnopugel.wordpress.com/2011/03/28/strategi-promosi-kesehatan/

12

Related Documents

Promosi
April 2020 28
Promosi
November 2019 41
Promosi Kesehatan
December 2019 37
Definisi Promosi
April 2020 19
Promosi Kesehatan
December 2019 38

More Documents from "Novintan Elistya"