Tugas Promkes.docx

  • Uploaded by: yuyun dianita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Promkes.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,855
  • Pages: 12
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasiinformasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian promosi kesehatan? 2. Apa saja kerangka konsep dalam promosi kesehatan? 3. Bagaimana perilaku manusia dan perilaku pencarian pelayanan kesehatan? 4. Apa yang dimaksud kerangka kerja PRECEDE? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diperoleh tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian promosi kesehatan. 2. Untuk mengetahui kerangka konsep dalam promosi kesehatan. 3. Untuk mengetahui perilaku manusia dan perilaku pencarian pelayanan kesehatan. 4. Untuk mengetahui kerangka kerja PRECEDE.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertia Promosi Kesehatan Secara konsep definisi kesehatan dapat kita pahami dari beberapa rangkaian sesuai perkembangan promosi kesehatan itu sendiri, adapun beberapa definisi promosi kesehatan dalam perkembangannya adalah sebagai berikut: WHO (1984), merevitalisasi pendidikan kesehatab dengan istilah promosi kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yabg memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Menurut Lawrence Green (1984) "segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan". Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya "kesehatan" merupakan "sesuatu" yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat (Depkes RI, 1997). Promosi kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI., (2004) adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

2

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Pamsimas, 2009). Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian. Dengan demikian, promosi kesehatan merupakan upaya memengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling tidak berisiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak dirancang "dibelakang meja". Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran setempat. 2.2 Kerangka Konsep Dalam Promosi Kesehatan Kerangka konsep suatu penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara suatu konsep terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti, konsep tidak dapat diukur atau diamati, maka konsep harus dijabarkan dalam variabel-variabel (Notoatmodjo, 2002). Kerangka konsep penelitian ini mengacu pada hal-hal yang mempengaruhi individu untuk meningkatkan kesehatannya (health promotion) oleh Pender dkk

3

(2002) yang dikutip oleh Kozier dkk (2004). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terciptanya prilaku individu untuk hidup sehat yaitu karakteristik individu dan pengalaman-pengalaman (individual characteristic and experiences) pada tahap pertama, serta kesadaran terhadap perilaku khusus dan faktor yang berpengaruh (behavior-specific cognition and affect) pada tahap kedua. Penelitian ini dibatasi pada tahapan awal faktor yang mempengaruhi penerapan perilaku promosi kesehatan yang meliputi karakteristik individu dan pengalamanpengalaman. Karakteristik individu dan pengalaman-pengalaman terbagi atas karakteristik biologi, psikologi dan sosiokultural (personal factors ; biological,pychological and sociocultural) serta keadaan terdahulu terkait dengan perilaku (prior related behavior). Faktor-faktor personal dikategorikan atas karakteristikbiologi (kekuatan, keseimbangan, status pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, dan lain-lain), karakteristik psikologi (rasa percaya diri, motivasi diri kemampuan personal, kesadaran terhadap status kesehatan dan definisi kesehatan bagi individu tersebut) dan karakteristik sosiokultural (etnik, ras, kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan, serta status sosial ekonomi). Keadaan terdahulu terkait dengan perilaku (prior related behavior) mencakup

pengalaman sebelumnya, pengetahuan, dan ketrampilan dalam

melaksanakan tindakan promosi kesehatan. 2.3 Perilaku Manusia Dan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Menurut Notoatmodjo, (2007:205-207) masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul

4

berbagai macam perilaku dan usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut: 1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. anggapan bahwa tanpa bertindak gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya, fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya. 2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment) Alasan orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri, dan karena pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan. 3.

Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy). Masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding masih menduduki tempat teratas disbanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosialbudaya masyarakat dari pada hal-hal yang dianggapnya masih asing. Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan

5

yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obatnya juga merupakan kebudayaan mereka. 4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. 5.

Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan

oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, Puskesmas, dan Rumah Sakit. 6.

Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan

oleh dokter praktek (private medicine). Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit sangat berbeda pada setiap individu, kelompok dan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan perbedan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehatsakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan, Notoatmodjo (2007:206). 2.4 Kerangka Kerja PRECEDE Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh dua faktor

6

pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2.

Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-

fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus pada faktor tersebut sebagai target untuk intervensi. Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah sebagai berikut: PRECEDE terdiri dari: 1.

Predisposing;

2.

Reinforcing;

3.

Enabling cause in educational diagnosis and evaluation

7

Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program. PROCEED terdiri dari: 1.

Policy

2.

Regulation

3. Organizational and environmental development Menampilkan kriteria tahapan kebijakan dan implementasi serta evaluasi. Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari ujung “Keluaran”. Ini mendorong munculnya pertanyaan “mengapa” sebelum pertanyaan “bagaimana”. Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai tempat untuk memulai, kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan keluaran akhir, kemudian bertanya tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni dengan cara menentukan sebab-sebab keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor yang penting untuk suatu keluaran harus didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak, intervensi akan didasarkan atas dasar tebakan (kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah. Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli. Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah sebagai berikut:

8

1.

Fase 1 (diagnosa sosial)

Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan telah lama menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan sehat dengan kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan kesehatan, kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup. Fase ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS, Media massa), group method. 2.

Fase 2 (diagnosa epidemiologi)

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang, baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu penelusuran masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini perlu dilihat data kesehatan yang ada dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang bersifat negatif yaitu morbiditas dan mortalitas, serta yang bersifat positif yaitu angka harapan hidup, cakupan air bersih, cakupan rumah sehat. 3.

Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan)

Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan, digunakan indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilisasi),

9

upaya pencegahan (prevention action), pola konsumsi makanan (consumtion pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan sendiri (self care). Untuk mendiagnosa lingkungan diperlukan lima tahap, yaitu: membedakan penyebab perilaku dan non perilaku; menghilangkan penyebab non perilaku yang tidak bisa diubah; melihat important faktor lingkungan, melihat changeability faktor lingkungan, memilih target lingkungan. 4.

Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi )

Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diubah untuk kelangsungan perubahan perilaku dan lingkungan. Merupakan target antara atau tujuan dari program.

10

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kerangka konsep suatu penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara suatu konsep terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti, sedangkan perilaku masyarakat dalam pencarian pelayanan kesehatan banyak dilakukan ketika masyarakat sudah merasakan sakit, dan kerangka kerja PRECEDE adalah perilaku manusia yang dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes).

11

DAFTAR PUSTAKA

Heryana, A. 2017. Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesa dan Variabel. (http://adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/5665/2017/05/Ade-Heryana_Kerangka-Teori-KerangkaKonsep-Hipotesis-dan-Variabel.pdf) Ilmu kesehatan reproduksi. 2014. Precede and Procede. (http://ilmukesehatanreproduksi.blogspot.com/2014/09/teori-precede-andproceed.html) Media neliti.com. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan. (https://media.neliti.com/media/publications/163394-ID-faktor-faktor-yangberhubungan-dengan-pe.pdf) Dokumen tips. Kerangka Konsep Promosi (https://dokumen.tips/documents/bab-iii-kerangka-konsep-promosikesehatan.html)

Kesehatan.

12

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"