Tugas

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas as PDF for free.

More details

  • Words: 2,231
  • Pages: 10
I. PENDAHULUAN

Konsep dan pelaksanaan pembangunan yang kita lakukan pada awalnya lebih tertuju pada pembangunan secara fisik dan ekonomi. Pembangunan secara fisik jelas dapat kita lihat dan rasakan dengan terwujudnya sarana-sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Begitu juga pembangunan di bidang ekonomi yang ditandai dengan berkembangnya industri-industri mulai dari industri kecil, menengah sampai pada skala besar. Pada tahapan ini manusia lebih diposisikan sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan. Artinya pembangunan yang dilaksanakan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat, namun dalam prosesnya tidak melibatkan peran aktif masyarakat. Selain itu juga karena bersifat pasif maka memungkinkan pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jika diberikan peran dalam pelaksanaan pembangunan itupun dalam prosentase yang kecil. Sebagai objek pembangunanpun kadang-kadang juga tidak diterapkan dalam cakupan yang luas. Pembangunan fisik dan ekonomi yang telah dilakukan juga tidak terdistribusi secara merata ke seluruh wilayah Indonesia. Artinya manusia sebagai subjek pembangunan dalam arti sempit dan objek pembangunan tidak dapat menikmati hasil-hasil pembangunan itu secara merata. Akibatnya masyarakat tidak mengalami peningkatan kualitas hidup yang berarti secara seimbang, sehingga akan terjadi suatu kesenjangan atau gap yang mencolok dalam masyarakat. Kesenjangan atau gap itu dapat dilihat dengan semakin meningkatnya masalah kemiskinan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kesenjangan atau gap ini tidak hanya pada masalah kemiskinan saja tetapi juga mempengaruhi aspek kehidupan yang lain, misalnya : kesempatan memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja dan lain-lain. Namun begitu, semuanya itu memang bersumber pada kesenjangan ekonomi atau kemiskinan.Seiring dengan terjadinya arus globalisasi yang sangat cepat ini maka mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapinya. Artinya bahwa perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi begitu cepat dan melanda seluruh aspek kehidupan manusia ini harus kita tangkap sebagai suatu tantangan yang menarik untuk kita hadapi bukan suatu monster yang harus ditakuti. Untuk mengubah persepsi yang demikian itu diperlukan suatu konsep perubahan diri bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan tidak lagi menekankan pada bidang ekonomi dan fisik, namun

1

lebih pada pembangunan manusia yang handal dan terampil dalam menghadapi perubahan zaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan merupakan suatu proses perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan yang akhirnya dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Menurut Arief Budiman dalam Sudarno W (2002), ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus memenuhi lima unsur yang dapat dilihat secara objektif. Kelima unsur tersebut yaitu : 1. Pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembangunan akan berhasil, jika pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi, yang diukur dari produktivitas masyarakat dan negara tiap tahun. 2. Dicapainya pemerataan di suatu masyarakat dalam suatu negara. Ukuran yang dilakukan dengan memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat. 3. Kualitas kehidupan yang dapat diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (physical quality of life index) yang berasal dari tiga unsur yaitu rerata harapan hidup bayi setelah satu tahun, rerata jumlah kematian bayi dan rerata prosentasi buta dan melek huruf. 4. Kerusakan lingkungan hidup harus pula diperhitungkan. Pembangunan harus memiliki daya kelestarian alam yang memadai agar pembangunan tersebut dapat berkelanjutan atau sustainable. 5. Pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung sering menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok dalam masyarakat. Pembangunan sering menjadikan orang kaya semakin kaya sementara orang miskin makin terpuruk. Perkembangan yang mencolok dewasa ini ditandai dengan semakin pentingnya informasi dan pengolahan data di dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kemajuan teknologi informasi membuat semua orang dapat mengetahui apa saja yang ingin mereka ketahui dengan segera. Sementara seiring dengan laju pembangunan, organisasi-organisasi publik 2

maupun swasta semakin banyak yang memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut dalam menunjang efektivitas, produktivitas dan efisiensi kerja mereka. Arus informasi dalam kehidupan manusia modern tidak mungkin lagi dibatasi (Wahyudi K dan Subando AM, 1994). Gambaran tentang fenomena ini juga dikemukakan oleh John Naisbitt yang mengatakan bahwa kita telah menapaki zaman baru yang bercirikan oleh adanya ledakan informasi (information explosion) yang menunjukkan bahwa kita telah beralih dari masyarakat industrial ke masyarakat informasi (Wahyudi K dan Subando AM, 1994).

3

III. PEMBAHASAN Tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia ke depan sangatlah berat. Kita tidak hanya dihadapkan pada permasalahan dari dalam tetapi juga dari luar. Fenomena perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat tentu akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh itu dapat diwujudkan dalam bentuk perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Masyarakat memandang segala sesuatu dapat diperoleh dengan instant. Akibatnya masyarakat cenderung untuk bersifat konsumtif dan daya saing kerjanya rendah. Untuk itu diperlukan suatu langkah nyata dalam memecahkan problemmatika ini. Pembangunan yang merupakan suatu perencanaan sosial harus benar-benar di konsep sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat serta diterapkannya sistem pasar bebas yang mengaburkan batasan suatu negara dalam hal perdagangan akan menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu konsep pembangunan yang berwawasan manusia. Manusia sebagai subjek dan objek pembangunan hendaknya menyadari betul tantangan ini. Persaingan ke depan tidak hanya berasal dari Sumber Daya Manusia (SDM) dalam negeri tetapi juga SDM ahli dari luar negeri. Konsep pembangunan berwawasan manusia dimaksudkan sebagai: 1. Koreksi terhadap pembangunan yang berwawasan lebih pada pertumbuhan ekonomi dan kurang pada keadilan sosial. 2. Jawaban terhadap ketimpangan antara SDM negara berkembang dengan SDM negara maju. 3. Pembangunan yang berorientasi tidak hanya pada kepentingan manusia saja, melainkan juga hubungan dengan lingkungan. Artinya dengan memperhatikan lingkungan maka keberlangsungan pembangunan akan terus berjalan (sustainable) dengan pemanfaatan SDA. Pembangunan manusia diharapkan dapat mengubah kondisi manusia tidak hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi lebih dari itu yaitu sebagai subjek pembangunan yang memiliki kualitas sebagai tenaga yang sanggup: 1. Mengolah dan mengelola Sumber Daya Alam secara bertanggung jawab. 2. Menggunakan atau mengaplikasikan suatu teknologi sedemikian rupa sehingga 4

kapasitas teknologi yang bersangkutan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. 3. Belajar meniru, mengikuti, menerapkan dan mengadaptasikan produk atau cara orang lain dan menyesuaikannya dengan budaya setempat. 4. Menemukan cara atau hal baru melalui trial and error, hypothesis and experimentation (innovation). 5. Membaharui alat atau cara yang sudah ada sehingga nilai tambahnya semakin tinggi. 6. Mengembangkan dan mengintegrasikan alat atau cara yang sudah ada sehingga membentuk sebuah jaringan yang semakin global. 7. Memikirkan dan menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada (creation). 8. Mendidik dan melatih generasi penerus melalui contoh dan teladan sejelas (clarity), sedalam (intensity, internalization, sampai mencapai kesadaran), dan seluas (extensity). 9. Mewarisi dan mewariskan nilai-nilai selektif secara efektif dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan keadaan. Kondisi riil yang dihadapi bangsa Indonesia ternyata terdapat kesenjangan atau gap antara berbagai variabel SDM yang meliputi : 1. Terjadinya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan distribusi penduduk yang tidak merata tidak diimbangi dengan perkembangan lapangan pekerjaan. 2. Terjadinya ketimpangan antara penawaran (kemampuan SDM) dengan permintaan (kebutuhan lapangan kerja). 3. Terjadinya ketimpangan penghargaan antara SDM yang bersifat negeri, swasta maupun asing. 4. Terjadinya perbedaan kepentingan antara karyawan (SDM) dengan pihak pengusaha (penyedia lapangan kerja). Dengan melihat kondisi adanya ketimpangan ini jelas bangsa Indonesia dituntut untuk benar-benar mempersiapkan diri secara maksimal dalam hal peningkatan SDM yang ada. Apalagi kita telah memasuki era baru yaitu era perkembangan teknologi dan informasi serta akan menghadapi pasar bebas. Pembangunan manusia ditujukan pada konsep manusia seutuhnya. Manusia disebut utuh jika ia berhubungan serasi dan dinamis ke luar, sementara di dalam, setiap komponen kepribadian, keberadaan, kehidupan dan budayanya berkembang dengan serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan. Seseorang disebut utuh ke luar jika ia berhubungan serasi dengan, bersikap positif terhadap alam sekitarnya, masyarakatnya dan berimtaq kepada Tuhan. Selanjutnya serasi artinya berada pada kedudukan yang tepat, 5

selaras berarti searah, seimbang berarti selaju yang satu tidak tertinggal dengan yang lain, serta berkelanjutan yang berarti berkesinambungan, berkembang secara kumulatif. Pembangunan manusia melalui konsep manusia seutuhnya akan ditempuh melalui pembangunan fisik atau lahiriah manusia maupun mental atau batiniah manusia. Kedua aspek itu harus seimbang dan selaras, artinya manusia yang terbentuk nantinya akan handal dalam kemampuan pikiran dan ketrampilan namun juga dilandasi kekuatan moral yang mumpuni. Mengapa hal ini dilakukan karena kemampuan pikiran dan ketrampilan manusia tanpa dilandasi moral yang kuat akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan atau degradasi moral manusia apalagi hal itu didukung dengan perkembangan iptek dan pasar bebas yang memiliki dampak negatif sangat luas. Sebagai contoh misalnya: korupsi merajalela, penindasan kaum lemah, pergeseran budaya lokal dengan asing dan lain-lain. Begitu juga sebaliknya jika hanya bertumpu pada aspek moral saja tanpa diiringi peningkatan kualitas fisik SDM, sudah barang tentu kita akan semakin tertinggal dengan bangsa lain, tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita tindak mampu bersaing dengan tenaga ahli asing yang pada akhirnya negara kita akan terjajah kembali dalam bentuk penjajahan yang lain. Pembangunan manusia secara fisik jelas lebih dititikberatkan pada peningkatan kemampuan berpikir dan ketrampilan yang dimiliki. Permintaan SDM oleh pasar kerja jelas tidak hanya mengaju pada kemampuan otak saja tetapi juga ketrampilan yang mendukung penerapan konsep dalam pemikiran. Sehingga jika keduanya seimbang mungkin akan menciptakan suatu SDM yang dikategorikan ahli. SDM yang memiliki keahlian inilah yang nantinya akan mampu bersaing dengan SDM ahli dari luar negeri. Berlakunya pasar bebas mengakibatkan perekrutan tenaga kerja akan lebih selektif lagi. Perusahaan tentunya tidak akan mau rugi karena kesalahan rekrutmen tenaga kerjanya. Apalagi perusahaan itu juga dituntut untuk tetap mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam persaingan yang semakin ketat. Peningkatan kemampuan fisik manusia bisa dilakukan dengan melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal melalui sekolah-sekolah merupakan sarana atau media untuk mengasah kemampuan otak dan ketrampilan. Namun pada kenyataannya masih ada anggapan bahwa sekolah ataupun kuliah hanya untuk mengejar selembar ijazah. Anggapan itu terbentuk karena sistem rekrutmen sejumlah lapangan kerja masih terlalu kaku dalam memaknai selembar ijazah. Penyedia lapangan kerja masih berpedoman pada ijazah saja 6

tanpa melihat kemampuan personal SDM yang bersangkutan. Ijazah dapat digunakan sebagai landasan dasar melihat kemampuan seseorang selanjutnya tetapi bukan sebagai vonis kemampuan sesungguhnya. Anggapan inilah yang harus diubah oleh semua komponen yang terlibat. Usaha peningkatan kemampuan otak dan ketrampilan yang dilakukan sekolah saat ini tercermin dari perkembangan sistem pengajaran mulai dari kurikulum berbasis kompetensi sampai kurikulum yang berbasis KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran). Program-program riil lain yang dilaksanakan sekolah formal antara lain program sekolah unggulan, sekolah internasional, sekolah terpadu, sekolah khusus dan lainlain. Semuanya itu bertujuan untuk membentuk pribadi yang tidak hanya mampu berpikir tetapi juga mempunyai ketrampilan yang dapat dihandalkan. Selain melalui jalur pendidikan formal, peningkatan kualitas SDM yang mempunyai kehandalan dalam berpikir dan terampil dapat juga ditempa dengan jalur pendidikan non formal. Sebagai contoh adanya lembaga kursus, BLK (Balai Latihan Kerja), Sanggar Kelompok Belajar dan lain-lain. Fenomena yang menarik dari jalur pendidikan non formal ini biasanya bidang yang ditawarkan sejenis dan lebih spesifik, sehingga kemampuan yang didapat lebih mendalam. Artinya ada lembaga kursus khusus bahasa Inggris, Perancis, Jepang, komputer, teknisi handphone dan lain-lain. Hal yang menarik lainnya yaitu biasanya biaya pendidikan relatif terjangkau oleh masyarakat, mungkin juga karena bidangnya yang spesifik tersebut. Pembangunan manusia yang kedua yaitu pembangunan mental manusia. Pembangunan mental manusia yang ditekankan pada segi moral sangatlah penting. Perkembangan iptek dan informasi yang sangat cepat tentu membawa dampak positif dan negatif pada kehidupan manusia. Dampak positif yang terjadi akan dijawab dengan kesiapan SDM secara lahiriah sedangkan dampak negatifnya harus kita tangkal dengan kesiapan SDM secara batiniah. Peningkatan SDM dari segi moral merupakan benteng yang tangguh apalagi kita memiliki budaya luhur yang mencerminkan ketinggian moral bangsa kita. Pembangunan moral manusia tentu tidak akan lepas dari ajaran agama. Agama mengajarkan perbaikan akhlak manusia yang merupakan dasar pembentukan moral. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan SDM dari segi moral sudah sepantasnya pendidikan agama mempunyai porsi yang lebih. Namun pada kenyataannya sekarang ini sebagian masyarakat masih berpandangan bahwa pendidikan umum lebih penting dari pada pendidikan agama. Pendidikan agama masih bersifat melengkapi saja. Hal ini terlihat pada keengganan 7

masyarakat mendorong anak-anaknya untuk belajar agama di TPA, madrasah atau lembaga pendidikan agama yang lain karena lebih difokuskan pada pendidikan yang bersifat umum. Padahal pada lembaga pendidikan yang bersifat umum biasanya porsi keagamaannya sangatlah sedikit. Permasalahan inilah yang harus dipecahkan bersama. Salah satu solusi yang mungkin telah dilaksanakan sekarang ini adalah dengan bermunculannya program sekolah yang memadukan aspek agama dan pengetahuan umum, yaitu adanya TKIT, SDIT, SMPIT, dan SMUIT yang jumlahnya masih terbatas. Peningkatan segi moralitas atau mentalitas dengan sendirinya akan menciptakan suatu budaya kerja yang mencakup semangat atau etos kerja, profesionalitas kerja yang semuanya itu akan berujung pada peningkatan produktivitas kerja. Akhirnya dengan pembangunan manusia dari segi fisik atau lahiriah dan mental atau moral (batiniah) kita tidak perlu ragu dan takut lagi dalam menapaki perkembangan zaman saat ini dan yang akan datang. Kita telah siap dengan SDM yang handal, tidak hanya handal kemampuan dan ketrampilannya saja tetapi juga handal dalam hal moralitas atau mentalitasnya. Semoga, Amin.

8

IV. KESIMPULAN Adanya perkembangan teknologi dan arus informasi yang begitu cepat akan berakibat pada perubahan pola kehidupan masyarakat di era milinium ini. Perubahan tersebut tentunya membawa dampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia. Untuk menghadapi dampak dari perubahan tersebut dibutuhkan kesiapan terutama kesiapan SDM dalam menjawab tantangan perubahan zaman. Kesiapan SDM meliputi peningkatan SDM dalam bidang kemampuan fisik maupun mental. Kemampuan fisik terdiri dari kemampuan otak atau berpikir dan ketrampilan yang memadai. Sedangkan kemampuan mental merupakan peningkatan moralitas manusia. Pembangunan manusia dari segi lahiriah dan batiniah tersebut harus berkembang secara beriringan dan seimbang. Pembangunan manusia merupakan dasar atau landasan pembangunan bidang yang lain baik itu bidang ekonomi maupun bidang fisik. Semuanya bersumber pada kemampuan SDM yang ada.

9

DAFTAR PUSTAKA Sudarno Wiryohandoyo, 2002. Perubahan Sosial, Penerbit PT. Tiara Wacana, Yogyakarta. Taliziduhu Ndraha, 1997. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Wahyudi, K, dan Subando, A.M, 1994. Sistem Informasi Manajemen dalam OrganisasiOrganisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

10

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86