A. Pendahuluan Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang berdampak sangat luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh sendi kehidupan manusia. Korupsi merupakana salaha satu faktor penyebab utama tidak tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu bangsa. Korupsi juga berdampak buruk pada sisem perekonomian, demokrasi, politik, hukum, pemerintahan dan tatanan sosial kemasyarakatan. Hal yang tidak kalah penting bahwa korupsi juga dapat merendahkan martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan internasional. Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit sudah sulit untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi pada hampir seluruh sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat. Dengan kata lain korupsi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang sudah dianggap biasa. Oleh karena itu sebagian masyarakat menganggap korupsi bukan lagi merupakan kejahatan besar. Jika kondisi ini tetap dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya kita menempatkan korupsi sebagai musuh bersama (common enemy) yang harus kita perangi bersama-sama dengan sungguh-sungguh. Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau memberantas korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas korupsi sama sekali bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas korupsi tentu saja tidak bisa hanya menjadi tanggungjawab institusi penegak hukum atau pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu upaya memberantas korupsi harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, yaitu pemerintahan, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat, sangat diharapkan dapat berperan aktif.
1
B. Maksud dan Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang peran mahasiswa dalam penanggulangan korupsi dan keterlibatan mahasiswa dalam memberantas korupsi. C. Kajian Pustaka Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, kampus merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena sebagaimana sekolah, di kampus juga terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas (Winkel, 1999: 28). Lingkungan kampus yang dimaksud terkait dengan metode mengajar dosen, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin kampus, media pembelajaran, waktu perkuliahan, standar perkuliahan di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Dimyati
dan
Mudjiono
(2013:
249)
mengemukakan
bahwa
prasarana
pembelajaran meliputi gedung, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olahraga. Sedangkan sarana pemebalajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium dan berbagai media pembelajaran yang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kampus meliputi semua hal yang berpengaruh dan bermakna bagi mahasiswa saat menjalani proses perkuliahan di kampus, baik itu lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial (lingkungan fisik dan akademik). Menurut Muhibbin Syah (2008: 135), lingkungan kampus, sebagaimana sekolah, terdiri dari dua macam; yaitu lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial kampus seperti para dosen, para tenaga pendidikan, dan teman sekelas. Lingkungan fisik kampus meliputi gedung kampus, alat-alat belajar, cuaca, dan sebagainya. Lingkungan sosial kampus dapat mempengaruhi semangat belajar mahasiswa. Para dosen yang menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik, memberikan dukungan dan motivasi kepada mahasiswa dan memperlihatkan teladan yang baik, serta rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar mahasiswa.
2
a.
Peran Mahasiswa Dalam Mencegah Tindak Korupsi Pemudah khususnya mahasiswa adalah asset paling menentukan kondisi
zaman tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan pemudah. Belajar dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas dari peran kaum mudah yang menjadi bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh sumpah pemudah 1928 telah memberikan nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu yaitu Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda memberikan inspirasi tanpa batas terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Peran tokoh-tokoh pemuda lainnya adalah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, lahirnya orde baru tahun 1966, dan reformasi tahun 1998 tidak dapat dipunggkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil didepan sebagai monitor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki dan jalankan. Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang akan datang yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah praktek bernama korupsi. Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas. Jiwa mudah dan idealisme. b. Peran Mahasiswa Dalam Mencegah Korupsi Di Lingkungan Kampus Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-karupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk kemunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaiku karuptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dpat mencegah agar rekan-rekannya sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti-korupsi maka pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku anti-koruptif dan tidak korupsi dalam berbagai tingkatan. Dengan demikian mahasiswa tersebut harus mempunyai nilai-nilai anti-korupsi dan memahami korupsi dan prinsip-prinsip anti-korupsi. Kedua hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan sosialisasi, seminar, dan kuliah pendidikan anti koupsi. Nilai-nilai dan pengetahuan yang diperoleh tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
3
kata lain seorang mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan korupsi. contoh lain yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab. D. Permasalahan yang Sering Ditemukan Berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu permasalahan akademik dan permasalahan non akademik. Berikut penjelasan mengenai dua kategori tersebut : 1.
Permasalahan Akademik Hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan akademik tersebut, dapat
dikemukakan sebagai berikut : a.
Kurang menguasai cara belajar mandiri.
b.
Kurang berhasil mencerna bahan perkuliahan dan materi literatur wajib
c.
Kesukaran mengatur antara waktu belajar dan aktivitas lainnya.
d.
Kesukaran memperoleh buku sumber dan sumber belajar lain.
e.
Kesukaran dalam menyelesaikan tugas-tugas; membuat laporan, makalah, resume, dan lain-lain.
f.
Kesukaran dalam mempelajari buku-buku dalam bahasa asing (bahasa Inggris).
2.
g.
Adanya kebiasaan belajar yang tidak tepat.
h.
Rendahnya rasa ingin tahu (kurang minat dalam membaca).
Permasalahan Non Akademik Beberapa permasalahan non akademik yang mungkin dihadapi oleh
mahasiswa adalah sebagai berikut : a.
Kurang berminat dengan profesi.
b.
Kesulitan ekonomi/biaya kuliah.
c.
Kekurangan fasilitas belajar
d.
Kesulitan menyesuaikan diri; dengan teman, dosen, lingkungan tempat tinggal (bagi mahasiswa yang kos)
e.
Ketegangan dengan keluarga
f.
Kesulitan dengan tempat tinggal (kos dan makanan bergizi)
g.
Kesulitan karena masalah-masalah pribadi
4
Selain itu permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan organisasi kemahasiswaan menjadi gejala apatisme mahasiswa terhadap organisasi yang disebabkan oleh kurangnya pembinaan kemahasiswaan oleh lembaga, kurangnya minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi, ketidaksadaran mahasiswa akan pentingnya organisasi, serta adanya pandangan bahwa menjadi seorang aktivis itu harus siap untuk kuliah lama. Hal inilah yang menunjukkan banyak mahasiswa yang apatis terhadap aktivitas politik. Kosasih (2011) dalam penelitannya tentang minimnya kesadaran politik mahasiswa mengungkapkan bahwa “tingkat kesadaran serta partisipasi politik mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan masih kurang dikarenakan paradigma mahasiswa yang belum menyadari akan pentingnya dunia politik dan mahasiswa saat ini terpengaruh oleh dunia bebas yang memudarkan semangat dalam berorganisasi”. E. Solusi Alternatif Pemecahan Masalah Menurut Matlin (1989), pemecahan masalah diperlukan ketika seorang individu mempunyai keinginan untuk meraih sebuah tujuan tertentu dan tujuan itu belum tercapai. Matlin (1989) mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, ada baiknya memperhatikan aspek-aspek dari masalah, yaitu: 1.
Kondisi nyata yang dihadapi, misalnya seorang mahasiswa yang tidak memiliki handphone padahal semua teman di kampusnya sudah memiliki handphone. Mahasiswa ini sudah meminta dibelikan pada orang tuanya, namun ternyata orang tuanya tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli handphone.
2.
Kondisi yang diinginkan, misalnya mahasiswa tersebut di atas menginginkan handphone model terbaru seperti yang dimiliki teman-temannya
3.
Aturan atau batasan yang ada, misalnya si mahasiswa tersebut memegang teguh nilai, bahwa ia tidak boleh mendapatkan barang dengan cara yang melanggar norma, seperti mencuri. Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut di atas akan membantu seorang individu dalam menentukan pemecahan masalah seperti apa yang akan dilakukan. Dalam contoh di atas, si mahasiswa tersebut mungkin akan berusaha menabung, atau membeli dengan cara angsuran disesuaikan dengan jumlah uang sakunya. Pemecahan masalah merupakan keterampilan kognitif yang bersifat kompleks, dan mungkin
5
merupakan kemampuan paling cerdas yang dimiliki manusia (Chi & Glaser dalam Matlin, 1989). Hal ini mengingat ketika memecahkan masalah, seorang individu tidak hanya perlu berfikir, tapi ia perlu berfikir kritis untuk dapat melihat suatu masalah dan berfikir kreatif untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi, seorang individu akan melakukan langkah-langkah yang terkait dengan proses kognitif. Penelitian yang dilakukan oleh Guilford dkk (Evans, 1992), menyimpulkan beberapa fungsi kognitif yang terlibat dalam pemecahan masalah: a. Berfikir cepat tentang karakteristik dari sebuah obyek atau situasi b. Klasifikasi obyek atau ide c. Membentuk atau menyusun hubungan antar obyek atau ide d. Berfikir tentang berbagai kemungkinan hasilnya e. Membuat daftar karakteristik dari tujuan dan menghasilkan solusi yang logis Mengingat menyelesaikan masalah merupakan kemampuan kognitif tingkat tinggi yang berifat kompleks, maka pasti ada perbedaan kemampuan menyelesaikan masalah pada individu yang berbeda. Ada sebagian individu yang tidak kesulitan dalam menyelesaikan masalah, namun ada juga sebagian individu yang kurang mampu dalam menyelesaikan masalah. Watson (dalam Evans, 1992) menjelaskan beberapa kesulitan dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut: 1.
Kegagalan dalam mengenali adanya masalah. Hal ini dapat terjadi jika individu tidak merasakan adanya suatu kesenjangan antara kondisi yang ideal dengan kondisi yang nyata.
2.
Kegagalan dalam mendefinisikan masalah dengan benar. Hal ini terjadi ketika individu mengetahui adanya masalah, namun ia tidak memahami masalah yang sebenarnya.
3.
Kegagalan dalam menggunakan informasi yang tersedia. Hal ini terjadi jika individu tidak memiliki pengetahuan yang memadai terkait dengan masalah yang dihadapi.
6
4.
Kegagalan dalam mengenali atau mempertanyakan asumsi yang ada. Hal ini terjadi jika individu tidak memahami adanya asumsi, teori atau aturan yang terkait dengan masalah yang dihadapi.
5.
Kegagalan dalam mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada. Hal ini terjadi jika individu tidak memiliki kemampuan berfikir divergen yang memungkinkannya untuk melihat berbagai alternatif penyelesaian masalah. Strategi Pemecahan Masalah merupakan Strategi untuk memecahkan masalah biasanya dikategorikan menjadi dua strategi, yaitu heuristik dan algoritma (Best, 1999). Algoritma adalah prosedur yang memberikan jaminan adanya jawaban yang benar dari sebuah masalah. Algoritma ini mungkin tidak selalu efisien, namun biasanya selalu berhasil dalam menyelesaikan masalah. Contoh dari algoritma ini adalah sistem prosedur, rumus dan sebagainya. Meskipun merupakan jawaban pasti dari sebuah masalah, namun algoritma ini tidak selalu dapat digunakan, terutama untuk masalah yang bersifat ill defined. Hal ini mengingat pada masalah yang bersifat ill defined, ada berbagai macam alternatif pemecahan masalah sehingga tentunya tidak memungkinkan ada suatu prosedur khusus yang menjamin penyelesaian masalah. Dengan kondisi seperti ini, diperlukan suatu strategi yang disebut heuristik, yaitu strategi yang terbentuk berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Strategi yang bersifat heuristik ini, biasanya bukan merupakan prosedur atau rumus yang baku, namun lebih merupakan hasil kreativitas berdasarkan pengalaman. Strategi ini tidak menjamin tercapainya penyelesaian masalah, namun seringkali membuat penyelesaian masalah menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Bransford dan Stein (dalam Eggen & Kauchak, 1997) menjelaskan bahwa strategi umum dalam memecahkan masalah terdiri dari 5 langkah, yaitu: a.
Identifikasi masalah. Langkah pertama dalam upaya memecahkan masalah ini kelihatannya adalah hal yang sederhana, namun pada kenyataannya, memahami sebuah masalah adalah hal yang cukup menantang mengingat untuk dapat memahami masalah diperlukan suatu daya kreativitas, ketahanan dan kemauan untuk tidak terburu-buru dalam menyelesaikan masalah. Banyaknya aspek yang terkait dengan masalah
7
yang dihadapi terkadang ikut menyulitkan seorang individu dalam memahami suatu masalah. Ada beberapa kondisi yang membuat seorang individu mengalami kesulitan dalam identifikasi masalah, diantaranya: a) Kurangnya pengalaman dalam mengidentifikasi masalah. Seperti telah dijelaskan di awal, kemampuan menyelesaikan masalah tampaknya baru sebatas pada masalah yang bersifat well defined, karena masalah jenis inilah yang banyak dihadapi dan diajarkan cara penyelesaiannya di bangku sekolah. Sementara untuk masalah yang bersifat ill defined, tampaknya masih cukup banyak yang kesulitan dalam menyelesaikannya. Hal ini membuat pelajar atau mahasiswa akan merasa kesulitan mengidentifikasi masalah yang serba tidak pasti ketika mereka menghadapi situasi nyata dalam kehidupan. b) Kurangnya pengetahuan yang terkait dengan masalah, sehingga menyulitkan individu dalam memahami masalah dan melihat alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah c) Kecenderungan ingin cepat menemukan solusi, sehingga terkadang individu tidak sabar dan tidak mau membuang waktu untuk memahami masalah dengan lebih komprehensif. d) Kecenderungan berfikir konvergen, sehingga individu tidak dapat melihat berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah. Cara berfikir konvergen ini dipengaruhi oleh kecenderungan individu untuk melihat sebuah obyek hanya memiliki satu fungsi saja, sehingga tidak melihat adanya kemungkinan fungsi yang lain. b.
Representasi masalah atau penggambaran masalah Representasi atau penggambaran masalah dapat berupa secara sederhana membayangkan masalah yang ada, maupun menggunakan alat bantu seperti grafik, gambar, daftar dan lain sebagainya. Representasi masalah ini akan membantu individu untuk memberikan makna pada masalah tersebut, yang pada akhirnya akan membantu individu untuk memahami masalah dengan benar.
c.
Pemilihan strategi pemecahan masalah Untuk pemecahan masalah yang bersifat well defined, strategi algoritma dapat dijadikan pilihan karena
8
memberikan jaminan tercapainya penyelesaian masalah. Namun untuk masalah yang bersifat ill defined, strategi heuristik akan lebih memberi kemungkinan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Beberapa strategi yang bersifat heuristik diantaranya adalah: a) Trial and error, yaitu dengan mencoba dan melihat hasilnya. Upaya ini tidak berdasarkan pada prosedur atau aturan tertentu, namun lebih pada melihat dan mengevaluasi hasil dari apa yang telah dilakukan. b) Membagi masalah ke dalam sub tujuan dan memecahkannya satu demi satu. Dengan membagi masalah ke dalam sub yang lebih kecil, akan lebih memungkinkan untuk mencapai pemecahan masalah karena permasalahan yang harus diselesaikan menjadi lebih kecil lingkupnya dan menjadi lebih sederhana. c) Menggunakan analogi, yaitu upaya untuk memecahkan masalah yang kurang dipahami dengan membandingkannya dengan masalah yang serupa yang pernah dipecahkan. d.
Implementasi strategi pemecahan masalah. Kunci keberhasilan dari implementasi strategi adalah pemahaman yang benar tentang masalah. Jika dalam implementasi ini ada kesulitan, maka perlu dilihat kembali apakah masalah yang dihadapi sudah dipahami dengan benar. Jika ada kesalahan, maka individu tersebut perlu mulai lagi dari awal untuk mengidentifikasi dan memahami masalah dengan benar, kemudian mencoba lagi strategi pemecahan masalah yang sesuai.
e.
Evaluasi hasil Evaluasi hasil berarti evaluasi realitas, apakah strategi pemecahan masalah yang diterapkan benar-benar sudah mengatasi masalah yang dihadapi.
F. Penutup a.
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat dipetik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.
9
2. Mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak gerakan anti korupsi yang didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch doglembaga-lembaga negara dan penegak hukum. 3. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, dimasyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. b. Saran 1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga. 2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal. 3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan.
10
G. Daftar Pustaka Aquarius, Imah. 2016. Peran Mahasiswa, (Online), (Imahaquarius.blogspot.com/ 2016/01/makalah-peran-mahasiswa-dalam-gerakan.html?m=1) diakses pada tanggal 29 Agustus 2018 Muhamad, N. 2018. Peran Mahasiswa Dalam Pencegahan Korupsi di Lingkungan
Kampus,
(Online),
(https://www.inspirasi.co/
nasrullahmuhamad/41952_artikel-muhamad-nasrullah---peran-mahasiswadalam-gerakan-anti-korupsi-) diakses tanggal 01 September 2018. Sari,
Rifameutia
&
Patricia.
2013.
Problem
Solving,
(Online),
(http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/Jurnal-Online-Psikogenesis/ article/download/43/pdf) diakses tanggal 30 Agustus 2018. Sholihah, Mega. 2015. Peran
Mahasiswa, (Online), (9megasholihah33.
blogspot.com/2015/07/peran-mahasiswa-dalam-memberantas.html?=1) diakses pada tanggal 29 Agustus 2018 Wibowo, Agus. 2016. Hubungan Lingkungan Kampus, Pola Asuh Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta, (Online), (https://media.neliti.com/media/publications/62297-IDhubungan-ling
kungan-kampus-pola-asuh-ora.pdf),
diakses
pada
01
September 2018. Wibowo, Agus. 2016. Hubungan Lingkungan Kampus, Pola Asuh Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta, (Online), (https://media.neliti.com/media/publications/62297-IDhubungan-lingkungan-kampus-pola-asuh-ora.pdf),
diakses
pada
01
September 2018. Wordpress.com. 2012. Materi Inti
4 Permasalahan Mahasiswa, (Online),
(https://akkes02.files.wordpress.com/2012/03/materi-inti-4-permasalahanmahasiswa.doc), diakses pada 01 Septeember 2018. Yusuf, S. 2016. Pencegahan Korupsi, (Online), (http://sarfaraazyusuf.blogspot. com/2016/03/peranan-mahasiswa-dalam-pencegahan.html) diakses tanggal 01 September 2018
11