MAKALAH “PENILAIAN UNTUK BALITA SAKIT 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN”
DISUSUN OLEH : KELOMPOK III SEMESTER V KELAS A
1. 2. 3. 4.
Fadlia Nur (PK 115 016 010) Siti Rahmawati (PK 115 016 032) Reski Anjeli (PK 115 016 029 ) Akrim (PK 115 016 001)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU PRODI KEPERAWATAN
1
TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bank Dunia tahun 1993 melaporkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh ISPA, diare, campak, malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. MTBS yang diperkenalkan WHO dan UNICEF di Indonesia pada tahun 1997. Penerapan MTBS diharapkan tenaga kesehatan dibekalli cara untuk mengenali seecara dini dan cepat semua gejala anak sakitsehingga dapat ditentukan apakah anak sakit ringan berat dan perlu rujukan. Jika penyakitnya tidak parah petugas dapat memberikan pengobatan/tindakan sesuai pedoman MTBS dan diuraikan juga tentang konseling dan tindak lanjut. Perubahan dalam tatalaksana MTBS untuk umur 2 bulan sampai 5 tahun secara singkat dirangkum yakni perubahan jenis antibiotika pada pelaksanaan pneumonia, penggunaan tablet Zinc dan oralit asmolaritas rendah pada diare, tatalaksana malaria, penentuan status gizi dengan berat badan menurut tinggi/panjang badan antara anak laki-lakidan perempuan, penggunaan Albendazole sebagai obat kecacingan, tatalaksana masalah gizi dan anemia dan perubahan jadwal imunisasi. Penerapan MTBS akan efektif jika ibu/keluarga segera membawa balita sakit ke petugas kesehatan yang terlatihserta mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika ibu dan keluarga tidak membawa anaknya kefasilitas kesehatan sampai sakitnya menjadi parah mungkin anak itu akan meninggal karena penyakitnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian MTBS? 2. Bagaimana penilaian tanda dan gejala sakit pada balita sakit? 3. Bagaimana Penilaian Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun? 2
4. Bagaimana penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan? 5. Bagaimana penentuan tindakan dan pengobatan? 6. Bagaimana konseling bagi ibu? 7. Bagaimana kunjungan ulang untuk pelayanan tindak lanjut? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian MTBS? 2. Mengetahui penilaian tanda dan gejala sakit pada balita sakit 3. Mengetahui Penilaian Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun 4. Mengetahui penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan 5. Mengetahui penentuan tindakan dan pengobatan 6. Mengetahui konseling bagi ibu 7. Mengetahui kunjungan ulang untuk pelayanan tindak lanjut
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan-5 tahun adalah pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan-5 tahun. Bentuk manajemen ini dilaksanakan secara terpadu. Dikatakan terpadu karena bentuk pengelolaannya dilaksanakan secara bersama dan penanganan kasus tidak terpisah-pisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian imunisasi, pencegahan penyakit, serta promosi untuk tumbuh kembang. 2.2 Penilaian Tanda Dan Gejala Pada penilaian tanda dan gejala, yang dinilai adalah ada atau tidaknya tanda bahaya umum. 1. Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat. 2. Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja. 3. Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku kuduk, dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut, mata bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah ekstremitas dingin muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu hati, dan lain-lain. 4. Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya pembengkakan, dan lain-lain.
4
5. Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur. 2.3 Penilaian Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun Langkah- langkah pada bagan penilaian dan klasifikasi menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang anak dibawa keklinik dan bagan ini tidak digunakan bagi anak sehat yang imunisasi atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis tapi merupakan indikator yang menuju ke arah diagnostik klinik. Lajur warna klasifikasi : a. Lajur Merah : kondisi yang harus segera dirujuk b. Lajur Kuning : kondisi yang memerlukan tindakan khusus c. Lajur Hijau : kondisi yang tidak memerlukan tindakan khusus tetapi penyuluhan pada ibu Menggunakan keterampilan TANYA, LIHAT, DENGAR dan RABA a. Menanyakan masalah anaknya b. Tanyakan umur anak untuk menentukan bagan penilaian dan klasifikasi sesuai dengan kelompok umur, lakukan pemeriksaan BB, PB/TB dan suhu c. Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya dan tentukan ini kunjungan pertama atau ulang d. Memeriksa tanda bahaya umum. Tanda bahaya umum adalah : -
Apakah anak tidak bisa minum atau menyusu
-
Apakah anak selalu memuntahkan semua sama sekali tidak dapat menelan apapun.
-
Apakah anak kejang, pada saat kejang lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya berkontraksi
-
Apakah anak letargis atau tidak sadar tidak bereaksi ketika disentuh, digoyangkan atau bertepuk tangan.
e. Batuk atau sukar bernapas
5
-
Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja dari saluran pernapasan seperti hidung, tenggorokan, laring, trakea, saluran udara atau paru.
-
Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan berat lainnya.
-
Menilai batuk atau sukar bernapas: Apakah anak sukar bernapas dimana pola pernapasan yang tidak biasa cepat atau berbunyi atau terputus-putus dan sudah berapa lama; jika lebih 3 minggu berarti batuk kronis, kemungkinanan TBC, asma , batuk rejan.
-
Hitung napas dalam 1 menit pada bayi tenang
-
Jika umur anak 2 sampai 12 bulan dikatakan bernapas cepat jika frekuensi 50 kali permenit atau lebih dan jika umur anak 12 bulan sampai 5 tahun dikatakan bernapas cepat 40 kali permenit.
-
Amati gerak napas pada dada atau perut anak itu, dinding dada bagian bawah masuk ke dalam ketika anak menarik napas.
-
Dengar adanya stridor bunyi yang kasar saat anak menarik napas dan stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakea sehingga menyebabkan sumbatan masuknya udara kedalam paruparu
2.4 Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan 1. Klasifikasi Pneumonia a.
Pneumonia berat, apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam, adanya stridor.
b.
Pneumonia, apabila ditemukan tanda frekuensi nafasyang sangat cepat.
c.
Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.
2. Klasifikasi Dehidrasi a.
Dehidrasi berat, apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor jelek sekali.
6
b.
Dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor jelek.
c.
Diare tampa dehidrasi, apabila tidak cukup adanya tanda dehidrasi.
3. Klasifikasi Diare Persisten a. Diare persisiten berat, diare lebih dari 14 hari dan adanya tanda dehidrasi. b. Diare persisten, tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. 4. Klasifikasi Disentri Apabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja. 5. Klasifikasi Risiko Malaria a. Klasifikasi dengan resiko tinggi : Klasifikasi penyakit berat dengan demam(suhu 37,5 derajat celcius atau lebih) apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk. b. Klasifikasi resiko rendah : - Klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, - Klasifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak. - Klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan pilek atau adanya campak c. Klasifikasi tampa resiko : - Klasifikasi Penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk. - Klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk. 6. Klasifikasi Campak a. Campak dengan komplikasi
berat
apabila ditemukan adanya
tandabahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau mata merah. b. Campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut.
7
c. Campak, apabila hanya tanda khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas. 7. Klasifikasi DBD (demam kurang dari 7 hari) a. DBD apabila ditemukan tanda seperti petekie, tanda syock. b. Mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit,dan uji torniqet negatif. c. Mungkin bukan DBD apabila hanya ada demam. 8. Klasifikasi masalah telinga a. Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga. b. Infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14hari serta adanya nyeri telinga. c. Infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih. d. Tidak ada infeksi telinga apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas. 9. Klasifikasi status gizi a. Klasifikasi gizi buruk (anemia berat), apabila BB sangat kurus, adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan. b. Klasifikasi bawah garis merah (anemia), apabila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat, BB menurut umur dibawah garis merah. c. Tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti diatas. 2.5 Penentuan Tindakan Dan Pengobatan 1. Pneumonia Pengobatan pneumonia berat : a. Berikan dosis pertama antibiotika b. Kotrimoksazol dan amoksilin. c. Lakukan rujukan segera
8
-
Apabila pneumonia saja berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga, lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.
-
Apabila batuk bukan pneumonia berikan pelega tenggorokan, beri tahu ibu dan keluarga, dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.
2. Dehidrasi 1)
Pengobatan dehidrasi berat :
a.
Berikan cairan intravena secepatnya, berikan oralit, berikan 100 ml/kg RL atau NACL
b.
Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena cepat.
c.
Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
d.
Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak.
e.
Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
2)
Pengobatan dehidrasi ringan atau sedang :
a.
Lakukan pemberian oralit 3 jam pertama.
b.
Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi.
3)
Pengobatan tampa dehidrasi :
a. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian oralit apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif. b. Lanjutkan pemberian makan. 3. Diare Persisten Tindakan ditentukan oleh dehidrasi, kemudian jika ditemukan adanya kolera, maka pengobatan yang dapat dianurkan adalah pilihan pertama antibiotik kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin. 4. Disentri
9
Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, misalnya pilihan pertamanya adalah kotrimoksazol dan pilihan keduanya adalah asam nalidiksat. 5. Risiko Malaria Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria adalah sebagai berikut. a. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intramuskukar. Selanjutnya anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan kina pada 4 dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu meminum obat malaria secara oral dan jangan memberikan suntikan kina sampai dengan lebih dari 1 minggu dan pada risiko rendah jangan berikan pada anak usia kurang dari 4 bulan. b. Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan dosis sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak <12 bulan). c. Lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin. d. Pemberian antibiotik yang sesuai. e. Mencegah penurunan kadar gula darah. f. Pemberian parasetamol apabila terjadi demam tinggi (≥ 38,5 derajat celcius). 6. Campak Pada campak dpat dilkukan tindakan sebagai berikut: a. Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat, maka tindakannya adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin, atau kloramfenikol.
10
b. Apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian parasetamol dianjurkan jika disertai demma tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan pemberian gentian violet, jika hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain, maka tindakannya hanya diberikan vitamin A. 7. Demam Berdarah Dengue Pada demam berdarah dengue, tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila ditemukan syok, maka segera diberi cairan intravena, pertahankan kadar gula darah. Bila dijumpai demam tingg , maka berikan parasetamol dan caira atau oralit bila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra-rujukan pada demam berdarah. a. Berikan cairan ringer laktat, jika memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam ringer laktat melalui intravena atau apabila tidak berikan oralit atau cairan per oral selama perjalanan. b. Apabila tidak ad, berikan cairan NaCl 10-20 ml/kgBB/30menit. c. Pantau selama setelah 30 menit dan bila nadi teraba, berikan cairan intravena dengan tetesan 10 ml/kgBB dalam 1 jam. Apabila nadi tidak teraba berikan cairan dengan tetesan 15-20 ml/kgBB dalam 1 jam. 8. Klasifikasi Masalah Telinga Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telinga dapat dilakukan antara lain dengan memberikan dosis pertama untuk antibiotik yang sesuai. Parasetamol dapat diberikan apabila dijumpai demam tinggi, apabila ada ifeksi akut pada telinga, maka pengobatan sama seperti mastoiditis krnis ditambah dengan mengeringkan telinga dengan kain penyerap. 9. Klasfikasi Status Gizi Tindakan yang dapat dilakukan antara lain pemberian vitamin A. Apabila anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan dijumpai adanya anemia, maka dapat dilakukan pemberian tablet zat besi.
11
Jika berada di daerah risiko tinggi malaria, dapat diberikan antimalaria oral dan pirantel pamoat hanya diberikan untuk anak usia 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif. 2.6 Konseling Bagi Ibu Sangat penting menyediakan waktu untuk menasehati ibu dengan cermat dan
menyeluruh.
Konseling
memerlukan
keterampilan
komunikasi,
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan mengecek pemahaman ibu. Konseling yang dapat diberikan: a. Mengajari ibu cara pemberian obat dirumah b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal dirumah c. Mengajari ibu cara mencampur dan memberi oralit d. Anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit e. Menilai cara pemberian makan anak f. Menentukan masalah pemberian makan anak g. Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan anak h. Menasehati ibu tentang pemberian cairan selama anak sakit i. Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan 2.7 Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut Untuk kunjungan ulang gunakan kotak pelayanan tindak lanjut yang sesuai klasifikasi sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru, lakukan penilaian klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut. 1. Kunjungan ulang sesudah 2 hari pada masalah : a. Pneumonia b. Diare persisiten c. Disentri d. Malaria, Demam mungkin bukan malaria e. Demam bukan malaria f. Campak dengan komplikasi pada mata dan mulut g. MungkinDBD,Demam mungkin bukan DBD h. Infeksi telinga akut
12
2. Kunjungan ulang setelah 5 hari a. Infeksi telinga kronis b. Masalah pemberian makan 3. Kunjungan ulang setelah 14 hari a. Anak kurus b. Anemia
13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi. 3.2 Saran Dengan mengetahui penilaian bayi sakit ini bisa melaksanakan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang kefasilitas rawat jalan dan
menilai
bayi
yang
sakit
dengan
baik. Keterpaduan
pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. Kami sadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kami sebagai penyaji memohon saran dan kritik pembangun, sebagai alat pacu perbaikan bagi kami. Demikian penyajian kami atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011 Bukubagan MTBS, BaktiHusada/Indonesia sehat 2010, DepartemenKes RI & World Health Organization 2002. Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor. 2009. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. https://www.google.com/url?.files.wordpress.com%2F2013%2F01%2Fmtbs-2bulan-5-tahun-doc. MTBS modul-4, BaktiHusada/Indonesia Sehat 2010, DepartemenKes RI & World Health Organization 2002.
15