Tugas Kd2 Injeksi.docx

  • Uploaded by: chalam
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Kd2 Injeksi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,774
  • Pages: 28
BAB I PEMBAHASAN A.

Pengertian Injeksi Injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler

B.

Penggolongan Injeksi Sediaan steril untuk sedian perenteral digolongkan menjadi lima jenis yang berbeda yaitu : a)

Sediaan berupa larutan dalam air/minyak/pelarut organik yang lain. Misalnya :

b)

·

Inj. Vit. C , pelarutnya aqua pro injection

·

Inj. Camphor oil, pelarutnya olea neutralisata ada injection

·

Inj. Luminal , pelarutnya Sol . Petit atau propilenglikol dan air

Sedian padat kering ( untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer, atau bahan tambahan lain, dan larutan yang di peroleh setelah penambahan pelarut yang sesuai dan memenuhi persyaratan injeksi di tandai denga nama bentuknya .......Steril. Misalnya : Inj. Dihydrostreptomycin Sulfat steril

c)

Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline G steril untuk suspensi

d)

Sedian berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak di suntikan secara intervena atau kedalam saluran spinal , ditandai dengan nama suspensi.......steril. Dalam FI III disebut suspesi steril (zat padat yang telah di suspensikan dalam pembawa yang cocok dan steril ). Misalnya : Inj. Suspensi hidrokortison asetat steril

e)

Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengenceran atau bahan tambahan lain.

Misalnya : Inj. Penicilline Oil untuk injeksi

C.

Komponen Injeksi 1.

Bahan obat / zat berkhasiat

a) Memenuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam Farmakope. b) Pada etiketnya tercantum : p.i ( pro injection ) c) Obat yang beretiket p.a ( pro analisa ) walaupun secara kimiawi terjamin kualitasnya, tetapi belum tentu memenuhi syarat untuk injeksi.

2.

Zat pembawa / zat pelarut Dibedakan menjadi 2 bagian : a.

Zat pembawa berair Umumnya digunakan air untuk injeksi. Disamping itu dapat pula digunakan injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit. Menurut FI.ed.IV, zat pembawa mengandung air, menggunakan air untuk injeksi, sebagai zat pembawa injeksi harus memenuhi syarat Uji pirogen dan uji Endotoksin Bakteri. NaCl dapat ditambahkan untuk memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl atau injeksi Ringer dapat digunakan untuk pengganti air untuk injeksi. Air untuk injeksi ( aqua pro injection ) dibuat dengan cara menyuling kembali air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah diwadahkan. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi , harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan.

b.

Zat pembawa tidak berair Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) misalnya Ol. Sesami, Ol. Olivarum, Ol. Arachidis. Pembawa tidak berair diperlukan apabila : (1)

Bahan obatnya sukar larut dalam air

(2)

Bahan obatnya tidak stabil / terurai dalam air.

(3)

Dikehendaki efek depo terapi.

Syarat-syarat minyak untuk injeksi adalah : (1)

Harus jernih pada suhu 100 .

(2)

Tidak berbau asing / tengik

(3)

Bilangan asam 0,2 - 0,9

(4)

Bilangan iodium 79 – 128

(5)

Bilangan penyabunan 185 – 200

(6)

Harus bebas minyak mineral

(7)

Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau

massa padat yang menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v , hanya boleh secara i.m.

3. Bahan pembantu / zat tambahan Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud : a)

Untuk mendapatkan pH yang optimal

b)

Untuk mendapatkan larutan yang isotonis

c)

Untuk mendapatkan larutan isoioni

d)

Sebagai zat bakterisida

e)

Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal )

f)

Sebagai stabilisator.

Bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan, tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar. Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir. Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain berlaku sebagai berikut : § Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01 % § Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 % § Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium Sulfit, bisulfit atau metabisulfit , tidak lebih dari 0,2.

D.

Macam-Macam cara Penyuntikan a)

Injeksi intrakutan atau intradermal (i.k / i.c) Dimasukkan ke dalan kulit yang sebenarnya, digunakan untuk diagnosa. misalnya deteksi alergi terhadap suatu zat/obat. Volume yang disuntikkan antara 0,1 – 0,2 ml.

b)

Injeksi subkutan (s.k / s.c) atau hipodermik Disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveola. Volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 mL. Umumnya larutan bersifat isotonis, sedang pH netral, bersifat depo (absorbsinya lambat). Dapat diberikan dalam jumlah besar ( volume 3-4 liter/hari de3ngab penambahan enzim hialuronudase), bila pasienm tersebut tidak dapat diberikan infus intravena. Cara ini disebut “Hipodermaklisa”.

c)

Injeksi intramuskular (i.m) Disuntikkan ke dalam atau diantara lapisan jaringan/ otot. Injeksi dalam bentuk larutan, suspensi atau emulsi dapat diberikan dengan cara ini. Yang berupa larutan dapat diserap dengan cepat, yang berupa emulsi atau suspensi

diserap lambat dengan maksud untuk mendapatkan efek lama. Volume penyuntikan antara 4-20 ml, disuntikan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

d)

Injeksi intravenus (i.v) Disuntikkan langsung kedalam pembuluh darah vena. Bentuknya berupa larutan, sedangkan bentuk suspensi atau emulsi tidak boleh, sebab akan menyumbat pembuluh darah vena. Dibuat isotonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis maka disuntiknya lambat/ perlahan-lahan dan tidak memperngaruhi sel darah, volume antara 1-10 mL. Jika dosis tunggal dan diberikan lebih dari 15 mL, tidak boleh mengandung bakterisida, dan jika lebih dari 10 mL harus bebas pirogen. Pemberian lebih dari 10 mL umumnya disebut infus intravena/ infusi/infundabilia.

e)

Injeksi intraarterium (i.a) Disuntikkan kedalam pembuluh darah arteri/perifer/tepi, volume yang disuntikkan 1-10 mL .Tidak boleh mengandung bakterisida.

f)

Injeksi intrakor/ intrakardial (i.kd) Disuntikkan langsung ke dalam otot jantung atau ventrikulus, Tidak boleh mengandung bakterisida,disuntikkan hanya dalam keadaan gawat.

g)

Injeksi intratekal (it), intraspinal (i.s), intradural (i.d) , subaraknoid. Disuntikkan langsung ke dalam saluran sum-sum tulang belakang pada dasar otak (antara 3-4 atau 5-6 lumba vertebra) yang berisi cairan cerebrospinal. Berupa larutan, harus isotonis, harus benar-benar steril, bersih sebab jaringan syaraf di daerah ini sangat peka.

h)

Injeksi intratikulus Disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi. Bentuk suspensi / larutan dalam air.

i)

Injeksi subkonjungtiva Disuntikkan ke dalam selaput lendir di mata bawah. Berupa suspensi / emulsi tidak lebih dari 1 mL.

j)

Injeksi intrabursa Disuntikkan kedalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk larutan susupensi dalam air.

k)

Injeksi intraperitoneal (i.p) Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat : bahaya infeksi besar.

l)

Injeksi peridural (p.d), ekstra dural, epidural. Disuntikkan ke dalam ruang epidura, terletak di atas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sum-sum tulang belakang.

Ø Untuk mendapatkan pH yang optimal pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut Isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan tubuh, sering injeksi dibuat di luar pH cairan tubuh dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut. Pengaturan pH larutan injeksi diperlukan untuk : 1.

Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat.

2.

Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan. Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan menjadi mati), sedangkan pH yang terlalu rendah (di bawah 3) menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan. misalnya beberapa obat yang stabil dalam lingkungan asam : Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1 .

a. pH dapat diatur dengan cara :

1.

Penambahan zat tunggal , misalnya asam untuk alkaloida, basa untuk golongan sulfa.

2.

Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi, dapar borat untuk obat tetes mata.

b. Yang perlu diperhatikan pada penambahan dapar adalah : 1.

Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai kapasitas dapar.

2.

Pada umumnya larutan dapar menyebabkan larutan injeksi menjadi hipertonis.

3.

Bahan obat akan diabsorpsi bila kapasitas dapar sudah hilang, maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak jauh dari isohidri. Jika kestabilan obat pada pH yang jauh dari pH isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, karena perlu waktu lama untuk meniadakan kapasitas dapar.

Ø Untuk mendapatkan larutan yang isotonis Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika : 1.

Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh ( darah, cairan lumbal, air mata ) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl 0,9 % b/v.

2.

Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu 0,520C. Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9 % b/v, disebut " hipertonis ", jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut " hipotonis " . Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan ditarik keluar dari sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut. Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan mengembang dan menyebabkan pecahnya sel itu dan keadaan ini bersifat tetap. Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa ". Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil.

Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis, tetapi jangan sampai hipotonis. Cairan tubuh kita masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama nilainya dengan larutan NaCl 0,6 - 2,0 % b/v. ØLarutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan : 1.

Subkutan : jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat lancar.

2.

Intralumbal , jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan lumbal, dapat menimbulkan perangsangan pada selaput otak.

3.

Intravenus, terutama pada Infus intravena, dapat menimbulkan haemolisa.

Ø Untuk mendapatkan isoioni Yang dimaksud isoioni adalah larutan injeksi tersebut mengandung ion-ion yang sama dengan ion-ion yang terdapat dalam darah, yaitu : K+ , Na+ , Mg++ , Ca++ , intravena. a. Sebagai zat bakterisida / bakteriostatik Zat bakterisida perlu ditambahkan jika : 1.

Bahan obat tidak disterilkan, larutan injeksi dibuat secara aseptik.

2.

Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara penyaringan melalui penyaring bakteri steril.

3.

Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara pemanasan pada suhu 980 – 1000 selama 30 menit.

4.

Bila larutan injeksi diberikan dalam wadah takaran berganda.

Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika : 1.

Volume sekali penyuntikan melebihi 15 ml.

2.

Bila larutan injeksi tersebut sudah cukup daya bakteriostatikanya ( tetes mata Atropin Sulfat dalam pembawa asam borat, tak perlu ditambah bakterisida, karena asam borat dapat berfungsi pula sebagai antiseptik ).

3.

Pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal, intraarterium dan intrakor.

b. Sebagai zat pemati rasa setempat / anestetika local Digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada tempat dilakukan penyuntikan

,

yang

disebabkan

larutan

injeksi

tersebut

terlalu

asam. Misalnya Procain dalam injeksi Penicillin dalam minyak, Novocain dalam injeksi Vit. B-compleks, Benzilalkohol dalam injeksi Luminal-Na.

c. Sebagai Stabilisator Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan. Stabilisator digunakan untuk : 1.

Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara:

§ Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya gas N2 atau gas CO2. § Menambah antioksidant untuk larutan injeksi yang tidak tahan terhadap O2 dari udara. Contohnya : penambahan Na-metabisulfit / Na-pirosulfit 0,1 % b/v pada larutan injeksi Vit.C, Adrenalin dan Apomorfin. 2.

Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas. Untuk ini dapat dengan menambah chelating agent EDTA ( Etilen Diamin Tetra Asetat ) untuk mengikat ion logam yang lepas dari gelas / wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana asam.

3.

Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar.

4.

Menambah / menaikkan kelarutan bahan obat, misalnya injeksi Luminal dalam Sol.Petit, penambahan Etilendiamin pada injeksi Thiophyllin.

4. Wadah dan Tutup Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi, dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk setiap sediaan umumnya tertera dalam masing-masing monografi.

Wadah dapat dibedakan menjadi :

§ Wadah dosis tunggal (single dose) Adalah wadah untuk sekali pakai yang harus digunakan setelah tutupnya dibuka. Wadah dosis tunggal disebut juga ampul. Wadah ini ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup kedap tanpa penutup karet. § Wadah dosis ganda (multiple dose) Adalah wadah yang memungkinkan dapat diambilnya isinya beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut. Wadah untuk beberapa kali penyuntikan. Wadah dosis ganda disebut dengan vial (flacon), terdiri dari botol kaca dengan penutup sumbat karet yang dilapisi dengan alumunium seal.

Dibedakan : wadah untuk injeksi dari kaca atau plastik. Ø Wadah Kaca Syarat wadah kaca : 1.

Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat

2.

Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.

3.

Tidak boleh memberikan zarah / partikel kecil ke dalam larutan injeksi.

4.

Harus dapat memungkinkan emeriksaan isinya dengan mudah.

5.

Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok.

6.

Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi "

Ø Wadah plastik Wadah dari plastik contoh polietilen, polipropilen. Wadah plastik disterilkan dengan cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida. Keuntungan : netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga mudah diangkut, tidak diperlukan penutup karet. Kerugian : dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air, juga dapat ditembus gas CO2.

Ø Tutup karet Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet dibuat dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup harus dibuat dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang cocok.

Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka : § Karet tidak lengket / lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak melepaskan pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut. § Setelah dingin tidak boleh keruh. § Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat ( Pb-asetat ).

Cara mencuci : mula-mula dicuci dengan detergen yang cocok, jangan memakai sabun Calsium / Magnesium karena ion-ion itu akan mengendap pada dinding kaca. Bilas dengan air dan rebus beberapa kali pendidihan, tiap kali pendidihan, air diganti.

Cara sterilisasi : masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan cara sterilisasi A, biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar 2 kalinya dengan volume untuk tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml. Tutup karet yang mengandung Na-pirosulfit, sebelum dipakai harus direndam dalam larutan bakterisida yang mengandung Na-pirosulfit 0,1 % selama tidak kurang dari 48 jam.

E. Cara Pembuatan Obat Suntik. a.

Persiapan pembuatan obat suntik :

1.

Perencanaan Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau

dilakukan sterilisasi akhir ( nasteril ). Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset, spatel, pengaduk kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar pada api spiritus. Ampul, Vial atau flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong yang dapat disterilkan dalam oven 1500 selama 30 menit ( kecuali tutup karet, didihkan selama 30 menit dalam air suling atau menurut FI.ed.III ) Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus direncanakan.

2.

Perhitungan dan penimbangan Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i yang sudah dijelaskan cara pembuatannya, kemudian dicampurkan. b.

Pembuatan larutan injeksi :

Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan : 1. Cara aseptik 2. Cara non-aseptik ( Nasteril )

1. Cara aseptic : Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai. Caranya : Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik

2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ). Dilakukan sterilisasi akhir Caranya : bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok

F. Syarat - Syarat Injeksi Syarat berikut hanya berlaku bagi injeksi berair :

1.

Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.

Pelarut dan bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk meyakinkan keamanan pemakaian bagi manusia. 2.

Jika berupa larutan harus jernih, bebas dari partikel-partikel padat, kecuali yang

berbentuk suspensi. 3.

Sedapat mungkin lsohidris, yaitu mempunyai pH = 7,4, agar tidak terasa sakit

dan penyerapannya optimal. 4.

Sedapat mungkin Isotonik, yaitu mempunyai tekanan osmose sama dengan

tekanan osmose darah / cairan tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak menimbulkan haemolisa. Jika terpaksa dapat dibuat sedikit hipertonis, tetapi jangan hipotonis. 5.

Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun yang

apatogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun spora. 6.

Bebas pirogen, untuk larutan injeksi yang mempunyai volume 10 ml atau lebih

sekali penyuntikan. 7.

Tidak boleh berwarna kecuali memang zat berkhasiatnya berwarna.

G. Penandaan menurut FI.ed.IV Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml : Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml atau kurang. Penandaan : Pada etiket tertera ·

Nama sediaan

·

Untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam volume

tertentu ·

Untuk sediaan kering tertera jumlah zat aktif

·

Cara pemberian

·

Kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa

·

Nama pabrik pembuat dan atau pengimpor

·

Serta nomor lot atau nomor bets yang menunjukkan identitasnya

Wadah injeksi yang akan digunakan untuk dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi dan volume lebih dari 1 liter, diberi penandaan bahwa sediaan tidak digunakan untuk infus intravena.,

Untuk injeksi yang mengandung antibiotik : juga harus tertera kesetaraan bobot terhadap U.I dan tanggal kadaluwarsanya. Injeksi untuk hewan ditandai untuk menyatakan khasiatnya. Pengemasan; Sediaan untuk pemberian intraspinal, intrasisternal atau pemakaian periduraldikemas hanya dalam wadah dosis tunggal. H. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi Keuntungan : a.

Bekerja cepat , misalnya pada injeksi Adrenalin pada schock anfilaksis.

b.

Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke

cairan lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung. c.

Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin

d.

Dapat digunakan sebagai depo terapi

Kerugian : a.

Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.

b.

Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.

c.

Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.

d.

Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per

oral. Luka adalah salah satu jenis cedera pada kulit yang mengalami robek, teriris, tertusuk, atau ketika terkena benda tumpul sehingga menyebabkan memar. Selain itu, pengertian luka lainnya adalah kondisi terputusnya jaringan lunak, baik saraf, otot, kulit, hingga pembuluh darah. Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Luka? Setelah Anda mendapatkan penjelasan mengenai definisi luka secara singkat. Hal lain yang tak boleh luput dari perhatian adalah mengenai kondisi kulit. Kulit adalah penghalang dunia luar yang melindungi tubuh dari infeksi, radiasi, dan temperatur yang ekstrem. Terdapat banyak jenis luka yang dapat merusak kulit termasuk luka lecet (abrasi), luka robek (laserasi), cedera ruptur, tusukan, dan luka menembus lapisan kulit. Banyak luka dengan kedalaman yang dangkal membutuhkan pertolongan pertama termasuk pembersihan luka dan pembalutan luka.

Beberapa luka yang lebih dalam perlu mendapat pertolongan medis untuk mencegah infeksi dan mencegah kehilangan fungsi jaringan, karena kerusakan struktur yang mendasari seperti tulang, otot, tendon, arteri dan saraf. Tujuan dari perawatan medis untuk luka adalah untuk mencegah komplikasi dan mempertahankan fungsi. Meskipun penting, kecantikan dan kosmetika bukanlah pertimbangan utama untuk perbaikan luka. Perawatan dan pengelolaan yang efektif dari individu dengan luka bergantung pada pendekatan holistik dan sistematis yang dilakukannya.

Penyebab Luka Luka sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun pada umumnya penyebab luka yang paling sering terjadi adalah akibat trauma mekanis. Pengertian luka akibat mekanis dapat disebabkan oleh benda tumpul ataupun tajam. Selain itu, luka juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka terbuka dan luka tertutup berdasarkan keutuhan jaringannya. Luka sendiri dapat dapat muncul dengan atau tanpa adanya infeksi. Kulit dapat rusak dalam berbagai cara tergantung pada mekanisme cedera, di antaranya:  







Peradangan adalah respons awal kulit cedera. Luka superfisial (di permukaan) dan luka lecet tidak mencederai lapisan kulit yang lebih dalam. Jenis luka biasanya disebabkan oleh gaya gesekan dengan permukaan kasar Luka lecet dalam (lecet yang lebih dalam karena terpotong atau laserasi) melukai lapisan kulit dan masuk ke jaringan di bawahnya seperti otot atau tulang. Luka tusukan biasanya disebabkan oleh benda runcing tajam yang menusuk kulit. Contoh luka tusukan termasuk jarum, menginjak paku, atau luka tusukan dengan pisau Gigitan manusia dan gigitan hewan dapat diklasifikasikan sebagai luka tusuk, lecet, atau kombinasi keduanya.

Luka karena penekanan yang lama, misalnya luka karena berbaring dalam waktu yang lama di tempat tidur, karena duduk di kursi roda dalam waktu yang lama, atau karena penggunaan gips dalam waktu yang lama. Luka tekanan yang lama dapat berkembang karena kurangnya suplai darah ke kulit yang disebabkan oleh tekanan kronis pada area kulit, terlebih memiliki penyakit yang mendasari seperti kencing manis, masalah sirkulasi (penyakit pembuluh darah perifer), atau pasien malnutrisi.

Jenis Luka Pada umumnya jenis-jenis luka dapat dibedakan berdasarkan luka bersih atau kotor, misalnya luka sayatan operasi. Jenis luka ini dibuat oleh dokter untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau prosedur pembedahan. Berikut adalah jenis luka lainnya yang harus Anda kenali, di antaranya: 1.Luka sayat Jenis luka ini menyebabkan area kulit terpotong oleh sebuah benda tajam seperti pisau atau benda-benda lain yang memiliki pinggiran tajam. Luka tersebut sering berdarah dan pinggiran luka nya sedikit pecah. 2. Luka tertutup Jenis luka ini terdapat di jaringan bawah kulit. Bisa berupa cedera pada tulang dan ligament yang patah atau retak serta terjadinya penggumpalan darah 3. Luka lecet Luka ini umumnya tidak berbahaya. Penyebabnya bisa karena terjatuh atau bergesekan dengan permukaan yang kasar. Meski tidak berbahaya, luka lecet bisa menimbulkan rasa sakit karena jenis luka ini mampu menjangkau banyak ujung-ujung saraf yang ada di bawah kulit. 4. Luka gigitan Ini adalah jenis luka yang disebabkan oleh gigitan gigi, baik itu oleh hewan ataupun manusia.

5. Vulnus amputatum Vulnus Amputatum adalah luka yang di akibatkan terputusnya salah satu bagian tubuh, biasa di kenal dengan amputasi. 6. Luka bakar Luka bakar bisa disebabkan akibat rusaknya jaringan kulit akibat radiasi, thermis, bahan kimia atau elektrik. 7.Vulnus Perforatum

Vulnus Perforatum adalah luka tembus yang merobek dua sisi tubuh yang disebabkan oleh senjata tajam seperti tombak, panah atau pun proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan tubuh. Berdasarkan pada Waktu Penyembuhan Luka Pada dasarnya, perawatan luka harus didasarkan pada pengetahuan anatomi dan fisiologi, penilaian holistik, manajemen luka spesifik dan pemilihan produk manajemen luka yang sesuai. 1.Luka kronis Jenis luka ini bisa terjadi karena faktor eksogen dan endogen dalam tubuh, sehingga membuat kegagalan dalam proses penyembuhan. 2. Luka akut Jenis luka ini sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Pada umumnya dokter akan melihat seperti apa kondisi luka sebelum memutuskan obat apa yang dianjurkan diberikan. Sebagai contoh, sebuah luka yang dalam, besar dan kotor akan membutuhkan penanganan khusus untuk mencegah infeksi, misalnya dengan dijahit. 

Luka bersih

Luka bersih adalah luka karena tindakan operasi dengan teknik steril, misalnya pada daerah dinding perut dan jaringan lain yang letaknya lebih dalam (non contaminated deep tissue), misalnya pembuluh darah, tiroid, tulang, dan otak. 

Luka bersih-kontaminasi

Luka ini bisa terjadi karena benda tahan. Lingkungan yang tidak steril atau tindakan operasi yang mengenai daerah bronchial dan usus halus.



Luka kontaminasi

Jenis luka ini sering disebakan oleh lingkungan yang kotor. Penanganan yang bisa dilakukan adalah Operasi pada saluran terinfeksi infeksi bronchial, usus besar dan saluran kemih. 

Luka infeksi

Jenis luka ini diikuti oleh adanya kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada jaringan luka. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka Proses penyembuhan luka yang lambat bisa disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Gula darah yang terlalu tinggi dapat menurunkan aliran darah, mengganggu sistem imun, meningkatnya risiko perdangan, dan menghambat sel medapatkan nutrisi. Sejumlah gangguan itu dapat menghambat penyembulah luka. 

Stadium I

Luka superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. 

Stadium II

Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya lubang yang dangkal, abrasi, atau blister 

Stadium III

Jenis luka ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya. 

Stadium IV

Jenis luka yang terakhir adalah luka yang telah mencapai tendon, tulang dan otot karena adalah kerusakan yang telah meluas. Perawatan luka yang tepat diperlukan untuk mencegah infeksi, menjamin tidak ada cedera terkait lainnya, dan mempercepat penyembuhan kulit. Harapan tambahan, jika mungkin, adalah untuk memiliki hasil penyembuhan yang baik secara kosmetika. Artikel perawatan luka ini dirancang untuk menyajikan informasi pada luka pada kulit; tidak dimaksudkan untuk mencakup semua luka (misalnya, luka tembakan, laserasi tendon, dan lain-lain).

Gejala Luka







Gejala yang paling umum dari luka adalah nyeri, bengkak, dan pendarahan. Jumlah rasa sakit, pembengkakan, dan pendarahan dari luka tergantung pada area cedera dan mekanisme cedera Laserasi (luka robek) yang besar mungkin tidak terlalu sakit jika luka berada di area yang memiliki sedikit persarapan, sementara lecet yang terjadi di ujung jari (yang memiliki lebih banyak saraf) bisa sangat menyakitkan. Beberapa luka robek mungkin berdarah lebih banyak jika melibatkan area yang memiliki banyak pembuluh darah, misalnya, kulit kepala dan wajah.

Perawatan Medis untuk Luka Kebanyakan luka dapat diobati di rumah dengan pertolongan pertama termasuk mencuci luka dan menutupnya dengan perban steril untuk mencegah infeksi. Beberapa alasan untuk mendapatkan perawatan medis terkait luka:   

   

Jika luka disebabkan oleh tenaga atau trauma yang signifikan atau trauma dan melukai area tubuh lain Jika pendarahan tidak bisa dihentikan bahkan dengan tekanan terus-menerus dan elevasi Jika ada kekhawatiran bahwa luka membutuhkan perbaikan dengan jahitan. Penting untuk memikirkan ukuran dan area luka Kebanyakan luka di wajah mungkin perlu diperbaiki untuk alasan kosmetik, terutama jika luka melibatkan bibir atau mata Jika luka disebabkan oleh gigitan hewan karena kemungkinan pertimbangan untuk imunisasi rabies Jika luka sangat kotor dan tidak dapat dengan mudah dibersihkan. Jika ada bukti infeksi termasuk kemerahan, bengkak, nyeri, dan nanah pada luka Jika imunisasi tetanus tidak didapatkan dalam 5 tahun terakhir, maka booster tetanus diperlukan dalam waktu 48 jam setelah luka. Jika pasien belum pernah diimunisasi, pencegahan tetanus awal dengan immunoglobulin harus diberikan segera.

Berikut adalah pengobatan luka yang dapat dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan luka tersebut: 



Dokter akan memastikan bahwa tidak ada cedera yang berhubungan dengan luka, misalnya jika seseorang jatuh dan mengalami luka di dagu, orang tersebut mungkin berisiko untuk mengalami fraktur rahang, dan risiko infeksi akan diminimalkan. Penampilan dari segi kosmetika untuk bekas luka yang tipis memang merupakan suatu tujuan, tapi bukan tujuan yang paling penting Penting untuk mengetahui kronologi cedera, karena mekanisme cedera akan memengaruhi perawatan yang diberikan. Gigitan hewan akan memerlukan perawatan medis yang lebih daripada jatuh di tempat bermain, terlebih terkait dengan toksin serangga yang mungkin akan membahayakan tubuh dengan reaksi alergi

 

 



Penting untuk mengetahui keadaan kebersihan cedera, dan apakah ada cedera awal yang mendasari Individu pengidap diabetes, sirkulasi peredaran darah yang buruk, pasien dialisis atau pasien yang sedang dalam tahap meminum obat yang dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh berada pada risiko tinggi infeksi; dan keputusan untuk memperbaiki luka dapat dipengaruhi oleh riwayat medis pasien Status imunisasi tetanus akan diperlukan untuk menentukan apakah imunisasi diperlukan Waktu onset dari ketika cedera awal terjadi, dan kapan perawatan medis didapatkan juga menjadi bahan pertimbangan. Semakin lama luka dibiarkan terbuka, semakin tinggi risiko infeksi jika dijahit. Panduan bagi banyak praktisi kesehatan adalah antara 6-12 jam. Jika luka lebih lama dari 6-12 jam, sebaiknya luka tidak dijahit. Luka robek di ekstremitas termasuk tungkai, lengan, kaki dan tangan mungkin melibatkan tendon, saraf dan pembuluh darah. Cek fungsi anggota gerak adalah bagian penting dari pemeriksaan fisik.

iagnosis diperlukan untuk menentukan perawatan dari luka tersebut. Sinar-X dapat dilakukan untuk mencari patah tulang (fraktur). Sinar-X juga dapat membantu mencari benda asing yang mungkin telah tertanam dalam robekan. Fluoroskopi dilakukan untuk membantu menemukan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Ultrasonography (USG) juga dapat digunakan untuk membantu dalam mencari benda asing pada luka. Fluoroskopi dan ultrasound hanya tersedia di unit gawat darurat (UGD) dan rumah sakit. Jahitan untuk Luka Penutupan primer: Praktisi kesehatan akan membersihkan luka dan kemudian memeriksa area luka untuk mencari apakah ada benda asing sebelum menutup luka dengan jahitan, staples, atau lem bedah. Jika luka sudah berlangsung terlalu lama, terlalu kotor, atau jika ada alasan untuk tidak menutup luka, penyembuhan dapat terjadi dengan penutupan sekunder. Luka akan dibersihkan, diperban, dan dibiarkan sembuh dari waktu ke waktu tanpa jahitan. Pada orang sehat dengan luka kotor, kombinasi dari dua teknik di atas dapat dipertimbangkan (penutupan sekunder dan dilanjutkan penutupan primer). Dalam skenario ini, dokter akan membersihkan dan menutup luka dengan perban steril. Kemudian pasien akan diminta untuk kembali dalam waktu 3-5 hari, dan jika luka tidak menunjukkan bukti infeksi, luka akan ditutup dengan jahitan, staples, atau lem bedah. Perawatan Luka di Rumah







 

Kebanyakan luka dapat dirawat di rumah. Lecet yang dangkal dan luka robek dapat dibersihkan, salep antibakteri dioleskan, kemudian luka ditutup dengan perban Perdarahan sering dapat dikendalikan dengan memberikan penekanan langsung pada luka, dan jika mungkin, memposisikan area tubuh yang mengalami perdarahan di atas ketinggian jantung. Hal ini memungkinkan gravitasi untuk membantu mengurangi aliran darah ke tempat yang cedera. Kebanyakan perdarahan akan berhenti dalam waktu 10 menit Jika perdarahan tidak ada masalah, luka dapat dibersihkan dengan menggunakan air keran untuk membersihkan kotoran-kotoran yang masuk dan untuk mengurangi risiko infeksi. Lingkungan dapat berisi berbagai jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi yang signifikan. Tidak dianjurkan membersihkan luka dengan air yang terkontaminasi Luka yang lebih dalam sangat nyeri dan menggosok luka tidak disarankan Jika luka membutuhkan perawatan medis, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dulu di rumah sebelum membawa ke pusat pelayanan kesehatan. Kecuali ada cedera yang cukup signifikan, ada cukup waktu untuk sekedar membersihkan luka dan menutupnya dengan perban.

Penutupan luka fisiologis seperti Tegaderm atau Hydrogel dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka pada lansia misalnya karena kerapuhan kulit, dimana perbaikan karena robekan sulit dilakukan. Antibiotik untuk Luka Jika luka dibersihkan dan dirawat dengan baik, antibiotik sebenarnya jarang dibutuhkan. Namun, luka akibat gigitan binatang, gigitan manusia, luka yang terkontaminasi air sungai atau air danau, atau luka kotor di aspal lainnya, sirkulasi aliran darah yang buruk, membutuhkan antibiotik untuk mencegah infeksi. Antibiotik mungkin juga akan diresepkan jika melibatkan otot atau tulang. Prognosis Luka Prognosis untuk penyembuhan luka tergantung pada jenis luka dan berbeda-beda setiap orang, cedera yang mendasari, dan kesehatan dasar pasien.  



Kebanyakan luka ringan termasuk luka robek sederhana dan lecet akan sembuh sendiri dan tidak memerlukan perawatan medis Semakin rumit pasien dan semakin rumit luka, prognosis untuk hasil yang sempurna semakin sulit. Tujuan penyembuhan luka adalah memiliki penyembuhan yang memungkinkan cedera segera sembuh dan berfungsi normal Hasil juga tergantung pada faktor risiko. Luka yang terkontaminasi dan sangat kotor lebih mungkin untuk menjadi terinfeksi, dan penyembuhan lebih buruk daripada mereka yang tidak. Luka cenderung kurang berhasil untuk sembuh pada pasien diabetes dengan kadar gula yang tidak terkontrol atau pasien yang memiliki sirkulasi aliran darah yang buruk



Semua luka robek akan meninggalkan bekas luka tetapi dokter akan bertindak untuk meminimalkan bekas luka

Pencegahan Luka Kecelakaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, kebanyakan orang akan mendapatkan luka meskipun telah amat berhati-hati. Penting untuk diingat bahwa ketika menggunakan alat-alat di rumah atau di tempat kerja, pastikan alat tersebut digunakan dengan cara yang tepat. Kecelakaan sering terjadi karena orang terburu-buru, ingin cepat selesai, atau menggunakan alat dengan cara yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Maryani dan Ezla Gustanti.2013.”Ilmu Resep”.Jakarta:P2B Comuniti.

Daftar Isi HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii DAFTAR ISI …………………………………………………………. iii BAB I PEMBAHASAN INJEKSI ……………………………………….        

A. Pengertian injeksi …………………………………… B. Penggolongan injeksi…………………………………….. C. Komponen injeksi………………………………………. D. Macam - macam cara penyuntikan ………………………………. E. Cara pembuatan obat suntik……………………………. F. Syarat-syarat injeksi ……………………….. G.penandaan menurut FI.ed.IV.................... H.keuntungan dan kerugian bentuk sediaan injeksi..............

BAB II PERAWATAN LUKA ………………………………………………          

A. Mengenal lebih jauh apa itu luka …………………………………………………… B. Penyebab luka ………………………………………………………… C jenis luka D berdasarkan kedalaman dan luasnya luka E gejala luka F perawatan medis untuk luka G jahitan untuk luka H perawatan luka dirumah I antibiotik untuk luka J pencegahan luka

BAB III PENUTUP ………………………………………………  

A. Simpulan …………………………………………………… B. Saran …………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….

KATA PENGANTAR

puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmatnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan “ Makalah injeksi dan keperawatan luka” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabtanya. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada dosen mata kuliah keperawatan dasar II.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebuh dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.

B. Saran Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubunganya dengan makalah ini penulis banyak berharap kepada para pembaca yang memberikan kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis.

KESIMPULAN Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa: Luka adalah terputusnya komunitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak dan hilang. Ada faktor tertentu yang mempengaruhui proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan keperawatan luka, agar luka dapat segera disembuhkan.

SARAN Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah sebaiknya mengadakan sosialisasi

kepada masyarakat awam tentang pentingnya merawat luka agar meminilisasikan terjadinya penularan penyakit yg disebabkan oleh luka yang tidak dirawat dengan baik.

Related Documents

Tugas Kd2 Injeksi.docx
November 2019 27
Kd2 - Basic Consepts
November 2019 21
Kesimpulan Kd2.docx
May 2020 11
Borang Kd2 Mac 2019.docx
October 2019 68
Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74

More Documents from "Eda Suraeda"