Tugas Jurnal Bu Reni.pdf

  • Uploaded by: Anonymous IOxD91
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Jurnal Bu Reni.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,432
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN Pada era globalisasi sekarang ini terdapat banyak bidang yang berpengaruh dengan kondisi Indonesia. Bidang tersebut diantaranya Bidang Politik, Ekonomi, Seni dan Kebudayaan, Pendidikan, Sosial dan Teknologi. Dari berbagai bidang di Indonesia banyak tertinggal dengan negara – negara dikawasan Asia Tenggara. Dalam hal ini kemajuan suatu negara diikuti oleh kontribusi sektor jasa pada perekonomian nasional yang semakin dominan. Semakin maju suatu negara, maka kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Dalam bidang Ekonomi salah satunya terdapat bidang Jasa yang sekarang ini mengalami pertumbuhan yang semakin cepat. Berbagai ragam jasa ditawarkan pada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarakat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya persaingan yang ketat di antara perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Salah satu ragam jasa yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat saat ini adalah Jasa Transportasi. Sarana transportasi telah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat, dimana sarana transportasi sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan ekonomi, sosial, kebudayaan dan pariwisata di kehidupan sehari - hari. Seiring dengan kemajuan dalam segala bidang mobilitas masyarakat di suatu daerah yang semakin meningkat setiap waktu. Dengan adanya kemajuan dalam dunia transportasi, jarak antara daerah–daerah yang sebelumnya jauh, dapat menjadi lebih dekat dengan menggunakan sarana transportasi. Transportasi juga telah menjadi salah satu unsur yang menentukan guna untuk menjamin perkembangan ekonomi di masyarakat. Semakin majunya perekonomian, maka semakin pentingnya peranan transportasi dalam kehidupan. Transportasi kini tidak lagi dipandang sebagai sektor jasa yang hanya memberikan pelayanan semata- mata, tetapi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan ekonomi. Di Semarang secara umum memiliki masalah terhadap transportasi. Dalam beberapa tahun terakhir ini, peningkatan volume penggunaan kendaraan semakin tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukan dengan cara pengalihan penggunaan kendaraan pribadi yang digunakan masyarakat ke penggunaan alat transportasi umum dalam melakukan perjalanan. Angkutan Umum ( Public Transport) telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam masyarakat sekarang ini. Angkutan umum menjadi suatu penggerak roda ekonomi yang baik secara langsung maupun tak langsung dalam kegiatan perekonomian masyarakat ataupun kegiatan lainnya.

Sehingga jika terdapat pelayanan yang buruk dalam angkutan umum bisa mempengaruhi tingkat produktivitas dalam masyarakat. Buruknya pelayanan jasa transportasi dapat mempengaruhi menurunnya penggunaan transportasi umum dalam masyarakat. Penurunan penggunaan angkutan umum dalam masyarakat juga mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat dalam menggunakan transportasi umum.

BAB II LANDASAN TEORI Analisis Risiko 1. Umum Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi konsekuensi dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama ini sudah dijalankan. Analis pendahuluan dapat dibuat untuk mendapatkan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian. 2. Menetapkan/ Determinasi Pengendalian Yang Sudah Ada Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat yang digunakan dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan misalnya, seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri/ professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST). 3. Konsekuensi/ Dampak Dan Kemungkinan Konsekuensi dan probabilitas adalah kombinasi/ gabungan untuk memperlihatkan level risiko. Berbagai metode bisa digunakan untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan menggunakan metode statistik. Metode lain yang juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak tersedia, dengan melakukan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga internasional maupun industri sejenis. Kemudian dibuat estimasi/ perkiraan secara subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya dapat memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang ada. Sumber informasi yang dapat digunakan untuk menghitung konsekuensi diantaranya adalah: 1.

Catatan-catatan terdahulu.

2.

Pengalaman kejadian yang relevan.

3.

Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman pengendaliannya.

4.

Literatur-literatur yang beredar dan relevan.

5.

Marketing test dan penelitian pasar.

6.

Percobaan-percobaan dan prototipe.

7.

Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.

8.

Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.

Sedangkan teknik-tekniknya adalah: •

Wawancara yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.



Menggunakan berbagai disiplin keilmuan dari para pakar



Evaluasi perorangan dengan menggunakan kuesioner.



Menggunakan sarana komputer dan lainnya.



Menggunakan pohon kesalahan (fault tree) dan pohon kejadian (event tree).

4. Tipe Analisis Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Metode analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya. Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah: kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat dilakukan analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada. Penjelasan tentang karakteristik jenis-jenis analisis tersebut dapat dilihat dibawah ini: a. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya misalnya risiko dapat termasuk dalam: 1.

Risiko rendah

2.

Risiko sedang

3.

Risiko tinggi

Analisis kualitatif digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam. b. Analisis Semi-Kuantitatif Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. setelah itu dilihat tingkat konsekuensi yang dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai 50. Maka tingkat risiko adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/ Australian New Zealand Standard, No. 96, 1999). Kehati-hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi-kuantitatif, karena nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim ahli dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh karena itu kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan background, tentu saja juga melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi. c. Analisis Kuantitatif Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu. Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada. 5. Sensitifitas Analisis Tingkatan sensitifitas analisis (dimulai dari yang paling sensitif sampai dengan yang kurang sensitif) adalah: •

Analisis Kuantitatif



Analisis Semi-kuantitatif



Analisis Kualitatif

Evaluasi Risiko Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah: 1. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada. 2. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi. 3. Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya ataupun parameter lainnya. 4. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.

Pengendalian Risiko Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian. 1. Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko Alternatif-alternatif pengendalian yang dapat dilakukan dapat dilihat di bawah ini: a. Penghindaran risiko Beberapa pertimbangan penghindaran risiko : 1. Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko. 2. Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko. 3. Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian. 4. Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian risiko yang dilakukan sendiri. 5. Alokasi sumber daya tidak terganggu. b. Mengurangi probabilitas c. Mengurangi konsekuensi d. Transfer risiko Alternatif transfer risiko ini, dilakukan setelah dihitung keuntungan dan kerugiannya. Transfer risiko ini bisa berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor. Oleh karena itu didalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus jelas tercantum

ruang lingkup pekerjaan da juga risiko yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin terjadi dapat juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi. 2. Penilaian Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko Pilihan sebaiknya dinilai atas dasar/ besarnya pengurangan risiko dan besarnya tambahan keuntungan atau kesempatan yang ada. Seleksi dari alternatif yang paling tepat meliputi keseimbangan biaya pelaksanaan terhadap keuntungan. Walaupun pertimbangan biaya menjadi faktor penting dalam penentuan alternatif pengendalian risiko, tetapi faktor waktu dan keberlangsungan operasi tetap menjadi pertimbangan utama. Biaya dari pengurangan risiko Seringkali perusahaan bisa mendapatkan manfaat besar dari pilihan kombinasi alternatif-alternatif pengendalian yang tersedia. Oleh karena itu sebenarnya tidak pernah terjadi penggunaan alternatif tunggal dalam proses pengendalian risiko. 3. Rencana Persiapan Pengendalian Setelah ditentukan alternatif pengendalian risiko yang paling tepat, langkah berikutnya adalah menyusun rencana persiapan. Rencana persiapan ini berkaitan dengan pertanggungjawaban, jadwal waktu, anggaran, ukuran kinerja, dan tempat. 4. Implementasi Perbaikan Program Idealnya, tanggungjawab dari pengendalian risiko seharusnya dilakukan oleh mereka yang benar-benar mengerti. Tanggung jawab tersebut harus disetujui lebih awal. Pelaksanaan pengendalian risiko yang baik membutuhkan sistem manajemen yang efektif, pembagian tanggungjawab yang jelas dan kemampuan individu yang handal. Pemantauan Dan Telaah Ulang Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses manajemen risiko dengan optimal. Komunikasi Dan Konsultasi Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Sangat penting untuk mengembangkan

rencana komunikasi, baik kepada kontributor internal maupun eksternal sejak tahapan awal proses manajemen risiko. Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya dialog dua arah diantara pihak yang berperan didalam proses manajemen risiko dengan fokus terhadap perkembangan kegiatan. Komunikasi internal dan eksternal yang efektif penting untuk meyakinkan pihak manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Persepsi risiko dapat bervariasi karena adanya perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu-isu, dan fokus perhatian kontributor dalam hal hubungan risiko dan isu yang dibicarakan. Kontributor membuat keputusan tentang risiko yang dapat diterima berdasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko. Karena kontributor sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan maka sangat penting bagaimana persepsi mereka tentang risiko sama halnya dengan persepsi keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan manajemen risiko. DOKUMENTASI Umum Setiap tingkatan dari proses manajemen risiko harus didokumentasikan. Dokumentasi harus meliputi asumsi, metode, sumber data dan hasil. Alasan Pendokumentasian Alasan untuk pendokumentasian adalah sebagai berikut: •

Menggambarkan proses manajemen risiko yang dilaksanakan telah berjalan dengan tepat.



Memberikan masukan data dan informasi untuk proses identifikasi dan analisis risiko.



Menyediakan daftar risiko yang ada dan mengembangkan database organisasi.



Menyediakan informasi untuk proses pengambilan keputusan yang relevan dengan rencana dan pelaksanaan manajemen risiko.



Menyediakan informasi untuk mekanisme tanggung gugat dan peralatan.



Memfasilitasi pengawasan dan review yang berkelanjutan.



Menyediakan informasi yang diperlukan untuk uji coba audit, dan



Mensosialisasikan dan mengkomunikasikan informasi yang berhubungan dengan manajemen risiko.

Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Dan Penerapan Program Manajemen Risiko TAHAP 1: Dukungan dari senior manajemen Mengembangkan filosofi dan kesadaran pengorganisasian manajemen risiko pada tingkat senior manajemen. Hal ini mungkin dapat difasilitasi dengan pelatihan, pendidikan, dan keterangan singkat dari eksekutif manajemen. Dukungan aktif yang berkesinambungan dari Pimpinan Eksekutif suatu organisasi



sangatlah penting. Seorang senior eksekutif manajer perlu memberikan dukungan kepada para



pekerja untuk berinisiatif melaksanakan manajemen risiko. Semua senior eksekutif sebaiknya memberikan dukungan penuh.



TAHAP 2: Pengembangan kebijakan organisasi Pengembangan dan dokumentasi kebijakan perusahaan serta kerangka berfikir untuk mengelola risiko, berisi informasi-informasi seperti: •

Obyektifitas kebijakan dan dasar berfikir untuk mengelola risiko;



Hubungan antara kebijakan dan strategi organisasi/ rencana perusahaan;



Batasan atau jangkauan dari isu-isu yang ada didalam sebuah kebijakan;



Pimpinan diharapkan dapat menjadi teladan;



Pembagian tanggungjawab dalam pengelolaan risiko;

TAHAP 3: Komunikasi Peraturan Tujuan : •

Meningkatkan kesadaran akan manajemen risiko.



Mengkomunikasikan sampai tingkat terendah diorganisasi tentang manajemen risiko dan peraturan organisasi.



Merekrut ahli manajemen risiko, contohnya konsultan.



Mengembangkan keahlian sampai staf terendah dengan pendidikan dan pelatihan.



Menjamin terciptanya pelaksanaan sistem penghargaan dan sangsi.

TAHAP 4: Manajemen Risiko Pada Tingkat Organisasi Pengaturan pada level organisasi terendah dalam mengaplikasikan sistem manajemen risiko. Proses manajemen risiko akan berintegrasi dengan strategi perencanaan dan proses manajemen organisasi secara keseluruhan. Ini akan melibatkan tehnik pendokumentasian sbb: •

Organisasi dan konteks manajemen risiko.



Identifikasi risiko untuk organisasi.



Analisis dan Evaluasi risiko yang ada.



Pengendalian risiko.



Mekanisme pemantauan dan telaah ulang program.



Strategi peningkatan kesadaran dengan metode pelatihan dan pendidikan.

TAHAP 5: Pengendalian Risiko Pengendalian risiko melalui rencana kegiatan program dan tingkatan tim. Pada tahap ini perlu dilakukan pengembangan sebuah program untuk pengendalian risiko di masing-masing bagian maupun area organisasi. TAHAP 6: Monitoring dan Telaah Ulang Pengembangan dan pelaksanaan setiap tahapan manajemen risiko perlu dipantau untuk menjamin terciptanya optimalisasi manajemen risiko. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menjamin bahwa implementasi manajemen risiko tetap sejalan dengan kebijakan perusahaan. Perlu juga dipahami bahwa risiko adalah sesuatu yang dapat berubah setiap waktu (dinamis tidak statis) dan telaah ulang langkah-langkah yang diambil merupakan hal yang penting. Pada intinya kegiatan pemantauan dan telaah ulang ini akan menjamin efektifitas dan efisiensi pelaksanaan manajemen risiko agar berjalan optimal. 1. Umum Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi konsekuensi dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama ini sudah dijalankan.

Analis pendahuluan dapat dibuat untuk mendapatkan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian. 2. Menetapkan/ Determinasi Pengendalian Yang Sudah Ada Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat yang digunakan dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan misalnya, seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri/ professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST). 3. Konsekuensi/ Dampak Dan Kemungkinan Konsekuensi dan probabilitas adalah kombinasi/ gabungan untuk memperlihatkan level risiko. Berbagai metode bisa digunakan untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan menggunakan metode statistik. Metode lain yang juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak tersedia, dengan melakukan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga internasional maupun industri sejenis. Kemudian dibuat estimasi/ perkiraan secara subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya dapat memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang ada. Sumber informasi yang dapat digunakan untuk menghitung konsekuensi diantaranya adalah: 1.

Catatan-catatan terdahulu.

2.

Pengalaman kejadian yang relevan.

3.

Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman pengendaliannya.

4.

Literatur-literatur yang beredar dan relevan.

5.

Marketing test dan penelitian pasar.

6.

Percobaan-percobaan dan prototipe.

7.

Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.

8.

Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.

Sedangkan teknik-tekniknya adalah: •

Wawancara yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.



Menggunakan berbagai disiplin keilmuan dari para pakar



Evaluasi perorangan dengan menggunakan kuesioner.



Menggunakan sarana komputer dan lainnya.



Menggunakan pohon kesalahan (fault tree) dan pohon kejadian (event tree).

4. Tipe Analisis Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Metode analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya. Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah: kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat dilakukan analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada. Risk Assessment atau dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penilaian risiko merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk memperkirakan suatu risiko dari situasi yang bisa didefinisikan dengan jelas ataupun potensi dari suatu ancaman atau bahaya baik secara kuantitatif atau kualitatif. Penilaian risiko juga bisa diartikan sebagai suatu proses pemeriksaan keamanan dengan suatu struktur tertentu, pembuatan suatu rekomendasi khusus, dan rekomendasi pengambilan keputusan dalam suatu proyek dengan menggunakan analisis risiko, perkiraan risiko, dan informasi lain yang memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan. 1. Tinjauan Penilaian Risiko Penilaian risiko berbeda dengan analisis risiko atau dengan manajemen risiko, akan tetapi antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Analisis risiko sendiri kegiatan menganalisa untuk menentukan besar kecilnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan.[Andani EN, 2015]. Setelah menganalisis risiko yang ada dan sebelumnya mengidentifikasi terlebih dahulu risiko sepert apa yang akan terjadi dan bagaimana suatu bisa terjadi maka tahapan selanjutnya memberikan penilaian tentang besarnya tingkatan terkait risiko tersebut. Hal itulah menjadi bagian dari penilaian risiko itu sendiri dimana memberikan makna terhadap suatau bahaya yang teridentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang teridentifikasi,

apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak. Dalam menilai suatu risiko terdapat standard yang bisa dipakai acuan, salah satunya ialah standard AS/NZS 4360 yang membuat peringkat risiko sebagai berikut: •

E : Extreme Risk (Sangat berisiko segera secepatnya dibutuhkan tindakan)



H : High Risk (Risiko yang besar dibutuhkan perhatian dari manajer puncak)



M : Moderat Risk (Risiko sedang, diibutuhkan sebuah tinggakan agar risiko berkurang)



L : Low Risk (Risiko rendah masih ditoleransi)

Penilaian risiko sendiri bisa didefinisikan sebagai keseluruhan proses dari identifikasi risiko, analisis risiko dan evaluasi risiko. Terdapat 6 fokus dan tipe penialaian risiko yaitu: •

Risiko Keselamatan



Risiko Kesehatan



Risiko Lingkungan



Risiko Kesejahteraan



Risiko Keuangan

Secara khusus untuk memulai Penilaian risiko terdapat hal-hal yang harus dipahami dan jelas yaitu: •

Konteks dan objek dari organisasi



Risiko-risko apa saja yang bisa ditoleransi, dan bagaimana resiko yang tidak diterima akan diperlakukan



Bagaiaman penilaian risiko dapat diintegrasikan ke dalam proses organisasi



Metode dan teknik yang digunakan untuk penilaian risiko terhadapproses manajemen risiko secara kesuluruhan



Akuntabilitas, tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan penialaian risiko



Sumberdaya yang memadai untuk melaksanakan penialaian risiko dan



Bagaimana penilaian risiko akan ditinjau dan dilaporkan.

Hasil dari tahapan-tahapan ketika fase analisis resiko dan khususnya penilaian risiko ditindaklanjuti dengan proses manajemen risiko. Manajmeen risiko menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian. Menurut AS/NZS 4360 manajemen risiko adalah “the culture, process, and structures that are directed towards the effective management of potential opportunities

and adserve effects”. Panduan untuk manajemen risiko terdapat dalam ISO 31000 yang terdiri dari 5 aktivitas kunci: 1. Komunikasi dan konsultasi 2. Menentukan konteks 3. Penilaian risiko 4. Pengendalian risiko 5. Monitor dan review. 2. Penggunaan Penilaian Risiko •

Bidang Kesehatan HRA atau penilaian risiko kesehatan merupakan suatu prosedur yang tersistematis

untuk mengidentifikasi potensi dari bahaya kesehatan, mengevaluasi dari paparan secara subjective & atau objective, serta bertujuan untuk menentukan dan menilai efektivitas dari pengendalian yang dibutuhkannya. “Peniliaian Risiko juga dibutuhkan tidak hanya untuk seseorang yang memenuhi syarat untuk mammografi tetapi juga dibutuhkan untuk seseorang yang menginginkan screening MRI atau test DNA” kata Jennifer Plichta, MD, 2016 annual meeting of the American Society of Breast Surgeons (ASBS).



Bidang Audit Auditor internal menggunakan teknik penilaian risiko dalam mengembangkan

perencanaan aktivitas audit internal dan pada penentuan prioritas untuk mengalokasikan sumberdaya. Penilaian risiko ini juga digunakan untuk pengujian unit dan pemilihan area yang akan dimasukkan dalam rencana kegiatan internal yang memiliki tingkat kerentanan terhadap risiko yang tinggi.



Bidang Teknologi Informasi Penilaian risiko adalah alat yang tersedia yang bisa digunakan oleh organisasi

modern untuk membantu mengidentifikasi serta memberikan tingkatan terhadap resiko yang berhubungan dengan penggunaan sistem informasi dan secara tepat mengambil tindakan untuk melindungi sistem informasi. Terdapat dua metodologi terkait penilaian resiko yakni Operationally Critical Threat, Asset, Vulnerability Evaluation (OCTAVE) Risk Assessment dan Central Computer and Telecommunicationd Agency (CCTA’s) Risk Assessment.

BAB III JURNAL

BAB IV REVIEW JURNAL Pada jurnal ini di latar belakangi masalah yang ada, yaitu : 1. Pada investasi proyek infrastruktur Jalan Tol, hampir dapat dipastikan selalu berhadapan dengan unsur ketidakpastian (uncertainty) dan risiko (risk). 2. Investasi tersebut memerlukan pendanaan awal yang sangat tinggi (high initial costs), bersifat tertanam (sunk) dan adanya ketidakpastian arus pendapatan (uncertain revenue streams) yang umumnya terjadi ditahun awal serta pengembalian investasi (cost recovery) yang cukup lama antara 25 hingga 35 tahun. 3. Dalam analisis kelayakan finansial suatu proyek investasi Jalan Tol terdapat beberapa variabel penentu salah satunya adalah inflasi. Asumsi inflasi berpengaruh terhadap arus kas (cash flow) karena terkait langsung dengan pendapatan tol, biaya operasional/pemeliharaan, dan tingkat diskonto bila menggunakan teknik Net Present Value (NPV) untuk perhitungan kelayakan finansial. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melakukan kajian analisis risiko finansial akibat perubahan laju inflasi pada investasi Menganalisis besaran kemungkinan dan apakah dampak yang terjadi terhadap resiko jalan tol dengan studi kasus Tol Nusa Dua – -Ngurah Rai – Benoa-Bali. 2. dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menganalisis ketidakpastian (uncertainty) dan risiko (risk) terhadap hasil kajian proyek transportasi yang didalamnya mengasumsikan perubahan inflasi dapat digunakan untuk evaluasi investasi pada jalan tol yang lebih komprehensif. Tinjauan Pustaka Dalam komponen biaya pengeluara (flow out) terdiri dari beberapa kompenen sebagai berikut: 1. Pengembalian biaya investasi Biaya investasi terdiri dari biaya pembebasan lahan, perancangan, biaya konstruksi, peralatan tol, supervise, kontigensi, eskalasi, pajak (PPN), over head, biaya finansial dan IDC. Biaya investasi bisa bersumber dari biaya pinjaman, modal sendiri ataupun gabungan antara biaya pinjaman dan modal sendiri. 2. Biaya bunga pinjaman bank

Pada penelitian ini biaya bunga pinjaman bank dihitung dari tahun pertama operasi jalan tol dan bersifat bersifat tetap (fixed). 3. Biaya operasional dan pemeliharan (O&M) 4. Biaya pajak pengahasilan (PPh) 5. Biaya depresiasi Inflasi merupakan salah satu parameter yang diasumsikan dalam suatu rencana bisnis untuk menentukan tingkat kelayakan suatu proyek investasi jalan tol. Berdasarkan sebagian besar perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) yang berlaku saat ini dan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tarif tol disesuaikan tiap dua tahun sekali mengikuti laju inflasi. Metodologi Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data-data studi kelayakan finansial Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa – Bali, yang diperoleh dalam bentuk laporan studi kelayakan aspek finansial BPJT (2013). Pengumpulan data ini melalui survey instansional dalam hal ini adalah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT) dan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.

Gambar 4. Jumlah Volume Lalu Lintas dengan e = 0,5, dan inflasi 7% Sumber: Analisis Data 2014

Gambar 4. menunjukkan saat jumlah volume lalu lintas terhadap kenaikkan tarif terpengaruhi oleh nilai elastisitas. Adanya penurunan jumlah volume lalu lintas jalan tol setiap mengalami kenaikan tarif.

Gambar 5. Jumlah Pendapatan Skenario 1 (SK 1) dan Skenario (SK 2) Sumber: Analisis Data 2014 Catatan: SK1-3 : skenario 1 dengan inflasi 3% SK1-5 : skenario 1 dengan inflasi 5% SK1-7 : skenario 1 dengan inflasi 7% SK1-9 : skenario 1 dengan inflasi 9% SK1-11 : skenario 1 dengan inflasi 11% SK1-13 : skenario 1 dengan inflasi 13% SK1-15 : skenario 1 dengan inflasi 15%

SK2-3 : skenario 2 dengan inflasi 3% SK2-5 : skenario 2 dengan inflasi 5% SK2-7 : skenario 2 dengan inflasi 7% SK2-9 : skenario 2 dengan inflasi 9% SK2-11 : skenario 2 dengan inflasi 11% SK2-13 : skenario 2 dengan inflasi 13% SK2-15 : skenario 2 dengan inflasi 15%

Gambar 6. Jumlah Pengeluaran Skenario 1 (SK 1) dan Skenario (SK 2) Sumber: Analisis Data 2014 Catatan: SK1-3 : skenario 1 dengan inflasi 3% SK1-5 : skenario 1 dengan inflasi 5% SK1-7 : skenario 1 dengan inflasi 7% SK1-9 : skenario 1 dengan inflasi 9% SK1-11 : skenario 1 dengan inflasi 11% SK1-13 : skenario 1 dengan inflasi 13% SK1-15 : skenario 1 dengan inflasi 15%

SK2-3 : skenario 2 dengan inflasi 3% SK2-5 : skenario 2 dengan inflasi 5% SK2-7 : skenario 2 dengan inflasi 7% SK2-9 : skenario 2 dengan inflasi 9% SK2-11 : skenario 2 dengan inflasi 11% SK2-13 : skenario 2 dengan inflasi 13% SK2-15 : skenario 2 dengan inflasi 15%

Tabel 1.Analisis Laju Inflasi (dalam jutaan rupiah) skenario 1 Inflasi NPV SK 1 IRR SK 1 BCR SK 1 3% -678.894,90 8,72% 0,76 5% -302.374,68 11,08% 0,90 7% 293.466,56 13,27% 1,08 9% 1.241.202,79 15,36% 1,31 11% 2.729.827,98 17,33% 1,56 13% 5.086.451,10 19,21% 1,82 15% 8.819.059,43 21,02% 2,08 6,1% 0,00 12,33% 1,00 7,99% 710.186,73 14,33% 1,19 Sumber: Analisis Data (2014) Tabel 2.Analisis Laju Inflasi (dalam jutaan rupiah) skenario 2 Inflasi NPV SK 2 IRR SK 2 BCR SK 2 3% -622.699,03 9,05% 0,78 5% -158.098,37 11,69% 0,95 7% 605.441,99 14,20% 1,17 9% 1.888.296,90 16,62% 1,43 11% 4.080.871,77 18,99% 1,74 13% 7.847.617,58 21,28% 2,05 15% 14.421.689,40 23,53% 2,33 5,50% 0,00 12,34% 1,00 7,21% 710.186,7263 14,45% 1,19 Sumber: Analisis Data (2014)

PBP SK 1 > 45 tahun > 45 tahun 36 tahun 28 tahun 24 tahun 22 tahun 20 tahun 45 tahun 31 tahun

PBP SK 2 > 45 tahun > 45 tahun 31 tahun 25 tahun 21 tahun 19 tahun 17 tahun 45 tahun 31 tahun

16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000

NPV

6,000,000 4,000,000 2,000,000

-2,000,000

0%

2%

4% 6% 8% NPV SK 1

Gambar 7. HubunganNPV terhadap Inflasi Sumber: Analisis Data 2014

NPV SK 2

10%

12%

14%

16%

Inflasi

16,000,000

B

A

14,000,000 12,000,000

NPV

10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000

C 0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

-2,000,000 NPV SK 1 Bisnis Plan SK2- NPV=0

NPV SK 2 SK1- NPV = 0 Batas NPV KK

16%

Inflasi

Gambar 8. Garis Batas NPV terhadap Inflasi Sumber: Analisis Data 2014 Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pengaruh inflasi terhadap variabelvariabel finansial maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari dua skenario dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai kelayakan finansial NPV, IRR, BCR, PBP proyek investasi ini dinyatakan layak. 2. Pada skenario 1 nilai NPV sama dengan nol diperoleh pada nilai inflasi sebesar 6,1%, sementara NPV yang diperoleh sebesar Rp. 710.187.000.000, sama dengan bisnis plan jika nilai inflasi 7,99% dengan suku bunga sebesar 12,69% dan nilai IRR 14,33%. 3. Untuk skenario 2 nilai NPV sama dengan nol diperoleh pada nilai inflasi sebesar 5,5%, sementara NPV yang diperoleh sebesar Rp. 710.187.000.000, sama dengan bisnis plan jika nilai inflasi 7,21% dengan suku bunga sebesar 12,6% dan nilai IRR 14,46%. 4. Jika membandingkan skenario 1 dan skenario 2, rata-rata selisih nilai keuntungan skenario 2 lebih besar dibandingkan dengan skenario 1. Nilai inflasi skenario 1 dan skenario 2 lebih besar dari apa yang ditentukan pada bisnis plan. Skenario 2 menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan skenario 1 jika ditinjau pada jumlah pendapatan,

pengeluaran, dan keuntungan. 5. Berdasarkan dua skenario nilai inflasi, dapat disimpulkan bahwa kenaikan tarif setiap tahun meningkatkan nilai parameter kelayakan. Namun kenaikan tarif harus bisa menutupi selisih kenaikan tingkat suku bunga.Sebagai catatan, pada simpulan ini tidak dipertimbangkan secara khusus elastisitas demand jalan tol. Berdasarkan hasil studi ini dapat diusulkan saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan nilai suku bunga saja tidak cukup tanpa mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap nilai discount rate, diperoleh pengaruh positif (peningkatan) pada nilai NPV seiring dengan naiknya inflasi membuktikan bahwa nilai discount rate harus menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperoleh gambaran yang lebih rill akibat perubahan nilai inflasi terhadap kelayakan suatu proyek investasi. 2. Kajian dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mempertimbangkan elastisitas demand jalan tol sebagai fungsi dari tarif dan kinerja jalan tol.

BAB V DAFTAR PUSTAKA



http://pengertiandanartikel.blogspot.co.id/2016/12/tujuan-analisis-risiko.html



http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/bab1/18159.pdf



https://media.neliti.com/media/publications/99413-ID-analisis-resiko-proyekpembangunan-derma.pdf

Related Documents


More Documents from "Diajeng Dwi Rosita"