Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
TUGAS YANG DIMUSEUM SULTAN SURIANSYAH 1.nama sultan Banjar yang pertama dan sisislah keturunannya
Potr Mas Sultan et a
1.
1 520Sultan Suryanullah 154 6
Keterangan * Raja Banjarmasih. Nama lahirnya Raden Samudra, Raja Banjar pertama sebagai perampas kekuasaan yang memindahkan pusat pemerintahan di Kampung Banjarmasih yang menggantikan pamannya raja Pangeran Tumenggung (Raden Panjang), menurutnya dia ahli waris yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Ra den Paksa) dari Kerajaan Negara Daha, padahal ia garis keturunan perempuan (menurut Hikayat Banjar versi resensi I). Setelah turun tahta Pangeran Tumenggung pindah ke daerah Alai beserta seribu penduduk. Sultan Suryanullah dibantu mangkubumiAria Taranggana.[25] Baginda memeluk Islam pada 24 September 1526. Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Sunan Batu Habang. Dalam agama lama, dia dianggap hidup membegawan di alam gaib sebagai sangiang digelari Perbata Batu Habang.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
2.
3.
154 6157 0
157 0159 5
Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah
Sultan Sultan Hidayatullah Ibin Rahmatullah
* Raja Banjarmasih. Sultan Rahmatullah merupakan putera sulung Sultan Suryanullah, sedangkan Pangeran Anom/Pangeran di Hangsana merupakan putera kedua Sultan Suryanullah. Pangeran Anom/Pangeran di Hangsana menjabat sebagai Dipati. Sultan Rahmatullah dibantu mangkubumi Aria Taranggana.[25] Makam Sultan Rahmatullah terdapat di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Putih.
* Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Anggadipa.[25] Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan gelar anumerta Panembahan Batu Irang. Puteranya Raden Bagus dilantik sebagai raja muda dengan gelar Ratu Bagus, belakangan Ratu Bagus ditawan di Tuban oleh Sultan Mataram dan baru dibebaskan pada masa Sultan Mustain Billah. Trah keturunan Sultan Hidayatullah I menjadi Datu-datu Taliwang dan Sultansultan Sumbawa. Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II/Gusti Mesir Abdurrahman/Dewa Pangeran (Sultan Sumbawa (1763 - 1766) merupakan seorang keturunan
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Raja Banjar yang menjadi menantu Sultan Sumbawa. Kemudian dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa berikutnya oleh Datu Taliwang (raja daerah Taliwang yang juga keturunan Raja Banjar Sultan Hidayatullah I)
4.
159 5164 1
Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I
* Raja Banjarmasih/Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Senapati, diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia bukanlah anak dari permaisuri meskipun ia anak tertua. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Jayanagara, dilanjutkan sepupunya Kiai Tumenggung Raksanagara. Gelar lain : Raden Kushil/Gusti Kacil/Pangeran Senapati/Panembahan Marhum/Raja Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Marhum Panembahan. Dia memindahkan ibukota ke sebelah hulu setelah mendapat serangan dari VOC Belanda dan memberi nama ibukota baru Martapura.[25]Oleh Suku Dayak yang menghayati Kaharingan baginda dianggap hidup sebagai sangiang di Lewu Tambak Raja dikenal sebagai Raja Helu Maruhum Usang. Pada bulan Oktober 1641 baginda mengirim
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
utusan yang membawa hadiah persembahan (bukan upeti) kepada Sultan Mataram sebagai tanda persahabatan. Sekitar tahun 1635 hubungan Banjar dan Mataram mengalami ketegangan, namun mulai membaik sejak tahun 1637. Keturunannya menjadi Sultan-sultan Banjar dan Pangeran Ratu Kotawaringin.
5.
164 1164 6
Pangeran Dipati Tuha 1 bergelar Sultan Inayatullahbin Sultan Mustain Billah
* Raja Martapura. Sultan Inayatullah (Pangeran Dipati Tuha [ke-1]) merupakan putera sulung Sultan Mustain Billah, sedangkan Pangeran Dipati Anom [ke-1] merupakan putera kedua Sultan Mustain Billah. Setelah dilantik sebagai mangkubumi/Kepala Pemerintahan maka Pangeran Dipati Anom [ke-1] memperoleh gelar Pangeran di Darat. Sultan Inayatullah juga bergelar Ratu Agung. Ia dimakamkan di Kampung Keraton, Martapura. Pan geran Dipati Anta-Kasuma putera ketiga Sultan Mustain Billah kemudian dilantik menjadi raja daerah di wilayah perbatasan sebelah barat yang disebut Kerajaan Kotawaringin
.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
6.
7.
164 6166 0
166 0166 3
Pangeran Kasuma Alam bergelar Sultan Saidullahbin Sultan Inayatullah
Pangeran Tapesana bergelar Sultan Ri'ayatullahbin Sultan Mustain Billah
* Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Kasuma Alam. Sultan Saidullah memiliki saudara sebapak yaitu Raden Kasuma Lelana. Kepala Pemerintahan/mangkubumi tetapa dipegang Pangeran di Darat yang kini bergelar Panembahan di Darat. Setelah wafatnya Panembahan di Darat jabatan mangkubumi dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati AntaKasuma, terakhir dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit). Terdapat masa kekosongan Sultan selama setahun sebelum dia ditabalkan, dan menjalankan "kekuasaan" saat itu adalah mangkubumi Pangeran di Darat.[25] Gelar lain : Wahidullah/Ratu Anum/Ratu Anumdullah/Sultan Ratu. Sultan Ratu memiliki dua putera yaitu Pangeran Suria Angsa (Raden Bagus/Sultan Amrullah) dan Pangeran Suria Negara (Raden Basus/Pangeran Dipati Tuha).[87] Keturunannya menjadi Raja-raja Banjar dan Tanah Bumbu.
* Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Halit. Ia sebagai temporary king/badal menjadi pelaksana tugas bagi Raden Bagus, Putra Mahkota yang belum dewasa. Sebagai Penjabat Sultan dengan gelar resmi dalam khutbah Sultan Rakyatullah (Rakyat Allah). Pemerintahannya dibantu
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
mangkubumi keponakan tirinya Pangeran Mas Dipati bin Pangeran Dipati Antasari. Gelar lain : Pangeran Dipati Tapasena/Pangeran Mangkubumi/Panembahan Sepuh/Tahalidullah/Dipati Halit. Pada tahun 1663 ia dipaksa menyerahkan tahta kepada cucu tirinya Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung yang berpurapura akan menyerahkan tahta kepada Putra Mahkota Raden Bagus tetapi ternyata untuk dirinya sendiri yang hendak menjadi Sultan.[25]
8.
166 3167 9
Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah
* Nama lahirnya Raden Bagus. Masa pemerintahannya sering ditulis tahun 1660-1700. Pada tahun 1660-1663 ia diwakilkan oleh Sultan Rakyatullah dalam menjalankan pemerintahan karena ia belum dewasa. Pada tahun 1663 paman tirinya Pangeran Dipati Anom II/Sultan Agung merampas tahta dari Sultan Rakyatullah, yang semestinya dirinyalah sebagai ahli waris yang sah sebagai Sultan Banjar berikutnya.[25] Sementara itu ia telah dilantik oleh Pangeran Tapesana/Sultan Rakyatullah dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma. Tahun 1663-1679 ia sebagai raja pelarianyang memerintah dari pedalaman
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
9.
Pangeran Kasuma 166 Lelana bergelar Sultan 3Agung/Pangeran Suria 167 Nata (ke-2) bin Sultan 9 Inayatullah
10.
Pangeran Suria Angsa 167 bergelar Sultan 9- Amarullah Bagus 170 Kasuma (Sulthan 0 Tahlilloellah 1 ?) bin Sultan Saidullah
* Raja Banjarmasih. Nama lahirnya Raden Kasuma Lalana. Mengkudeta/mengambil hak kemenakannya Raden Bagus sebagai Sultan Banjar. Ia dengan bantuan suku Biaju, memindahkan pusat pemerintahan ke Sungai Pangeran(Banjarmasin). Pemerintahannya dibantu mangkubumi Pangeran Aria Wiraraja, putera Pangeran Ratu. Sebagai raja muda ditunjuk adik kandungnya, Pangeran Purbanagara. Ia berbagi kekuasaan dengan saudara kakeknya Pangeran Ratu (Sultan Rakyatullah) yang kembali memegang pemerintahan Martapura sampai mangkatnya pada 1666. Gelar lain : Pangeran Dipati Anom II
* Raja Kayu Tangi. Ia sempat lari ke daerah Alay (1663-1679) kemudian menyusun kekuatan dan berhasil membinasakan pamannya tirinya Sultan Agung beserta anaknya Pangeran Dipati, kemudian naik tahta kedua kalinya. Saudara tirinya Raden
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Basus/Suria Negara/Pangeran Dipati Tuha diangkat sebagai Raja daerah Negara, yang kemudian membangun kerajaan Tanah Bumbu dengan wilayah dari Tanjung Aru sampai Tanjung Silat yang diperuntukan bagi anaknya yaitu Pangeran Mangu, anak lainnya Pangeran Citra menjadi Sultan Kelua
Pangeran Suria Alam bergelar Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amarullah Bagus Kasuma
11.
170 0171 7
12.
171 Panembahan Kusuma
* Raja Kayu Tangi. Tahmidullah I (Sulthan Tahlilloellah 2 ?) memiliki dua putera dewasa, yang tertua adalah Sultan Ilhamidullah/Sultan Kuning/Sultan Badarul Alam dan yang kedua Sultan Sepuh/Tamjidullah I.[88][89] Sedangkan penguasa daerah Negara dijabat oleh Pangeran Mas Dipati[90]Trah keturunan Sultan Tahmisillah I menjadi Sultan-sultan Sumbawa. Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II/Gusti Mesir Abdurrahman/Dewa Pangeran (Sultan Sumbawa (1763 - 1766) merupakan seorang putera dari Pangeran Aria bin Sultan Tahmidillah (ke-1). Sebagai menantu Sultan Sumbawa. kemudian dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa berikutnya oleh Datu Taliwang (raja daerah Taliwang yang juga keturunan Raja Banjar Sultan Hidayatullah I).
* Raja Kayu Tangi. Ia adalah
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
7- Dilaga 173 0
13.
14.
Pangeran Suria Dilaga 173 bergelar Sultan il0Hamidullah/Sultan 173 Kuning bin Sultan 4 Tahmidullah I
mangkubumi dan adik sultan sebelumnya. Iparnya yang bernama Raden Jaya Negara dilantik sebagai penguasa daerah Negara
* Raja Kayu Tangi. Gelar lain : Sultan Kuning atau Pangeran Bata Kuning.[92] Panglima perang dari La Madukellengmenyerang Banjarmasin pada tahun 1733
* Raja Kayu Tangi. Gelar lain: Sultan Sepuh/Panembahan Badarulalam.[92] Raja Kayu Tangi. Ia semula mangkubuminya Sultan Kuning, kemudian setelah mangkatnya Sultan Kuning, ia bertindak sebagai wali Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah gelar Ratu Anom yang belum dewasa. Tamjidullah I yang bergelar Sultan 173 Sepuh ini berusaha Sultan Banjar 4- Sultan Tamjidullah I bin tetap dipegang pada dinasti garis 175 Sultan Tahmidullah I keturunannya. Adiknya Pangeran 9 Nullah (Penembahan Hirang) dilantik sebagai mangkubumi.[93] Tamjidullah I mangkat 1767
. 15.
175 9176 1
Sultan Muhammadillah/Muham mad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-
* Raja Kayu Tangi. Ia menggantikan mertuanya Sultan Sepuh/Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar. Setelah itu mantan
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Hamidullah/Sultan Kuning
16.
Sultan Sepuh tidak lagi memakai gelar Sultan tetapi hanya sebagai Panembahan. Sebagai mangkubumi adalah Pangeran Nata dengan gelar Ratu Dipati, putera Sultan Sepuh. Gelar lain : Sultan Muhammadillah/Sultan Aminullah/Muhammad Iya'uddin Aminullah/Muhammad Iya'uddin Amir ulatie ketika mangkat anakanaknya masih belum dewasa, tahta kerajaan kembali dibawah kekuasaan Tamjidillah I tetapi dijalankan oleh anaknya Pangeran Nata Dilaga sebagai wali Putra Mahkota.
* Raja Kayu Tangi. Tahun 1771 ia memindah ibukota ke Martapura yang dinamakan Bumi Selamat. Semula sebagai wali Putra Mahkota dengan gelar Panembahan Kaharuddin Halilullah. Pamannya yang bernama Pangeran Mas menjadi mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (mangkubumi Sultan Tahmidullah II). Ratu Anom Kasuma Yuda kemudian wafat dan 176 Sunan Nata digantikan Ratu Anom Ismail atau 1- Alam(Pangeran Ratu Anom 180 Mangkubumi) bin Sultan Mangkudilaga.[93] Gelar lain : 1 Tamjidullah I Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam (1772)/Pangeran Nata Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah(1762)/Amirul Mu'minin Abdullah(1762)/Sunan Sulaiman Saidullah I(1787)/Panembahan Batu (1797)/Panembahan Anom. Mendapat bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan Arung Trawe/Petta To Rawe pimpinan suku Bugis-Paser yang mengalami kegagalan, kemudian Pangeran Amir menjalin hubungan dengan suku Bakumpai dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka. Sebagai balas jasa kepada VOC maka dibuat perjanjian 13 Agustus 1787 yang menyebabkan Kesultanan Banjar menjadi vazal VOC atau daerah protektorat, bahkan pengangkatan Sultan Muda dan mangkubumi harus dengan persetujuan VOC. Sultan Tahmidullah II mempunyai saudara perempuan bernama Ratu Laiya yang menikah dengan Sultan Muhammad dari Sumbawa.
17.
180 1182 5
Sultan Sulaiman alMutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II
* Menurut tradisi suksesi di kesultanan Banjar yang berlaku saat itu, maka putera sulung dari permaisuri akan dilantik sebagai Sultan Muda dan putera kedua akan dilantik sebagai mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) untuk menggantikan mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia. Baginda dilantik sebagai Sultan Muda atau Pangeran Ratu Sultan Sulaiman sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun. Adiknya yaitu Pangeran Mangku
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Dilaga/Pangeran Ismail kemudian dilantik sebagai mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Mangku Dilaga/Ratoe Anom Ismail. Belakangan Ratoe Anom Ismail dihukum bunuh oleh Sultan Sulaiman Saidullah karena diduga akan merencanakan kudeta, sehingga jabatan mangkubumi berikutnya jatuh kepada putera kedua Sultan Sulaiman Saidullah yang bernama Pangeran Husin. Sebagai mangkubumi Pangeran Husin bergelar Pangeran Mangku Bumi Nata, jadi ia merupakan adik Sultan Adam - anak sulung Sultan Sulaiman Saidullah.[95] Pada masa itu wilayah Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris, namun Inggris melepaskan kekuasaannya atas Banjarmasin. Kemudian Pemerintahan Hindia Belanda datang kembali ke Banjarmasin untuk menegaskan kekuasaannya. Sultan Sulaiman digantikan anaknya Sultan Adam. Keturunannya menjadi Sultan Banjar dan rajaraja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut. Di antaraputera-puterinya adalah Ratu Mashud (ibunda Pangeran Antasari) dan Pangeran Singosari yang menurunkan Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
18.
182 5185 7
Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman alMutamidullah
* Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1782, selanjutnya ia menggantikan ayahandanya sebagai Sultan Banjar. Ia dibantu adiknya Pangeran Husin bergelar Pangeran Mangku Bumi Nata sebagai mangkubumi. Setelah wafatnya Pangeran Mangku Bumi Nata maka putera kedua Sultan Adam yaitu Pangeran Noh dilantik sebagai mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) dengan gelar Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana oleh Belanda pada 1842, sedangkan putera sulung yaitu Pangeran Ratu dilantik sebagai Sultan Muda dengan gelar Sultan Muda Abdul Rahman. Untuk memperoleh calon Pangeran Mahkota berikutnya maka Sultan Muda dinikahkan dengan sepupunya putri dari mangkubumi.[96] Setelah wafatnya Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana maka pemerintah kolonial Belanda melantik putera dari selir Sultan Muda Abdul Rahman yang bernama Pangeran Tamjidillah (ke2) untuk mengisi jabatan mangkubumi (pada saat Sultan Muda Abdul Rahman masih hidup). Ketika Sultan Muda Abdul Rahman mangkat (sebelum sempat menjabat sebagai Sultan Banjar) maka Belanda melantik Tamjidullah II sebagai Sultan Muda sejak 8 Agustus 1852 sambil merangkap jabatan mangkubumi yang sudah dijabat sebelumnya. Hal ini melanggar adat keraton biasanya
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
mangkubumi dan Sultan Muda dijabat oleh orang yang berbeda, karena sepatutnya Sultan Muda dijabat oleh putera sulung dari permaisuri. Sultan Adam menolak pengangkatan Tamjidullah II sebagai Sultan Muda, karena ia menginginkan Pangeran Hidayatullah II untuk jabatan tersebut. Namun setelah wafatnya Sultan Adam, malahan Pangeran Tamjidullah II tetap dilantik pemerintah kolonial Belanda sebagai Sultan Banjar untuk menggantikan sultan Adam, dan sehari kemudian Tamjidullah II menandatangani surat pengasingan pamannya sendiri Pangeran Prabu Anomuntuk diasingkan ke Bandung pada 23 Februari 1858. Tahun 1853 Sultan Adam sebenarnya sudah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidullah II sebagai Sultan Muda (calon Sultan) dibatalkan. Sebagai tandingan Sultan Muda Tamjidullah, tahun 1855 Sultan Adam melantik puteranya Pangeran Prabu Anom (adik almarhum Sultan Muda Abdul Rahman) sebagai Raja Muda. Kemudian Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang menunjuk cucunya Hidayatullah II sebagai Sultan Banjar penggantinya dan Pangeran Prabu Anom sebagai Mangkubumi, surat wasiat inilah yang menjadi dasar perlawanan segenap bangsawan dan rakyat Banjar terhadap kolonial Hindia Belanda
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
19.
*Sejak 1851 ia dilantik Belanda sebagai mangkubumi (sewaktu Sultan Muda Abdurrahaman masih hidup) untuk menggantikan Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana (adik Sultan Muda Abdurrahaman) yang meninggal dunia, tidak hanya itu kemudian pada tahun 1852 ia dilantik Belanda menjadi Sultan Muda (merangkap mangkubumi) menggantikan ayahnya Sultan Muda Abdurrahman yang mangkat pada 5 Maret 1852, walaupun pelantikannya sebagai Sultan Muda ini tidak disetujui kakeknya Sultan Adam. Pada 3 November 1857 Tamjidullah II diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal ia anak selir Sultan Tamjidullah II al- meskipun ia sebagai anak tertua 185 Watsiq Billah bin dan kemudian Belanda 7Pangeran Ratu Sultan mengangkat Hidayatullah II 185 Muda Abdur Rahman bin sebagai mangkubumi. Jalur 9 Sultan Adam suksesi menurut tradisi kesultanan Banjar, untuk promosi jabatan putera-putera dari seorang Sultan yang bertahta, maka putera permaisuri yang sulung dilantik sebagai Sultan Muda dan seorang putera yang lainnya akan dilantik sebagai mangkubumi (jabatan bergengsi kedua setelah Sultan). Pelantikan Tamjidullah II ini sengaja dibuat salah oleh Belanda. Tamjidullah II memiliki tanah lungguh di Kota Banjarmasin karena itu sebagian rakyat dan ulama Banjarmasin mendukungnya. Banjarmasin menurut tradisi berada di bawah otoritas putera tertua Sultan. Pengangkatan Tamjidullah II ditentang segenap bangsawan karena menurut wasiat semestinya
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Hidayatullah II sebagai Sultan karena ia anak permaisuri. Pada 25 Juni 1859, Hindia Belanda memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar kemudian mengirimnya ke Bogor. Sultan Seman, mertua Tamjidullah II ditangkap dan dihukum gantung dengan empat orang pengikutnya dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Sebagai pengganti jabatan Sultan Banjar yang kosong, Belanda melantik komisi pemerintahan kerajaan yang terdiri atas Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Muhammad Tambak Anyar. Sementara Sultan Muda menghindari penangkapan Belanda melarikan diri ke pulau Sumatera.
20.
* Nama lahirnya adalah Gusti Andarun, kemudian sebagai mangkubumi ia memakai gelar Pangeran Hidayatullah. Ia dikenal sebagai Sultan tanpa mahkota. Sesuai wasiat Sultan Adam ia sebagai Sultan Banjar penggantinya. Pada 9 Oktober Sultan Hidayatullah 185 1856 ia dilantik Belanda sebagai Halilillahbin Pangeran 9mangkubumi tetapi diam-diam ia Ratu Sultan Muda Abdur 186 menjadi oposisi Tamjidullah II, Rahman bin Sultan 2 misalnya dengan mengangkat Kiai Adam Adipati Anom Dinding Raja (Jalil) sebagai tandingan adipati Banua Lima Kiai Adipati Danu Raja yang berada di pihak Belanda/Sultan Tamjidullah II. Pangeran Hidayatullah II memiliki tanah lungguh meliputi Alai, Paramasan, Amandit, Karang Intan, Margasari
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
dan Basung. Perjuangan Sultan Hidayatullah II dibantu oleh tangan kanannya Demang Lehman yang memegang pusaka kerajaan Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.[98] Ketika berada di Banua Lima pada bulan September 1859, ia dilantik di Amuntai oleh rakyat Banua Lima sebagai Sultan Banjar, dan Pangeran Wira Kasuma sebagai mangkubumi. Pelantikan ini untuk memenuhi angan-angan rakyat Banua Lima walaupun bersifat marjinal karena pada dasarnya seluruh wilayah berada dalam kekuasaan Belanda. Penobatanya ini pada umumnya disetujui pula oleh rakyat yang berada di Banua Lima maupun di luar Banua Lima. Pada tanggal 11 Juni1860, Residen I.N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan Kesultanan Banjar yang digantikan komisi kerajaan dibawah Pangeran Suria Mataram (anak Sultan Adam) dan Pangeran Mohammad Tambak Anyar (anak Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana). Sultan Hidayatullah II pada 2 Maret 1862 dibawa dari Martapura dan diasingkan ke Cianjur
21.
Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin 186 Sultan Amir[99] bin 2 Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah
* Raja Bakumpai dan Tanah Dusun. Pada 14 Maret 1862, yaitu setelah 11 hari Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, rakyat Tanah Dusun, Siang dan Murung memproklamasikan pengangkatan
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Pangeran Antasari sebagai pimpinan tertinggi dalam kerajaan Banjar dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Khalifah ini dibantu Tumenggung Surapati sebagai panglima perang. Pusat perjuangan di Menawing, pedalaman sungai Barito, Murung Raya, Kalteng. Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, wafat 11 Oktober 1862 di kampung Sampirang, Bayan Begak, karena penyakit cacar. Dimakamkan kembali 11 November 1958 di Komplek Makam Pangeran Antasari, Banjarmasin
22.
Sultan Muhammad 186 Semanbin Pangeran 2Antasari Panembahan 190 Amiruddin Khalifatul 5 Mukminin
* Raja Pagustian/Kastapura[100] . Sebagai kepala Pemerintahan Pagustian menerusk an perjuangan ayahnya, Pangeran Antasari melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti Muhammad Said sebagai mangkubumi dan Panglima Batur sebagai panglima perang. Ia melantik menantunya Pangeran Perbatasari bin Panembahan Muhammad Said sebagai Mangkubumi menggantika n almarhum ayahandanya. Pangeran Perbatasari tertangkap
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
di daerah Pahu, Kutai Barat dan dibuang ke Kampung Jawa Tondano. Sultan Muhammad Seman sempat mengirim Panglima Bukhari ke Kandangan untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman gugur pada 24 Januari 1905 ditembak Belanda yang mengakhiri Perang Banjar dan banyak para pahlawan pejuang yang tertangkap, Pangeran Aminullah (menantu Pangeran Prabu Anom) dibuang ke Surabaya, Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu, dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah Gusti Berakit. Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan Gubernur Haga, Pimpinan Pemerintahan Civil, Pangeran Musa Ardi Kesuma (Ridzie Zaman Jepang), Pangeran Muhammad Noor (Gubernur Kalimantan I), sekarang menjadi Provinsi Kalimantan Selatan.
23.
Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim 201 Billah bin Gusti Jumri 0 bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari
*Sultan Haji Khairul Saleh AlMu'tashim Billah zuriat dari Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman. Pada masa kemelut Perang Banjar, hanya Pangeran Singosari (saudara Sultan Adam)
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
bin Sultan Sulaiman alMu'tamidullah
dan Pangeran Surya Mataram (anak Sultan Adam) yang masih dipercaya oleh rakyat Banjar sebagai tempat mengadukan segala permasalahan pada masa itu. Pangeran Singosari merupakan "perwakilan" Kesultanan Banjar di Banua Lima. Setelah lama mengalami kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang Tarandam" untuk menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi Adat, para zuriat yang tergabung dalam Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB), pada 24 Juli 2010 resmi menganugerahkan gelar Pangeran dan menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai Raja Muda Banjar dan seterusnya diangkat menjadi Sultan Banjar.
2. nama pusat pemerintahan kerajaan banjar Dalam perjalanan sejarah ketetapan wilayah Kesultanan Banjar tersebut tidak dapat dilihat dengan jelas dengan batas yang tetap karena dipengaruhi oleh keadaan yang tidak stabil dan batas wilayah yang fleksibel disebabkan oleh berkembangnya atau menurunnya kekuasaan Sultan Banjar.
Sejak ibukota dipindahkan ke Daerah Martapura[47] maka kota Martapura sebagai Kota Raja merupakan wilayah/ring pertama dan pusat pemeritahan Sultan Banjar.
Wilayah teritorial/ring kedua, Negara Agung terdiri dari :
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. 1. Tanah Laut atau Laut Darat terdiri : 1. Satui 2. Tabunio. Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787. 3. Maluka, daerah yang dikuasai Inggris pada 1815 – 1816 yaitu Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai. 2. Daerah Banjar Lama/Kuin (Banjarmasin bagian Utara) dan Pulau Tatas (Banjarmasin bagian Barat). Tahun 1709[48][49] atau Tahun 1747 Belanda mendirikan benteng di Pulau Tatas (Banjarmasin bagian barat) merupakan daerah yang mula-mula dimiliki VOC_Belanda.[50] Pulau Tatas termasuk daerah yang diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787, selanjutnya Mantuil sampai Sungai Mesa diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826, sedangkan Banjar Lama (Kuin) sampai perbatasan daerah Margasari masih tetap sebagai wilayah kesultanan sampai 1860. 3. Margasari. Wilayah kerajaan sampai 1860. 4. Banua Ampat artinya banua nang empat yaitu Banua Padang, Banua Halat, Banua Parigi dan Banua Gadung. Wilayah kesultanan sampai 1860. 5. Amandit. Wilayah kerajaan sampai 1860. 6. Labuan Amas. Wilayah kerajaan sampai 1860. 7. Alay. Wilayah kerajaan sampai 1860. 8. Banua Lima artinya lalawangan nang lima yaitu Negara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua. Wilayah kerajaan sampai 1860. 9. Pulau Bakumpai yaitu tebing barat sungai Barito dari kuala Anzaman ke hilir sampai kuala Lupak. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 bersama daerah Pulau Burung. 10. Tanah Dusun yaitu dari kuala Marabahan sampai hulu sungai Barito. Pada 13 Agustus 1787, Dusun Atas diserahkan kepada VOC-Belanda tetapi daerah Mengkatip (Dusun Hilir) dan Tamiang Layang (Dusun Timur) dan sekitarnya tetap termasuk daalam wilayah inti Kesultanan Banjar hingga dihapuskan oleh Belanda tahun 1860.
Teritorial/ring ketiga, yaitu Mancanegara, dengan tambahan kedua daerah ini merupakan wilayah asal Kesultanan Banjar sebelum pemekaran yang terdiri dari : Wilayah Barat yaitu wilayah Negara bagian Kotawaringin dan Tanah Dayak (Biaju) yaitu meliputi daerah Kerajaan Kotawaringin (dengan distrikdistriknya: Jelai dan Kumai), Pembuang, Sampit, Mendawai serta daerah milik Kotawaringin di Kalbar yang dihuni Dayak Ot Danum yaitu Lawai atau Pinoh (sebagian Kabupaten Melawi) yang letaknya bersebelahan dengan kawasan udik sungai Katingan/Mendawai dan berbatasan dengan Kerajaan Sintang. Perbatasan Kerajaan Kotawaringin dengan Kerajaan Sukadana/Matan terletak di Tanjung Sambar. Juga turut diklaim wilayah Tanah Dayak (Rumpun Ot Danum), yang berpusat mandala di udik sungai Kahayan (Tumbang Anoi) yaitu daerah-daerah suku Dayak Biaju dan Dayak Pari (Ot Danum) beserta semua daratan yang takluk kepadanya. Semua distrik-distrik di wilayah Tanah Kotawaringin dan Tanah Dayak diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Agustus 1787. Secara resmi daerah-daerah Dayak pedalaman tersebut diduduki Belanda sejak Perjanjian Tumbang Anoi pada Tahun 1894. Wilayah Timur (Kalimantan Tenggara) : yaitu Negara bagian Paser dan Negara bagian Tanah Bumbu. Kerajaan Paser didirikan oleh seorang panglima Kerajaan Banjar atau Kuripan-Daha, sehingga sejak semula takluk kepada Kesultanan Banjar, namun belakangan berada di bawah pengaruh La Madukelleng. Tahun 1703 Tanah Paser berubah dari pemerintahan Panembahan menjadi kesultanan, daerah ini diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan dimulai pada masa Sultan Paser Sultan Mahmud Han menjalin kontrak politik dengan Hindia Belanda. Kerajaan Tanah Bumbu didirikan Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah, yang pada mulanya mencakup kawasan mulai Tanjung Aru sampai Tanjung Silat, belakangan wilayah intinya terutama terdiri atas 7 divisi: Cengal (Pamukan), Manunggul, Sampanahan, Bangkalaan (Kelumpang), Cantung, Buntar-Laut dan Batulicin. Pada bulan Juli 1825, Raja Aji Jawi, penguasa Tanah Bumbu yang memiliki 6 daerah (Cengal, Manunggul, Sampanahan, Bangkalaan, Cantung, Buntar-Laut) membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda yang menjadikan Tanah Bumbu sebagai swapraja. Tahun 1841, negeri Sampanahan di bawah Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjadi swapraja terpisah dari wilayah Tanah Bumbu lainnya. Tahun 1846 BuntarLaut dianeksasi/diintegrasikan oleh penguasa Cantung yang kelak menjadi swapraja tersendiri terpisah dari wilayah Tanah Bumbu di bawah Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung dan Buntar-Laut. Negeri Batulicin di bawah Pangeran Aji Musa, kemudian digantikan puteranya Pangeran Abdul Kadir yang kelak mendapatkan negeri Kusan dan Pulau Laut. Kerajaan Kusan pada mulanya didirikan Sultan Amir bin Sultan Muhammadillah rival Sunan Nata Alam dalam memperebutkan tahta Kesultanan Banjar. Sultan Banjar melantik Hasan La Pangewa sebagai kapten suku Bugis bergelar Kapitan Laut Pulo sebagai penguasa Pagatan setelah ia berhasil mengusir Sultan Amir dari Kerajaan Kusan. Di masa Arung Botto, Raja Pagatan menjalin kontrak sebagai swapraja di bawah Hindia Belanda. Belakangan wilayah Kusan digabung dengan Tanah Pagatan dan kemudian Hindia Belanda membentuk pula swapraja Sabamban. Wilayah Kalimantan Tenggara ini diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787, ditegaskan lagi pada tahun 1826. Pada akhir abad ke-19 Hindia Belanda menjadikannya Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan 11 swapraja yang meliputi Kesultanan Paser dan wilayah Tanah Bumbu (Sabamban, Kusan, Pagatan, Batu Licin, Pulau Laut dengan Pulau Sebuku, Bangkalaan, Cantung dengan BuntarLaut, Sampanahan, Manunggul, Cengal). Semua kerajaan ini termasuk ke dalam Borneo Timur di bawah Asisten Residen yang berkedudukan di Samarinda sejak tahun 1846.
Teritorial/ring keempat, adalah Pesisir yaitu daerah terluar, maka dengan tambahan kedua wilayah ini teritorial kerajaan semakin bertambah luas lebih kurang sama dengan Provinsi Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. Perjanjian Sultan Tamjidullah I dengan VOC pada 20 Oktober 1756 yang berencana untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang melepaskan diri yaitu Sanggau, Sintang, Lawai, Paser, Kutai dan Berau. Daerah Pesisir terdiri dari :[51] Pesisir Timur disebut tanah yang di atas angin meliputi kawasan timur Kalimantan dan jika digabung dengan kawasan selatan Kalimantan menjadi Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda.[52] Kerajaan-kerajaan di Kaltim tergolang sebagai negara dependen di dalam Kesultanan Banjar.[53] 1. Wilayah Negara bagian Kutai. Tahun 1735 Kerajaan Kutai Kartanegara berubah dari pemerintahan Pangeran Adipati menjadi kesultanan. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826. Tahun 1844 Sultan Kutai mengakui kedaulatan Hindia Belanda. 2. Wilayah Negara bagian Berau/Kuran (sejak 1810-an terbagi menjadi Gunung Tabur dan Tanjung) beserta daerah-daerah Berau yang melepaskan diri pada abad ke-18 dan bawah pengaruh Kesultanan Sulu (& Brunei) yaitu Tanah Bulungan dan Tanah Tidung. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826.[54] 3. Wilayah terluar di timur yang telah lama melepaskan diri dan kemudian di bawah pengaruh Brunei yaitu Negara bagian Karasikan atau Buranun/Banjar Kulan (Banjar Kecil).[43][55][56][57][5][58][59]
Pesisir Barat disebut tanah yang di bawah angin meliputi kawasan barat Kalimantan yang kemudian menjadi Karesidenan Borneo Barat pada masa kolonial Hindia Belanda.
1. Wilayah Batang Lawai atau sungai Kapuas (Negara bagian Sanggau, Negara bagian Sintang dan Negara bagian Lawai).[60] Wilayah Batang Lawai mengirim upeti melalui anak-anak sungai Melawi dilanjutkan dengan jalan darat menuju sungai Katingan yang bermuara ke laut Jawa dilanjutkan perjalanan laut dekat sungai Barito di Banjarmasin. Kerajaan Sintang mulai diperintah Dinasti Majapahit semenjak pernikahan Patih Logender dari Majapahit dengan Dara Juanti (Raja Sintang ke-9). Tahun 1600 Raja Sintang mengirim utusan ke Banjarmasin untuk menyalin kitab suci Al-Quran. Kerajaan Sintang dan Mlawai (Kabupaten Melawi) dan Jelai termasuk daerah yang diserahkan oleh Sultan Adam kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826. Mlawai sebelumnya termasuk daerah-daerah yang diserahkan oleh Sunan Nata Alam kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787. Belakangan Tanah Sanggau ditaklukan dan berada di bawah supremasi pemerintahan Sultan Pontianak (protektorat VOC Belanda). 2. Wilayah Negara bagian Sukadana/Tanjungpura (sebagian besar Kalbar)[61] Kerajaan Sukadana/Tanjungpura diperintah oleh Dinasti Majapahit. Kerajaan Sukadana menjadi vazal sejak era Kerajaan Banjar-Hindu. Sejak pernikahan Raden Saradewa/Giri Mustaka dengan Putri Gilang (Dayang
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. Gilang) cucu Sultan Mustainbillah maka sebagai hadiah perkawinan Sukadana/Matan dibebaskan dari membayar upeti.[25] Saat itu Raja Sukadana memiliki bisnis dan tinggal di Banjarmasin dan termasuk anggota Dewan Mahkota. Pada tahun 1622, kerajaan Sukadana berubah dari pemerintahan Panembahan menjadi kesultanan, selanjutnya Panembahan Giri Mustaka bergelar Sultan Muhammad Safi ad-Din. Pada tahun 1661 Sukadana/Matan terakhir kalinya Sukadana mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar. Di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin kembali mengirim upeti sebagai daerah perlindungan Kesultanan Banjar. Kemudian Sukadana dianggap sebagai vazal Kesultanan Banten setelah mengalami kekalahan dalam perang Sukadana-Landak pada tahun 1700 (dimana Landak dibantu Banten & VOC), kemudian Banten menyerahkan Landak (vazal Banten) dan Tanah Sukadana/Tanjungpura (sebagian besar Kalbar) kepada VOC-Belanda pada 26 Maret 1778, kemudian diserahkan oleh VOC di bawah supremasi pemerintahan Sultan Pontianak, karena itu gelar Sultan untuk penguasa Sukadana/Matan diubah menjadi Panembahan[62] 3. Wilayah terluar di barat adalah Negara bagian Sambas. Menurut Hikayat Banjar, sejak era pemerintahan kerajaan Banjar-Hindu, wilayah Sambas kuno menjadi taklukannya dan terakhir kalinya Pangeran Adipati Sambas (Panembahan Sambas) mengantar upeti dua biji intan yang besar yaitu si Misim dan si Giwang kepada Sultan Banjar IV Marhum Panembahan (15951642).[25][63][64] Pada 1 Oktober 1609, negeri Sambas menjadi daerah protektorat VOC-Belanda dan lepas dari pengaruh kesultanan Banjar. Intan Si Misim kemudian dipersembahkan oleh Sultan Banjar kepada Sultan Agung, raja Mataram pada bulan Oktober tahun 1641 yang merupakan persembahan (bukan upeti) terakhir yang dikirim kepada pemerintahan di Jawa (Kesultanan Mataram).[65][66][67] Semula Kerajaan Sambas diperintah oleh Dinasti Majapahit yang bergelar Pangeran Adipati/Panembahan Sambas, selanjutnya mulai tahun 1675 Tanah Sambas diperintah oleh Dinasti Brunei dan berubah menjadi kesultanan bernama Kesultanan Sambas. Tahun 1855 Sambas digabungkan ke dalam Hindia Belanda sebagai ibukota dari Karesidenan Sambas, yang membawahi kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat.[68]
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Penghuni pertama Kalimantan Selatan diperkirakan terkonsentrasi di desadesa besar, di kawasan pantai kaki Pegunungan Meratus yang lambat laun berkembang menjadi kota-kota bandar yang memiliki hubungan perdagangan dengan India dan Cina. Dalam perkembangannya, konsentrasi penduduk juga terjadi di aliran Sungai Tabalong. Pada abad ke 5 M, diperkirakan telah berdiri Kerajaan Tanjungpuri yang berpusat di Tanjung, Tabalong. Jauh beberapa abad kemudian, orang-orang Melayu dari Sriwijaya banyak yang datang ke kawasan ini. Mereka memperkenalkan bahasa dan kebudayaan Melayu sambil berdagang. Selanjutnya, kemudian terjadi asimilasi dengan penduduk tempatan yang terdiri dari suku Maanyan, Lawangan dan Bukit. Maka, kemudian berkembang bahasa Melayu yang bercampur dengan bahasa suku-suku daerah tempatan, yang kemudian membentuk bahasa Banjar Klasik. Untuk mengetahui sejarah Banjar lebih lanjut, historiografi tradisional masyarakat tempatan sangat banyak membantu. Di antara sumber yang paling populer adalah Hikayat Lambung Mangkurat, atau Hikayat Banjar. Berdasarkan sumber tersebut, di daerah Banjar telah berdiri Kerajaan Hindu, yaitu Negara Dipa yang berpusat di Amuntai. Kemudian berdiri Negara Daha yang berpusat di daerah sekitar Negara sekarang. Menurut Hikayat Banjar tersebut, Negara Dipa adalah kerajaan pertama di Kalimantan Selatan. Cikal bakal Raja Dipa bisa dirunut dari keturunan Aria Mangkubumi. Ia adalah seorang saudagar kaya, tapi bukan keturunan raja. Oleh sebab itu, berdasarkan sistem kasta dalam Hindu, ia tidak mungkin menjadi raja. Namun, dalam pratiknya, ia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh seorang raja. Ketika ia meninggal, penggantinya adalah Ampu Jatmika, yang kemudian menjadi raja pertama Negara Dipa. Untuk menutupi kekurangannya yang tidak berasal dari keturunan raja, Jatmika kemudian banyak mendirikan bangunan,
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
seperti candi, balairung, kraton dan arca berbentuk laki-laki dan perempuan yang ditempatkan di candi. Segenap warga Negara Dipa diwajibkan menyembah arca ini. Ketika Ampu Jatmika meninggal dunia, ia berwasiat agar kedua anaknya, Ampu Mandastana dan Lambung Mangkurat tidak menggantikannya, sebab mereka bukan keturunan raja. Tapi kemudian, Lambung Mangkurat berhasil mencari pengganti raja, dengan cara mengawinkan seorang putri Banjar, Putri Junjung Buih dengan Raden Putera, seorang pangeran dari Majapahit. Setelah menjadi raja, Raden Putera memakai gelar Pangeran Suryanata, sementara Lambung Mangkurat memangku jabatan sebagai Mangkubumi. Setelah Negara Dipa runtuh, muncul Negara Daha yang berpusat di Muara Bahan. Saat itu, yang memerintah di Daha adalah Maharaja Sukarama. Ketika Sukarama meninggal, ia berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang menggantikan. Tapi, karena masih kecil, akhirnya Raden Samudera kalah bersaing dengan pamannya, Pangeran Tumenggung yang juga berambisi menjadi raja. Atas nasehat Mangkubumi Aria Tranggana dan agar terhindar dari pembunuhan, Raden Samudera kemudian melarikan diri dari Daha, dengan cara menghilir sungai melalui Muara Bahan ke Serapat, Balandian, dan memutuskan untuk bersembunyi di daerah Muara Barito. Di daerah aliran Sungai Barito ini, juga terdapat beberapa desa yang dikepalai oleh para kepala suku. Di antara desa-desa tersebut adalah Muhur, Tamban, Kuwin, Balitung dan Banjar. Kampung Banjar merupakan perkampungan Melayu yang dibentuk oleh lima buah sungai yakni Sungai Pandai, Sungai Sigaling, Sungai Karamat, Jagabaya dan Sungai Pangeran (Pageran). Semuanya anak Sungai Kuwin. Desa Banjar ini terletak di tengah-tengah pemukiman Oloh Ngaju di Barito Hilir. Orang-orang Dayak Ngaju menyebut orang yang berbahasa Melayu dengan sebutan Masih. Oleh karena itu, desa Banjar tersebut kemudian disebut Banjarmasih, dan pemimpinnya disebut Patih Masih. Desa-desa di daerah Barito ini semuanya takluk di bawah Daha dengan
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
kewajiban membayar pajak dan upeti. Hingga suatu ketika, Patih Masih mengadakan pertemuan dengan Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, Patih Kuwin untuk berunding, agar bisa keluar dari pengaruh Daha, dan menjadikan kawasan mereka merdeka dan besar. Keputusannya, mereka sepakat mencari Raden Samudera, cucu Maharaja Sukarama yang kabarnya sedang bersembunyi di daerah Balandean, Sarapat. Kemudian, mereka juga sepakat memindahkan bandar perdagangan ke Banjarmasih. Selanjutnya, di bawah pimpinan Raden Samudera, mereka memberontak melawan kerajaan Daha. Peristiwa ini terjadi pada abad ke16 M. Pemberontakan ini amat penting, karena telah mengakhiri eksistensi Kerajaan Daha, yang berarti akhir dari era Hindu. Selanjutnya, masuk ke era Islam dan berdirilah Kerajaan Banjar. Dalam sejarah pemberontakan itu, Raden Samudera meminta bantuan Kerajaan Demak di Jawa. Dalam Hikayat Banjar disebutkan, Raden Samudera mengirim duta ke Demak untuk mengadakan hubungan kerja sama militer. Utusan tersebut adalah Patih Balit, seorang pembesar Kerajaan Banjar. Utusan menghadap Sultan Demak dengan seperangkat hadiah sebagai tanda persahabatan berupa sepikul rotan, seribu buah tudung saji, sepuluh pikul lilin, seribu bongkah damar dan sepuluh biji intan. Pengiring duta kerajaan ini sekitar 400 orang. Demak menyambut baik utusan ini, dan sebagai persyaratan, Demak meminta kepada utusan tersebut, agar Raja Banjar dan semua pembesar mau memeluk agama Islam. Atas bantuan Demak, Pangeran Samudera berhasil mengalahkan Pangeran Tumenggung, penguasa Daha, sekaligus menguasai seluruh daerah taklukan Daha. Setelah berhasil meruntuhkan dan menguasai kerajaan Daha, maka Raden (Pangeran)
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Samudera segera menunaikan janji untuk memeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia memakai gelar Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang. Dialah Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak itu, agama Islam berkembang pesat di Kalimantan Selatan. Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah) diislamkan oleh wakil penghulu Demak, Khatib Dayan pada tanggal 24 September 1526 M, hari Rabu jam 10 pagi, bertepatan dengan 8 Zulhijjah 932 H. Khatib Dayan merupakan utusan Penghulu Demak Rahmatullah, dengan tugas melakukan proses pengislaman raja beserta pembesar kerajaan. Khatib Dayan bertugas di Kerajaan Banjar sampai ia meninggal dunia, dan dikuburkan di Kuwin Utara. Sultan Suriansyah telah membuka era baru di Kerajaan Banjar dengan masuk dan berkembangnya agama Islam. Kerajaan Banjar yang dimaksud di sini adalah kerajaan pasca masuknya agama Islam. Sementara era Negara Dipa dan Daha merupakan era tersendiriSuriansyah meninggal dunia sekitar tahun 1550 M. Seiring masuknya kolonial kulit putih Eropa, Kerajaan Banjar kemudian dihapuskan oleh Belanda pada 11 Juni 1860.
Tugas di museum wasaka 1.Struktur organisasi perjuangan pertahanan Kalimantan selatan.
Divisi
IV
ALRI
1. 2. telah menggabung diri ke dalam ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan Selatan. ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan Selatan disusun dengan tingkat kesatuannya Batalyon, disebut Gerakan
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Rahasia ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan Selatan. Komandan Batalyon Hassan Basry pimpinan Lasykar Syaifullah, dan semua anggota Lasykar Saifullah menjadi inti anggota Batalyon. 2. Kedudukan resmi Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan Selatan adalah Kandangan. 3. Letnan I Asli Zuchri dan Letda Mursyid meresmikan berdirinya organisasi dan melantik Hassan Basry pada tanggal 18 November 1946 sebagai komandan Batalyon. Agar tugas yang dibebankan pada Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV (A) dapat dilaksanakan, maka dua hari setelah pembentukannya berlangsung musyawarah untuk menetapkan dan mengisi jabatan yang dianggap perlu sebagai langkah pertama, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Komandan Batalyon: Hassan Basry Kepala Staf: Hasnan Basuki Kepala Tata Usaha: H.M.Rusli Pelatih: Ma’rufi, Setia Budi, Mawardi
Sementara itu organisasi-organisasi kelasykaran lain yang terdapat di Kalimantan Selatan yang kemudian menyatakan menggabung dalam batalyon adalah: 1. Gerpindom yang dipimpin oleh Aberani Sulaiman 2. Banteng Borneo yang dipimpin M. Hammy AM 3. Badan Pemberontakan Indonesia yang dipimpin oleh Hamdi Budhigawis Memasuki tahun 1947 semua organisasi kelasykaran yang ada di Kalimantan Selatan
2.nama pejuangn yang aktif. Sejak 19 Agustus 1945, Kalimantan sudah punya gubernur versi Republik. Presiden Sukarno mengangkat seorang bangsawan Banjar sekaligus kawan satu almamaternya, Pangeran Muhammad Noor. Namun, di masa revolusi 1945-1949, gubernur tak bisa bekerja di posnya. Kalimantan dipenuhi pendukung Belanda. Kekuatan pendukung Republik kala itu tak berdaya di sana. Untuk itu, pemuda-pemuda asal Kalimantan yang kebetulan ada di Jawa pun dikerahkan untuk menegakkan eksistensi Republik di Kalimantan. Hasan Basry salah satunya. Pemuda asal Kandangan ini agak lama belajar di pondok pesantren di
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. Ponorogo. Pertengahan Oktober 1945, Hasan Basry meninggalkan Surabaya dengan misi membentuk organisasi gerilya di kampung halamannya. “Dia tiba 30 Oktober di sini. Situasi yang dihadapinya luar biasa sulitnya. Tentara Belanda melakukan kampanye pasifikasi dengan menangkapi pemuda-pemuda Republik, selama beberapa minggu. Mereka yang cukup beruntung lolos terpaksa mengundurkan diri ke pegunungan dan rimba di Kalimantan Selatan,” tulis Cornelis van Dijk dalam Darul Islam: Sebuah Pemberontakan (1995). Di Kandangan, kampung kelahirannya, dia bersembunyi di pegunungan sekitar kampungnya. Menurut catatan Abdul Haris Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid II (1977), bulan November 1945 Basry membentuk Laskar Saifullah—yang berarti Pedang Allah. Setelah terbentuk laskar, Basry berusaha kembali ke Jawa untuk perintah selanjutnya. Namun, laut sedang dalam blokade Belanda, sehingga pelayaran ilegalnya pun batal. Sementara dia hendak menyeberang, laskar yang dibentuknya sudah berantakan pula. Anggotanya ditangkapi Tentara Belanda. Terpaksa dia membentuk pasukan baru bernama Banteng Indonesia. Setelah Basry, terjadi penyusupan pemuda-pemuda Banjar lain ke Kalimantan Selatan. Mereka masuk lewat jalur laut yang memakan waktu dua bulan, karena patroli Belanda menjaga dengan ketat. Pemuda-pemuda itu di antaranya pernah dilatih Penjelidik Militer Chusus (PMC) pimpinan Kolonel Zulkifli Lubis. Terbatasnya komunikasi membuat Hasan Basry tak tahu perubahan-perubahan yang terjadi di tubuh militer Jawa. Bulan November 1946, milisi yang dibentuk Hasan Basry pun masuk dalam dijadikan Batalyon Rahasia Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan. Dengan pangkat Letnan Kolonel, Basry memimpin batalyonnya.
”Basisnya di Hulu Sungai, Kalimantan Selatan, ALRI divisi IV (A) mengurus semua kegiatan gerilya di wilayahnya. ALRI divisi (B) menangani Kalimantan Barat dan dipimpin olej Dr Soedarso dan bermarkas di Pontianak,” tulis Ooi Keat Gin dalam Post-war Borneo, 1945-50: Nationalism, Empire and State-Building (2013). Untuk Kalimantan Tengah, sepasukan payung MN1001 dibawah pimpinan Mayor Tjilik Riwoet diterjunkan pada tahun berikutnya, 17 Oktober 1947. Di Kalimantan Timur, semula dibawah komando R Notosunardi—yang dilanjutkan Herman Runturambi dan Kasmani.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Ada beberapa pasukan pro-Republik di sekitar Kalimantan Selatan, tapi tak semuanya dengan mudah dikendalikan Hasan Basry. Bahkan bawahan Basry yang bernama Daeng Ladjida pernah dipaksa melucuti Mantau Telabang Kalimantan Indonesia (MTKI). Saat ada perjanjian yang mengharuskan pasukan Republik berada di wilayah Republik, pasukan Hasan Basry di Kalimantan Selatan menolak. Mereka memilih bergerilya di sana. Militer Belanda pun pada 29 Mei 1948 mengancam. “Agar semua kelompok pemberontak, utamanya yang tergabung dalam kelompok pimpinan Hasan Basry, menyerah dengan membawa pakaian, senjata dan mengangkat tangan ke atas, kepada pemerintah yang sah dan akan dianggap berlindung kepada pemerintah yang sah, serta akan dipertimbangkan meringankan kejahatan pemberontakan yang dilakukan”
Menurut catatan van Dijk, setelah Oktober 1948, kelompok Basry diperkuat dengan kehadiran Gusti Abdurahman alias Gusti Aman, dan Pangeran Arya. Gusti Aman ahli organisator dan Arya adalah bekas kontraktor yang pernah membangun tangsi-tangsi tentara Belanda. Gusti Aman penting perannya dalam menyatukan para pemimpin gerilyawan seperti Ladjida, Damanhuri, Aberani, juga Ibnu Hadjar. Lebih dari seminggu setelah Persetujuan Roem Rojen, para pejuang itu mendirikan Pemerintah Militer Kalimantan Selatan. Proklamasi mereka rumuskan sejak 15 Mei 1949. H. Aberani Sulaiman, dibantu oleh Gt. Aman, Hasnan Basuki, Pangeran Arya, Budi Gawis, dan Romansie merumuskannya. Naskah itu lalu diketik pada 03.00 pagi hari tanggal 16 Mei 1949 oleh Romansie. Setelah diperbanyak 10 lembar, naskah itu dibawa ke Hasan Basry yang berada di Ni’ih, Kandangan, untuk ditandatangani. “Dengan ini kami rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan, mempermaklumkan berdirinya Pemerintah Gubernur Tentara dari ALRI melingkupi seluruh daerah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia untuk memenuhi Proklamasi 17 Agustus 1945, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta. Hal-hal yang bersangkutan dengan pemindahan kekuasaan akan dipertahankan dan kalau perlu diperjuangkan sampai tetesan darah yang penghabisan. Tetap Merdeka!” begitu bunyinya. Menurut van Djik, Hasan Basry bertindak sebagai gubernur militer. Kepala Stafnya, Kolonel Aberani lalu menjadi kepala Departemen Tatapraja. Urusan Umum dipegang Hasan Basry. Pangeran Arya memimpin Departemen Keuangan dan Kemakmuran dan bekerja sangat tekun ketimbang yang lainnya. Pemerintahan militer itu bubar di bulan Oktober 1949. Pejuang-pejuang asal Divisi ALRI IV itu pun akhirnya tak punya kuasa lagi sebagai militer. Belakangan, Hasan Basry mencapai pangkat brigadir jenderal. Dia sempat berkarir di
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. kesatuan TNI Lumbung Mangkurat bersama sebagian kawan-kawan seperjuangannya. Sebagian bekas anak buahnya banyak yang tak bisa masuk TNI dan memberontak bersama Ibnu Hajar.
3. isi proklamasi rakyat Kalimantan. Proklamasi Kalimantan 17 Mei 1949 adalah sebuah proklamasi yang menyatakan Kalimantan bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia sebagai reaksi atas Perjanjian Linggarjati yang menyatakan hanya pulau Jawa yang merupakan wilayah Republik Indonesia. Pada tanggal 18 November 1946, Letnan Asli Zuhri dan Letnan Muda Mursyid menemui Hasan Basry di Tabat, Haruyan, untuk membentuk Batalyon ALRI DIVISI IV (A), sebagai bagian dari ALRI DIVISI IV yang bermarkas di Tuban. Dengan segera Hasan Basri melaksanakan perintah ini dengan melebur Pasukan Banteng Indonesia dan beberapa organisasi kemiliteran yang ada di Kalimantan. Sebagai komandan batalyon ditetapkan Letnan Kolonel Hasan Basry, dengan markas di Haruyan. Penyatuan kesatuan ini membuat operasi militer yang dilaksanakan dalam rangka mempertahan kemerdekaan menjadi lebih terarah dan terpadu. Akibatnya Belanda lebih meluaskan daerah pembersihannya, daerah-daerah yang dianggap sarang pejuang ditembaki dan di bumi hanguskan. Untuk menghindari kontak langsung dengan Belanda, markas TNI ALRI DIVISI (A) di pindahkan ke Birayang, dekat Barabai sejak awal 1947. Namun karena selalu dikejar dan diserang, akhirnya markas TNI ALRI DIVISI (A) disepakati adalah di mana-mana, tergantung Hasan Basry dan kawan-kawan berada di mana. Pada tanggal 16 Mei 1948, TNI ALRI DIVISI (A) mengeluarkan sikap terhadap Belanda dan dunia internasional. Isinya adalah :
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. 1. TNI ALRI DIVISI (A) adalah bagian dari Angkatan Perang Republik Indonesia. 2. TNI ALRI DIVISI (A) tidak akan hijrah ke wilayah Indonesia yaitu di Jawa sesuai hasil Perjanjian Linggarjati. 3. TNI ALRI DIVISI (A) tidak akan melakukan pelanggaran militer terhadap isi Perjanjian Linggarjati. 4. Agar Belanda mengosongkan Barabai yang akan digunakan TNI ALRI DIVISI (A) sebagai markas dan memudahkan hubungan dengan Belanda. Namun pernyataan sikap ini dibalas Belanda dengan mengeluarkan ultimatum pada tanggal 20 Mei 1948, dengan isi : “Agar semua kelompok pemberontak, utamanya yang tergabung dalam kelompok pimpinan Hasan Basry, menyerah dengan membawa pakaian, senjata dan mengangkat tangan ke atas, kepada pemerintah yang sah dan akan dianggap berlindung kepada pemerintah yang sah, serta akan dipertimbangkan menringankan kejahatan pemberontakan yang dilakukan” Ultimatum ini membuat pejuang-pejuang marah dan menambah operasi militer terhadap pos-pos Belanda. Suasana semakin panas, setiap hari terjadi serangan dan penembakan. Serangan terhadap Belanda terjadi di mana-mana seperti di Haruai, Nagara, Tanjung, Ampah, Tamiang Layang, Wawai, Tabing Rimbah, Sungai Tabuk, Pantai Hambawang, Ilung, Limpasu, dan di tempat lainnya. Belanda merasa kurang aman berada di jalanan, sampai akhirnya pimpinan Belanda di Banjarmasin mengeluarkan Staat van Oorlog en Beleg (suasana darurat perang) pada tanggal 16 Desember 1948. Hubungan TNI ALRI DIVISI (A) dengan markas besar di Tuban terputus oleh blokade Belanda. Atas kondisi demikian, pejuang-pejuang berinisiatif untuk melakukan langkah penting dalam menguasai daerah Kalimantan sebagai daerah perjuangan. Detik-detik Proklamasi 17 Mei 1949 Pada tanggal 7 Januari 1949 bertempat di Durian Rabung, Padang Batung, dibentuk Panitia Persiapan Proklamasi dengan ketua H. Aberani Sulaiman, wakil ketua Gt. Aman, sekretaris Hasnan Basuki, dan beberapa orang lainnya sebagai anggota. Diadakan beberapa kali rapat dalam perumusan kegiatan, tempat rapat sering berpindah-pindah, untuk menghindari patroli Belanda. Selain itu, mata-mata Belanda berada di mana-mana, sehingga setiap pertemuan dilakukan secara hati-hati dan dengan penjagaan yang ketat. Pada tanggal 15 Mei 1949, dilakukan perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat. Perumusan di pimpin oleh H. Aberani Sulaiman, dibantu oleh Gt. Aman, Hasnan Basuki, Pangeran Arya, Budi Gawis dan Romansie. Perumusan selesai pada jam 03.00 pagi hari tanggal 16 Mei 1949, lalu diketik oleh Romansie sebanyak 10 lembar dengan pita warna merah dan huruf kapital semua. Selesai pertemuan, semua anggota berpencar namun semuanya menuju Ni’ih yaitu tempat Hasan Basry berada. Naskah teks proklamasi di bawa Kardi dan H Ramli untuk diantar ke Hasan Basry. Sesampainya di Ni’ih, teks proklamasi ditandatangani Hasan Basry di hadapan para pejuang yang telah berkumpul. Setelah itu, dilakukan persiapan kegiatan proklamasi,
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. dengan tempat dipilih di Mandapai pada tanggal 17 Mei 1949. Kegiatan proklamasi dilaksanakan dengan upacara penaikan bendera merah putih. Sebagai komandan upacara adalah Ahmad Kusasi, sedangkan penggerek bendera adalah Abbas Basri dan Kardi. Upacara dihadiri masyarakat setempat dan anggota TNI ALRI DIVISI (A). Setelah pembacaan teks proklamasi oleh Hasan Basri dan penaikan bendera merah putih, bendera kembali diturunkan untuk menghindari serangan Belanda. Untuk mempublikasikan hasil proklamasi, disuruhlah kurir Tarsan untuk menempel teks proklamasi di pasar Kandangan. Teks proklamasi akhirnya berhasil ditempel pada tanggal 20 Mei 1949, seketika gemparlah masyarakat Kandangaan. Lalu salah satu wartawan mengambil teks proklamasi tersebut dan membawa ke Banjarmasin, sehingga berita proklamasi dengan segera beredar di Kalimantan. Isi proklamasi tanggal 17 Mei 1949 tersebut adalah sebagai berikut ; Berita Proklamasi ini kemudian disebarkan dalam bentuk pamflet ke seluruh daerah di Kalimantan Selatan. Dasar pemikiran dilahirkannya Proklamasi 17 Mei 1949 adalah: 1. Untuk menyatakan kepada masyarakat dan Pemerintah RI serta dunia umumnya, bahwa gerilya ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan yang berada di Kalimantan Selatan benar-benar ada dan mempunyai kekuatan serta kemampuan untuk menyusun suatu pemerintahan dalam lingkungan wilayah Republik Indonesia, walaupun secara defacto saat itu Kalimantan berada di bawah penjajahan Belanda. 2. Sesudah Aksi Militer II Belanda terjadi, ibu kota RI diduduki dan para pemimpin di tawan (diasingkan), maka pembentukan Pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Kalimantan Selatan yang diproklamasikan tanggal 17 Mei 1949, dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan gagalnya Pemerintahan Darurat di Sumatera serta gagalnya Pemerintahan Pelarian di New Delhi India. 3. Guna menyatukan para pimpinan dan organisasi-organisasi perjuangan ke dalam suatu pimpinan yang berbentuk pemerintahan Gubernur Tentara. Berita Proklamasi ini kemudian disebarkan dalam bentuk pamflet ke seluruh daerah di Kalimantan Selatan. Dasar pemikiran dilahirkannya Proklamasi 17 Mei 1949 adalah: 1. Untuk menyatakan kepada masyarakat dan Pemerintah RI serta dunia umumnya, bahwa gerilya ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan yang berada di Kalimantan Selatan benar-benar ada dan mempunyai kekuatan serta kemampuan untuk menyusun suatu pemerintahan dalam lingkungan wilayah Republik Indonesia, walaupun secara defacto saat itu Kalimantan berada di bawah penjajahan Belanda. 2. Sesudah Aksi Militer II Belanda terjadi, ibu kota RI diduduki dan para pemimpin di tawan (diasingkan), maka pembentukan Pemerintahan Gubernur
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1. Tentara ALRI Kalimantan Selatan yang diproklamasikan tanggal 17 Mei 1949, dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan gagalnya Pemerintahan Darurat di Sumatera serta gagalnya Pemerintahan Pelarian di New Delhi India. 3. Guna menyatukan para pimpinan dan organisasi-organisasi perjuangan ke dalam suatu pimpinan yang berbentuk pemerintahan Gubernur Tentara. Berita Proklamasi ini kemudian disebarkan dalam bentuk pamflet ke seluruh daerah di Kalimantan Selatan. Dasar pemikiran dilahirkannya Proklamasi 17 Mei 1949 adalah: 1. Untuk menyatakan kepada masyarakat dan Pemerintah RI serta dunia umumnya, bahwa gerilya ALRI Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan yang berada di Kalimantan Selatan benar-benar ada dan mempunyai kekuatan serta kemampuan untuk menyusun suatu pemerintahan dalam lingkungan wilayah Republik Indonesia, walaupun secara defacto saat itu Kalimantan berada di bawah penjajahan Belanda. 2. Sesudah Aksi Militer II Belanda terjadi, ibu kota RI diduduki dan para pemimpin di tawan (diasingkan), maka pembentukan Pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Kalimantan Selatan yang diproklamasikan tanggal 17 Mei 1949, dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan gagalnya Pemerintahan Darurat di Sumatera serta gagalnya Pemerintahan Pelarian di New Delhi India. 3. Guna menyatukan para pimpinan dan organisasi-organisasi perjuangan ke dalam suatu pimpinan yang berbentuk pemerintahan Gubernur Tentara.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
4.NAMA PEMIMPIN TOKOH PERJUANGAN KALIMANTAN SELATAN. BRIGJEN Hasan Basri dikenal sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Dia pernah ditegur Soekarno karena membekukan PKI. Berikut kisahnya. Hasan Basry atau Hassan Basry lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, 17 Juni 1923. Dia menyelesaikan pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS). Kemudian, ia mengikuti pendidikan berbasis Islam, mula-mula di Tsanawiyah Al-Wathaniah di Kandangan, kemudian di Kweekschool Islam Pondok Modern di Ponorogo, Jawa Timur.
Pada usia 22 tahun, ketika menjadi guru agama di sebuah SMP Islam di Malang, Jawa Timur, Hasan Basry aktif dalam organisasi Pemuda RI Kalimantan di Surabaya. Dia sering terlibat peristiwa perebutan senjata melawan tentara Jepang di Surabaya . Tanggal 13 Oktober 1945, dia menyusup ke Kalimantan Selatan dengan kapal layar Bintang Tulen dari Pelabuhan Kalimas Surabaya dan tiba di Banjarmasin tanggal 30 Oktober 1945 . Sesampainya di Banjarmasin, Hasan Basry menemui Abdurrahman Sidik di Pekapuran, untuk mengirimkan pamflet dan poster tentang kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945. Selain itu, melalui AA Hamidhan, juga dikirim pamflet ke Amuntai dengan Ahmad Kaderi. Sedangkan yang ke Kandangan dikirim lewat Ismail. Pada tanggal 5 Mei 1946, para pejuang mendirikan Laskar Syaifullah di Haruyan. Program utama organisasi ini adalah latihan keprajuritan, Hasan Basry ditunjuk sebagai pemimpin. Atas nama Laskar Syaifullah, Hasan Basry berusaha mengadakan kontak dengan Jawa yang terputus akibat blokade Belanda, namun selalu gagal dalam upaya mencari bantuan senjata. Sepak terjang Hasan Basry di Kalimantan ternyata diketahui tentara Belanda (NICA). Pada pertengahan tahun 1946, tokoh-tokoh Laskar Syaifullah ditangkap. Hasan Basry dapat lolos dari upaya penangkapan tersebut.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Setelah Laskar Syaifullah bubar, Hasan Basry mendirikan organisasi perjuangan Benteng Indonesia yang kemudian berkembang pesat hingga ke berbagai daerah. Pada 15 November 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M Mursid, anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hasan Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalion ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Dengan mengerahkan pasukan Benteng Indonesia, Hasan Basry berhasil membentuk batalion ALRI tersebut. Ia menempatkan markasnya di Haruyan. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu. Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di Jawa menyebabkan posisi Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera. Hal ini berarti Kalimantan merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Belanda. Namun, Hasan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap Perjanjian Renville (17 Januari 1948). Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI, yakni ke Jawa. Sikap lainnya atas Perjanjian Renville antara lain ALRI Divisi IV-Pertahanan Kalimantan adalah bagian dari Angkatan Perang RI. Pada 25 Desember 1948, Hasan Basry memerintahkan aksi serangan umum terhadap pos-pos NICA yang berada di Haruai, Nagara, Tanjung, dan lainnya. Perjuangan Hasan Basry di Kalimantan Selatan selalu merepotkan pertahanan Belanda pada masa itu. Puncaknya, Hasan Basry berhasil memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia yang dikenal dengan Proklamasi 17 Mei 1949 atau Proklamasi Kalimantan. Selesai perang kemerdekaan, dia melanjutkan pendidikan agamanya ke Universitas Al Azhar tahun 1951-1953. Selanjutnya diteruskan di American University Cairo tahun 1953-1955. Sekembalinya ke Tanah Air, pada tahun 1956, Hasan Basry dilantik sebagai Komandan Resimen Infanteri 21/Komandan Territorial VI Kalsel.Pada tahun 1959, ditunjuk sebagai Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Saat suasana politik memanas karena kegiatan PKI dan ormasnya, Hasan Basry mengeluarkan surat pembekuan kegiatan PKI beserta ormasnya pada tanggal 22 Agustus 1960. Keluarnya surat ini sempat ditegur oleh Presiden Soekarno. ADVERTISEMENT Namun, Hasan Basry sebagai kepala Penguasa Perang Daerah Kalsel tidak menaati teguran presiden. Pembekuan PKI dan ormasnya diikuti oleh daerah Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Tiga Selatan. Pada tahun 1961-1963, dia menjabat Deputi Wilayah Komando Antardaerah Kalimantan dengan pangkat Brigadir Jenderal. Pada tanggal 17 Mei 1961, bertepatan peringatan Proklamasi Kalimantan, sebanyak 11 organisasi politik dan militer menetapkan Hasan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Kesepakatan ini diikuti oleh ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 Mei 1962, yaitu ketetapan Hasan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Pada 1960-1966, Hasan Basry menjadi anggota MPRS. Pada tahun 1970, dia diangkat sebagai Ketua Umum Harian Angkatan 45 Kalsel sekaligus sebagai Dewan Paripurna Angkatan 45 Pusat dan Dewan Paripurna Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia. Pada 1978-1982, Hasan Basry menjadi anggota DPR. Hasan Basry meninggal pada tanggal 15 Juli 1984 setelah sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Pemakamannya di Liang Anggang Banjarbaru, Kalimantan Selatanm dilaksanakan secara militer dengan inspektur upacara Mayjen AE Manihuruk. Atas jasa-jasanya, Hasan Basry dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI. Hal ini berdasarkan SK Presiden RI Nomor 110/TK/2001, tanggal 3 November 2001.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
MUSIC IS MY LIFE
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
ACIL Uyuh mahadang
Tugas yang di museum sultan syuriyansyah
1.
Sakura 2