Tugas Dr Anita Fix.docx

  • Uploaded by: Princess Ezzlynn
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Dr Anita Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,572
  • Pages: 26
Portofolio

TUBERKULOSIS PARU

Periode:

6 Agustus – 1 September 2018

Oleh : Harvinder Kaur Indar Singh, S.Ked (04084821719242) Farah Nur Ezzlynn Binti Ghazali, S.Ked (04084821719241)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

TUBERKULOSIS PARU Oleh:

Harvinder Kaur Indar Singh, S.Ked (04084821719242) Farah Nur Ezzlynn Binti Ghazali, S.Ked (04084821719241) Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang,

September 2018

Mengetahui, Pembimbing

dr. Anita Masidin, MS, Sp.Ok

ii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan portofolio ini dengan judul “Tuberkulosis Paru Kasus Baru”. Portofolio ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian IKM-IKK FK UNSRI. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Anita Masidin, MS, Sp.Ok selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran yang mendukung sehingga portofolio ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Puskesmas Boom Baru dr. Hj Dian Hayati sebagai pembimbing, beserta staf, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan portofolio ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan portofolio ini, semoga bermanfaat, aamiin.

Palembang, Agustus 2018

Penulis

iii

DAFTAR ISI Halaman Judul………………………………………………........................... i Halaman Pengesahan………………………………………… ....................... ii Kata Pengantar…………………………… .................................................... iii Daftar Isi………………………………………………………….................. iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .....................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Identitas Pasien…………………………………………………… .......3 2.2 Anamnesis…………………………………………………… ..............3 2.3 Pemeriksaan Fisik……………………………………………………...7 2.4 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………… ..8 2.5 Diagnosis Kerja ................................................... ..................................9 2.6 Terapi………………………………………………………………......9 2.7 Saran Pemeriksaan…………………………………………………….10 2.8 Prognosis…………………………………………………………… ..10 2.9 Kerangka Masalah Pasien…………………………………………….11

BAB III PENCEGAHAN ATAU BINA KELUARGA 3.1Genogram ..............................................................................................12 3.2Home visite............................................................................................12 3.2.1 Fungsi Holistik ............................................................................13 3.2.2 Fungsi Fisiologis ..........................................................................13 3.2.3 Fungsi Patologis ..........................................................................13 3.2.4 Fungsi Hubungan Antarmanusia .................................................14 3.2.5 Fungsi Keturunan (Genogram) ....................................................14 3.2.6 Fungsi Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) .................14 3.2.7 Fungsi Non-perilaku (Lingkungan, Yankes, Keturnan) ...............14 3.2.8 Fungsi Indoor ...............................................................................14 iv

3.2.9 Fungsi Outdoor ............................................................................15 3.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan .....................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................17 LAMPIRAN 1 ...............................................................................................19 LAMPIRAN 2 ................................................................................................19 LAMPIRAN 3 ................................................................................................20 LAMPIRAN 4 ................................................................................................21

v

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa. Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Penyakit tuberkulosis sudah ada dan dikenal sejak zaman dahulu, manusia sudah berabad-abad hidup bersama dengan kuman tuberkulosis. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lesi tuberkulosis pada penggalian tulang-tulang kerangka di Mesir. Demikian juga di Indonesia, yang dapat kita saksikan dalam ukiran-ukiran pada dinding candi Borobudur.1 Diseluruh dunia tahun 1990 WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru TB dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara. Dalam periode 1984 – 1991 tercatat peningkatan jumlah kasus TB diseluruh dunia, kecuali Amerika dan Eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB dan 2,5 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.2 Annual Risk Infection ditahun 1980 – 1985 dinegara-negara Asia Tenggara diperkirakan sekitar 2% yang berarti terdapat insidensi 100 kasus BTA (+) per 100.000 penduduk.3 Tahun 1987 di Singapura terdapat 62 kasus per 100.000 penduduk, dengan rata-rata penurunan tahunan 5,7% sejak tahun 1959. Brunei Darussalam dengan angka kematian 8,5 kasus per 100.000 penduduk dengan insiden BTA (+) 84 kasus per 226.000 penduduk. Sedangkan Filipina ditahun 1981 – 1983 memperkirakan prevalensi BTA (+), 0,95%.4 Berdasarkan data dari SEAMIC Health Statistic tahun 1990, penyakit tuberkulosis penyebab kematian no. 10 di Thailand tahun 1989 dan menduduki urutan ke 4 di Filipina pada tahun 1987.5 Menurut Global TB – WHO, 1998 saat ini pusat dari epidemi TB berada di Asia dengan terdapat 4,5 juta dari 8 juta kasus yang diperkirakan terdapat di dunia atau 50% kasusnya di 6 negara yaitu India, Cina, Bangladesh, Pakistan, Indonesia

1

dan Filipina. Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus terbesar di dunia setelah India dan Cina.6 Pembuatan diagnosis tuberkulosis paru kadang-kadang sulit, sebab penyakit tuberkulosis paru yang sudah berat dan progresif, sering tidak menimbulkan gejala yang dapat dilihat/dikenal; antara gejala dengan luasnya penyakit maupun lamanya sakit, sering tidak mempunyai korelasi yang baik. Hal ini disebabkan oleh karena penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit paru yang besar (great imitator), yang mempunyai diagnosis banding hampir pada semua penyakit dada dan banyak penyakit lain yang mempunyai gejala umum berupa kelelahan dan panas.7 Walaupun

penyakit

ini

telah

lama

dikenal,

obat-obat

untuk

menyembuhkannya belum lama ditemukan, dan pengobatan tuberkulosis paru saat ini lebih dikenal dengan sistem pengobatan jangka pendek dalam waktu 6–9 bulan. Prinsip pengobatan jangka pendek adalah membunuh dan mensterilkan kuman yang berada di dalam tubuh manusia. Obat yang sering digunakan dalam pengobatan jangka pendek saat ini adalah isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol.8 Puskesmas Boom Baru merupakan salah satu Puskesmas induk dikecamatan Ilir Timur II Palembang,Sumatera Selatan yang mempunyai 3 Puskesmas dan juga merupakan Puskesmas koordinator untuk kecamatan Ilir Timur II dengan luas wilayah kerja 283,4 Ha. Wilayah ini memiliki angka insiden TB yang cukup tinggi sehingga program pemberatasan serta diagnosis dini perlu dilakukan untuk menurunkan insiden TB baru di wilayah ini. Salah satu pelayanan kesahatan yang dilakukan oleh puskesmas ini adalah pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS, dan diurusi oleh 1 dokter, 1 tenaga puskesmas, serta 1 petugas laboratorium. Tidak ketinggalan juga terdapat bagian-bagian seperti promosi kesehatan dan gizi, yang berperan dalam pengendalian dana pemberantasan insiden TB.

2

BAB II LAPORAN KASUS 2.1

2.2

IDENTIFIKASI PASIEN Nama

: Ny. M

Tanggal Lahir/Usia

: 26 April 1983/ 35 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Bekerja

Suku

: Sumatera

Alamat

: Lorong Manggar Lawang Kidul

ANAMNESIS(Autoanamnesis 18-08-2018 pukul 14.30 WIB)

2.2.1 Keluhan Utama Batuk berdahak sejak ± 8 bulan yang lalu

2.2.2 Keluhan Tambahan Demam, badan lemas, nafsu makan berkurang, berat badan turun.

2.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 8 bulan yang lalu pasien mengeluh batuk (+), dahak (-), terus menerus, sesak napas (-).Pasien juga mengeluh demam (+), tidak terlalu tinggi, hilang timbul, keringat malam hari (+), pasien mengaku lebih cepat lelah (+), badan lemas (+), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun (+), BAK dan BAB seperti biasa. Tetangga rumah pasien juga mengalami batuk yang lama, namun tidak berobat.Pasien berobat ke bidan dan diberikan

obat

penurun

panas,

3

keluhan

demam

menghilang jika

mengonsumsi obat kemudian kambuh lagi jika tidak mengonsumsi obat tersebut. ± 4 bulan yang lalu pasien mengeluh batuk (+), dahak (+), warna kuning kehijauan, bercak darah (-), banyaknya ½ sdt, sesak napas (-). Pasien masih mengeluh deman (+) yang dirasa setiap hari, tidak terlalu tinggi, keringat malam hari (+), pasien mengaku lebih cepat lelah (+), badan lemas (+), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun (+), BAK dan BAB seperti biasa. Pasien berobat ke Puskesmas Boom Baru dan dilakukan pemeriksaan sputum dan didapatkan hasil BTA (+). Kemudian pasien diberikan terapi Tuberkulosis. Sejak mengonsumsi OAT secara rutin dan teratur, pasien merasa keluhan-keluhannya sudah meulai berkurang. Pada saat kunjungan rumah, pasien sedang menjalani pengobatan tuberkulosis bulan ke 4. Saat ini pasien tidak lagi mengeluh batuk, demam, dan keringat malam hari, nafsu makan baik, tidak mudah lelah dan pasien sudah bekerja sebagai buruh bangunan seperti biasa.

2.2.4

2.2.5

2.2.6

Riwayat Penyakit Dahulu  Riwayat batuk lama sebelumnya disangkal 

Riwayat minum obat selama 6 bulan sebelumnya disangkal



Riwayat sakit paru-paru sebelumnya disangkal



Riwayat diabetes melitus disangkal



Riwayat darah tinggi disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga  Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal 

Riwayat darah tinggi disangkal



Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat Kebiasaan  Kebiasaan merokok disangkal

4

2.2.7

Riwayat Penyakit Lingkungan Tetangga pasien memiliki keluhan yang sama berupa batuk lama, namun tidak berobat.

2.2.8

Riwayat Biologis Keluarga a. Keadaan kesehatan sekarang

: Sedang

b.

Kebersihan perorangan

: Sedang

c.

Penyakit yang sering diderita

: ISPA

d.

Penyakit keturunan

: Tidak ada

e.

Penyakit kronis/ menular

: Tuberculosis

f.

Kecacatan anggota keluarga

: Tidak ada

g.

Pola makan

: Kurang(kurang bervariasi / 1-2xper hari)

2.2.9

2.2.7

h.

Pola istirahat

: Sedang

i.

Jumlah anggota keluarga

:4

Psikologis Keluarga a. Kebiasaan buruk

: Tidak ada

b.

Pengambilan keputusan

: Ayah

c.

Ketergantungan obat

: Tidak ada

d.

Tempat mencari pelayanan kesehatan

: Puskesmas

e.

Pola rekreasi

: Kurang,± 1 bulan sekali

Keadaan Rumah/Lingkungan a.

Jenis bangunan

: semi permanen

b.

Lantai rumah

: Semen, papan

c.

Luas rumah

: 40m2 (10m X 4m)

d.

Penerangan

: Kurang

e.

Kebersihan Rumah

: Kurang

f.

Kebersihan Lingkungan

: Kurang

g.

Ventilasi

: Kurang

h.

Dapur

: Ada

i.

Jamban keluarga

: Ada 5

j.

Sumber air minum

: PAM

k.

Sumber pencemaran air

:

Ada dibawah dan disekitar rumah terdapat parit yang alirannya tidak lancar karena banyak tumpukan sampah.

2.2.8

2.2.9

l.

Sistem pembuangan air limbah

: Ada (tidak lancar)

m.

Tempat pembuangan sampah

: Di TPA

n.

Sanitasi lingkungan

: Sedang

Spiritual Keluarga a.

Ketaatan beribadah

: Baik

b.

Keyakinan tentang kesehatan

: Baik

Keadaan Sosial Keluarga a.

Tingkat pendidikan

: Kurang

b.

Hubungan antar anggota keluarga

: Baik

c.

Hubungan dengan orang lain

: Baik

d.

Kegiatan organisasi sosial

: Cukup

e.

Keadaan ekonomi

: Kurang

2.2.10 Kultural Keluarga a.

Adat yang berpengaruh

: Tidak ada

b.

Lain-lain

: Tidak ada

6

2.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 70 x/m

Frekuensi pernapasan

: 20 x/m

Suhu

: 36,70C

BB

: 35 kg

TB

: 156 cm

IMT

: 14,38 (underweight)

Status Lokalis a. Kepala Mata

: Normosefali, simetris, warna rambut hitam, alopesia (-). : Edema palpebra (-/-),konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+).

Hidung

:Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), cavum nasi lapang, tidak keluar cairan, epistaksis (-).

Mulut

: Bibir kering (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-), arcus faring simetris, uvula di tengah, tonsil (T1/T1), dinding faring posterior tenang.

Telinga

:Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus acusticus externus lapang, membrane timpani intak, tidak ada sekret,

tidak ada serumen. b. Leher JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-).

7

c. Thoraks Paru Inspeksi

: Simetris dalam statis dan dinamis, retraksi dinding dada(-)

Palpasi

: Stem fremitusmeningkat (+) pada bagian apeks paru kiri.

Perkusi

:Sonor pada kedua lapangan paru, batas paru-hepar pada ICS VIdengan peranjakan 1 jari, batas paru-lambung ICS VII.

Auskultasi

: Vesikuler (+) meningkat pada apeks paru kiri, ronki basah (-/+), wheezing (-/-).

Jantung Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi

: Batas atas ICS II, batas kanan ICS IV linea sternalis dextra, batas kiri ICS V linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi

d.

: HR 65 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen Inspeksi

: Datar, venektasi (-).

Palpasi

: Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi

: Timpani (+).

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

e. Genitalia

: Tidak diperiksa

f. Ekstremitas : Palmar eritem (-/-), edema pretibial (-/-), akral hangat (+/+).

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaa laboritorium (19 April 2018) Pemeriksaan

Hasil

Interpretasi

Sputum BTA

+/+/-

Positif

8

2.5 DIAGNOSIS KERJA Tb Paru kasus baru BTA (+) on therapy 2.6 TATALAKSANA a. Promotif: 

Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TBC, komplikasi penyakit, dan keteraturan dalam berobat sehingga pasien menjadi lekas sembuh



Edukasi pasien agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat



Edukasi pasien agar dapat melakukan olahraga ringan secara rutin dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak pikiran.

b. Preventif 

:

Menjalankan

gaya

hidup

yang

sehat

dengan

membuang

dahak/sputum tidak disembarang tempat dan menggunakan ember yang sudah diberikan dettol dan diisi air bila ingin membuang dahak. 

Memotivasi untuk rutin meminum obatnya secara teratur.



Memakai masker, memisahkan alat makan yang digunakan dengan orang satu rumah.

c. Kuratif

:

Non farmakologis a. Istirahat b. Edukasi 

Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)



Edukasi cara penularan Tb paru, etika batuk, dan cara membuang dahak yang benar



Melakukan pemeliharaan lingkungan dan standar rumah sehat, ventilasi rumah (jendela) harus dibuka, sinar matahari harus masuk ke dalam rumah



Edukasi kepatuhan minum obat



Edukasi efek samping obat



Edukasi pasien untuk menggunakan masker

c. Diet NB TKTP 9

Farmakolgis OAT 4 FDC (Rimfapicin 150 mg/ Isoniazid 75 mg/ Pirazinamide 400 mg/ Etambutol 275 mg) 1x3 tab p.o, rencana terapi intensif dua bulan pertama, obat diminum setiap hari, setelah itu dilanjutkan fase lanjutan setelahnya, pasien harus kembali berobat.

d. Rehabilitatif: (-)

2.7 SARAN PEMERIKSAAN 1. Hematologi lengkap 2. Kultur sputum 3. Foto rontgen thoraks

2.8 PROGNOSIS Quo Ad vitam

: bonam

Quo Ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

10

2.9 KERANGKA MASALAH PASIEN BIOLOGIS: Pasien berusia 35 tahun, TB Paru biasa terjadi pada usia produktif.

LINGKUNGAN: Tetangga dekat rumah pasien juga mengalami batuk lama, dan belum pernah berobat

Tuberkulosis Paru PERILAKU : - Patuh minum obat sesuai aturan - Mencegah penularan (memakai masker, etika batuk dan membuang dahak) - Rutin kontrol ke layanan kesehatan

11

PELAYANAN KESEHATAN Puskesmas memiliki program pendataan dan penanganan TB

BAB III PENCEGAHAN ATAU PEMBINAAN KELUARGA 3.1 Genogram Keluarga Ny. M

3.2 Home Visite (9 Fungsi Keluarga) 3.2.1Fungsi Holistik Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. a. Fungsi Biologis: Di dalam keluarga ini tidak terdapat penyakit yang menurun atau menular seperti hipertensi, diabetes melitus, Tb, HIV, dll. Di dalam keluarga ini juga tidak terdapat penyakit menular yang terjadi sebelum Ny. M terdiagnosis Tb Paru. b. Fungsi Psikologis: Keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik. Hubungan antar anggota keluarga harmonis. c. Fungsi Sosial Ekonomi :Kondisi ekonomi keluarga ini menengah kebawah Tn R adalah buruh dan Ny. M membuka warung di depan rumahnya. Mereka dapat menghasilkan ±2.000.000,-/bulan. Keluarga ini kurang berperan aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di masyarakat seperti gotong royong, kerja bakti, kegiatan posyandu dsb. 12

3.2.2 Fungsi Fisiologis Keluarga diukur dengan skor APGAR, yaitu skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Skor APGAR meliputi: a. Adaptation: keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota

keluarga,

saling

mendukung,

saling

menerima

dan

memberikan saran satu dengan yang lainnya. b. Partnership: komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. c. Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. d. Affection:Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini sudah terjalin dengan cukup baik. e. Resolve:Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga lainnya. Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 7,0 dengan interpretasi cukup (data terlampir).

3.2.3 Fungsi Patologis Fungsi patologis dinilai dengan skor SCREEM: a. Social: Interaksi keluarga ini dengan tetangga cukup baik. a. Culture: keluarga ini memberikan feedback yang baik terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun. b. Religious: Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. c. Economic: Status ekonomi keluarga ini menengah kebawah. d. Educational: Tingkat pendidikan Ny. M adalah tamat SMP 13

e. Medical: Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Keluarga ini memanfaatkan pelayanan kesehatan berupa BPJS. Jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka berobat ke Puskesmas.

3.2.4 Fungsi Hubungan antarmanusia Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan baik.

3.2.5 Fungsi Keturunan (genogram) Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas).

3.2.6 Fungsi Perilaku (Pengetahuan, sikap, dan tindakan) Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini sudah cukup baik, sikap sadar akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat sebagian besar sudah dilakukan.

3.2.7 Fungsi Non-perilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan) Lingkungan rumah tergolong kurang sehat karena luas bangunan yang kecil sedangkan jumlah anggota keluarga di rumah tersebut sebanyak 4 orang, ventilasi dan penerangan kurang serta kurang bersihnya lingkungan di sekitar rumah yaitu terdapat parit yang tergenang karena tumpukan sampah. . Keluarga ini juga biasa memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit.Jarak rumah dengan puskesmas cukup dekat sekitar 2 km dari Puskesmas Boom Baru. Pasien tidak menderita penyakit keturunan seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan lainlain.

3.2.8 Fungsi Indoor Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat kesehatan.Dinding ruangan dirumah didominasi dengan dinding berbahan papan, namun ada juga dinding rumah berbahan beton yang di yaitu 14

ruangan dapur dan WC. Lantai rumah didominasi oleh semen, lantai semen pada ruangan dapur, WC dan teras depan. Sirkulasi udara dan pencahayaan di rumah ini kurang baik. Terdapat 2 kamar tidur dengan satu jendela ventilasi, sirkulasi udara, dan pencahayaan kurang baik. Pada dapur,tidak terdapat jendela dan terdapat lubang ventilasi, sirkulasi udara, dan pencahayaan cukup.Sumber air bersih terjamin karena keluarga menggunakan air PDAM. Jamban ada di dalam rumah, pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik. 3.2.9 Fungsi Outdoor Gambaran lingkungan di luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah keluarga Ny. M dengan rumah tetangganya tidak terlalu rapat, tidak ada kebisingan di sekitar rumah, jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh, kebersihan di sekitar perumahan juga bersih walaupun jalan menuju perumahan ini masih banyak yang berlubang.

3.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina kesehatan keluarga Ny.M dapat ditinjau dari diseased-oriented point of view, yaitu dalam rangka tatalaksana penyakit Tuberkulosis Paru Ny. M. Saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu penatalaksanaan penatalaksanaan

non non

farmakologis farmakologis,

dan saya

farmakologis. menekan

pada

Pada konsep

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, penyebab penyakit, dan hal-hal yang dapat memperparah penyakit saya berikan kepada pasien. Penjelasan bahwa penyakit tuberkulosis dapat dicegah dan diobati dengan kepatuhan pasien dalam berobat. Saya juga menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular melalui droplet yang keluar dari saluran pernafasan melalui bicara, batuk, dan bersin, sehingga pasien dan keluarga harus mengunakan alat pelindung diri, seperti masker dan melakukan etika batuk yang benar dan cara membuang dahak yang benar. Saya juga menganjurkan pasien untuk 15

memisahkan peralatan makan dengan anggota keluarga serumah untuk mencegah penularan. Tidak lupa pula saya mengajarkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memperkuat daya tahan tubuh dan tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Terapi Farmakologis yang saya ajukan adalah pemberian obat OAT FDC Kategori 1, yaitu 2 bulan RHZE dan dilanjutkan 4 bulan R3H3. Obat harus diminum secara teratur, tepat waktu, tepat dosis. Pasien juga harus rutn kontrol ke Puskesmas 1 minggu sekali.

16

DAFTAR PUSTAKA 1. Amin, Z., Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam:Sudoyo, A., W., dkk. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III. Ed 5. Jakarta : FKUI; 22302239. 2. Brooks, et al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick and Adelberg. Jakarta; EGC: 302-304. 3. World Health Organization (WHO). 2013. Tuberculosis. Available from: www.who.co.id 4. Departemen

Kesehatan

RI.

2012.

Laporan

Triwulan

Situasi

Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan Maret 2012. Jakarta. 5. Departemen Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis: Panduan Tatalaksana Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI. 6. Depkes RI, 2010. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Departemen Kesehatan

Republik

Indonesia.

Available

from:

http://bindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010 [Accesed 11 August 2018]. 7. Baratawidjaya KG. 2009. Imunologi Dasar Edisi Kedelapan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 8. Center For Disease Control and Prevention (CDC). 2009. Reported Tuberculosis in the United States, 2008. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services. 9. Gustafon, P., et al, 2004. Tuberculosis in Bissau: Incidence and Risk Factor In An Urban Community in Sub-Saharan Africa. International Journal of Epidemiology 33(1): 24-28. 10. Crofton, J., Horne, N., Miller, F., 2002. Clinical Tuberculosis. England: TALC IUATLD 11. Godoy P, Nogues A, Alseda M, et al, Risk Factors Associated to Tuberculosis Patients With Positive Sputum Microscopy. Gac Sanit 2001;15:506–12.

17

12. Elizabeth J. Corwin. Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2002. h. 408-410. 8. Mizgerd JP. Acute lower respiratory tract infection. N Engl J Med 2008; 358:716-27 13. Mario, C.R.& Richard, J.O., 2003. Tuberculosis. Dalam: Kasper, D., L., et al. Harrison Principles of Internal Medikine. Ed 16. Mc Graw-Hill. 14. Price, S.A., Standridge, M.P., 2006. Tuberkulosis Paru. Dalam: Price, S.A., Wilson, L.M., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC ; 852-861. 15. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 16. Rasmin, et al, 2006. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di RS Persahabatan Januari-Juli 2005. Jurnal Respirologi Indonesia.27 (1): 402408. 17. Reisa, T., 2010. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poliklinik Paru RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Maret - September 2010. 18. Sjarurachman A, Ikaningsih, Tjempakasari CR, Kiranasari A, Sudiro TM, Sudharmono P. Pola kuman infeksi saluran pernafasan bawah dan kepekaannya terhadap berbagai antibiotika. Cermin Dunia Kedokteran 2002; 137:38-40. 19. WHO. 2011. Global Tuberculosis Control: WHO Report 2011. Geneva.

18

Lampiran 1

Denah Ruangan Rumah Ny. M

Lampiran 2

Kondisi Rumah Ny. Afong

19

Lampiran 3

SKOR APGAR 0 : Jarang/tidak sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Sering/selalu Variabel

APGAR

APGAR

Penilaian

Tn. R

Ny. M

Adaptation

1

1

Partnership

2

2

Growth

1

2

Affection

2

1

Resolve

1

1

Total

7

7

Interpretasi : ≤5 (Kurang), 6-7 (Cukup), dan 8-10 (Baik). Rata-rata apgar score: 7,0 (Cukup)

20

Lampiran 4

SKOR SCREEM Variabel Penilaian

Penilaian

Social

Interaksi keluarga ini dengan tetangga kurang baik. cenderung jarang bersosialisasi.

Culture

Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.

Religious

Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Economic

Status ekonomi keluarga ini menengah kebawah.

Educational

Tingkat pendidikan Ny. M adalah tamatan SMP.

Medical

Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka berobat ke Puskesmas.

21

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Anita Arab.docx
April 2020 17
Surat Tugas Dr San.docx
December 2019 24
Tugas Dr Irawan.docx
June 2020 20

More Documents from "Anonymous D8BO57g3"