Tugas Dokter Ajeng.docx

  • Uploaded by: Nadiya Shiyamah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Dokter Ajeng.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,346
  • Pages: 7
NAMA

: NADIYA SHIYAMAH

KELAS

: 2016 A

NIM

: 165130101111016

JUDUL JURNAL : 1. Judul jurnal Female Reproductive tract : LAPORAN KASUS: KISTIK ENDOMETRITIS PADA KUCING PERSIA

Kistik endometritis adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya progesteron yang diinduksi dari endometrium. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kistik kelenjar endometrium dan peradangan pada uterus. Untuk dapat mendiagnosis penyakit kistik endometritis perlu dilakukan pemeriksaan lebih mendalam terhadap kucing bernama Zubaidah, ras persia, berjenis kelamin betina. Kucing tersebut memiliki rambut hitam, berumur satu tahun, bobot badan 2,4 kg. Pemilik kucing bernama Nona Dian yang beralamat di Jl. Pakusari, Sesetan, Denpasar Selatan Pada Jurnal ini kucing sudah dilakukan diagnosa klinik yang lengkap. Berikut perbedaan antara hasil yang didapat dari kucing bernama zubaidah dan Kucing yang tidak mengalami kasus endromastitis Keterangan Anamnesa

Kucing Zubaidah anamnesis dilakukan pada 1 Januari 2017 kucing mengeluarkan leleran putih kental (leucorrhoea) dan tidak berbau dari vagina. Kucing sering menjilati vaginanya. Kucing pernah dikawinkan pada awal bulan Desember 2016, ini merupakan birahi pertama. Tetapi tidak terjadi kebuntingan. Nafsu makan kucig penderita menurun. Kucing tersebut belum pernah divaksin dan diberi obat cacing.

Kucing Sehat / normal Pada kucing betina sehat vagina tidak mengeluarkan leleran putih yang kental. Nafsu makan baik

Pemeriksaan Berdasarkan pemeriksaan umum diperoleh data kucing bernama Zubaidah berupa suhu tubuhnya Fisik 38,6ᴏ C, frekuensi respirasi 52 kali/menit, frekuensi degup jantung 149 kali/menit, pulsus 135 kali/menit, capillary refill time (CRT) di bawah dua detik. Pada pemeriksaan kulit terdapat adanya skil diseluruh tubuh. Pada pemeriksaan klinis pada urogenital kucing terperiksa terlihat adanya leleran putih kental (leucorrhoea) dan tidak berbau dari vagina. Kondisi umum tubuh kucing terlihat normal Nafsu makan kucing Zubaidah menurun dan ada Gejala leleran putih kental (leucorrhoea) dan tidak Klinis berbau dari vagina (Gambar 1). Kucing sering

Pada kucing sehat dewasa umumnya suhu tubuh 38- 39,5 oC, frekuensi respirasi 2030 kali, dekup jantung 100- 120 dan capillary refill time (CRT) di bawah dua detik. Tidak ada leleran kental dari vagina dan mukosa terlihat kering Nafsu makan baik, tidak ada aktivitas menjilat vagina, mukosa vagina kering

menjilati vaginanya. Kucing Zubaidah dan simetris saat di merasakan perutnya nyeri saat ditekan. palpasi kucing tidak menunjukkan rasa sakit

Tanda klinis

Terlihat berupa cairan eksudat dalam lumen uterus. mengalami eosinofilia Hal ini terjadi akibat adanya infestasi parasit Parasit yang ditemukan pada pemeriksaan trichogram yaitu tungau Lynxacaru

Tidakan / Pemeriksaan lab diagnosa lebih lanjut Diagnosa Klinis lebih lanjut

Cairan yang keluar dari vagina kucing dipengaruhi oleh faktor hormonal. Pada fase estrus, ovarium atau sel telur menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah banyak tanpa disertai terjadinya kebuntingan. Dalam kondisi tertentu hormon progesteron ini akan menghasilkan cairan berupa runtuhan sel-sel yang cukup banyak. Cairan ini akan dialirkan ke dalam uterus dan keluar melalui vagina. Tidak diperlukan

1. Uji Laboratorium. Kucing Zubaidah dilakukan pemeriksaan laboratorium. Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan hematologi rutin, ultrasonografi (USG), dan histopatologi terhadap jaringan uterus pascabedah pengangkatan indung telur dan saluran peranakan. Pemeriksaan hematologi rutin menggunakan alat Icubio iCell800Vet (Stac Medical Sciene and Technology co., LTD, Cina) dan pemeriksaan USG menggunakan alat (Mindray DP-2200Vet ver 1.0, Shenzhen Mindray Bio-medical Electronics co., LTD, Cina). Pemeriksaaan hematologi rutin dan USG dilakukan di Rumah Sakit Hewan FKH Universitas Udayana. Sedangkan pemeriksaan histopatologi dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar pada tanggal 16 Januari 2017. Pemeriksaan hematologi rutin terhadap sampel darah kucing Zubaidah diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel

Dari hasil hematologi rutin di atas kucing Zubaidah mengalami eosinofilia. Pada pemeriksaan USG hewan diposisikan secara dorsal recumbency. Diperoleh gambaran adanya cairan (anechoic) dan penebalan (hyperechoic) pada uterus dengan menggunakan probe arah transversal (Gambar 2). Selain pemeriksaan hematologi rutin dan ultrasonografi (USG), juga dilakukan pemeriksaan secara histopatologi pada organ uterus. Pada pemeriksaan tersebut organ uterus ditemukan adanya hemoragi, kistik, infiltrasi sel radang, nekrosis, dan hiperplasia (Gambar 3). Diagnosis. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan laboratoris pada kucing tersebut maka diagnosis kasus ini adalah endometritis kistik. Prognosis. Prognosis dari kasus

ini adalah Dubius. Terapi. Tindakan yang diberikan pada kucing Zubaidah guna mengatasi endomentritis yang terjadi adalah ovariohysterectomy. 2. Judul Jurnal Mamary Glands : Operasi Mastektomi pada Pengobatan Penyakit Tumor Mammae Kucing Tumor mammae umumnya jarang terjadi pada kucing, namun jika terjadi dapat berakibat fatal karena seringnya tumor mammae yang bersifat malignant dan merusak jaringan secara agresif (Sorenmo 2011). Sebanyak 85% tumor mammae pada kucing bersifat malignant dan diklasifikasikan sebagai adenocarcinoma, selain itu biasanya tumor mammae dapat muncul kembali setelah lebih dari 6 bulan pada kucing yang telah dioperasi mastektomi. Pada Jurnal ini kucing sudah dilakukan diagnosa klinik yang lengkap. Berikut perbedaan antara hasil yang didapat dari kucing penderita tumor dan kucing yang sehat Keterangan Anamnesa

Kucing Penderita tumor anamnesis dilakukan dengan menanyakan sejarah penyakit pada pemilik, menurut pemilik, beberapa hari terakhir kucing mulai tampak lesu dan aktifitasnya berkurang. Pemeriksaan secara umum kondisi kucing baik. Terlihat nafsu makan baik, temperatur tubuh 38,5 oC, pulsus Fisik 124 kali/menit, frekuensi nafas 36 kali/menit, defekasi dan urinasi baik, mukosa tampak rose, dan tidak terlihat kelemahan pada kucing.

Gejala Klinis

hewan mengalami pembesaran pada kelenjar ambing no.4 sebelah kanan dengan konsistensi yang keras

Tidakan / USG dan Hematologi diagnosa lebih lanjut

Kucing Sehat / normal Pada kucing betina sehat harusnya lincah dan nafsu makan baik Pada kucing sehat dewasa umumnya suhu tubuh 38- 39,5 oC, frekuensi respirasi 2030 kali, dekup jantung 100- 120 dan capillary refill time (CRT) di bawah dua detik. Tidak ada pembengkakan pada ambing

Tidak diperlukan

1. Pemeriksaan USG

Sebelum operasi dilakukan pemeriksaan USG untuk peneguhan diagnosa tumor mammae. Kucing didiagnosa menderita tumor mammae pada kelenjar ambing no.4 sebelah kanan, dilihat dari konsistensi ambing yang keras dan hipervaskularisasi ke arah massa tumor 2. Pemeriksaan hematologi

Didapatkan hasil peningkatan neutrofil dan eusinofil dalam leukosit yang menunjukan positif menderita tumor mamae

3. Judur jurnal Skin dan hair : STEPHANOFILARIASIS (KASKADO) PADA SAPI Stephanofilariasis yang sering disebut juga penyakit Kaskado adalah penyakit pada sapi yang ditandai dengan dermatitis. Penyakit ini disebabkan oleh cacing dari genus

Stephanofilaria dan ditularkan melalui vektor lalat. Pada jurnal tersebut diagnosa dilakukan dengan melihat secara kondisi fiik 1. Pada kulit Kaskado dapat dikenali dari adanya luka-luka pada kulit hewan yang tertutup keropeng dan terlihat adanya penebalan kulit. Pada tahap awal infeksi hanya terlihat adanya sejumlah papula atau lepuh-lepuh kecil yang kemudian akan menyatu dan menjadi luka yang besar disertai penebalan kulit, 2. Pada rambut Rambut rontok dan ulserasi. Pada stadium lanjut terlihat adanya daerah peradangan yang berbatas jelas dengan kulit yang tidak berbulu karena mengalami kerontokan dan terlihat kasar beralur membentuk lipatan tebal berwarna kelabu 3. Di samping itu, pada infeksi ringan biasanya lukanya tertutup oleh kerak atau keropeng kering yang umumnya terdapat di sudut mata, pundak, bahu, leher, dada, punggung dan gelambir (ADIWINATA dan PARTOUTOMO, 1992) (Gambar 2). Sedangkan, pada infeksi yang tergolong berat berupa suatu radang kulit yang biasanya berbentuk bulat, bagian tepi kulit berwarna kemerahan dan tertutup keropeng, dan apabila keropeng diangkat jaringan kulit tampak bergranulasi. Kadang-kadang di antara keropeng yang sudah kering terdapat luka terbuka yang berdarah dan biasanya berisi cacing

4. Judul jurnal Nails : BOVINE EPHEMERAL FEVER, PENYAKIT HEWAN MENULAR YANG TERKAIT DENGAN PERUBAHAN LINGKUNGAN Bovine Ephemeral Fever (BEF) adalah salah satu penyakit virus arbo pada ruminansia terutama sapi dan kerbau, yang penularannya melalui vektor nyamuk. Tumbuh kembang nyamuk sebagai vektor sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim dan lingkungannya, dan akan berkembang pesat pada saat terjadinya kenaikan suhu lingkungan. Penyakit ini banyak

ditemukan di daerah tropis, dan subtropis, seperti Asia, Afrika dan Australia. Pada jurnal tersebut diagnosa dilakukan dengan melihat secara kondisi fiik 1. Gejala Kliniks Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi BEF di lapang antara lain demam tinggi dan mendadak, yang dapat mencapai 41-42°C, nafsu makan berkurang, lemas, kelumpuhan, lakrimasi, leleran hidung, kekakuan terutama pada sendi-sendi sehingga tidak dapat berdiri. Pada sapi yang sedang laktasi, infeksi BEF dapat menyebabkan produksi susu berhenti total. Pada sapi betina bunting dapat menyebabkan abortus, sedangkan pada sapi jantan dapat menyebabkan sterilitas sementara. Hal ini berakibat pada gagalnya reproduksi ternak baik melalui inseminasi buatan maupun kawin alam. 2. Diagnosa klinis Diagnosis BEF dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis, uji serologis, virologis dan pemeriksaan patologis. Namun Teknik diagnosis yang cepat dan akurat perlu dikembangkan baik uji serologi maupun deteksi virus sehingga wabah penyakit BEF dapat diantisipasi lebih dini.

Related Documents


More Documents from "Nur Amira Amalina"