Tugas Bencana Kel 4.docx

  • Uploaded by: Mumun Muna
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Bencana Kel 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,731
  • Pages: 11
MAKALAH MAN MADE DISASTER

Tugas dari : Yunita Wahyu Wulansari, S.Kep., Ns., M.Kep Kelompok : 4 Sevanur Dwi Efendi

(16010039)

Silvia Aizamatul.W

( 16010040)

Siti Maftuhatus Soleha

(16010041)

Ulfiyatul Rani Roshinta

(16010042)

Vivin Damayanti

(16010043)

Widya Nugraha Putra

(16010044)

Winda Riska Dewi

(16010045)

Yolanda Prilissiandita

(16010046)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2018-2019

Jl. dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536 E_mail : [email protected], web: http://www.stikesdrsoebandi.ac.id

KATA PENGANTAR Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga Makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga Makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya Makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Terjadinya berbagai bencana yang di negeri ini selalu menyisakan duka bagi rakyat. Meski banyak retorika dibangun untuk mengatasi hal ini, baik pada masa Orde Baru maupun pada masa Orde Reformasi. Namun, seringkali tidak diikuti dengan tindakan dan kebijakan nyata. Peningkatan bencana terus terjadi dari tahun ke tahun. Bahkan, sejak tahun 1988 sampai pertengahan 2007 jumlah bencana di Indonesia mencapai 647 bencana alam meliputi banjir, longsor, gempa bumi, dan angin topan, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 2022 dan jumlah kerugian mencapai ratusan miliar. Jumlah tersebut belum termasuk bencana yang terjadi pertengahan tahun 2006 sampai pertengahan 2007 yang mencapai ratusan bencana dan mengakibatkan hampir 1000 korban jiwa. Bencana struktural, bencana alam maupun bencana kemanusiaan terus terjadi. Dalam tahun 2002 tercatat bencana besar terjadi adalah langganan kebakaran hutan di Pontianak, Jambi, Palembang, banjir di Jakarta, Jawa Tengah, Semarang, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi lainnya. Fenomena banjir bandang dan tanah longsor adalah suatu fenomena alam yang jamak di muka bumi ini. Secara umum, ketika sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30% atau lebih dari 27 derajat) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan Sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan. Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu saja.

1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa bencana terus terjadi? 2. Bencana apa saja yang sering terjadi akibat ulah manusia ? 3. Bagaimana manajemen bencana ? 4. Bagaimana prehospital bencana ?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui alasan bencana terus terjadi 2. Untuk mengetahui jenis bencana akibat ulah manusia 3. Untuk mengetahui manajemen bencana 4. Untuk mengetahui prehospital bencana

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangantantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

2.2 Jenis-Jenis Bencana Akibat Ulah Manusia 1. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, ledakan, gangguan listrik, dan lainnya Sedangkan, berdasarkan cakupan wilayahnya, bencana terdiri atas berikut ini. a. Bencana local, bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah

gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya karena akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, kebocoran bahan kimia dan lainnya b. Bencana regional, jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado, dan lainnya. 2.3 Manajemen Bencana Selama ini, manajemen bencana dianggap bukan prioritas dan hanya datang sewaktu-waktu saja, padahal kita hidup di wilayah yang rawan terhadap ancaman bencana. Oleh karena itu pemahaman tentang manajemen bencana perlu dimengerti dan dikuasai oleh seluruh kalangan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana (seperti terlihat dalam Gambar Siklus Manajemen Bencana), yang bertujuan untuk (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu: 1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini; Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah

bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkahlangkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana. 2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untukmenanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril

maupun material.

Banyaknya bantuan

yang datang

sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi 3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi

kaidah-kaidah

kebencanaan

serta

tidak

hanya

melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi. Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang

perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi. 2.4 Perawatan Pre Hospital Tujuan utama dari penanganan bencana adalah menghindari atau meminimalkan kerugian yang terjadi akibat bencana. Selain itu, bertujuan mengurangi penderitaan yang dialami korban dan mempercepat proses pemulihan. Tujuan terakhir adalah memberikan perlindungan bagi korban akibat dampak bencana (Mizam, 2012). Dampak yang ditimbulkan akibat bencana adalah dampak fisik, psikis, sosial, material dan ekonomi serta kerusakan infrastruktur. Dampak fisik yang sering ditemukan pada kondisi bencana adalah gangguan jalan nafas, gagal pernafasan, perdarahan tidak terkontrol, trauma dan kondisi non-trauma lain yang terkadang juga dapat menimbulkan kematian. Semua kondisi tersebut membutuhkan manajeman pre hospital bencana yang tepat dan cepat dari tenaga kesehatan dalam memberikan respon. Manajemen pre hospital adalah pemberian pelayanan yang diberikan selama korban pertama kali ditemukan, selama proses transportasi hingga pasien tiba di rumah sakit. Penanganan koban selam fase pre hospital dapat menjadi penentu kondisi korban selanjutnya. Pemberian perawatan pre hospital yang tepat dan cepat dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian akibat trauma (WHO, 2005). Pelayanan yang dapat diberikan pada tahap pre hospital adalah langkahlangkah pertolongan dasar dan dilanjutkan dengan penanganan advanced pre hospital. Pertolongan dasar dapat dimulai dari initial assasmentterhadap korban, evakuasi korban, pemberian oksigenasi, pemantauan kondisi pasien termasuk tingkat kesadaran, dan perawatan luka. Perawatan kemudian dilanjutkan dengan penanganan advanced pre hospitalseperti pemberian terapi cairan, krikotiroidektomi, intubasi endotrakeal, dan perawatan selama proses transportasi pasien ke rumah sakit. Selain itu, selama proses transport juga dibutuhkan monitoring dan observasi kondisi pasien (WHO, 2005).

Pelayanan pra hospital dilakukan dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans serta komunikasi.

a. PSC (Public Safety Center) Merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-halyang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mendapatkan respons cepat (quickresponse) terutama pelayanan pra RS. PSC didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda dengan sumber daya manusia dari berbagai unsur tersebut, ditambah masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi masyarakat,

biaya

dari

masyarakat.

Kegiatan

menggunakan

perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai respons cepat penangggulangan gadar.

b. BSB. Unit

khusus

untuk

penanganan

pra

RS,

khususnya

kesehatan

dalam bencana.Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, Dinkes, RS), petugas medis (perawat,dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll).

Pembiayaan

dari

instansi

yang

ditunjuk

dan

dimasukkan

APBN/APBD.

c. Pelayanan Ambulans. Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas, klinik, RB,RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang disepakati bersamauntukmobilisasi ambulans terutama dalam bencana.

d. Komunikasi. Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga

seluruhkegiatan berlangsung dalam sistem terpadu. Pembinaan

dilakukan pada berbagaipelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi dokter, perawat,awam khusus. Penyuluhan bagi awam.

BAB III KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan Bencana merupakan kejadian yang menyebabkan kesrusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Sehingga diperlukan manajemen dan mitigasi bencana yang baik untuk mengurangi dampak yang lebih parah. Dalam penanggulangan bencana diperlukan kerjasama yang baik antar semua pihak, termasuk didalamnya perawat. Peran perawat dalam bencana antara lain adalah Melakukan asuhan keperawatan penderitaan gawat darurat, Kolaborasi dalam pertolongan gawat, Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat darurat. Oleh karena itu perawat harus mampu melakukan perawatan pre hospital maupun intra hospital ketika bencana itu terjadi sehingga penderitaan korban bencana segera tertangani dengan baik.

3.2. Saran Penulis menyarankan agar perawat dan pembaca dapat memahami dan mengaplikasikan manajemen bencana, perawatan pre hospital dan intra hospital ketika bencana terjadi. Sehingga dapat memudahkan kita terutama perawat dalam melakukan intervensi atau tatalaksana yang sesuai dengan kondisi bencana tersebut.

DAFTAR PUSTAKA UNDP, Program Pelatihan Managemen Bencana, Mitigasi Bencana, Edisi Dua, Cambridge

Architectural

Research

Limited,

1994;

http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/SocialWelfare/Disaster/Manajemen %20dan%20mitigasi.pdf World Health Organization (WHO). (2005). Pre hospital Trauma Care System

Related Documents


More Documents from "Guruh Widhi Prabowo"