PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan popular di dunia. Populasinya juga mengalami peningkatan dalam jumlah besar. Peningkatan jumlah populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti kucing karena hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen peyakit. Salah satu solusi untuk mengendalikan tingginya populasi hewan tersebut adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi pada kucing betina yaitu ovariohysterectomy. Sterilisasi pada hewan betina dilakukan dengan pemotongan pada ovarium dan uterus (ovariohisterectomi) pada hewan betina. Ovariohisterektomi terdiri dari dua kata yaitu ovariektomi dan histerektomi. Ovariektomi merupakan tindakan bedah yang memotong, mengeluarkan, dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerektomi merupakan tindakan bedah yang memotong, mengeluarkan, dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Jadi ovariohisterektomi (OH) merupakan tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri dari rongga abdomen (Nelson 2003). Operasi ini dilakukan untuk mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor ovarium, serviks, dan uterus. Selain itu operasi ini juga dilakukan untuk memperkecil terjadinya piometra pada betina yang tidak steril. Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan berumur masih muda. Pada kasus piometra sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan cairan sehingga melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Ovariohysterectomi dapat dilakukan pada semua fase siklus reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus.
1.2 Rumusan Masalah 1. apa tujuan dilakukannya operasi ovariohysterectomy? 2. Bagaimana penanganan pada operasi Ovariohysterectomy ?
1.3 Manfaat 1. Menekan pertumbuhan/populasi kucing (mencegah anak kucing yang tidak diinginkan). 2. Menguragi populasi kucing liar. Kucing liar mempunyai resiko besar membawa banyak bibit penyakit bagi manusia(rabies, parasite) dan bagi hewan lain (rabies, FIV, FIA, FeLV, parasite). 3. Menghindari penyakit genetika dan daformitas congenital. Penyakit-penyakit yang diduga dapat diwariskan contohnya adalah polycystic kidney disease (PKD), lysosomal storage disease dan amydosis. 4. Pencegahan atau treatment penyakit ovarium dan uterus. Ovariohysterectomy pada usia muda pada kucing betina dapat mencegah penyakit ovarium dan uterus. Penyakit –penyakit tersebut adalah kanker uterus, kanker ovarium, polycystic ovaries, metritis atau endometritis, cystic endometrial hyperplasia, pyometra, ectopic pregnancy, prolapse uterus dan torsio uterus. 5. Mencegah atau menguragi penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas hormone (estrogen dan progesterone). Kondisi yang mengindikasikan adanya kelebihan hormone antara lain vaginal hyperplasia, mamaria neoplasia dan tumor, mammary erlargement,cystic endometrial hyperplasia, piometra dan pseudoregnancy (Saunders, 2003)
PEMBAHASAN Ovariohysterectomy adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium dan uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk terapi penyakit yang ada di dalam organ-organ reproduksi (Biyani 2010). Ovariohysterectomi memiliki banyak nama lain antara lain : spay, femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation dan pengangkatan uterus. Ovariohysterectomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan pada hewan kecil di praktekpraktek hewan (Rice, 1996). Ovariohysterectomi yang dilakukan pada seekor kucing perlu diperhatikan baik saat preoperasi, operasi dan post operasi. Pada saat sebelum operasi segala kebutuhan dipersiapkan dalam melaksanakan adalah preparasi alat dan perlengkapan operator dan asisten. Proses ini bertujuan agar selama operasi dapat menggunakan perlengkapan dan peralatan yang aseptic sehingga mencegah kontaminasi dengan sterilisasi menggunakan oven. Kucing yang akan dioperasi ditetapkan layak untuk ovariohisterectomi setelah dilakukan pemeriksaan umum, kondisi fisik, statue present. Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan
untuk
mencegah
terjadinya
tumor
kelenjar
mamae.
Indikasi
dilakukannya
ovariohisterectomy adalah sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma), tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina, hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan dan penggemukan Ovariohisterektomi akan menghilangkan siklus estrus, karena hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium ditiadakan. Operasi ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin.
Usia berapakah sebaiknya dilakukan Operasi Ovariohysterectomy ? o Informasi Umum Meskipun
dalam
penelitian
sudah
menunjukan
keamanan
dalam
operasi
Ovariohysterectomi pada kucing usia 7 minggu, tidak ada studi prospektif jangka panjang yang mneunjukan usia optimal untuk operasi ovariohysterectomi pada kucing (Kustritz, 2007) Keuntungan dilakukannya ovariohysterectomy termasuk penurunan insiden pada neoplasia mammae pada kucing, menurunkan terjadinya penyakit uterus; terutama pyometra; dan penurunan terjadinya dimorfik perilaku seksual (Kustritz, 2007). Neoplasia mammae adalah jenis tumor paling umum ketiga pada kucing betina. Lebih dari 90% kasus yang dilaporkan adalah ganas, dengan penyebaran lokal dan ke kelenjar getah bening regional, paru-paru, dan jaringan lain. Berbagai penelitian selama beberapa dekade telah mendokumentasikan efek perlindungan OHE; menurut yang dilaporkan kucing betina biasanya mengalami tujuh kali risiko berkembangnya tumor. Pembedahan adalah modalitas pengobatan yang dianjurkan. Pyometra umumnya dialami oleh kucing betina yang sudah tua; ada kemungkinan besar bahwa kucing akan memiliki penyakit uterus pada usia 5 tahun. OHE dapat mengurangi terjadinya pyometra, dengan angka kematian yang dilaporkan 8% (Kustritz, 2007). Kerugian Ovariohysterectomy yang paling signifikan pada kucing adalah obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan sering terjadinya diabetes mellitus, terutama pada kucing Burma; ini mungkin terkait dengan obesitas. Kegemukan adalah gangguan nutrisi yang paling umum pada kucing, dan beberapa penelitian retrospektif telah ditunjukkan korelasi antara spay atau pengebirian dan penambahan berat badan. Pada kucing, telah ditunjukkan bahwa gonadektomi dikaitkan dengan penurunan tingkat metabolisme. Menambah berat badan dengan mudah dikontrol oleh pemilik, dengan diet dan olahraga yang tepat. Kekhawatiran lain yang dilaporkan adalah umum risiko bedah; kejadian pascaoperasi yang merugikan dilaporkan terjadi hingga 33%, dengan sebagian besar efek samping yang dilaporkan ringan dan sembuh dengan sendirinya (Kustritz, 2007)
o Implikasi Klinis Dokter hewan dan klien harus mempertimbangkan kejadian dan morbiditas dan mortalitas gangguan yang terkait dengan OHE (Ovariohysterectomy) untuk menentukan usia optimal untuk dilakukannya OHE pada kucing. misalnya; Ras kucing Jepang dan kucing domestik cenderung terkena neoplasia mammae. Tingginya morbiditas dan mortalitas terkait dengan neoplasia mammae pada kucing sangat mendukung dilakukannnya OHE sebelum estrus pertama, yang mungkin terjadi pada usia muda yaitu usia 4 bulan (Kustritz, 2007).
Kapan sebaiknya dilakukan operasi Ovariohysterectomy pada kucing betina ? o Informasi Umum Vaskularisasi indung telur dan rahim meningkat ketika kucing berada di bawah pengaruh estrogen, seperti pada proestrus dan estrus, dan selama kehamilan. Vaskularisasi menurun setelah ovulasi. Sebaiknya dilakukan pasca - estrus atau anestrus. Kucing yang diinduksi untuk ovulasi dapat mengembangkan hipertrofi mamaria selama diestrus, atau non - pembesaran neoplastik dari satu atau lebih kelenjar susu. Kondisi ini juga bisa terjadi pada hewan yang menerima progestin eksogen (Kustritz, 2007). o Implikasi klinis Karena peningkatan vaskularisasi, anestesi dan pembedahan membutuhkan waktu lebih lama, dan ada yang lebih besar risiko perdarahan intra-dan pasca operasi jika operasi dilakukan selama proestrus atau estrus. Risiko serupa, bersama dengan dehidrasi dan anemia, hadir jika OHE dilakukan selama kehamilan, karena uterus yang berat gravidus diangkat dengan pembedahan. Tidak ada penelitian yang dipublikasikan yang mendokumentasikan peningkatan insiden efek samping relatif terhadap tahap kehamilan selama OHE dilakukan. OHE bersifat kuratif untuk hipertrofi mammae, yang akan menurun setelah stimulus progesterone dihilangkan. Pembedahan dapat ditunda sampai kelenjar mammary mengalami penurunan ukuran, atau pendekatan flank mungkin diperlukan dalam kasus yang parah (Kustritz, 2007).
2.1 Anatomi Ovariohysterectomy (Hosgood, 1998) : -
Kedua ovarium berada di caudal ginjal, dengan ovarium kanan berada lebih cranial dan lebih sulit dijangkau.
-
Ligamentum suspersorium yang arahnya caudal dorsal dari ovarium menautkan ovarium dengan dinding tubuh.
-
Ligamentum utama dari ovarium menatkan ovarium dengan uterus. Legamentum yang cukup kuat ini, nantinya akan dijepit dengan tang arteri.
-
Arteri dan vena pada ovarium sangat rapuh dan mudah pecah. Terletak pada bagian dorsal dari ovarium. Pada hewan tua, arteri dan vena tersebut kadang ditutupi oleh lemak.
-
Ligamentum sekitar menautkan ovarium dengan dorsal lateral tubuh.
Pada ovariohysterectomi dilakukan teknik bedah laparatomi medianus poeterior. Penyayatan kulit dilakukan pada bagian caudal umbilical (Hosgood, 1998). Selain tujuan atau kegunaan dilakukannya operasi OHE, jenis operasi ini juga mempunyai kelemahan atau kerugian. adapun kerugian dari dilakukannya ovariohysterectomy antara lain :
Obesitas
Hilangnya potensi breed dan nilai genetic
Setelah dilakukannya ovariohysterectomy, terdapat beberapa komplikasi yang mungkin akan terjadi, diantaranya yaitu (Saunders, 2003):
Pendarahan (haemoragi), hemoragi dilaporkan sebagai kausa kematian paling umum setelah ovariohysterectomy (Pearson, 1973). Pendarahan dapat disebabkan karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik (direnggangkan).
Ovariant remnant syndrome. Syndrome ini menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy. Hal ini karena disebabkan karena pengambilan ovarium yang tidak sempurna (tuntas).
Uterine stump pyometra, inflamasi, dan granuloma.
Fistula pada traktus reproduksi. Fistula tersebut berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang).
Urinary incontinence. Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesika urinary. Hal ini dapat terjadi karena adanya perekatan (adhesi) atau granuloma pangkat uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.
2.2. Prosedur Operasi 1. Pre-Bedah a. Persiapan Ruang Operasi Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dan debu. Disterilisasi dengan radiasi atau disenfektan. Disenfektan yang digunakan merupakan campuran kalium permanganat 5% dan formalin 10% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit. Juga dapat digunakan formalin tablet yang diletakkan di dalam ruangan. b. Persiapan Peralatan Operasi Perlengkapan operator dan asisten operator berupa tutup kepala, masker, handuk kecil, baju operasi dan sarung tangan. Baju operasi dilipat sedemikian sehingga bagian yang disinggung langsung dengan pasien berada di dalam. Perlangkapan baju operasi kemudian dibungkus dengan dua lapis kain dengan urutan dari bawah ke atas yaitu sarung tangan yang sudah di bungkus denga kertas, baju opersi yang telah dilipat, handuk yang telah dilipat, masker, dan penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah di bungkus dimasukkan ke dalam autoclaf dan disterilisasi pada suhu 600C selama 15-30 menit.
Satu set peralatan bedah minor disiapkan dalam bak instrumen dengan urutan paling bawah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus sirrhugis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 4 tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 2 pinset anatomis dan sirrhugis,1 gagang scalpel dan 4 towel clamp. Semua alat disikat dan dicuci terlebuih dahulu, disikat sampai bersih dan dibilas dengan air mengalir sampai 15-20 kali. Aliran air dan penyikatan dimulai dari ujung peralatan yang berhubungan langsung dengan pasien, kemudian dikeringkan dengan lap yang bersih. Selanjutnya peralatan dimasukkan ke dalam bak instrumen dan dibungkus dengan kain muslin. Lalu disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 1000C selama 60 menit. c. Persiapan Tim Bedah Operator dan asisten operator mencuci tangan kemudian mengenakan masker dan penutup kepala. Selanjutnya tangan dicuci kembali dengan disikat dengan sikat yang sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan sela-sela jari hingga siku. Tangan kemudian dibilas sampai 10-15 kali, pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku. Setelah selesai mencuci tangan, kran ditutup menggunakan siku. Tangan dikeringkan dengan handuk dimana masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator memakai baju operasi, tangan operator di masukkan ke dalam baju operasi yang masih terlipat dan dibantu asisten yang tidak steril untuk mengkancingkan baju operasi. Selanjutnya sarung tangan dipakai dan operasi siap dilakukan. d. Persiapan Hewan Kucing dipuasakan selama 12 jam dan dilakukan pendataan hewan yang meliputi anamnese, signalemen dan status present dan melakukan Physical examination yang meliputi pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas dan CRT. Hewan diberi premedikasi atropin sulfat 0.25 % dengan dosis 0.025 mg/kg BB dan ACP 0,05 mg/kg BB secara subkutan. Selang 10-15 menit, hewan di anastesi menggunakan ketamine (10-20%) dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular. Setelah kucing teranestesi rambut mulai dicukur dibagain ventral abdomen dekat daerah umbilikalis. Bagian yang telah dicukur disterilisasi denga alkohol 70%, diberi iodine dengan memutar kapas dari arah dalam ke luar. Hewan di bawa ke meja operasi dan di posisikan telentang, keempat kaki hewan diikat dengan simpul reefer disetiap sudut meja.
2. Persiapan Bedah Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid sampai pubis. Identifikasi umbilikal dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi 3 bagian (cranial, medial dan caudal). Badan uterus terletak lebih caudal dan lebih sulit untuk dijangkau, oleh karena itu buat syatan pada 1/3 caudal abdomen. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi terhadap uterus. Masukkan ovary hook atau telunjuk ke sepanjang dinding abdomen, setelah itu putar ke arah medial untuk mendapatkan cornua uteri dan ligamen-ligamen kemudian angkat dari ruang abdomen. Telusuri cornua uteri yang didapatkan tadi sampai didapatkan ovarium. Potong ligamentum suspensory yang dekat dengan ginjal dan hati-hati dengan pembuluh darah ovary agar jangan sampai ikut terpotong. Begitu ovarium kanan dan kiri ditemukan, bagian mesovarium dijepit dengan tang arteri kemudian diikat melingkar dengan kuat menggunakan benang. Jepit dengan dua tang arteri di caudal dan kemudian pemotongan dilakukan diantara kedua tang arteri tersebut. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep menjepit pedicel ovarium proximalis. Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah di klem dengan menggunakan cut gut chromic 3.0. Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem yang menjepit ovarium. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat ligamen suspensory bagian proximal dapat dilepas. Bagian uterus ditelusuri sampai mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang satu lagi. Lakukan penjepitan dan pemotongan seperti sebelumnya. Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus serta arteri dan vena. Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan potong. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian proximal dapat dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen. Dengan menggunakan cut gut chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus dan m. Abdominis
externus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa ada omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana. Hal-hal yang harus dikontrol pada saat operasi adalah denyut jantung, frekuensi nafas, diameter pupil, suhu tubuh, mukosa, rasa nyeri dan pendarahan. Sebelum penjahitan kulit setiap lapis ditetetsi antibiotik agar tidak terjadi infeksi sekunder.
3. Tindakan Post Bedah Setelah operasi selesai, peralatan dicuci dan disikat di mulai dari ujung yang berhubungan dengan pasien. Setelah itu,dibilas dengan air mengalir sebanyak 15-20 kali. Semua peralatan dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bak instrumen. Perlakuan yang diberikan kepada pasien ialah perawatan luka, pemberian antibiotik dan Physical examination. Perawatan luka dilakukan dengan cara membersihkan luka setiap hari, kasa dan gurita di ganti tiap hari sekali. Kasa yang steril tersebut diberikan iodin lalu menutupkannya ke atas luka dan diberi plester di bagian pinggiran agar tidak bergeser. Kemudian daerah abdomen diikat dengan kain gurita agar perut terfiksasi dengan baik. Antibiotik yang diberikan ialah amoxicillin yang diberikan secara peroral sesuai dosis yang telah dihitung. Diberikan setiap pagi dan sore hari yang bertujuan untuk mengindari adanya infeksi dari bakteri pasca operasi. Physical examination yang dilakukan berupa pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, motilitas usus, CRT, warna mukosa, makan, minum, defekasi, urinasi dan lain-lain. Permbukaan jahitan dilakukan pada hari ketujuh post operasi.
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tindakan bedah ovariohisterektomi yang dilakukan pada kucing betina merupakan tindakan pengangkatan ovarium, cornua uteri baik kanan dan kiri indikasinya adalah penanganan kasus penyakit atau membatasi populasi hewan. Teknik operasi ini dengan laparotomi medianus di posterius umbilikal. Selama operasi dan pascaoperasi terjadi perubahan keadaan fisiologis tubuh. 3.2 Saran Tindakan bedah ovariohisterektomi harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuasi prosedur karena rawan terjadi pendarahan. Pemilihan lokasi sayatan harus ditentukan dengan tepat agar target organ ditemukan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Biyani, Septi dkk. 2010. Ovariohysterectomy. IPB.
Hosgood, G. dan Johny D. H. 1998. Small Animal Paediatric Medicine and Surgery. London.
Pearson. 1973. The Complication of Ovariohysterectomy in the Bitch. Jurnal Small Animal Practices 14:257
Root Kustritz M.V. 2007. Clinical Canine and Feline Reproduction . University of Minnesota College OF Veterinary Medicine St. Paul, MN
Saunders. 2003. Text Book of Small Animal Surgery. Philadelpia : The Curtis Center Independence square west.