BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia lahir, manusia itu pasti sudah mengalami berbagai macam pengalaman yang membekas maupun tidak membekas bagi manusia itu sendiri. Pengalaman dapat memberikan pelajaran ataupun hanya sekedar menjadi memori atau kenangan bagi manusia itu sendiri. Namun, berkat pengalaman itulah, biasanya manusia dapat memperoleh suatu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri. Pengetahuan merupakan sesuatu yang pernah dialami, dirasakan atau dilihat oleh suatu individu. Misalkan saja, seseorang akan memakai pakaian dimulai dari tangan dahulu baru kepala berdasarkan yang ia lihat ataupun yang telah diajarioleh ibunya. Berkat adanya pengetahuan dalam kehidupan manusia, biasanya dari sinilah akan tercipta sains atau ilmu pengetahuan bagi manusia itu sendiri. Kemudian, dengan adanya ilmu pengetahuan inilah, akan muncul pertanyaan yang kurang lebih berupa, ‘bagaimana cara menerapkan atau menciptakan solusi baru berdasarkan sains?’ di benak individu yang telah mendapatkan ilmu pengetahuan itu. Pertanyaan inilah yang akan menjadi akar dari kemunculannya sebuah teknologi atau inovasi- inovasi baru. Dari dulu hingga kini, selalu ditemukan berbagai macam teknologi yang berfungsi untuk memudahkan kinerja manusia. Dulu, di zaman purba, manusia mulai menggunakan tulang- belulang hewan purba, batu, ataupun kayu untuk berburu dan memasak. Kemudian, berkembang inovasi baru dimana manusia mulai menciptakan pisau untuk memotong serta
korek api untuk menghidupkan api.
Kemudian, teknologi memasak makin berkembang, dimana penggunaan korekapi dan kayu bakar berubah menjadi kompor minyak, kemudian berinovasi lagi menjadi kompor gas, dan akhirnya muncul teknologi kompor listrik. Selain itu, tak hanya di dunia memasak saja, teknologi dalam memudahkan perjalanan juga makin berkembang dengan adanya sepeda, sepeda motor, mobil, dll. Hingga abad ke-20 ini, kecanggihan teknologi makin terasa dan terus berkembang membuat segala kegiatan manusia diabad ini menjadi praktis. Salah satu contoh teknologi yang memiliki kesan praktis dalam kehidupan seharihari manusia adalah adanya tissue. Tisu merupakan salah satu teknologi hasil inovasi dari lap, serbet, atapun sapu tangan. Tisu memiliki peran yang kurang lebih sama dengan lap, serben atau sapu tangan. Namun, yang membedakan tisu dengan teknologi- teknologi sebelumnya adalah, ia lebih praktis dan mudah digunakan. Rasanya, dalam kehidupan sehari- hari, hamper seluruh kegiatan sepele yang dilakukan sehari-hari oleh orang- orang amat berkaitan dengan tisu. Tisu mungkin sering dianggap sepele keberadaannya, namun sebenarnya secara sadar maupun tidak sadar, orang- orang mulai bergantung akan adanya benda praktis ini. Tisu memang amat bermanfaat dan memiliki nilai lebihnya tersendiri dalam kehidupan, namun bukan berarti tisu ini tidakmemiliki dampak buruk juga bagi kehidupan dunia. Oleh karena itulah, penulis membuat esai ini agar pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai dampak yang dihasilkan oleh tissue.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah dampak dari penggunaan tisu dalam kehidupan sehari- hari?
1.3 Tujuan Mengetahui dampak dari penggunaan tisu dalam kehidupan sehari- hari 1.4 Manfaat
2. Menambah wawasan mengenai proses pembuatan tisu 3. Menambah wawasan mengenai peran penting dan kegunaan tisu 4. Menambah wawasan mengenai efek negatif pemakaian tisu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tisu Tisu adalah kertas lembut, mudah menyerap, dan mudah dibuang, yang utamanya digunakan untuk wajah. Tisu biasanya dijual dalam bungkus berbentuk kotak, dan dirancang untukmemfasilitasi pembuangan ingus dari hidung, ataupun lap pembersih. (Wikipedia, 2 September 2017) Tissue termasuk kedalam jenis convenience product, artinya dibeli
tanpa
memerlukan usaha dan pertimbangan yang banyak. Contoh lain dari convenience product adalah makanan, minuman, produk kebersihan, dsb. Dalam dunia pemasaran, adapun ragam jenis tissue yang dibuat oleh prosuden berdasarkan kebutuhan setiap individu dalam kehidupannya, seperti: a.
Tissue Muka
Tissue ini biasanya memiliki ciri khas tekstur lembut dan halus karena tissue ini akan mengalami kontak langsung dengan bagian tubuh yang halus seperti wajah. Tissue ini memiliki fungsi untuk membersihkan wajah,mulut, dan bagian tubuh lainnya dari kotoran dan keringat. b.
Tissue Toilet
Tissue ini teksturnya mudah hancur apalagi jika terkena cairan apapun sehingga tidak cocok untuk digunakan terhadap wajah. Tissue ini memiliki fungsi sebagai kertas pembersih pengganti air setelah membuang air besar maupun air kecil dari toilet. Biasanya, negara- negara bagian Barat yang memakai tisu sebagai medium pembersihan dalam kasus ini.
c.
Tissue Makan
Tissue makan memiliki tekstur yang mudah menyerap minyak dan air, yang memiliki fungsi untuk membersihkan mulut dan tangan setelah makan. d.
Towel Tissue
Tissue ini memiliki daya serap yang tinggi, dengan tekstur yang lembut dan kuat. Tissue ini biasanya digunakan untuk mengeringkan tangan setelah mencuci tangan, membersihkan dapur dari tumpahan noda dan sebagai pengganti Koran untuk meletakkan gorengan sehingga menyerap minyak. e.
Multi Purpose Tissue
Tissue ini memiliki karakteristik yang familiar dengan facial tissue yang lembut, namun memiliki banyak fungsi dalam hal membersihkan. (Gustini, H. 2014) 2.2 Asal- usul Tissue Sebelum adanya tissue, orang- orang di China menggunakan apapun yang tersedia di alam untuk membersihkan diri setelah buang air seperti daun, kulit kerang, dan kulit jagung. Orang Romawi menggunakan spons yang dipasang pada ujung tongkat dan direndam dengan air garam. Di Amerika hingga akhir abad ke19, orang Amerika memilih menggunakan bahan bacaan yang sudah dibuang untuk membersihkan diri setelah buang air. Hingga kini, di beberapa kebudayaan tangan kiri memiliki tugas untuk membersihkan daerah pembuangan. Kemudian, sejak abad ke-14 toilet paper mulai digunakan di China dan dibuat dalam ukuran 2x3 inch. Tissue mulai dibuat sekitar tahun 1880-an dari bahan baku kulit kayu yang dijadikan pulp (bubur kertas). Hingga saat ini, bahan
baku pembuatan tissue masihlah berasal dari kayu yang didapatkan dari penebangan pohon- pohon berdaun jarum seperti pohon pinus. Kemudian, kertas tissue toilet dengan bentuknya sekarang pertama kali muncul pada tahun 1857, dibuat oleh Joseph Gayetty. Pada tahun 1879, untuk pertama kalinya Scott Paper Company yang didirikan oleh Edward dan Clarence Scott menjual tissue WC dalam bentuk gulungan dengan perforasi yang dijual oleh Albany Perforated Wrapping Paper Company. Virtual Toilet Paper Museum kemudian melaporkan bahwa kehabisan stok tissue WC pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1973. (Astalog.com, tanpa tahun) 2.3 Proses Pembuatan Tisu Proses pembuatan tissue dirancang untuk menghapus air yang diekstrak dari jaringan dan menghapus air yang diekstrak dari jaringan dan menggantinya dengan media pendukung yang memberikan kekakukan yang cukup untuk memungkinkan membagi jaringan tanpa kerusakan atau distorsi. a. Dehidrasi Merupakan penghapusan air dan pembebasan dar
DAFTAR PUSTAKA [1]. Gustini, H. (2014). Indeks Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk dan Harga pada Tissue Paseo. Jurnal Politeknik Negeri Sriwijaya. 1, 19-21 [2]. martabakcoklatkejususu.blogspot.com/2014/04/makalahkonsep-teknologiproduksitissue.html?m=1,diakses pada tanggal 21 November []. Wikipedia.com, diakses pada tanggal 20 November []. Astalog.com, diakses pada tanggal 20 November