TROPIK INFEKSI DEMAM BERDARAH DENGUE Pengertian Demam berdarah dengue merupkan penyakit demam akut yang disebabkan virus dangue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan aedes albopictus serta memenuhi WHO damam berdarah dengue (DBD) DIAGNOSIS Kreteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi: . Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanyabifasik . Terdapat minimum satu dari manifestasi perdarahan berikut ini : - uji torniquet positip (>20 petekie dalam 2,54 cm²) - Petekie, ekimosis, atau purpura pedarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain - Hematemesis atau melana . Trombositopenia (>100.000/mm³) . Trdapat minimal satu tanda – tanda plasma leakage - hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata – rata pada usia, jenis kelamin, dan jenis populasi yang sama - hematokrit turun hingga >20% dibanding homatokrit awal, setelah pemberian cairan - terdapat efutasi pluera, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia Drajat I : Demam disertat gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji tornique positif dan/atau mudah menular II : Drajat I disertai perdarahan spontan III : Terdapat gejala sirklus : nadi cepat dan lemah atau hipontensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah. IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur DBD Drajat III dan IV digolongkan dalam
DIAGNISIS BANDING Demam akut yang berbermanifestasi trombositopenia PEMERIKSAAN PENUNJANG Hb,Ht,lekosit,trobisit,selorologi dangue
TERAPI Nonfarmakologis: tirah baring,makanan lunak Farmakologis Simtomatis : antipirektik parasetamol bila demam Tatalaksana terinci dapat dilhat pada lampiran protokol tatalaksana DBD - Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf koloid/plasma ekspenter DBD stradium III dan IV bila diperlukan - Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi - Pertibangan heparinisasi pada DBD Stadium III atau IV dengan Koagulasi intravaskular diseminata(KID) KOMPLIKASI Ranjatan,pendarahan,KID PROGNOLOGIS BONAM WEWENANG • RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam • RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT TERIKAT • RS Pendidikan : Divisi Hermatologi-Onkologi Medik,PMI
DEMAM TIFOID PENGERTIAN
Demam tifoid merupakan penyakit sistemitik akut yang disebabkan kuman salmonella typhy atau salmonnella partatyphy DIAGONISIS • Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore atau malam hari, sakit kepala, sakit otot,anoreksia, mual, muntah, obstifasi atau diare. • Pemeriksaan fisis : febris, kesadaran berkabut, brakardia relatif (peningkatan suhu 1°c tidak di ikuti peningkatan denyut nadi 8 x/menit), lidah yang beselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae(jarang pada orang indonesia). • Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lokosit normal. Aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED anemia ringan, trombositopenia. Ganguan fungsi hati. Kultur darah • (biakan empedu). Positif atau peningakta titer uji widal >4 lipat setelah suhu satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis. Hepatitis Tifosa Bila dipenuhi 3 atau lebih kreteria khosla(1990):hepatomegali,ikterik, kelainan laboratorium (antara lain:bilirubin>30,6umo1/1,peningkatan SGOT/SGPT,penurunan indeks PT), kelaianan histopatologi Tifoid Karier Ditemukannya kuman selmonella typhy dalam pembiakaan feses atau urin pada seseorang tanmpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca – demam tifoid. DIAGNOSIS BANDING Infeksi virus, malaria PEMERIKSAAN MENUNJANG Darah perifer lengkap,tes fungsi hati, serologi kultur darah (biakan empedu)
TERAPI Nonfatmalogis: tirah baring, makanan lunka rendah serat Famakologis: • Simtomatis • Antimikroba -pilihan utama kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam. Alternatif lain : • Tiamfenikol 4 x 500 (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan kloramfenikol) • Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu • Ampisilin adan amoksisilin 50-150 mg/kg BB selama 2 minggu • Sefalosporin generasi III;yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari dapat pula diberikan sefotaksim2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gram • Fluorokuinolon ( demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV); - norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari - siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari - ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari - pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari - fleroksasin 400mg/hari selama 7 hari. Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan atau tampa kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal) langsung diberikan kombinasi kloramfeniko 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg. Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksiktifoid,peritonitis atau perforasi, renjatan septik. Steroid hanya di indikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami renjatan septik dengan disis 3 x 5 mg Kasus tifoid karier Tanpa kolelitiasis -> pilihan renjimen terapi selama 3 bulan - Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari - Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari - Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari Dengan kolelitiasis -> kolesistektomi + regimen tersebut diatas selama 28 hari atau
- siprofloksasin 2 x 750 mg/hari - norfloksasin 2 x 400 mg/hari Dengan infeksi Schistososma haematobium pada trakus urinarius -> eradikasi Schistososma haematobium; - Prazikuantel 40 mg BB disis tunggal, atau -Metrifonat 7,5 – 10 mg/kgBB bila di perlukan diberikan 3 dosis, interval 2 minggu setelah eradikasi berhasil, diberikan rajimen terapi untuk tifoid karier seperti diatas Perhatikan: pada kehamilan flourokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh digunakan. Kloramfenikol tidak dianjurkan pada III. Tiamfenikol tidak diajurkan pada trimester I . Obat yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin generasi III (seftriakson) KOMPLIKASI Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralintik, pankreatis. Ekstra-intestinal: kordiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer,miokarditis, trombosis, tromboflebitis), hematologik ( anemia hemolitik, trombositopenia,KID), paru (pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolestitis), ginjal (glomerulonefritis pielonefritis), tulang ( osteomielitis, periostitis, spondilitas, artritis), neuropsikiatrik (toksiktifoid) PROGNOSIS Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak ada akut atau ada komplikasi berat, prognosis meragukan/buruk WEWENANG RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT . RS pendidikan: departemen Bedah diaestif . RS Non pendidikan : Departemen Bedah
LEPTOSPIROSIS PENGERTIAN Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili leptospiraceae DIAGNOSIS • Anamnesis : demam tinggi, mengigil, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, diare • Pemeriksaan fisis: injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegalli, splenomegali,penurunan kesadaran • Laboratorium : dapat ditemukan leukositosis, peningkatan amilase, lipase, dan Ck, gangguan fungsi hati, ganguan fungsi ginjal, serologi leptospira positif ( litter >1/100 atau terdapat peningkatan >4 kali pada liter ulangan) DIAGNOSIS BANDING Hepatitis fifosa, ikterus obstruktif, maliria kolangitis, hepatitis fulominan PEMERIKSAAN PENUNJANG DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, elekrolit, amelase, lipase serologi leptodpira MAT (mikoaglutinasi test) TERAPI Nonfarmakologis Tirah baring, makanan/cairan tergantung pada komplikasi organ yang terlibat Farmakologis • Simtomatis • Antimikroba pilihan adalah pilihan utama :Peniselin G 4 X 1,5 juta unit selama 5-7 hari. Alternatifnya tetrasiklin, eritromosin, doksisiklin, sefalosporin generasi III, fluorokuinolon KOMLIKASI Gagal ginjal, pankreatitis, miokarditis, perdarahan masif, meningitis aseptik PROGNOSIS Bonam
WEWENANG RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TEKAIT RS pedidikan : Divisi ginjal-hipertensi RS non pendidikan SEPSIS DAN RENJATAN SEPTIK
PENGERTIAN • Sepsis merupakan sindroms respons inflamsi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh infeksi. • Renjatan (syok) septik: sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS<90 mm Hg atau penurunan >40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya obat-obatan yang dapat menurunkan TD • Sepsis berat : ganguan fungsi organ atau kegagalan fungsi organ termasuk penurunan keasdaran, gangguan fungsi hati, ginjal paru-paru dan asidosis metabolik DIAGNOSIS SEPSIS 17. SIRS ditandai 2 gejala atau lebih berikut: . Suhu bandah >38°c atau <36°c . Frekuensi denyut jantung > 90x/menit . Frekuensi pernapasan >24x/menit atau PaCO2<32 . Hitung leukosit>12.000/mm³,atau adanya > 10% sel batang 22 Adanya fokus infeksi yang bermakna DIAGNOSIS Renjatan kardiogenik, ranjatan hipovolemik PEMERIKSAAN PENUNJANG Dpl, tes fungsi hati, ureum kreatinin, gula darah,AGD , elektrolit, kultur darah dan infeksi fokal(urin, pus,sputum, dll) disertai uji kepekatan mikroorganisme terhadap tantimikroba, foto toraks
TERAPI
. Eradiksi fokus infeksi . Antimikroba empirik diberikan sesuai dengan tempat infeksi, dugaan kuman penyebab, profil antimikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan fungsi hati Anitimikroba definitif diberikan bila kultur mikroorganisme telah diketahui, antimikroba dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan mikroorganisme . Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/ inotropik, dan trasfusi(sesuai indikasi ) pada ranjatan septik diperlukan unntuk mendapatkan respon secepatnya - Resusitasi cairan. Hipovolemia pada sepsis segara diatasi dengan pemberian cairan kristaloid. - Oksigenasi sesuai kebutuhan, ventilator diindikasika pada hipoksemia yang progresif, hiperkapnia gangguan neurologis atau kegagalan otot pernapasan
- Bila hidrasi cukup tetapi pasien tatap hipotensi, - Transfusi komponen darah sesuai indikasi koreksi ganaguan metabolik : elektrolik , gula darah asidosis metabolik.
- Nutrisi yang adekuat - Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal - Kortikostroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal - Bila terdapat KID dan terdapatkan bukti terjadinya tromboemboli, diberikan heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolu. KOMPLIKASI Gagal napas, gagal ginjal, gagal hati, KID,renjatan septikireversibel PROGNOSIS Dubia ad malam WEWENANG RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
dapat
UNIT YANG TERKAIT . RS pendidikan :Divisi pulmonologi, ginjal – hipertensi, hematologi-onkologi, dan medical hihg care/ICU . RS non pendidikan: ICU FEVER OF UNKNOWN ORIGIN
PENGERTIAN Fever of Unknown (FUO) klasik adalah demam > 38,3°c selama lebih 3 minggu, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien dirawat atau minimal 3 kali kunjungan pasien rawat jalan tetapi belum dapat dilakuan penyebab demam. Penyebab: infeksi, neoplasma, penyakit kolagen dan vaskular FUO pada pasien HIV adalah demam >38,3°c selama 4 minggu dirawat atau lebih pada pasien rawat jalan atau minimal 4 hari pada pasein yang dirawat dengan hasil pertumbuhan mikroorganisme negatif dari dugaan fokus infeksi. Penyebab :infeksi,obat, sarkoma, limfoma FUO pada pasien netropenia (jumlah lekosit PMN <500/MM³) adalah demam >38,3°c , dalam 3 hari perawatan pertumbuhan mikroorganisme masih negatif dari dugaan fokus infeksi. Penyebab : infeksi FOU Pada geneatri (demam >38,3°c dalam 3 hari perawatan atau minimal 3 kali kunjungan pasein di rawat jalan belum dapat ditentukan penyebab demam, penyebab: neoplasma, penyakit kolage, infeksi FUO pada pasien padiatri(usia<18, tahun) adalah demam > 38,3°c selama lebih 8 hari, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien dirawat atau minimal 3 kali kunjungan pasien rawat jalan tetepi belum dapat ditentukan penyebab demem. Infeksin, Penyakit kolagen, neoplasma FOU pada pasien nosokomil demam >38,3°c timpul pada pasien yang dirawat di RS dan pada mulai dirawat serta pada saat permulaan perawatan tidak terjankit infeksi, penyebab demam tak diketahui dalam waktu 3 hari, termasuk hasil termasuk hasil pertumbuhan mikroorganisme negatif dari dugaan fokus infeksi, penyebab : infeksi. FOU iatrogenik adalah demam >38,3°c akibat penggunaan obat: penisilin, sefalosporin, sulfonamida, atropin, fenition, prokainamida, amfoterisin, interferon, interleukin, rifampisin, INH, Makrolida, klidamisin, vankomisin, aminoglikosida, allopurinol
DIAGNOSIS Anamnesis dan Pemeriksaan Fesis: • Riwayat penyakit secara terperinci: pola demam, ada tidaknya infeksi saluran napas atas, infeksi saluran napas bawah, kaku lehar, nyeri perut, disuria atau sakit pinggang, diare, abses atau randang tonsil dan otot, nyeri dan pembengkakan sendi, atau tanpa kelainan spesipik • Riwayat pekerjaan, perjalanan kontak dengan orang sakit atau hewan, trauma fisik atau badeh, obatobatan (termasuk rokok, alkohol, narkoba), keadaan kulit pasien, kelenjar getah bening, lubang orifices pasien Laboratorium : sesuai mikroorganisme dan orang terkait DIAGNOSIS BANDING Infeksi, penyakit kolagen, neoplasma, efek samping obat PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan hematologi, kimia darah, UL, mikrobiologi, imunologi, radiologi, EKG, biopsi jaringan tubuh, pencitraan, sidikan,(scanning), endoskopi,/peritoneskopi, angiografi, limfografi, tidakan bedah (laparatomi percobaan), uji pengobatan TERAPI . Simtomatis . Uji terapeutik dangan antibiotika, kortikosstroid, atau obat antiinflamasi non steroid tidak dianjurkan kecuali bila penyakit progresif potensial fatal sehingga terapi empirik diperlukan. KOMPLIKASI Sepsis, renjatan sepsis PROGNOSIS Dubia WEWENANG RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT . Pedidikan : Divisi Pulmologi, hematologi –onkologi . RS non pendidikan:-
MALARIA Pengertian Malaria merupakan penyakit yang disebabka oleh infeksi parasit plasmodium falsifarum, plasmadium vavix, plasmodium ovale atau malariae dan ditukarkan melalui gigitan nyamuk anopheles DIAGNOSIS Anamnesis : riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke daerah endemik malaria, trias malaria (keadaan menggigil yang diikuti denan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endemik malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dsapat merupakan gejala utama) Pemeriksaan fisis: konjungtiva pucat, sklera ikterik, spelnomegali Laboratorium : sediaan darah tebal dan tipis ditemukan plasmadium, serologi malaria (+) [sebagai penunjang] Malaria berat: ditemukanya p.falciparum dalam stadium aseksual desertai satu atau lebih gejala berikut: Malaria serebral: koma dalam yang tidak dapat/sulit dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain Anemia berat (normositik ) pada keadaan hitung parasit >10.000/ul;(Hb<5g/dl atau hematokrit <15%) Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi kretinin>3mg/dl) Edema paru/acute respiratory distress syndrome (ARDS) Hipoglikemia ( gula darah <40 mg/dl) Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik<70mmHg,disertai keringan dingin atau perbedaan temperatur kulit –mukosa>1°c) Perdarahan spontan dari hidung, gusi saluran cerna, dan/atau disertai gangguan koagulasi intravaskular kejang berulang lebih 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia Asidemia (ph 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mEg/1) Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi malaria akut (kukan karena efek samping obat antimalaria pada pasien dengan defisiensi G6OD).
11. Diagnosis pasca kematian dengan ditemukanya P.Falciparum yang padat pada pembulu darah kapiler jaringan otak Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran klinik daerah setempat; Gangguan kesadaran Kelemahan otot tanpa kelainan heurologis (tak bisa duduk/jalan) hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria Ikterus (bilirubin >3mg/dl) Hiperpireksia (suhu rektal>40°C) DIAGNOSIS BANDING Infeksi virus, demam tifoid toksik, hipatitis, fulminan, leptospirosis, ensefalitis PEMIRIKSAAN PENUNJANG Darah teral dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD, elektrolit, hemostasis, rontgen toraks, EKG TERAPI Infeksi p. vivax atau P. ovale a. Daerah sensetif klorokuin: klorokuin basa 150 mg: Hari I: 4 tablet + 2 tablet ( 6 jam kemudian) Hari II dan III: 2 tablet atau Hari I dan II: 4 tablet Hari III: 2 tablet Terapi radikal : tambah primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari, bila gagal dangan terapi klorokiun, kina sulfat 3 x 400 – 600 mg/hari selama 7 hari. b. Daerah resisten klorokiun kina 3 x 400-600 mg selama 7 hari Terapi redikal : di tambah primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari
II. Infeksi P.falciparum ringan/sedang infeksi campur P. falciparum dan P. vivax . Artemisin Hari I : 4 tablet (200 mg) Hari II : 4 tablet (200 mg) Hari III : 4 tablet (200 mg) . Amodiagium Hari I : 4 tablet (600 mg) Hari II : 4 tablet (600 mg) Hari III : 2 tablet (600 mg) . Klorokuin basa 150 mg: Hari I : 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian) Hari II : 2 tablet Hari III : 2 tablet atau Hari I : 4 tablet Hari II : 4 tablet Hari III: 2 tablet . Bils perlu ditambah terapi redikal : ditambah primakiun 45 mg (3 tablet)(dosis tunggal); infeksi campuran : primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari -> bila resisten dengan pengobatan tersebut : SP 3 tablet (disis tunggal ) atau kina sulfat 3 x 400-600 mg/hari selama 7 hari III. MALARIA BERAT . Artesnate iv/im 2,4 mg/kgBB diberikan pada jam ke:0,12,24, dilanjutkan satu kali per hari. . Drip kina HCL 500mg (10/kg/BB) dalam 250-250 ml D5% diberikan dalam 6-8 jam (maksimum 2000 mg) dengan pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasien dapat minum obat per oral atau sampai hitungan parasit malaria sesuai target (total pemberian parenteral dan per oral selama 7 hari dengan dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam diberikan 3 kali sehari) . Pengobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari.
Perhatikan SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakiun tidah boleh diberikan pada ibu hamil, bayi, dan penderita defisiensi G6PD. Klorokiun tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong. Pada pemberian kina parentenal, bila obat sudah diterima 48 jam tetapi belum ada perbaikan dan atau tardapat ganguan fungsi ginjal, maka dosis selanjutnya diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi pada malaria serebal. Pemantuan pengobatan : hitungan parasit minimal tiap jam, target hitung parasit pada Hl 50% Ho dan H3<25%HO. Prmiriksaan diulang samapai dengan tidak titemukan parasit malaria dalam 3 hari pemeriksaan berturut-turut. Pencegahan : klorokuin basa 5 mg/KgBB, maksimal 300mg/minggu diminum tiap minggu sejak 1 minggu sebelum ,masuk daerah endemik sampai dendgan 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemik atau deksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu) bhari sebelum pergi ke daerah endemis malaria hingga 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis KOMPLIKASI Malaria berat, ranjatan gagal napas, gagal ginjal akut. PROGNOSIS Malaria falsiparum ringan/sedang malaria vivax, atau malaria ovale: bonam, malaria berat: dubia ad malam. WEWENANG RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan departemen Neurologi RS non pendidikan: Bagian Neurologi.
INTOKSIKASI OPIAT
PENGERTIAN Intoksikasi opiat merupakan intoksikasi akibat pengguna obat golongan opiat yaitu morfin, petidin, heroin, opium, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan DIAGNOSIS Anamnesis : informasi mengenai seluruh obat yang digunakan, sisa obat yang ada. Pemeriksa Fasis :pupil miosis-pin point pupil, depresi napas, penurunan kesadaran, nadi lemah, hipontesi tanda edema paru, needle track sign, sianosis spesme saluran cerna danbilier, kenjang Laboratorium : opiat urin positif atau kadar dalam darah tinggi DIAGNOSIS BANDING Intosikasi obat sedatif: elektrolit, benzodiazepin,etanol PEMERIKSAAN PENUNJANG Opiat urine/darah, AGD elektrolit gula darah, rontogen toraks TERAPI M. Penaganan kegawatan : resusitasi A-B-C(airway, breathing, circulation) dengan memperhatikan prinsip kewaspadaan univesal. Bebaskan jalan napas, berikan oksigen sesuai kebutuhan, pamasangan infus dan pemberian cairan sesuai kebutuhan. N. Pemberian antidot nalokson 1. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4 mg intravena pelan-pelan atau diencerkan 2. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 01-2 mg intravena pelan-pelan atau diencerkan 3. Bila tak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg intravena tiap 5- 10 minet hingga timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya dipresi pernapasan, dilatasipupil) atau lelah mencapai dosis maksimal 10 mg. bila tetep tak ada respon, diagnosis intosikasi opiat perlu dikaji ulang. 4 . Efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan perubahan pupil selama 24 jam. Untuk mencegah dapat dapat diberikan drip nalokson satu ampul dalam 500 ml D5% atau Nacl 0,9 % diberikan dalam 4-6 jam 5. Simpan sanpel urine untuk pemeriksaan opiat urin dan lakukan foto toraks
6. pertimbangkan pemasangan pipa endo treakel bila: pernapasan tidak adeakut setelah pemberian nalokson yang optimal, oksigensi kurang meski ventilasi cukup, atau hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson yang optima. 7. Pasien di puasakan 6 jam untuk menghindARI ASPIRASI AKIBAT Spesme pilorik bila diperlukan dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada intoksikasi opiat oral. 8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 240 ml cairan dengan 30 gram charcoal, dapat diderikan sampai 100 grm. 9.bila terjadi kecang dapat diberikan daizepam intravena 5-10 mg dan dapat di ulan dila perlu. Pasien dirawat untuk penilaian klinis dan rencana rehabilitasi KOPLIKASI Aspirasi WEWENANG RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan Departemen psikiantri, Departemen Anesntensi/ICU RS Non pendidikan : bagian Psikiatri
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT PENGERTIAN Intoksikasi organofofat merupakan intoksikasi akit zat yang mengandung organofosfat DIAGNOSIS . Anamnesis: riwayat minum/kontak denan jat yang mengandung organofosfat, muntah . Pemeriksaan Fasis: bradikardia pupil miosis, penurunan kesadaran, tanda-tanda aspirasi. . Laboratorim: pemerikasaan bahan muntah atau darah mengandung organofosfat PEMERIKSAAN PENUJANG DPL, elektrolit, rontgen toraks,EKG, memeriksaan ogranofosfat TERAPI . Bilas lambung melalui NGT . Antropinisasi KOMPLIKASI Gagal napas, blok AV PROGNOSIS Dubia RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT . RS pendidikan : Divisi Pulmonologi, Psikosomomatik . RS non Pemdidikan : bagian Psikiatri