Translate Jurnal Imam.docx

  • Uploaded by: Ojan Auzan Ridho
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Translate Jurnal Imam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 636
  • Pages: 2
Etiologi E. Coli tumbuh pada kultur urin 98 anak yaitu 45.8% dari seluruhnya. Bakteri ini merupakan organisme penyebab paling sering pada penelitian ini. Diikuti Kleibsiella pada 51 anak sekitar 23.8%. 21 air kencing anak tumbuh Proteus mirabilis sekitar 9.8% dari total anak. Coagulase negative staphylococcus tumbuh pada 9 anak sekitar 10.1%. Staphylococcus aureus tumbuh pada 4 anak dengan 1.9% dari total anak. Pada enterococcus, tumbuh pada 17 anak dan Citrobacter pada 1 anak yang berkisar 7.9% dan 0.5%. Saat dilakukan analsisi regresi logistik binari untuk melihat faktor resiko antara kelompok kasus dan kontrol konstipasi, infeksi cacing, menahan air kencing dan penurunan intake cairan ditemukan bahwa hal ini menjadi faktor risiko yang signifikan sebagai penyebab ISK.

DISKUSI Pada penelitian ini ISK terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Penelitian dilakukan di suatu tempat dan literatur tidak dapat mendukung hal ini. Alasan yang dapat diberikan terhadap perbedaan ini yaitu penelitian dilakukan di rumah sakit dan proporsi anak laki-laki dan perempuan yang datang berobat berbeda-beda.

Pada penelitian ini kebanyakan anak-anak berasal dari status ekonomi rendah dan daerah padat penduduk sehingga analisis ditargetkan kepada kelompok komunitas ini.

Saat menganalisa profil klinis pada kelompok penelitian, demam merupakan gejala klinis paling utama dengan 64.8% dari total anak. Diikuti peningkatan frekuensi urin dengan 51.9%. Gejala umum yang ketiga yaitu nyeri abdomen dengan 45.8%. Hal ini mirip dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Sharma A et al dimana memasukkan anak dari umur 2 bulan hingga 15 tahun sebagai sampel yang dilakukan di nepal kecuali gejala kedua yang tersering yaitu nyeri abdomen

Malla KK et al, Islam MN et al dan Brkic S et al menunjukkan demam merupakan keluhan utama pada penelitian mereka. Nyeri suprapubic merupakan gejala yang paling sering, namun hanya 39.3% dari total sampel mereka. Mayoritas anak-anak menunjukkan demam tanpa berfokus pada literatul. Semua anak dengan nyeri suprapubic memiliki sistisi pada USG dan semua anak dengan sistisi juga memiliki nyeri suprapubic. Tidak ada anak-anak yang memiliki malformasi urogenital, hal ini karena anak dibawah 2 tahun tidak dimasukkan pada sampel penelitian. Organisme penyebab paling sering yaitu E. coli (45.8%) diikuti Klebsiella, Proteus dan Pseudomonas dengan 23.8%, 9.8%, dan 6.1%. Hal ini sebanding dengan penelitian oleh Sharma A et al dari nepal dan Akram M et al dari Aligarth, India. Penelitian oleh Mantadakis E et al dan islam M et al menunjukkan E. Coli sebagai organisme paling sering namun dengan proporsi yang bervariasi. Pada analisis faktor resiko infeksi cacing, konstipasi, menahan kencing dan kurangnya intake cairan memiliki perbedaan statistik yang signifikan dibandingkan kontrol. Hal ini sebanding dengan literatur yang menyatakan minum banyak dan jangan ditahan. Hal ini juga dapat dibandingkan dengan Mazolla BL et al dimana menahan urin, penurunan intake cairan dan konstipasi ditemukan sebagai predisposisi ISK pada wanita dengan umur 3.8 hingga

18 tahun. Penelitian juga mengatakan bahwa kebersihan genital yang buruk dan lingkungan toilet hampir selalu berhubungan dengan faktor lain. Pada penelitian oleh Loening-Baucke V et al dan Koff SA et al, konstipasi dan frekuensi kemih yang tidak teratur dapat meningkatkan resiko ISK. Membersihkan alat kelamin dengan cara dibasuh dari belakang ke depan tidak dianggap sebagai faktor resiko.

Konklusi Kelompok penelitian ini dimana faktor resiko yang dianalisa memiliki jumlah anak laki-laki lebih banyak dan dengan status sosio-ekonomi kebawah. Pada penelitian kami, demam dan frekuensi bak yang meningkat merupakan 2 gejala utama yang diikuti nyeri abdomen. Infeksi berulang paling sering terjadi karena bakteri yang belum hilang sepenuhnya atau terjadi bakteriuria secara terus menerus. Tanda seperti nyeri suprapubic dan hipertensi sangat jarang. Organisme paling sering penyebab ISK pada penelitian ini yaitu E. Coli diikuti Klebsiella, proteus dan pseudomonas. Pada penelitian ini infeksi cacing, konstipasi, menahan bak dan kurang intake cairan merupakan faktor resiko dari ISK dimana hal ini sama dengan penelitian yang lain.

Pendanaan : tidak ada sumber dana Conflict of interest : belum ditendukan Kelayakan Etik : Diberikan oleh Institutional Ethics Comittee

Related Documents


More Documents from "Faz Zaki"