Tinpus Tpp Silase

  • Uploaded by: Faizal Rachmat
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinpus Tpp Silase as PDF for free.

More details

  • Words: 614
  • Pages: 2
TINJAUAN PUSTAKA

Asam Format Asam formiat (titik didih 101°C) telah dikenal sejak 1670. Asam ini terdapat pada berbagai tanaman dan serangga yang menggit dan menyengat; zat yang menyebabkan rasa pedis pada waktu terjadi sengatan mengandung asam formiat dan kita telah mengetahui adanya senyawa ini dalam beberapa jenis semut. Secara industri, asam formiat dapat dibuat dengan mudah oleh reaksi dari karbon monoksida dengan natrium hidroksida. Pengasaman natrium formiat yang terbentuk menghasilkan asam formiat (Usman dan Hanapi 2013). Asam format merupakan pereduksi kuat dan banyak digunakan sebagai dekalsifier, digunakan dalam pecelupan warna kain wol, electroplating, menggumpalkan lateks karet, regenerasi karet tua, penyamakan kulit, digunakan juga dalam pembuatan asam asetat, alil alkohol, format selulosa, resin fenolik, dan oksalat, serta digunakan dalam pencucian baju, tekstil, insektisida, pendingin, industri kertas, dan di industri obat (Sitting 1991). Rumput Gajah Rumput Gajah berasal dari Afrika tropika, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim panas yang panjang. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philippina dan India. Di Indonesia sendiri Rumput Gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Penanaman dan introduksinya dianjurkan oleh banyak pihak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah odot tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur (Syarifuddin 2006). Silase Silase merupakan metode untuk pengawetan hijauan pakan ternak yang telah digunakan secara luas melalui proses fermentasi secara alamaiah. Silase berkualitas baik akan dihasilkan ketika fermentasi didominasi oleh bakteri yang menghasilkan asam laktat, sedangkan aktivitas bakteri clostridia rendah. Prinsip pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap udara dalam silo semaksimal mungkin. Kondisi kedap udara dapat diupayakan dengan cara pemadatan bahan silase semaksimal mungkin dan penambahan sumber karbohidrat fermentabel. Untuk mempercepat kondisi hampa udara di dalam silo dapat ditambahkan sumber karbohidrat fermentabel seperti tetes, katul maupun onggok. Kecepatan tercapainya kondisi hampa udara dan terbentuknya asam laktat dalam silo sangat menentukan

kandungan gizi silase. Semakin banyak oksigen didalam silo, menyebabkan proses respirasi semakin lama sehingga kandungan gizi semakin menurun (Santoso et al 2009). Kualitas Silase Kualitas silase dapat dilihat dari warma, aroma, pH, tekstur, serta suhu. Hermanto (2011) menyatakan bahwa warna silase yang baik adalah coklat terang (kekuningan) dengan bau asam. pH silase 4,3 – 4,5 cukup baik dan pH 3,8 – 4,2 sangat ideal. Hermanto juga menyatakan bahwa warna silase yang baik adalah coklat terang (kekuningan) dengan bau asam. Ridwan et al. (2005) yang melaporkan bahwa suhu silase yang dihasilkan pada semua perlakuan berkisar antara 26-28oC. Suhu silase masih dikatakan baik karena suhu panen yang dihasilkan masih beberapa derajat berada di bawah suhu lingkungan. Semakin cepat proses ensilase berarti mempercepat kondisi kedap udara dan merangsang tumbuhnya bakteri asam laktat untuk membentuk asam laktat dan tidak terjadi panas yang berkepanjangan sehingga suhu stabil. Hermanto, 2011. Sekilas Agribisnis Peternakan Indonesia. konsep pengembangan peternakan, menuju perbaikan ekonomi rakyat serta meningkatkan gizi generasi mendatang melalui pasokan protein hewani asal peternakan. Ridwan, R, S. Ratnakomala, Kartina, G dan Widyastuti, Y., 2005. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). J Media Peternakan. 28(3): 117 – 123 Santoso, B. Hariadi, B. Tj, Manik, H. Dan Abubakar, H. 2009. Kualitas Rumput Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak Rumput Terfermentasi. Media Peternakan, 32(2):137-144. Sitting, M. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens Volume I A-F, , Noyes Publication, New Jersey, 1991. USA. Syarifuddin, N.A. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase. Pada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak, Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Usman dan Hanapi. 2013. Kimia Organik. UNHAS. Makassar(ID).

Related Documents

Tinpus Tpp Silase
October 2019 34
Tinpus Ekstraksi
November 2019 44
Tpp Checklist
November 2019 21
Edaran Tpp
October 2019 27
Pin Tinpus Domba.docx
November 2019 13

More Documents from "Sri Rahayu"

Laporan 2 Teklab
October 2019 46
Laporan 4 Teklab.docx
April 2020 21
Cv.docx
December 2019 30
Kata Pengantar.docx
December 2019 26
Tinpus Tpp Silase
October 2019 34