TUTORIAL IN CLINIC (TIC) ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN DIAGNOSA CVD DAN STROKE ISKEMIK DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI ICU RSUD DR. ABDUL AZIZ KOTA SINGKAWANG
DISUSUN OLEH
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Fitri Ratnawati Siska Putri Utami Avelintina Brigida C Suci Rahmadanti Audina Safitri Ulfa Muzliyati
7. Lily Seftiani 8. Makhyarotil A 9. Yossy Claudia Evan 10. Deska Kurnia Sari 11. Rinda Farlina
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2019
TUTORIAL IN CLINIC (TIC) KASUS TIC Tn. A usia 44 tahun datang dari rujukkan RSUD Landak, dengan diagnose hemiperese, pasien datang dengan keluhan lemah dibagian tubuh sisi kiri sejak + 4 hari yang lalu SMRS. Keluarga klien mengatakan sebelum MRS klien mengeluhkan tiba-tiba tangan dan kaki nya terasa berat untuk digerakkan, dan sulit menelan, keluarga klien juga mengatakan klien berbicara pelo (+). Keluarga klien mengatakan awalnya klien terjatuh di WC, sebelum MRS RSUD landak. Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien mempunyai riwayat stroke berulang dan penyakit hipertensi yang tidak terkontrol. Keluarga klien juga mengatakan klien merupakan seseorang perokok. Hasil TTV klien didapati TD 110/80 mmHg, nadi 81 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8ºC, SPO2 98%. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 Maret 2019 menunjukan hasil sebagai berikut: Leukosit
: 4,870 /µL
(3.800 - 10.600/µL)
Hemoglobin
: 9,3 gr/dl
(11,7-15,5 gr/dl)
Hematokrit
: 27,0 %
(40 -52%)
Trombosit
: 96,000 x 103/µL
(15 - 44 x 103/µL)
Eritrosit
: 2,94 x 106 /µL
(3,8- - 5,2 106 /µL)
Saat ini klien terpasang IVFD Nacl 15 tpm dan oksigenasi via nasal kanul 4 lpm, GCS 8 (E = 2, V = 4, M = 2), kesadaran klien somnolen. Diagnosa medik klien adalah CVD dan stroke iskemik dengan penurunan kesadaran. Klien memperoleh terapi medikasi : A. STEP 1 a. Apa yang dimaksud dengan Stroke iskemik pada kasus diatas ?
Jawaban :stroke iskemik adalah gangguan dari jantung berupa CVD (cardiovascular disease) yang menyebabkan sumbatan di otak. Etiologinya adalah emboli yang berasal dari udara, lemak, rokok, hipertensi, dan DM. Stroke ini berupa terjadinya thrombosis pada serebri yang timbul setelah bangun atau beristirahat lama, bangun tidur atau pagi hari, tanpa tanda perdarahan, namun disebabkan oleh iskemi, thrombosis, atau emboli.
b. CVD
Jawaban : cardiovascular disease adalah adanya penimbunan lemak pada pembuluh darah di jantung sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan c. Amlodipine Jawaban : obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. d. Citicolin Jawaban : obat yang digunakan bagi otak untuk merangsang nutrisi dikarenakan otak tidak mampu mengabsorbsi obat secara mandiri, namun hanya mampu menggunakan oksigen. e. Hipertensi Jawaban : kenaikan tekanan darah diastole >140 mmHg, diastole >90mmHg. B. STEP 2 1.
Bagaimana perjalan penyakit yang diderita Tn A dikaitkan antara klinis/ teori dan didapat saat pengkajian? Jawaban : Tn. A memiliki riwayat hipertensi dan merupakan perokok pasif yang dapat memicu penimbunan plak di dalam tubuh, di antaranya pembuluh darah jantung. Tn. A mengeluhkan sering mengalami keluhan, seperti sakit kepala dan merasa cepat lelah, namun tidak membuatnya langsung memeriksakan kesehatan karena ia hanya rutin meminum obat untuk mengontrol hipertensi, kecuali apabila terjadi keluhan yang berat.
2. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit jantung koroner dan obesitas dengan penyakit stroke? Jawaban : ada karena kondisi obesitas dapat memicu penumpukan plak di dalam tubuh, sehingga berisiko menimbulkan penyakit jantung coroner jika menyumbat pembuluh darah di jantung dan stroke jika menyumbat otak. 3. Mengapa terjadi kelemahan tubuh dan pelo pada mulut? Jawaban : ada karena terpapar asap rokok dan hipertensi dapat memicu penumpukan plak di dalam tubuh, sehingga berisiko menyumbat pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
4. Apa intervensi yang diberikan kepada klien dengan penyakit hipertensi dan stroke hanya berupa minum obat?
Jawaban : bisa berupa pendidikan kesehatan mengenai diet dan aktivitas.
5. Apakah penatalaksanaan yang tepat untuk mengedukasi pasien agar tidak terjadi stroke berulang? Jawaban : mengontrol hipertensi sebagai program dari pengendalian penyakit tidak menular (PTM), kontrol hyperlipidemia, mengubah lifestyle, konsumsi obat rutin, antiplatelet terapi, dan edukasi kepatuhan dalam minum obat.
6. Apa tanda dan gejala, serta pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa bahwa klien mengalami stroke iskemik? Jawaban : CT scan otak dengan hasil pada stroke hemoragik, yaitu pecahnya pembuluh darah di otak dan stroke iskemik berupa penyumbatan pembuluh darah di otak. Manifestasi stroke hemoragik biasanya dengan gejala lebih besar, penurunan kesadaran, nyeri hebat di kepala, dan kelemahan lebih kuat. Biasanya juga ditemuka hemiparese kiri/kanan, apasia, penurunan kekuatan otot (misalnya wajah), dan penurunan fungsi penglihatan. Sedangkan pada stroke iskemik bisa timbul attaksia, disatria, facial drop, i penglihatan, vertigo, diplopia, nistagmus, hemiparese, dan hemiplegi. C. STEP 3 1. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ? 2. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini ? 3. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas ? 4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan penunjang pada kasus diatas?
D. STEP 4 SKEMA
Etiologi
Patofisiologi
Stroke
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi
Penatalaksanaan
Askep
E. STEP 5 Learning objective 1. Definisi Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer, 2012). Stroke iskemik adalah suatu keadaan kehilagan fungsi otak yang diakibatkan oleh penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Corwin, 2018). 2. Klasifikasi Berdasarkan onset penyakitnya stadium stroke iskemik terbagi atas : a. Serangan Iskemia atau Tansient Ischemic Attack (TIA). Pada bentuk ini gejala neurologic yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas atau Reversible Iskemic Neurological Defisit (RIND). Gejala neurologic yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu. c. Stroke Progresif (Progresive Stroke atau Stroke in Evolution). Gejala neurologic makin lama makin berat.
d. Stroke Komplet (Completed Stroke atau Permanent Stroke), gejala klinis sudah menetap. 3. Etiologi Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebril) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain ditubuh) (Corwin,2018). a. Stroke trombotik Terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis berat. Sering kali, individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik sementara (transient ischemic attack, TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA biasanya berlangsung kurang dari 24 jam. Apabila TIA sering terjadi maka menunjukkan kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang sebenarnya yang biasanya berkembang dalam periode 24 jam. b. Strok embolik Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis atau aorta. 4. Faktor Resiko Beberapa faktor resiko terjadinya stroke iskemik adalah usia dan jenis kelamin, genetic, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi, meroko, diabetes mellitus, penyakit jantung, aterosklerosis, dislipidemia, alkohol dan narkoba, kontrasepsi oral, serta obesitas (Dewanto. et al, 2016). 5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis stroke iskemik menurut Tobing (2015) adalah: a. Gangguan pada pembuluh darah karotis a) Pada cabang menuju otak bagian tengah (arteri serebri media):
Gangguan rasa di daerah muka/wajah sesisi atau disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai sesisi
Gangguan berbicara baik berupa sulit untuk mengeluarkan kata-kata atau sulit mengerti pembicaraan orang lain atau afasia.
Gangguan gerak/kelumpuhan (hemiparesis/hemiplegic)
Mata selalu melirik kearah satu sisi (deviation conjugae)
Kesadaran menurun
Tidak mengenal orang (prosopagnosia
Mulut perot
Merasa anggota sesisi tidak ada
Tidak sadar kalau dirinya mengalami kelainan
b) Pada cabang menuju otak bagian depan (arteri serebri anterior):
Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan-gangguan saraf perasa
Ngompol
Tidak sadar
Gangguan mengungkapkan maksud
Menirukan omongan orang lain (ekholali)
c) Pada cabang menuju otak bagian belakang (arteri serebri posterior):
Kebutaan seluruh lapang pandang satu sisi atau separuh pada kedua mata, bila bilateral disebut cortical blindness
Rasa nyeri spontan atau hilangnya rasa nyeri dan rasa getar pada seluruh sisi tubuh
Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau mendengar suaranya
Kehilangan kemampuan mengenal warna
b. Gangguan pada pembuluh darah vertebrobasilaris a) Sumbatan/gangguan pada arteri serebri posterior
Hemianopsia homonym kontralateral dari sisi lesi
Hemiparesis kontralateral
Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik proprioseptif (rasa getar).
b) Sumbatan/gangguan pada arteri vertebralis Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg. jika pada sisi tidak dominan tidak menimbulkan gejala. c) Sumbatan/gangguan pada arteri serebri inferior
Sindrom Wallenberg berupa atasia serebral pada lengan dan tungkai di sisi yang sama, gangguan N.II (oftalmikus) dan reflex kornea hilang pada sisi yang sama.
Sindrom Horner sesisi dengan lesi
Disfagia, apabila infark mengenai nucleus ambigius ipsilateral
Nistagmus, jika terjadi infark pada nucleus Vestibularis
Hemipestesia alternans
6. Patofisiologi Ketika arteri tersumbat secara akut oleh thrombus atau embolus, maka area sistem saraf pusat yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral terdapat penumbra iskemik yang tetap viable untuk suatu waktu, artinya fungsingya dapat pulih jika aliran darah baik kembali (Ginsberg, 2017). Iskemia sistem saraf pusat dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan:
Edema sitotoksik: akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak
Edema vasogenik: akumulasi cairan ekstraseluler akibat perombakkan sawar darah otak. Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari
setelah stroke mayor sehingga mengakibatkan peningkatana tekanan intracranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya (Ginsberg, 2017).
7. Pathway
8. Pemeriksaan Diagnostik
Stroke dengan okulasi pembuluh darah dapat dilakukan pemeriksaan : a. CT Scan Untuk menetapkan secarapasti letak dan kausa dari stroke b. Ekokardiografi Pada
dugaan
adanya
tromboemboli
cardiac
(transtorakal
atau
transesofageal) c. Ultrasound scan arteri karotis Bila diduga adanya atheroma pada arteri karotis, di mana memakai prinsio Doppler untuk menghasilkan continuous wave untuk mendeteksi derajat stenosis secara akurat, serta juga pulse ultrasound device yang dikaitkan dengan scanner (duplex scan) d. Intra arterial digital substraction angiografi Bila pada ultrasound scan terdapat stenosis berat e. Transcranial Doppler Dapat untuk melihat sejauh mana anastomosis membantu daerah yang tersumbat f. Pemeriksaan darah lengkap Perlu untuk mencari kelainan pada cairan darah sendiri 9. Penatalaksanaan a. Umum (Dewanto et al, 2008)
Nutrisi
Hidrasi intravena: koreksi dengan NaCl 0,9% jika hipovolemik
Hiperglikemia: koreksi dengan insulin, bila stabil beri insulin regular subkutan
Neurorehabilitasi dini: stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak anggota badan aktif maupun pasif
Pearawatan kandung kemih: kateter menetap hanya pada keadaan khusus (kesadaran menurun, demensia, dan afasia global)
Breathing : menjaga jalan nafas dengan sedikit mengekstensikan kepala, menjaga lidah agar tidak terjatuh ke belakang, pemberian oksigen 2-3 L/menit
Blood : control tekanan darah dan nadi, posisi kepala 300 dari bidang horizontal untuk menjamin aliran darah yang adekuat ke otak dan aliran balik vena dari otak ke jantung
Brain : mengurangi edema,memenuhi intake cairan dengan larutan isotonis seperti Ringer Laktat 12 jam/kolf, atasi kejang dan gelisah
Bladder :pasang kateter untuk menjaga pengososngan vesika urinaria
Bowel : memenuhi asupan makanan, kalori, dan elektrolit.
b. Khusus
Terapi spesifik stroke iskemik akut Trombosis rt-PA intravena/intraarterial pada ≤ 3 jam setelah awitan stroke dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). Sebanyak 10% dosis awal diberi sebagai bentuk bolus, sisanya dilanjutkan melalui melalui infuse dalam waktu 1 jam. Antiplatelet: asam salisilat 160-325 mg/hari 48 jam setelah awitan stroke atau Clopidogrel 75 mg/hr Obat neuroprotektif
Hipertensi: tekanan darah diturunkan apabila tekanan sistolik > 220 mmHg dan/atau tekanan diastolic > 120 mmHg dengan penurunan maksimal 20% dari tekanan arterial rata-rata (MAP) awal per hari.
Sitoprotektif Nimodipin 120-18 mg/hari atau 2-2,5 ml /jam dengan stringe pump
Obat anti agregasi Khasiat pentoksifilin yang dapat mencegah agregasi eritosit dan trombosit, serta asetosal dan dipiridamol sebagai anti agregrasi trombosit dapat mengurangi viskositas darah dan memperbaiki mikrosirkulasi, misalnya Asetosal 100-300 mg/hari dan Dipiridamol 3x75mg
Anti edema Gliserol Diberikan per infus dalam larutan 10% dengan dosis 1 – 1,5 mg/kgBB selama 6-8 jam untuk 5-7 hari. Dapat diberikan peroral 3-4 x 150cc sehari
Manitol Dalam larutan 15-20% infus manitol diberikan untuk menurunkan tekanan intracranial, misalnya ada tanda-tanda herniasi. Dosis 1-1,5 mg/kgBB dalam waktu 1 jam. Lama kerja manitol kurang dari 4 jam, kemudian bisa timbul efek rebound, oleh karena itu peru diberi infus ulang atau kombinasi dengan anti edema lain seperti gliserol
Thrombosis vena dalam: Heparin 5000 unit/12 jam selama 5-10 hari Low Molecular Weight Heparin (enoksaparin/nadroparin) 2x0,30,4 IU SC abdomen Pneumatic boots, stoking elastic, fisioterapi, dan mobilisasi
10. Komplikasi Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan hemiplegia berat, rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan kematian awal yaitu (Ginsberg, 2017):
Pneumonia, septicemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih)
Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT) dan emboli paru
Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung
ketidakseimbangan cairan
F. STEP 6 Discovery Learning ASUHAN KEPERAWATAN ICU Nama
: Kelompok 6
A. IDENTITAS KLIEN Nama Usia Jenis Kelamin Agama Suku/ Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat asal
Ruang
: ICU
: Tn.Ardi : 44 tahun : Laki-laki : Kristen : Dayak/Indonesia : SI : PER :Dusun OPO 00/00, KELURAHAN PERMIT KECAMATAN KUALA BEHE KOTA/WILAYAH LANDAK No. RM : 498208 Tanggal Masuk : 16 Maret 2019 Tanggal Pengkajian : 26 Maret 2019 Diagnosa Medik : CVD SI Hemiparesis trambositapenia Golongan Darah :Penanggung Jawab & Biaya : (BPJS) B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama : Ny.Tewi Usia : 38 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Suku/ Bangsa : Dayak/Indonesia Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat Asal :Dusun OPO 00/00, KELURAHAN PERMIT KECAMATAN KUALA BEHE KOTA/WILAYAH LANDAK Hubungan dengan Klien : ISTRI C. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN 1. Riwayat Kesehatan Masa Lalu: a. Penyakit yang Pernah Diderita: Keluarga klien mengatakan klien pernah di rawat di RS dengan penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita saat ini dan klien pernah menderita penyakit hipertensi.
b. Riwayat Alergi Keluarga klien mengatakan suaminya tidak ada alergi makanan maupun obatobatan. c. Tindakan Operatif yang Pernah didapat: keluarga klien mengatakan tidak pernah menjalani operasi. 2. Riwayat Kesehatan Saat ini: a. Alasan Masuk RS: Klien rujukan dari RSUD landak dengan diagnose hemiperese, pasien datang dengan keluhan lemah dibagian tubuh sisi kiri sejak + 4 hari yang lalu SMRS. Keluarga klien mengatakan sebelum MRS klien mengeluhkan tiba-tiba tangan dan kaki nya terasa berat untuk digerakkan, dan sulit menelan, keluarga klien juga mengatakan klien berbicara pelo (+). Keluarga klien mengatakan awalnya klien terjatuh di WC, sebelum MRS RSUD landak. Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien mempunyai riwayat stroke berulang dan penyakit hipertensi yang tidak terkontrol. Keluarga klien juga mengatakan klien merupakan seseorang perokok. b. Keluhan Utama Saat ini (saat didata): saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 maret 2019, klien tampak tidak sadarkan diri dengan terpasang Ngt. Tubuh klien mengalami kelemahan sebelah kiri, tubuh sebelah kiri, tidak bisa digerakkan, keluarga mengatakan klien bicara pelo. Hasil TTV: TD : - mmHg; Nadi: - kali/menit; RR: - kali/menit; S: - oC. D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Penyakit yang pernah diderita keluarga: Keluarga klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama sepeerti yang diderita klien saat ini. Keluarga klien tidak ada menderita penyakit kronik seperti DM, hipertensi dan penyakit jantung. E. STRUKTUR KELUARGA/ GENOGRAM
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan : Klien
F. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum : Lemah 2. Kesadaran
:-
3. Tanda-tanda vital
: TD Nadi RR S : BB TB
4. BB dan TB 5.
GCS E: V: M: : - mmHg : - kali/menit : - kali/menit : - oC : kg : cm
Sistem Pernapasan Sistem Pernafasan dada, thorax dan paru paru inspeksi : tampak ada retraksi dada , pergerakan dada simetris, kulit pada dada tidak tampak kuning dan tidak terdapat lesi, RR : - x/m palpasi : tidak terdapat benjolan abnormal perkusi : suara perkusi pekak pada ics 2 -5 sinistra auskultasi : suara nafas ronchi 6. Sistem Kardiovaskuler jantung ispeksi : tidak ada lesi pada dada palpasi : ictus kordis di ics 5 tidak teraba adanya benjolan abnormal perkusi : suara perkusi pekak pada ics 2-5 sinistra auskultasi : suara s1 dan s2 tunggal, tidak ada murmur jantung crt : <2 detik 7. Sistem Persyarafan sensai nyeri : (-) Nervus N1 (olfaktorius) = tidak terkaji N2 (optikus) = tidak terkaji N3 ( okulomotorius) = tidak terkaji N4 ( troclearis ) = tidak terkaji N5 (trigeminus ) = tidak terkaji N6 ( abdusen ) = tidak terkaji N7 ( Facialis) = tidak terkaji N8 ( vestibulotroklearis ) = tidak terkaji N9 ( glosofaringeus) = tidak terkaji N10 ( vagus ) = tidak terkaji
N11 ( Assesoris ) = tidak terkaji N12 ( hipoglosus) = tidak terkaji Catatan : klien mengalami penurunan kesadaran Kekuatan otot dan tonus otot Tampak lemah sebelah kanan dan teraba tonus otot. Ka ki 1111 1111 1111 1111 Pola istirahat dan tidur Klien tampak tidur >20 jam . klien tidak tampak rewel 8.
Sistem Pencernaan a.
mulut dan tenggorokan inspeksi : palatum utuh, bibir normal, mukosa tampak kering palpasi : tidak teraba masa abnormal b. abdomen inspeksi : tidak tampak kemerahan, lesi (-) auskultasi : bising usus terdengar 14 x /m palpasi : tidak teraba masa abnormal perkusi : suara abdomen timpani c. anus : terdapat lubang anus d. pola nutrisi : klien hanya di berikan minum susu melewati Ngt 9. Sistem Perkemihan pola eliminasi a. BAK lancer, klien menggunakan kateter urin dengan jumlah urin ± 1000 cc b. genitalia organ genitalia tampak normal, tidak terdapat area genitalia yang abnormal c. penggunaan alat bantu perkemihan klien terpasang selang kateter 10. System Muskuloskeletal ekstimitas ekstrimitas atas dan bawah lengkap, jari jari lengkap, pergerakan lemah, tidak ada kelainan pada bagian ekstimitas kekuatan otot dengan nilai 1111 sebelah kanan dan ekstremitas sebelah kiri dengan nilai 1111. 11. Sistem Integumen a. kulit inspeksi : kulit berwarna sawo matang, akral teraba hangat, kulit kering, tidak terdapat kemerahan maupun lesi. palpasi : tidak teraba benjolan abnormal b. rambut dan kuku
rambut berwarna hitam dengan distribusi rambut merata, kuku panjang c. pola kebersihan klien diamandikan 1x di pagi hari 12. Sistem Sensori Persepsi a. Telinga inspeksi : telinga simetris, lengkap dengan lubang , tidak terdapat cairan yang keluar palpasi : tidak ada respon nyeri tekan, tidak ada benjolan yang abnormal b. Hidung inspeksi : hidung dengan 2 lubang, normal, tidak ada polip palpasi : tidak ada benjolan yang abnormal c. Mata inspeksi : mata lengkap, simetris mata tidak ada sekret bersih, konjungtiva anemis palpasi : saat diraba tidak ada respon nyeri. 13. Data Psikososial a. Status Emosi klien tampak tidak sadarkan diri Keluarga sangat khawatir dengan kondisi klien b. Konsep Diri keluarga tampak sabar menunggu klien sembuh c. Gaya Komunikasi dan Pola Interaksi keluarga klien dapat berkomunikasi dengan baik d. Pola Koping keluarga klien menyatakan menyerahkan sepenuhnya kepada tim medis tentang kondisi ayahnya 14. Data Social a. Hubungan Sosial keluarga klien mengatakan, agar klien supaya cepat sembuh agar dapat berkumpul dengan keluarga di rumah b. Faktor Sosial Kultural keluarga klien mengatakan tidak ada kebiasaan yang dilakukan dilingkungannya untuk mengetahui penyakit klien, klien segera membawa ke pelayanan kesehatan G. PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT Saat di tanyai tentang penyakit keluarga pasien mengatakan sedikit paham mengenai penyakit yang sedang dialami oleh suaminya. H. DATA SPIRITUAL 1. Keyakinan terhadap Tuhan : Klien menganut kepada keprcayaan sesuai agama klien. 2. Kegiatan ibadah selama sakit: Klien dan keluarga senantiasa berdoa. I. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, Radiologi, Biopsi, dll)
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal ... Maret 2019) J. MEDIKASI/ PENGOBATAN 1. Terapi Injeksi 2. Terapi Oral K. LAMPIRKAN GRAFIK MEDIS PASIEN
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. (2012).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Dewanto, et al. (2016). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:EGC Ginsberg, Lionel. (2017). Lecture Notes: Neurology. Jakarta: Erlangga Muttaqin, Arif. (2008). BukuAjar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Smeltzer and Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tobing, Lumban. (2015). Neurogeriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Wlkinson, Judith M .2014. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa: Widyawati dkk. Jakarta:EGC