Theraphy Komplementer Rika.docx

  • Uploaded by: Anonymous IYk15sCm3
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Theraphy Komplementer Rika.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,255
  • Pages: 6
THERAPY KOMPLEMENTER

PAPER

OLEH: NUR FARIQAH 716 6.2 0789 BAYU INDRAYADI716 6.20788

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA 2018

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2008).

DEPRESSION

1. Cahoon (2012) yang menyatakan bahwa depresi merupakan hal yang tidak menguntungkan bagi lansia karena depresi dapat memperpendek harapan hidup dengan memperburuk kemunduran fisik, selain itu dapat menurunkan kualitas hidup dan menghambat pemenuhan tugas perkembangan lansia. Bila depresi berlanjut dapat menguras emosi dan juga apabila tidak ditangani bisa mengakibatkan lansia semakin mengisolasi diri bahkan memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan. 2. Sejalan dengan Music Mood and Movement therapy, sesampainya stimulus suara (musik) di sistem limbic, musik akan memanggil memori ataupun kenangan yang mendalam bagi pasien sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan mood pada pasien. Maka pemilihan musik yang tepat pada pasien dapat menjadikan efek terapeutik terhadap penurunan depresi pada pasien (Chan, et al., 2011). 3. Stress pasca trauma umumnya terjadi selama 6 bulan. Gejalanya setiap fase atau setiap bulannya bisa berbeda-beda. Pada minggu-minggu awal, stress yang dialami biasanya masih dalam fase akut. Sehingga hipnoterapi belum bisa dilakukan pada fase ini, karena keadaan psikologis klien masih belum stabil. Idealnya, hipnoterapi baru bisa dilakukan setelah fase akut berakhir, yaitu ketika klien sudah mampu fokus dan bisa diajak bekerjasama. Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada tingkat sedang karena pada stress tingkat ini klien bisa bekerjasama dan keluhan yang dirasakan tidak akan banyak mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi sehingga hipnoterapi yang dilakukan akan lebih efektif (Abramowitz et al. 2008; Ponniah et al. 2009). 4. Byrum dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa stress akibat penyakit kronis dapat memicu terjadinya hiperglikemia, walaupun bukan klien DM. Homeostasis metaboli dapat berubah karena injuri, infeksi, prosedur invasif dan medikasi terutama kortikosteroid. Selama perubahan status metabolik ini, terjadi peningkatan glukoneogenesis ketika tubuh berusaha memenuhi kebutuhan metabolik. Seiring dengan peningkatan glukosa maka terjadi pula peningkatan pelepasan insulin. Namun, hal ini menyebabkan insulin endogen tidak efektif dalam menurunkan KGD (Byrum dalam Setyawa

ANSIETAS

5. Ansietas Rasa aman nyaman menurut maslow adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi. Dengan berbagai kondisi baik sakit fisik maupun psikis kebutuhan ini sering sekali jadi tidak terpenuhi, yang digantikan oleh perasaan cemas, khawatir sepanjang hari.Kondisi seperti ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Ansietas didefenisikan sebagai suatu keadaan emosional yang terdiri dari perasaan ketegangan, ketakutan, gugup dan khawatir dengan aktivitas atau gairah dari sistem saraf otonom, dimana ansietas terdiri dari dua komponen yaitu komponen situasi / keadaan dan sifat(El Hassan, et all 2009). 6. Ansietas adalah gejala umum untuk pasien yang didiagnosis dengan penyakit terminal, terlepas dari apakah pasien memiliki kecendrungan atau tidak(Choi an 2008). 7. Hasil penelitian pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat ansietas sebelum dan setelah shalat (p=0,003). Stres, ansietas, dan depresi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada pasien diabetes (IDDT, 2013). Hawari (2002) dalam Wahyuni (2012) juga menyatakan bahwa pada penderita diabetes mellitus umumnya mengalami rasa cemas terhadap segala hal yang berhubungan dengan diabetesnya. Perasaan cemas terhadap kadar glukosa darah yang harus selalu dikontrol agar tidak terjadi kenaikan glukosa darah. Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008

KETERGANTUNGAN OBAT 8. Evaluasi Ketepatan Dosis Obat THP yang digunakan bersama dengan haloperidol dan klozapin. Hal ini kurang tepat dikarenakan efek antikolinergik yang dapat terjadi pada pemberian THP bersama agen antipsikotik lain yang juga memiliki efek antikolinergik seperti halnya haloperidol dan klozapin (Lacy dkk., 2008).

EATING DISORDER 9. Meski begitu pada kasus-kasus tertentu seperti kekurangan gizi atau dehidrasi tetap harus diobati dengan dengan pengobatan medis lainnya. Hipnoterapi takkan bermanfaat untuk kasus cacat tubuh, kelainan organ tertentu dan gangguan-

gangguan sejenis lainnya. Selain itu hasil terapi akan sangat tergantung pada seberapa kooperatif sikap pasien, serta berat ringan kondisi penyakit yang diderita. Hipnoterapi juga tidak perlu dilakukan apabila stress yang dialami klien bisa diselesaikan dengan family therapy, karena motivasi yang diberikan oleh keluarga sudah bisa membuat klien sembuh, kecuali hal itu belum cukup kuat maka hipnoterrapi bisa dilakukan (Abramowitz et al. 2008; Ponniah et al. 2009).

DEMENSIA 10. revalensi depresi lansia di dunia adalah 10-15% (Stanley & Beare, 2007). Ebersole et al (2005) menyebutkan bahwa prevalensi depresi pada lansia pada unit perawatan yang lama dapat mencapai 25%dan disertai dengan stresor seperti penyakit kronis dan ketidakmampuan, demensia, nyeri kronik, kematianpasangan hidup, gangguan depresi yang sudah ada sebelumnya, dan penempatan dalam suatu institusi atau panti. Sedangkan berdasarkan laporan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) di Provinsi Jawa Timursecara umum prevalensi gangguan mental emosional (12,3%) tidak jauh beda dengan angka nasional (12,39%) (Depkes RI, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

H. EL-HASSAN, K. MCKEOWN & A. F. MULLER. 2009. Clinical trial: music reduces anxiety levels in patients attending for endoscopyAliment Pharmacol Widyatuti. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jakarta.

Choi AN, Lee MS, Lim HJ.et all. Effects of Group Music Intervention on Depression, Anxiety, and Relationships in Psychiatric Patients: A Pilot Study. J Altern Complement Med. 2008 Jun;14(5) :567-70. doi:10.1089/acm.2008.0006

Cahoon, C.G. 2012. Depresssion in older adults a nurse's guide to recognition and treatment. American Journal of Nursing, 112(11): 2230.

Chan, M. F., Wong, Z. Y., Onishi, H., & Thayala, N. V. (2011). Effects of music on depression in older people: a randomised controlled trial. Journal Oc Clinical Nursing, 21, 776–783. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2008, Drug Information Handbook: A Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Professionals, Lexi-Comp Inc, Ohio. Abramowitz, EG, Barak, Y, Ben-Avi, I, & Knobler, HI, 2008, Hypnotherapy in the treatment of chronic combat-related PTSD patients suffering from insomnia: a randomized, zolpidem-controlled clinical trial, International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, Vol. 56, Issue 3. Abramowitz, EG, Barak, Y, Ben-Avi, I, & Knobler, HI, 2008, Hypnotherapy in the treatment of chronic combat-related PTSD patients suffering from insomnia: a randomized, zolpidem-controlled clinical trial, International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, Vol. 56, Issue 3. Ponniah, K & Hollon, SD 2009, Empirically supported psychological treatments for adult acute stress disorder and posttraumatic stress disorder: a review, Depression and Anxiety, Vol. 26, Issue 12, pp. 1086-1109

Depkes RI. 2008. Laporan hasil riset kesehatan dasar,Riskesdas Provinsi Jawa Timur tahun 2007.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Journal of Nursing and Health (JNH) Edisi 2 No 1 Agustus 2016 Journal Keperawatan Dan Kesehatan ISSN 2502-1524 Akper Yakpermas-Banyumas 34 Doufesh, H., et al. 2013. Assessment of heart rates and blood pressure in different salat positions. J. Phys. Ther. Sci. 25: 211–214 diakses 8 Juli 2014 Fatihilkamal, W.M., et al. 2011. Salat and brainwave signal analysis. Jurnal Teknologi. 54:181-192 diakses23 Desember 2014 Hassan, R. 2007. On being religious: patterns of religious commitment in muslim societies. The Muslim World. Volume 97 diakses 7 Juli 2015 Haque, A. & Ghosh, SS. 2013. Namaz is a very good exercise for whole some development. Global Research Analysis. Volume : 2 | Issue : 11 diakses 25 Juni 2015 Hawari, D. 2008. Manajemen stres cemas dan epresi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Setyawati, A. 2010. Pengaruh relaksasi otogenik terhadap kadar gula darah dan tekanan darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit di DIY dan Jawa Tengah.Tesis. Universitas Indonesia. Depok

Related Documents


More Documents from "Yudis Tia"