Teori Dan Model

  • Uploaded by: Alex Desrianto
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teori Dan Model as PDF for free.

More details

  • Words: 2,717
  • Pages: 13
Tugas Teori Komunikasi

Teori dan Model Komunikasi Oleh:

Alex Desrianto 210111080091

Jurusan Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung 2009

TEORI KOMUNIKASI PENGERTIAN MENGENAI TEORI KOMUNIKASI Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut: • Teori adalah abstraksi dari realitas. • Teori terdiri dari sekumpulan prinsip dan defenisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. • Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang saling berkaitan. • Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasigeneralisasi yang diterima/terbukti secara empiris. Dari unsur di atas dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empirik tentang suatu fenomena. Bentuknya merupakan pernyataan-pernyataan yang berupa kesimpulan tentang suatu fenomena. Teori memiliki dua ciri umum: 1. Semua teori adalah “abstraksi” tentang sesuatu hal, yang berarti suatu teori bersifat terbatas. 2. Semua teori adalah konstruski ciptaan individual manusia. Oleh karena itu sifatnya relatif dalam arti tergantung pada cara pandang sipencipta teori, sifat dan aspek yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat dan lingkungan sekitarnya. Jadi berdasarkan hal di atas teori komunikasi adalah konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. PENJELASAN DALAM TEORI Penjelasan dalam teori tidak hanya menyangkut penyebutan nama dan pendefenisian variable-variabel, tetapi juga mengidentifikasikan keberaturan hubungan diantara variable. Menurut Litlejohn (1987), penjelasan dalam teori berdasarkan pada prinsip keperluan (the principle of necessity) yakni suatu penjelasan yang menerangkan variabel-variabel apa

yang mungkin diperlukan untuk menjelaskan atau menghasilkan sesuatu. Misalnya untuk menghasilkan variable X, mungkin diperlukan variable Y dan Z. selanjutnya dijelaskan pula bahwa prinsip ini terdiri dari 3 macam, yaitu: 1. Causal Necessity (keperluan kausal). Berdasarkan pada azas sebab-akibat. Misalnya karena ada X dan Z maka ada Y. 2. Practical Necessity (keperluan praktis). Mengacu pada hubungan tindakan-konsekuensi. Menurut prinsip ini X dan Z memang bertujuan untuk, atau praktis untuk menghasilkan Y. 3. Logical Necessity (keperluan logis). Prinsip ini berdasarkan asas konsistensi logis. Artinya X dan Z secara konsisten dan logis akan selalu menghasilkan Y. SIFAT & TUJUAN TEORI Menurut Abraham Kaplan (1964) sifat dan tujuan teori bukan semata-mata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melilhat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Karenanya teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Bila sebaliknya, maka teori demikian tergolong teori semu. Jadi teori yang baik harus memenuhi kedua unsure tersebut: 1. teori yang sesuai dengan realitas kehidupan 2. teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan yang nyata. FUNGSI TEORI Mengenai fungsi teori, secara rinci Littlejohn menyatakan 9 fungsi dari teori: 1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukan secara sepotongsepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan yang diperoleh dari

2. 3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

pola atau hubungan itu kemudian disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya. Memfokuskan. Teori pada dasarnya menjelaskan tentang sesuatu hal, bukan banyak hal. Menjelaskan. Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Misalnya mampu menjelaskan pola-pola hubungan dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu. Pengamatan. Teori tidak sekedar memberi penjelasan, tapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya, berupa konsep-konsep operasional yang akan dijadikan patokan ketika mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori. Membuat predikasi. Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public relations dan media massa. Fungsi heuristik atau heurisme. Artinya bahwa teori yang baik harus mampu merangsang penelitian selanjutnya. Hal ini dapat terjadi apabila konsep dan penjelasan teori cukup jelas dan operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Komunikasi. Teori tidak harus menjadi monopoli penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka terhadap kritikan-kritikan, yang memungkinkan untuk menyempurnakan teori. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan. Fungsi kontrol yang bersifat normatif. Asumsi-asumsi teori dapat berkembang menjadi nilai-nilai atau norma-norma yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia. Generatif. Fungsi ini terutama menonjol di kalangan

pendukung aliran interpretif dan kritis. Menurut aliran ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru. PENGEMBANGAN TEORI Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yang lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut Hyphotetif-deductive method, proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut: 1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan), 2. Forming hyphotheses (membentuk hipotesis) 3. Testing the hyphotheses (menguji hipotesis) 4. Formulating theory (memformulasikan theory) Siklus empiris menunjukan bahwa: 1. Asumsi-asumsi teori dideduksi menjadi hipotesis. Asumsi disusun berdasarkan suatu teori yang kemudian digunakan sebagai landasan pikir dalam menganalisa suatu fenomena yang menjadi objek pengamatan kita. Hipotesa merupakan asumsi atau dugaan sementara terhadap hal yang diamati yang berupa suatu pernyataan yang terdiri dari sejumlah konsep atau variabel. 2. Hipotesis dirinci lagi ke dalam konsep-konsep operasional (variabel) yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk pengamatan/observasi. Berdasarkan itu dibuat parameter penelitian dan instrumen penelitian, contohnya quesioner. 3. Hasil-hasil temuan dari pengamatan yang dilakukan melalui metode dan pengukuran tertentu kemudian dibuat generalisasi yang akhirnya diinduksi menjadi teori. Ada beberapa patokan yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori: 1. Cakupan teoritis (theoritical scope). Teori yang dibangun harus memiliki keberlakuan umum. Artinya dapat dijadikan standar untuk mengamati fenomena yang berkaitan dengan teori tersebut. 2. Kesesuaian (appropriatness). Apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan teoritis

yang diteliti. Artinya landasan pikirnya dapat memberikan cara yang sesuai dan benar untuk menjawab pertanyaan penelitian. 3. Heuristic. Apakah suatu teori yang dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori-teori lainnya yang berkaitan. Sebagaimana telah dijelaskan diawal suatu teori merupakan hasil konstruksi atau ciptaan manusia, maka suatu teori sangat terbuka untuk diperbaiki. 4. Validity. Konsistensi internal dan eksternal. Artinya memiliki nilai-nilai objektivitas yang akurat, karena teori merupakan suatu acuan berpikir. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan, sementara itu konsistensi eksternal mempertanyakan apakah teori yang dibentuk didukung oleh teori-teori lainnya yang telah ada. 5. Parsimony. Kesederhanaan, artinya teori yang baik adalah teori yang berisikan penjelasan-penjelasan yang sederhana.

TEORI-TEORI DALAM KOMUNIKASI 1. Lasswell’s Model (Model Lasswell) Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik : Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu Communicator (komunikator), Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effeck (efek). Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut : • The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan) • The correlation of the parts of society in responding to the



environment (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan). The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

2. S-O-R Theory (Teori S-O-R)

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah; • Pesan (stimulus, S) • Komunikan (organism, O) • Efek (Response, R) Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : • Perhatian • Pengertian • penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 3. The Mathematical Theory of Communication (Teori

Matematika Komunikasi)

Teori matematikal ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948 mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan pada proses komunikasi manusia (human communication). Sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lainlain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancara kepada penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain) pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara. 4. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum. 5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory) Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak

tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.

MODEL KOMUNIKASI PENGERTIAN MODEL Model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambargambar grafis, verbal, atau matematikal. Perbedaan pokok antara teori dan model adalah: teori merupakan penjelasan, sementara model hanya merupakan representasi. Yang dimaksud model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Secara umum, modelmodel komunikasi dapat dibagi dalam lima kelompok. Kelompok pertama, disebut sebagai model-model dasar. Kelompok kedua menyangkut pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi masa terhadap perorangan. Kelompok ketiga meliputi model-model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat. Kelompok keempat berisikan model-model yang memusatkan perhatian pada khalayak. Kelompok kelima mencakup model-model komunikasi tentang sistem, produksi, seleksi dan alur media massa. FUNGSI MODEL Fungsi model ada empat (4): 1. Mengorganisasikan, 2. Membantu menjelaskan, 3. Meuristik dan 4. Memprediksi. MODEL-MODEL DALAM KOMUNIKASI 1. Model S-R Model ini merupakan model yang paling sederhana dari model-model komunikasi lainnya. Hakikatnya terdapat pada proses aksi- reaksi, maksudnya apabila seseorang memberikan aksi maka orang yang merupakan sasaran komunikasi akan memberikan reaksi berupa respon tertentu, dalam hal ini aksi yang dilakukan dapat berbentuk verbal (kata-kata), isyarat, perbuatan atau hanya sekedar gambar. Secara luas, model ini juga menjelaskan bahwa suatu reaksi yang dilakukan dapat berhubungan dengan kegiatan komunikasi yang akan terjadi setelahnya. Dapat di asumsikan

bahwa perilaku komunikasi manusia dapat diramalkan. Manusia pada model ini adalah makhluk yang statis, yang melakukan segala sesutunya akibat adanya rangsangan dari luar (stimulus) bukan berdasarkan inisiatif dan kehendak masing- masing individu. 2. Model Aristoteles atau Model Retoris Pada saat Yunani sangat mengagungkan kemampuan berpidato, aristoteles muncul dengan teori retorisnya. Teori ini memaparkan bahwa komunikasi terjadi apabila seseorang mulai menyampaikan pembicaraannya pada khalayak pendengar. Maka dapat dikatakan Aristoteles menganggap ada setidaknya 3 unsur terpenting dalam komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan atau isi pembicaraan (messages), pendengar (listener). Fokus model ini adalah pada kemampuan bicara atau pidato yang biasanya berpusat pada kekmampuan persuasi seorang pembicara yang dapat dilihat dari isi pidato, susunan pidato dan cara penyampainya, dengan tercapainya tiga hal diatas maka seseorang dapat diukur kemampuan persuasinya. Kekurangan model ini terdapat pada asumsi bahwa komunikasi adalah sutu kegiatran terstruktur yang selalu disengaja, jadi pembicara menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa dibahas mengenai gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian, efek yang akan terjadi dan sebagainya. Kemudian, model ini tidak mebahas mengenai aspek nonverbal dalam persuasi yang mungkin saja terjadi dalam suatu komunikasi. 3. Model Shannon dan Weaver Model yang diciptakan oleh Shannon dan Weaver adalah model yang paling mempengaruhi model komunikasi lain. Pada model ini Shannon dan Weaver menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi terjadi pengubahan pesan oleh transmetter yang berasal dari sumber informasi menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah medium pengirim pesan dari transmetter ke penerima. Bila di asumsikan dalam percakapan maka sumber informasi adalah otak (transmetter), menyampaikan sinyal berupa suara yang akan di salurkan oleh udara (channel) menuju indera pendengaran (receiver) . Selain itu yang paling penting adalah model ini mejelaskan adanya gangguan (noise) yang terjadi dalam proses komunikasi, gangguan kemdian dibagi menjadi dua bagian yaitu gangguan

psikologis dan gangguan fisik. Gangguan psikologis meliputi gangguan yang berkaitan dengan pemikiran dan perasaan. Kelemahan dari model ini lagi-lagi adalah, komunikasi masih dianggap sebagi sesuatu yang statis dan satu arah.

4. Model Schramm Schramm telah memaparkan tiga model. Model pertama mirip dengan model yang dikemukakan oleh Shanonnon dan Weaver. Pada model kedua beliau memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan karena bagian dari sinyal itulah yang dianut sama opleh kedua belah pihak. Kemudian model ketiga yang diperkenalkan oleh Schramm yaitu anggapan bahwa komunikasi adalah interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal. Terjadi hubungan antara model kedua dan ketiga dimana suatu umpan balik dapat terjadi bila antara sumber dan sasaran terdapat kesamaan pengalaman mengenai hal yang sedang dikomunikasikan, semakin luas ruang lingkup pengetahuan yang sama maka semakin mudah pula komunikasi akan terjalin. Contoh sederhananya adalah masalah bahasa, seorang yang berbahasa afrika akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan seseorang berbahasa cina karena terjadi perbedaan pemahaman mengenai bahasa diantara keduanya yang sangat signifikan. 5. Model Westley dan Maclean Westley dan Maclean merumuskan suatu model yang mengaitkan komunikasi antarpribadi, komunikasi massa, dan memasukkan umpan balik dalam proses komunikasi. Menurut kedua pakar ini umpan balik merupakan pembeda yang mendasar antara komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa. Dalam komunikasi antarpribadi seorang sumber dapat mengetahui umpan balik dengan segera karena efek atau pesan yang akan dismpaikan langung akan terlihat sesaat setelah pesan tersebut sampai ke sasaran. Akan tetapi berbeda dengan komunikasi massa, umpan balik dalam komunikasi model seperti

ini bersifat tertunda, karena efek yang terjadi atau sampai tidaknya pesan kepada sasaran tidak dapat secara langsung diketahui, umpan balik yang terjadi mungkin berupa respon yang akan terlihat beberapa saat kemudian. Dalam model ini terdpat lima unsur objek oreintasi, pesan, sumber, penerima, dan umpan balik. Sumber A menyampaikan suatu objek sorotan (X) kepada B dan pada saat tertentu B akan mengumpan balik suatu pesan kepada A sebagai respon dari pesan yang disampaikan. Kemudian dalam perkembangannya kedua teoretisi ini menambahkan unsur C sebagai gatekeeper atau opinion leader (pemimpin pendapat) yang menerima pesan dari A atau ikut menyoroti objek sorotan dan kemudian menyampaikan tafsirannya sendiri mengenai objek sorotan kepada B, dalam kasus ini terjadi penyaringan karena B sebagai sasaran tidak menerima informasi secara langsung dari A, melainkan dari seorang yang telah memilihkan informasi dari sumber yang mungkin saja lebih dari satu. Model ini mencakup beberapa konsep yaitu umpan balik, perbedaan dan kemiripan komunikasi antar pribadi dengan komunikasi media serta peranan opinion leader sebagai unsur tambahan dalam komunikasi massa. Model ini juga menjelaskan mngenai dua bentuk pesan yaitu pesan yang bertujuan (purposif) dan pesan yang tidak bertujuan (unpurposif). Bertujuan disini maksudnya apakah pesan tersebut bertujuan mengubah citra penerima mengenai sesuatu yang disampaikan oleh sumber ataukah tidak.

Related Documents


More Documents from "Rio"

Industrial Pancasila
April 2020 3
Analisis Berita
April 2020 6
Teori Dan Model
April 2020 23
Plans.pdf
November 2019 75
Tapas.docx
April 2020 45