BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia pendidikan, setiap siswa mempunyai hak yang sama untuk memperoleh hasil akademik yang baik dan memuaskan. Namun dalam realitas atau kenyataan yang sekarang terjadi, setiap siswa pasti memperoleh hasil akademik yang berbeda-beda. Ada yang sangat memuaskan, sedang, ataupun mengecewakan. Dalam arti mengecewakan di sini, mereka tidak dapat menerima apa yang seharusnya menjadi hak setiap siswa untuk memperoleh hasil akademik yang memuaskan. Salah satu hal yang menyebabkan itu semua terjadi yaitu terletak pada masalah yang timbul dari siswa itu sendiri. Mereka mungkin mengalami masalah pada kesulitan belajar yang menyebabkan hasil akademiknya mengecewakan. Banyak sekali faktor-faktor yang mengarah pada kesulitan belajar, namun kami di sini juga akan memberikan kiat ataupun alternatif dalam mengatasi masalah kesulitan belajar. Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting prooses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti: motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya. Dan pakar yang mengemukakan teori kognitif ini ialah Jean Piaget. Oleh karena itu, kita sebagai calon para pendidik (guru) harus mengetahui teori belajar Piaget tentang perkembangan kognitif. Hal ini sangat penting bagi guru mengetahui perkembangan kognitif anak didiknya agar dapat menunjukkan pengajaran dan mengarahkan para anak didik secara tepat dalam mencapai tujuan umum pendidikan.
1
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai beberapa masalah, antara lain : 1) Bagaimana teori belajar menurut Piaget? 2) Bagaimana konsep teoritis utama menurut Piaget? 3) Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget? 4) Bagaimana langkah pembelajaran? 5) Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika? 6) Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar piaget?
C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1) Untuk mengetahui teori belajar menurut Piaget 2) Untuk mengetahui konsep teoritis utama menurut Piaget 3) Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget 4) Untuk mengetahui langkah pembelajaran 5) Untuk mengetahui implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika 6) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar piaget
2
BAB II PEMBAHASAN A. Teori Belajar Menurut Piaget Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Piaget tertarik bagaimana cara seorang anak memahami dunianya. Dia mengamati prilaku si anak lalu menghasilkan teori yang menekankan bahwa anak-anak memiliki cara berfikir yang berbeda dengan orang dewasa. Dalam teori ini, proses belajar tidak hanya berhubungan dengan masalah pematangan, karena meskipun anak-anak bergerak dari tahap yang satu ke tahap berikutnya seiring dengan semakin dewasanya mereka, perkembangan anak pun tergantung pada interaksi lingkungan juga termasuk interaksi lingkungan keluarga. Ketika anak bermain, peranan orang tua dalam mengawasi dan membimbing anak sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat fundamental. Anak-anak yang berada di lingkungan yang mendukung keakktifannya akan mengalami perkembangan yang lebih cepat daripada mereka yang berada dilingkungan yang tidak mendukung. Anak mendapat umpan balik dari lingkungannya bertujuan agar dia dapat memperbaiki persepsinya. Misalnya, beberapa mainan akan berbunyi pada saat digenggam oleh anak-anak yang pada bulan pertamanya sedang belajar mengenai skema menggenggam dan mengisap mainan. Sturktur yang mereka miliki tidak dapat menghadapi kejadian ini, dan inilah yang dinamakan ketidakseimbangan, yang menyebabkan berubahnya skema, sehingga skema dapat mengimbangi rangsangan baru tersebut. Skema baru, yang memungkinkan anak dapat menggunakan mainan sebagai alat bunyi-bunyian, telah terbentuk dan kali ini terjadilah keseimbangan. Anak-anak tersebut sekarang telah mampu mengasimilasikan benda ka dalam skema
3
barunya dan dapat menentukan mainan mana yang dapat dibunyikan dan mana yang tidak. B. Konsep Teoritis Utama Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan Piaget, yaitu; a. Intelegensi (kecerdasan) Teori Piaget sering disebut sebagai genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual. Menurut Piaget, intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman, intelegensi juga merupakan bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri (ekuilibrium)
b. Skemata Piaget menggunakan skema (schema, jamaknya skemata, schemata) sebagai perantara favoritnya. Skema adalah cara mempersepsi, memahami, dan berfikir tentang dunia. Kita biasa menyebutnya sebagai kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental. Skema yang ada pada seseorang akan menentukan bagaimana ia akan merespons lingkungan fisik. c. Asimilasi Asimilasi adalah adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Bagi guru matematika, Teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan teori itu, guru akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anakanak di sekolahnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya. Sehingga guru matematika perlu mencermati 4
apakah simbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam mengajar cukup mudah dipahami siswa atau tidak, dengan mengingat tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Secara khusus, Piaget banyak berbicara tentang pengajaran matematika. Piaget menyarankan agar dalam pengajaran matematika untuk murid, terlebih sebelum tahap operasional formal, lebih ditekankan pada aktifitas, pengalaman, dan penggunaan metode aktif. Pengajaran matematika hendaknya dimulai dengan memperkenalkan konsep yang konkret menuju ke yang abstrak. Bagi orang dewasa, pengajaran matematika dengan metode ceramah, masih mungkin dilakukan, namun untuk anak-anak, sebaiknya pengajaran matematika tidak boleh mengabaikan aktivitas pengamatan dan interaksi langsung antara siswa dengan objek yang diamatinya. d. Akomodasi Akomodasi adalah konsep piaget mengenai pembentukan skema agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru. Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini orang akan mengadakan akomodasi yaitu, (1) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau (2) memodifikasikan skema yang ada sehinggan cocok dengan rangsangan itu.
C. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Piaget believed that the development of a child occurs through a continuous transformation of thought processes. A developmental stage consists of a period of months or years when certain development takes place (Bobby, 2008). Although students are usually grouped by chronological age, their development levels may differ significantly (Weinert & Helmke in the bobby, 2008), as well as the rate at
5
which individual children pass through each stage. Adapun tahapan perkembangan kognirif anak adalah sebagai berikut: 1. Tahap Sensorimotor ( Umur 0 – 2 Tahun ) Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris. Segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri,dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada. Pertumbuhan kemampuan anak pada tahap ini tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek Dalam perkembangan sensorimotor ini, terdapat enam sub tahap yang dikategorikan dengan melihat perkembangan kebolehan tertentu pada umur yang tertentu: a. Dari 0-1 bulan (refleks) Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks, spontan, tidak disengaja. b. 1-4 bulan (reaksi asas sekular) Bayi mulai mempunyai pengertian tentang bahagian badannya yang tertentu, seperti bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. c. 4-8 bulan (reaksi sekular kedua) Bayi mulai menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). d. 8-12 bulan (reaksi kordinasi)
6
Bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya dan bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. e. 12-18 bulan (reaksi sekular ketiga) Penemuan makna baru melalui pengalaman yang dilalui oleh bayi berlaku secara aktif. f. 18 bulan-2 tahun (penggambaran pemikiran awal) Berlakunya kombinasi mental di mana anak mulai mempunyai upaya untuk memahami aktivitas permainan dan fungsi simbolik.
2. Tahap Preoperational ( Umur 2 - 7 Tahun ) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap pemikiran pra-operational terbagi menjadi dua : a. Pemikiran prakonseptual ( sekitar 2 - 4 tahun ) Pada tahap ini anak merepresentasikan suatu objek yang dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. b. Periode pemikiran intuitif ( sekitar 4 – 7 tahun ) Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran. 3. Tahap Operasional Konkrit ( Umur 7 – 11 atau 12 Tahun ) Pada tahap ini anak mengembangan kemampuan untuk mempertahankan kemampuan mengelompokkan, mengurutkan, dan menangani konsep angka. Tetapi, selama tahap ini pemikiran anak diarahkan pada kejadian riil. Anak dapat menyelesaikan suatu masalah selama masalah itu nyata baginya. Anak sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap ini. Tahap ini merupakan awal berfikir rasional. Karakteristik anak pada tahapan ini adalah sebagai berikut:
7
a. Anak tidak lagi berfikir secara egosentrik. b. Perasaan ingin tahu menjadikan anak pada tahap ini akan gemar menanyakan sesuatu yang menarik minat mereka kepada orang yang lebih dewasa. c. Berkembangnya semangat ini seterusnya menyebabkan mereka mulai menerima pendapat orang lain. Anak-anak akan mulai belajar, bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. 4. Tahap Operasional formal ( Umur 12 Tahun – Dewasa ) Tahap ini juga sering disebut tahap operasi hipotetik-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual. Pada tahap ini pemikiran anak semakin logis, dan tidak lagi bergantung pada hal-hal yang rill. Beberapa karakteristik anak pada tahapan ini adalah sebagai berikut: a. Pemikiran dan penguraian pendapat individu pada tahap ini dikatakan lebih baik dan nyata. b. Mereka dikatakan mampu membuat keputusan dan telah dapat membuat hipotesis melalui perhatian. Individu telah mulai mencari jalan untuk menyelesaikan masalah secara rasional dan lebih bersifat sistematik. c. Pada tahap ini anak akan lebih berhati-hati dengan pendapat dan pedoman. d. Mereka mulai memikirkan tentang diri mereka dan peranan mereka dalam masyarakat. e. Mereka telah membuat rancangan berdasarkan pegangan yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat.
D. Langkah Pembelajaran (Nata, 2009) Piaget merumuskan tentang empat langkah yang dapat ditempuh dalam kegiatan belajar, langkah tersebut adalah: a.
Menemukan topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik sendiri,
8
Hal ini berpedoman pada pertanyaan “pokok bahasan manakah yang cocok untuk eksperimentasi?” dan “Topik manakah yang cocok untuk memecahkan masalah dalam situasi kelompok?”. b.
Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut, Hal ini berpedoman pada pertanyaan “Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen?”, “Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?” dan “Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam kegiatan di kelas?”.
c.
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah, Hal ini berpedoman pada pertanyaan lanjut yang memancing berfikir dan memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan pertanyaan spontan.
d.
Menilai
pelaksanaan
tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan,
dan
melakukan revisi. Hal ini berpedoman pada pertanyaan “segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar?” dan “segi kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?”.
E. Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran Matematika. Kunci utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu perkembangan kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat dikaitkan. Keterhubungan antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya itu dalam istilah Piaget disebut dengan struktur kognitif, kerangka kognitif atau skemata (schema). Jadi, skema atau skemata adalah suatu organisasi mental yang terbentuk pada saat seseorang berinterkasi dengan lingkungannya. Dua proses yang termasuk adaptasi adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses dimana suatu 9
informasi atau pengalaman baru dimasukkan dan memperkuat kerangka kognitif yang sudah ada dibenak siswa; dan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada di benak siswa sebagai akibat dari informasi atau pengalaman yang baru dialami. Berikut adalah bebarapa contoh implikasi teori piaget dalam pembelajaran matematika: 1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat membantu anakanak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang. 2) Tahap Preoperational ( Umur 2 - 7 Tahun ) Pada umur 4–7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 35 kelereng, 24 berwarna biru dan 11 merah diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng biru ataukah kelereng merah?”
Dari gambar di atas, kemungkinan akan ada siswa yang menjawab lebih banyak kelereng biru da nada siswa yang menjawab kelereng merah. Hal ini terjadi karena anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya
10
3) Tahap Operasional Konkrit ( Umur 7 – 11 atau 12 Tahun ) Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan – aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-). Contoh: Dimisalkan para siswa SD/MI sudah belajar tentang penjumlahan dan sudah menguasai penjumlahan seperti 2 + 2 + 2 = 6. Pada pembelajaran tentang perkalian, guru dapat mengawali kegiatan dengan menunjukkan adanya tiga piring yang berisi 2 jeruk pada setiap piringnya seperti ditunjukkan gambar di bawah ini.
Ketika guru meminta siswanya untuk menentukan banyaknya jeruk yang ada, maka diharapkan para siswa akan dengan mudah menentukan jawabannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan siswa dan dapat diterima guru untuk menentukan hasilnya, yaitu: (1) dengan membilang dari 1 sampai 6 atau (2) dengan menjumlahkan 2 + 2 + 2 = 6. Setelah itu guru lalu menginformasikan bahwa notasi lain yang dapat digunakan adalah
3 × 2 = 6. Hal ini
menyebabnya siswa paham bahwa penjumlahan berulang ydapat disebut juga dengan perkalian. 4) Tahap Operasional Formal (Umur 12 Tahun – Dewasa) Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu berbentuk kerucut. Seperti halnya ia ingin mengetahui volume dari topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan 11
memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang (volume kerucut). Volume kerucut
= ⅓(luas alas)(tinggi kerucut) = ⅓ × л × r² × t² = ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm = 154 cm³
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Piaget Kelebihan: Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Menjadikan proses berfikir siswa llebih kreatif Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) Siswa diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan temantemanya.
Kekurangan: Tidak dapat diukur hanya satu orang siswa saja, melainkan kita harus melihat kemampuan mereka Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas.
12
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget mendeskripsikan tahap perkembangan anak dalam empat tahap utama, yaitu: (1) sensorimotor (0-2 tahun), di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-operasional (2-7 tahun), di mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi konkret (7-11 tahun), di mana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan atau peimikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan (4) operasi formal (11 tahun-dewasa), di mana anak dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh. Konsep utama dalam teori piaget adalah intelegensi (kecerdasan), skema, asimilasi dan akomodasi. Sedangkan kunci utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu perkembangan kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.
B. Kritik dan Saran Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa kami memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri .2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hergenhahn, B. R dan Olson, M. H. 2008. Theories Of Learning. Jakarta: Kencana Hill, W. F. 2011. Theories of Learning. Bandung: Nusa Media Ojose, Bobby. 2008. Applying Piaget’s Theory of Cognitive Development to Mathematics Instruction. Journal The Mathematics Educator. Vol. 18, No. 1, 26–30. Santrok, J. W. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
14